1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Latar Bela Belakan kang g Masal Masalah ah
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama yang harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan agar memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Karena itu, tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslimin tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya. Tetapi juga telah telah berupa berupaya ya semaks semaksima imall mungki mungkinn untuk untuk menjag menjagaa otenti otentitasn tasnya. ya. paya paya itu telah telah mereka laksanakan sejak !abi "uhammad #a$ masih berada di "ekkah dan belum berhijrah ke "adinah hingga saat ini. %engan kata lain upaya tersebut telah dilaksanakan sejak al-Qur’an diturunkan hingga saat ini. #alah satu bentuk upaya untuk memahami Al-Qur’an adalah melalui Asbabun !u&ul. 'akni sebelum seseorang berusaha mena(sirkan sebuah ayat, maka terlebih dahulu dah ulu ia menget mengetahu ahuii mengen mengenai ai peristi peristi$a $a maupun maupun kejadi kejadian an atau atau pertany pertanyaan aan yan yangg diajukan kepada rasul shingga menjadi sebab turunnya ayat tersebut, sehingga ketika ayat itu dita(sirkan, seorang mu(assir telah memahami maksud dan tujuan ayat itu diturunkan sesuai dengan konteknya. %engan demikian sudut pandang mu(assir tidak menjadi sempit yakni hanya memandang dari sudut tekstualnya semata. )alaupuun demikia demikiann besarny besarnyaa pen pengar garuh uh asbabun asbabun nu& nu&ul ul terhad terhadap ap pemakn pemaknaan aan ayat ayat Al-Qu Al-Qur’an, r’an, banyak pula ulama yang memandang asbabun nu&ul tidak terlalu penting karena tidak semua ayat Al-Qur’an tidak memilki asbabun nu&ul. "akalah ini membahas mengenai Asbabun !u&ul, bagaimana signi(ikansinya, cara-cara mengetahuinya dan bagaimana hubungan kontekstualitas dengan asbanbun nu&ul itu sendiri B. Rumu Rumusa san n Mas Masal alah ah
1. . . /.
Apakah Apakah de* de*ini inisi si Asba Asbabun bun !u&ul+ !u&ul+ agaim agaimanak anakah ah signi(ik signi(ikansi ansi Asba Asbabun bun !u&ul+ !u&ul+ Apasajakah Apasajakah cara-cara mengetahui mengetahui Asbabun Asbabun !u&ul+ !u&ul+ agaimana agaimana hubung hubungan an kontekstu kontekstualitas alitas dengan dengan Asbabun Asbabun !u&ul+ !u&ul+
C. Tujuan juan Penel Peneliti itian an
1. ntuk ntuk mengeta mengetahui hui de*in de*inisi isi Asba Asbabun bun !u&ul !u&ul . ntuk ntuk mengetah mengetahui ui signi(ikansi signi(ikansi Asbabun Asbabun !u&ul
. ntuk mengetahui cara-cara mengetahui Asbabun !u&ul /. ntuk mengetahui hubungan kontekstualitas dengan Asbabun !u&ul
BAB II PEMBAHASAN ASBABUN NU!UL"
A. PEN#ERTIAN ASBABUN NU!UL
anyak para lama’ yang merumuskan tentang pengertian Asbab An-!u&ul. %i antaranya0 "enurut A$%!ar&'ni 2Asbab An-!u&ul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan Al-Qur’an yang ber(ungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristi$a itu terjadi.3 #edang menurut Ash%Sha(uni2Asbab An !u&ul adalah peristi$a atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristi$a dan kejadian tersebut, baik pertanyaan yang diajukan kepada !abi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.3 "enurut ulama’ yang lain yaitu Shu((i Sh'lih2 Asbab An-!u&ul adalah suatu yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat Al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristi$a, sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum peristi$a itu terjadi.3 #edang menurut Mana) Al%*attaan2Asbab An-!u&ul adalah peristi$a-peristi$a yang menyebabkan turunnya Al-Qur’an, berkenaan dengannya $aktu peristi$a itu terjadi, baik berupa suatu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada !abi.31 "enurut Has(i Ash%shi+i&, makna asbab al-nu&ul adalah kejadian yang karenanya diturunkan Al-4ur’an untuk menerangkan hukumnya dari hari timbul kejadian-kejadian itu dan suasana yang didalam suasana itu Al-4ur’an di turunkan serta membicarakan sebab yang tersebut itu, baik diturunkan langsung sesudah terjadi sebab itu, ataupun kemudian lantaran sesuatu hikmah. %engan demikian Asbab al !u&ul adalah suatu konsep, teori, atau berita tentang sebab-sebab turunnya $ahyu tertentu dari Al-Qur’an kepada nabi "uhammad, baik berupa satu ayat maupun rangkaian ayat, berupa suatu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada !abi, dan diturunkan secara langsung sesudah terjadi sebab itu, ataupun kemudian lantaran sesuatu hikmah. 5ara ulama’ sala( terdahulu untuk mengemukakan sesuatu mengenai asbabun nu&ul mereka amat berhati-hati, tanpa memiliki pengetahuan yang jelas mereka tidak berani untuk mena(sirkan suatu ayat yang telah diturunkan. "uhammad bin sirin mengatakan ketika aku tanyakan kepada 6ubaidah mengetahui satu ayat 4ur’an,
1 7osibon An$ar, ‘Ulum Al-Qur’an, 8andung 5ustaka #etia, 99:; hal. <9-=9. http>>mulianinst.blogspot.co.id>"akalah Asbab an !u&ul, diakses pada tanggal = maret 91<
/
dija$ab berta4$alah kapada allah dan berkatalah yang benar. ?rang-orang yang mengetahui mengenai apa 4ur’an itu diturunkan telah meninggal. "aksudnya para sahabat, apabila seorang ulama semacam ibn sirin, yang termasuk tokoh tabi’in terkemuka sudah demikian berhati-hati dan cermat mengenai ri$ayat dan kata kata yang menentukan, maka hal itu menunjukkan bah$a seseorang harus mengetahui benar-benar asbabun nu&ul. ?leh sebab itu yang dapat dijadikan pegangan dalam asbabun nu&ul adalah ri$ayat ucapan-ucapan sahabat yang bentuknya seperti musnad, yang secara pasti menunjukkan asbabun nu&ul. B. PERDEBATAN SE-ITAR SI#NII-ANSI ASBABUN NU!UL %alam kitab-kitab ‘Ulum Al-Qur’an atau ‘UlumAl-Tafsir, hampir
semua ulama’
sepakat tentang pentingnya mempelajari dan mengetahui Asbab An-Nuzul dalam rangka memahami atau mena(sirkan Al-Qur’an. @al ini karena begitu besar dan banyaknya man(aat Asbab An-Nuzul untuk mengantarkan seseorang pada pena(siran dan pemahaman Al-Qu’an. Al-Wahidi berpendapat bah$a tidak akan mungkin bisa mena(sirkan ayat Al-Qur’an dan mengetahui maknanya, tanpa mengetahui kisah dan sebab turunnya,/ hal ini senada dengan pendapatnya Al-Suyuti. %i samping itu ia juga menyertakan pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan bah$a penguasaan Asbab An-Nuzul
merupakan unsur penentu dalam memahami sebuah ayat, karena
sesungguhnya pengetahuan tentang 2sebab3 akan melahirkan pengetahuan tentang 2akibat3. A&-Bar4oni dan As-#uyuti mensinyalir adanya kalangan yang berpendapat bah$a mengetahui Asbab An-Nuzul merupakan hal yang sia-sia dalam memahami Al-Qur’an. "ereka beranggapan bah$a mencoba memahami Al-Qur’an dengan meletakkannya dalam kontek historis itu sama halnya dengan membatasi pesan pesan pada ruang dan $aktu tertentu.< %alam memahami makna berbeda ayat al-Qur’an yang mengandung la(al umum dan dikaitkan dengan sebab turunnya, para ulama pendapat dalam menetapkan dasar "anna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an , terj. "ud&akir A.# 8ogor Citera Antar!usa, 911;, h. 19=-19:. / http>>jendelaakhirat.blogspot.co.id> makalah Asbab An-!u&ul, diakses pada tanggal = maret 91< Al-#uyuti, Al-Itqon fi Ulum Al-Qur’an 8eirut %ar Al-Dikr, 1E=E; h. E. < 7osibon An$ar, ‘Ulum Al-Qur’an, h. <.
pemahaman. Karena itu, berkaitan dengan masalah ini ada dua kaidah yang bertolak belakang. Kaidah pertama menyatakan !n!taan ma"na suatu ayat didasar"an ada b!ntu" umumnya lafazh #bunyi lafazh$, bu"an s!babnya yan% "husus .
Kaidah kedua
menyatakan sebaliknya !n!taan ma"na suatu ayat didasar"an ada !ny!babnya yan% "husus #s!bab nuzul$, bu"an ada b!ntu" lafazhnya yan% umum ;.=
Fontoh penerapan kaidah pertama Dirman Allah, #urat An-!ur ayat < &an oran%-oran% yan% m!nuduh ist!rinya #b!rzina$, adahal m!r!"a tida" m!munyai sa"si-sa"si s!lain diri m!r!"a s!ndiri, ma"a !rsa"sian oran% itu ialah !mat "ali b!rsumah d!n%an nama Allah, bah'a s!sun%%uhnya dia adalah t!rmasu" oran%oran% yan% b!nar. (Q.S. An-Nur) *+.
Gika dilakukan pemahaman berdasarkan bentuk umumnya la(al terhadap surat An-!ur ayat < di atas, maka keharusan mengucapkan sumpah dengan nama Allah sebanyak empat kali bah$a tuduhannya adalah benar, berlaku bagi siapa saja 8suami; yang menuduh isterinya ber&ina. 5emahaman yang demikian ini 8berdasarkan umumnya la(al; tidak bertentangan dengan ayat lain atau hadits atau ketentuan hukum yang lainnya. Fontoh penerapan kaidah kedua Dirman Allah dalam surat Al-a4arah ayat 11 &an "!unyaan Allah-lah Timur dan arat, ma"a "! mana un "amu m!n%hada di situ-lah 'aah Allah. S!sun%%uhnya Allah aha /uas 0ahmat-Nya, la%i aha !n%!tahui. #Al-aqarah) 112$.
Gika dalam memahami ayat 11 ini kita terapkan kaidah pertama, maka dapat disimpulkan, bah$a shalat dapat dilakukan dengan menghadap ke arah mana saja, tanpa dibatasi oleh situasi dan kondisi di mana dan dalam keadaan bagaimana kita shalat. Kesimpulan demikian ini bertentangan dengan dalil lain 8ayat; yang menyatakan, bah$a dalam melaksanakan shalat harus menghadap ke arah "asjidil@aram. #ebagaimana ditegaskan dalam (irman Alllah &an dari mana saa "amu "!luar #datan%$,
ma"a alin%"anlah 'aahmu
"! arah asidil 3aram.
S!sun%%uhnya "!t!ntuan itu b!nar-b!nar s!suatu yan% ha" dari Tuhanmu. dan Allah s!"ali-"ali tida" l!n%ah dari aa yan% "amu "!ra"an #Al-aqarah) 145$.
Akan tetapi, jika dalam memahami #urat Al-a4arah ayat 11 di atas dikaitkan dengan asbabun nu&ulnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah, bah$a menghadap ke arah mana saja dalam shalat adalah sah jika shalatnya dilakukan di = http>>mulianinst.blogspot.co.id>"akalah Asbab an !u&ul, diakses pada tanggal = maret 91<
<
atas kendaraan yang sedang berjalan, atau dalam kondisi tidak mengetahui arah kiblat 8"asjidil-@aram;. %alam kasus ayat yang demikian ini pemahamannya harus didasarkan pada sebab turunnya ayat yang bersi(at khusus dan tidak boleh berpatokan pada bunyi la(a&h yang bersi(at umum.: "eskipun asbab al nuzul sangat penting dalam menyingkapkan makna teks, namun mengetahui secara pasti dan meyakinkan sebab-sebab sejumlah besar teks Al4uran diturunkan tidak selalu mudah. #ebab, terkadang kita dapatkan banyak ri$ayat yang melontarkan sejumlah sebab yang berbeda bagi turunnya suatu ayat itu sendiri 8ta6addud al asbab 'a al nazil 'ahid ;, dan terkadang sebab yang sama berkaitan dengan ayat-ayat yang berlainan 8ta6addud alnazil 'a al sabab 'ahid ;. Apakah asbab al nuzul itu hanya berkenaan dengan peristi$a atau orang yang spesi(ik atau dapat digeneralisasikan. %ikalangan mu(assirin terjadi ikhtila( apakah pelajaran 8al 6ibrah; itu bersi(at spesi(ik 8bi "husus al sabab ; atau umum 8 bi umum al lafdz ;.
"asalah yang lain adalah dalam hal kebahasaan, kalimat istifham 8kalimat
Tanya; umpamanya, adalah sekedar suatu kalimat. !amun ia bisa mempunyai pengertian yang lain, seperti taqrir 8penegasan;, nafi 8pena(ian; dan pengertian pengertian yang lainnya.E Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, memang patut dipertanyakan lagi pendapat yang menyatakan bah$a tidak mungkin memahami Al4uran tanpa mengetahui tentang asbab al nuzul nya. #ejalan dengan pendapat ini, berpendapat bah$a pernyataan seperti di atas terkesan memutlakkan posisi asbab al nuzul dalam pemahaman Al4uran. 5adahal kalau diteliti secara seksama, hanya sebagian kecil saja diantara ayat-ayat Al4uran yang tidak bisa dipahami secara akurat kecuali dengan mengetahui sebab turunnya. Adapun sebagian besar lainnya tetap bisa dipahami meskipun tidak memakai asbab al nuzul -nya, baik itu dengan pendekatan kebahasaan dengan sesama ayat, konteks ayat dan cara-cara lainnya. %alam kitab 2 Asbab al Nuzul 3 karya Al $ahidi jumlah ayat yang memiliki asbab al nuzul sebanyak
=1 ayat > 11,/< H dari keseluruhan ayat Al4uran. %alam
kitab 2 /ubab al nuqul fi asbab al nuzul 3 karya Al suyuti terdapat =11 ayat> 11,/9 H. #edangkan dalam kitab 2 Al musnad al shahih min asbab al nuzul7 karya "u4bil bin : http>>mulianinst.blogspot.co.id>"akalah Asbab an !u&ul, diakses pada tanggal = maret 91< E Ibid
=
@adi al $adi’I terdapat ayat> ,/ H. %engan demikian bisa dikatakan bah$a ayat-ayat yang mempunyai asbab al nuzul sangat sedikit dibanding dengan jumlah ayat Al4uran secara keseluruhan.19 #edangkan jumlah hadis yang membuat asbab al nuzul menurut Al $ahidi memuat :: hadis dari =1 ayat yang dijelaskan, sedangkan as suyuti menyatakan EE/ hadis dari =11 ayat. Akan tetapi sebagian hadis-hadis tersebut tidak secara spesi(ik menceritakan sebab-sebab turunnya sebuah ayat, karena hanya bersi(at menjelaskan tentang posisi a""i dan adani ayat dan sebagian hadis yang lain, lebih tepat diistilahkan dengan 8 a ru'iya min al hadis bi sabab al hayah 2.%engan kata lain, tidak semua sahabat menyaksikan turunnya ayat dalam berbagai $aktu yang berbeda-beda. ?leh karena itu, ibn Taimiyah menyadari bah$a kita harus membedakan ri$ayat-ri$ayat sahabat antara ri$ayat yang memastikan sebab turunnya ayat dengan ri$ayat yang menunjukkan hukumnya 8ayat;. 11 %ari perspekti( kuantitati( di atas bisa disimpulkan bah$a sebetulnya dalam memahami ataupun mena(sirkan Al4uran, (aktor pengetahuan asbab al nuzul bukan segala-galanya, apalagi di anggap sebagai sesuatu yang mutlak, yang seakan-akan tidak mungkin bisa memahami Al4uran tanpa asbab al nuzul . Atau dengan kata lain bisa dinyatakan bah$a, penggunaan asbab al nuzul hanya diperlukan pada ayat-ayat yang tidak dapat dipahami secara tepat berdasarkan teksnya saja. %iantaranya adalah ayat 81: JLMN OP; ......RSU VPWX YN Z[\] ^R_` JS]NN [LMN f S NJ R JSMN RMN Y q #esungguhnya sha(a dan mar$a adalah sebagian dari syiar Allah, maka barang siapa beribadah haji ke baitullah atau berumah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya8Q#. Al ba4arah 1:;. %alam redaksi ayat tersebut terdapat kalimat la unaha 8tidak ada dosa besar; yang memberikan pengertian mena(ikan ke$ajiban sai. kemudian Bubair bertanya kepada kepada Aisyah ra, tentang hal tersebut yang kemudian diterangkan bah$a kalimat la unaha tidak berarti mena(ikan ke$ajiban, melainkan berarti menghilangkan perasaan berdosa dan beban dari hati kaum muslimin ketika melaksanakan sai antara sha(a dan mar$a, sebab perbuatan itu termasuk tradisi 19 Ibid 11 Ibid
:
jahiliyah. %alam ri$ayat disebutkan bah$a di daerah sha(a terdapat patung yang dinamakan ishaf , dan di atas mar$a ada patung lain yang bernama na’ilah. Gauh sebelum islam datang, ketika orang musyrik mengerjakan sai, mereka melakukannya sambil mengusap kedua patung tersebut. #etelah islam datang dan kedua patung itu dihancurkan, kaum muslimin masih merasa keberatan untuk melakukan sai, sehingga turunlah ayat tersebut.1 C. CARA%CARA MEN#ETAHUI ASBABUN NU!UL
2Asbab al-!u&ul3 merupakan peristi$a sejarah yang terjadi pada &aman 7asulullah #a$ selaku pengemban al-Qur’an. ?leh karenanya, tidak ada cara lain untuk mengetahuinya, selain merujuk kepada peri$ayatan yang diakui keabsahannya dari orang-orang yang memiliki integritas kepribadian yang dipercaya selaku pengemban dalam peri$ayatan tersebut. ?rang-orang tersebut menegaskan keberadaan dirinya yang mendengar langsung tentang turunnya al-Qur’an. @al ini menuntut kehati-hatian dalam menerima ri$ayat-ri$ayat yang berkaitan dengan 2asbab al-!u&ul3. 5ara ulama umumnya, baik dulu maupun sekarang tetap bersikap ekstra hati-hati dan ketat dalam menerima ri$ayat yang berkaitan dengan asbab al-!u&ul. Ketetatan dan ketelitian mereka di(okuskan kepada seleksi pribadi orang yang memba$a ri$ayat 8ru''at ;, sumber ri$ayat 8isnad ; dan redaksi ri$ayat 8matan;. Al-)ahidi misalnya, dengan tegas menyatakan Tidak halal mengemukakan pandangan terkait dengan Asbab !u&ul al-Qur’an, kecuali berdasarkan ri$ayat dan in(ormasi yang didengar langsung dari orang-orang yang menyaksikan secara langsung peristi$a turunnya ayat, mencermati sebab-sebab tersebut, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya3.1 @al ini menunjukkan bah$a tidak setiap ri$ayat tentang 8asbab al-Nuzul7 yang dikemukakan oleh para sahabat dapat diterima begitu saja, tanpa pengecekan dan penelitian lebih cermat. @al ini juga menunjukkan bah$a pengetahuan tentang 8asbab
al-Nuzul7
suatu ayat merupakan pekerjaan yang sulit, sehingga
menimbulkan perbedaan pendapat dikalangan para ulama tentang beberapa ri$ayat yang terkait dengannya. 1 "anna’ Khalil al-Qattan, Studi, h. 11. 1 "anna’ Khalil al-Qattan, Studi, h. 19E.
E
ntuk mengetahu Asbab An-Nuzul , dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu dari redaksi yang dipergunakan dalam ri$ayat, dari berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya ayat untuk satu Asbab An-Nuzul, dan dari $aktu turunnya ayat daripada hukumnya. 1. Dilihat +ari su+ut /an+ang re+aksi ,ang +i/ergunakan +alam ri0a,at Asbab An-Nuzul 14
"enurut #yaikh "anna’ Al-Qattaan ada dua a; #arih 8jelas;. artinya ri$ayat yang memang sudah jelas menunjukkan asbabunnu&ul dengan indikasi menggunakan la(al 8pendahuluan;.
... #ebab turun ayat ini adalah .....
... Telah terjadi maka turunlah ayat
...
7asulullah pernah kiranya tentang maka turunlah ayat. b; "uhtamilah 8masih kemungkinan atau belum pasti;. 7i$ayat belum dipastikan sebagai asbab an-!u&ul karena masih terdapat keraguan.
...
!
8ayat ini diturunkan berkenaan dengan;
... "#
$
8saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ;
... "# %
$ &'
8saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan ; #edang menurut Al-%ahla$i mengidenti(ikasi sumber kesulitan dalam ri$ayat 8asbab al-Nuzul7 , yaitu1
a; Adakalanya kalangan sahabat atau tabi6in mengemukakan suatu kisah ketika menjelaskan suatu ayat. Tapi mereka tidak secara tegas menyatakan bah$a kisah itu merupakan 8asbab al-Nuzul7. 5adahal, setelah diteliti ternyata kisah itu merupakan sebab turunnya ayat tersebut. b; Adakalanya kalangan sahabat dan tabi6in mengemukakan hukum suatu kasus dengan mengemukakan ayat tertentu, kemudian mereka menyatakan dengan 1/ 7osibon An$ar, ‘Ulum Al-Qur’an,h. <=. 1 http>>mulianinst.blogspot.co.id>"akalah Asbab an !u&ul, diakses pada tanggal = maret 91<
19
kalimat Nv w Mx seolah-olah mereka menyatakan bah$a peristi$a itu merupakan penyebab turunnya ayat tersebut. 5adahal, boleh jadi pernyataan itu sekedar istinbath hukum dari !abi #a$ tentang ayat yang dikemukakan tadi. ?leh karena itu, para ulama seperti Imam al-@akim al-!aysaburi, Ibn al-#halah, dan ulama hadits lainnya menegaskan bah$a hadits yang menjadi sumber dalam ri$ayat 8asbab al-Nuzul7 harus merupakan hadits marfu‘, bersambung sanadnya, dan shahhih dari sisi sanad maupun matan-nya. #edangkan susunan atau bentuk redaksi dalam pengungkapan ri$ayat 8asbab al-Nuzul7 , secara garis besar ada tiga macam, yaitu a1 Bentuk susunan re+aksi ,ang +ise/akati 'leh ulama menunjukkan ke/a+a “asbab al-Nuzul” 8al-muttafaq ‘ala al-i‘tidad bihi ;.
entuk ini mengandung
tiga unsur utama, yaitu 1< 1; !rtama, sahabat yang mengemukakan ri$ayat harus menyebutkan suatu kisah atau peristi$a yang menyebabkan turunnya ayat0 ; 9!dua, sahabat yang mengemukakan ri$ayat harus mengemukakan dengan redaksi yang jelas 8bi al- lafzhi al-sharih ; menunjukkan kepada pengertian ;
8turunnya ayat 30 dan 9!ti%a, sahabat yang
mengemukakan ri$ayat harus mengemukakan
ri$ayatnya dengan pola bahasa yang bersi(at pasti, seperti ungkapan z{ Nv |X} Mx_ Nv Nv3, atau Nv N ~x• Nv Nv z{3. (1 Bentuk susunan re+aksi ,ang masih +i/erselisihkan +ikalangan ulama untuk menunjukkan ke/a+a “asbab al-Nuzul 7 8al-mu"htalaf fi al-i‘tidad
bihi
'a
‘adamihi;,
muhtamilah
karena redaksi pengungkapannya masih bersi(at
8mengandung kemungkinan;. %alam bentuk ini, pera$i tidak
mengin(ormasikan dengan gamblang adanya suatu kejadian atau peristi$a yang melatar belakangi turunnya ayat, namun hanya mengemukakan suatu ri$ayat dengan ungkapan Nv €_ w ...Nv |RU w Mx |X‚N Y ..." , atau w |X‚N ƒ„ Mx ..." , atau |X‚N Mx ...".
Terdapat perbedaan pandangan ulama dalam memahami bentuk redaksi
seperti ini, diantaranya adalah1=
1< Ibid 1= Ibid
11
1; Imam al-ukhari dan Ibn al-#halah memandang redaksi tersebut selaku ri$ayat yang menunjukkan kepada 8asbab al-Nuzul7 suatu ayat. ; Imam al-Barkasyi dan al-#ayuthi menilai bah$a redaksi tersebut menunjukkan kepada pena(siran dan penjelasan yang terkait dengan ketentuan suatu hukum yang disinggung dalam pembahasan ayat 8 shi%at tafsir 'a istidlal bi al-ayat ‘ala al-hu"mi;,
bukan sebagai ri$ayat yang
menunjukkan kepada sebab turunnya ayat 8 shi%at al-naql ;. ; Ibnu Taimiyah menilai bentuk redaksi tersebut mengandung dua kemungkinan, yaitu !rtama, sebagai ri$ayat yang menunjukkan kepada sebab turunnya ayat0 dan "!dua, sebagai keterangan tentang maksud ayat dan bukan sebagai ri$ayat tentang sebab turunnya. ngkapan redaksi tersebut sama dengan pernyataan yang berbunyi |X‚N ƒU w_] ..." 8yang dimaksud dengan ayat ini adalah ...;. /; Al-Qasimi menilai redaksi tersebut selaku pernyataan yang diungkapkan oleh para sahabat dan tabi6in dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang apa yang dibenarkan oleh ayat. %alam hal ini perlu dilakukan langkah ijtihad guna menentukan apakah ri$ayat tersebut sebagai 8asbab al Nuzul7 ayat atau hanya sekedar penjelasan tentang kandungan suatu ayat.
; Al-Bar4ani menilai bah$a bentuk redaksi seperti ini bukanlah serta merta secara pasti menunjukkan kepada ri$ayat sebab turunnya ayat, karena dapat saja menunjukkan kepada penjelasan tentang kandungan ayat. %alam hal ini harus diteliti lebih cermat indikator 8qarinah; yang menunjukkan ke salah satu dari kedua kemungkinan tersebut. Gika ada indikator yang menguatkan arah tunjukannya selaku ri$ayat sebab turunnya ayat, maka barulah dipahami bah$a redaksi itu menunjukkan kepada peristi$a yang melatar belakangi turunnya ayat. 21 Bentuk susunan re+aksi ,ang +ise/akati 'leh ulama ti+ak menunjukkan ke/a+a “asbab al-Nuzul” 8al-muttafaq ‘ala ’adami al-i‘tidad bihi ;.
entuk
susunan redaksi ini ada dua macam, yaitu 1: 1; :!rtama, adakalanya si 5era$i tidak mengungkapkan ri$ayat dengan redaksi yang jelas menunjukkan kepada pengertian 2turun3 8 shi%at al-Nuzul ;, namun mengemukakannya dengan redaksi lain, seperti la(a& qira’ah atau tila'ah. "isalnya, si 5era$i mengatakan ... …\ Z[\] N †\‡ wL_MN J
1: Ibid
Nv z{
1
Nv …\ Z[\] N †\‡ wL_MN ...". 5ara ulama menilai bah$a pengungkapan 2qira’ah3 atau 2tila'ah3 setelah penyebutan adanya suatu kejadian 8alhaditsah;
jelas menunjukkan bah$a suatu ayat pasti turun mengiringi
kejadian atau peristi$a tersebut. 5adahal dalam kenyataan berdasarkan ungkapan redaksi itu sendiri, jelas menunjukkan ayat yang dibaca oleh !abi #a$ sudah turun sebelum terjadinya peristi$a dimaksud. Atau bisa jadi pembacaan !abi #a$ akan ayat tersebut sebagai penjelasan penguat dari ayat yang turun lebih dahulu yang memiliki hubungan yang kuat dengan ayat yang dibacakan !abi #a$ ketika ada suatu kejadian. ; 9!dua, adakalanya si 5era$i mengungkapkan redaksi ri$ayatnya dengan pola bahasa yang tidak secara pasti menunjukkan kepada sebab turunnya ayat, namun mempergunakan pola bahasa yang mengandung 2dugaan3 atau 2perkiraan3 semata. "isalnya, si 5era$i mengatakan |X‚N Y ˆ‰• Nv z{ Z[ Mx ...", atau Z[ Mx |X‚N ƒ„ Y Š• Nv z{3, atau ƒ„ Y Š R ˆ‰ R Nv w ‹ Mx |X‚N ...". 5ola redaksi semacam ini menunjukkan bah$a si 5era$i memahami suatu ri$ayat yang menunjukkan kepada sebab turunnya ayat hanya berdasarkan indikator berupa situasi dan kondisi konteks semata 8qara’in al-ah'al ; yang bersi(at sangat spekulati( 8dugaan;. %an hal itu jelas tidak menunjukkan kepada keterlibatan si 5era$i dalam menyaksikan langsung peristi$a turunnya ayat 8musyahadah; atau mendengarkan in(ormasinya dari orang yang menyaksikan secara langsung tersebut 8 sima’i;. 5ara ulama memberikan catatan bah$a redaksi seperti ini dapat diterima apabila ada ri$ayat lain yang menunjukkan hal yang sama, tapi dengan la(a& redaksi yang bersi(at pasti 8bukan dugaan dan persangkaan semata; sebagaimana dalam bentuk yang disepakati oleh para ulama untuk menunjukkan kepada sebab turunnya ayat. 3. Dilihat +ari su+ut /an+ang (er(ilangn,a Asbab An-Nuzul untuk satu a,at atau (er(ilangn,a a,at untuk satu Asbab An-Nuzul Ber(ilangn,a Asbab An-Nuzul untuk satu a,at 4Ta’adud As-Sabab wa Nizil Al-Wahid)
ila sebab nu&ul suatu ayat itu banyak maka terkadang semuanya tidak tegas, terkadang pula semuanya tegas dan terkadang sebagiannya tidak tegas sedang sebagian lain tegas dalam menunjukkan sebab. "aka dapat dilakukan langkah berikut
1
o
o o o o o
ila semuanya tidak tegas maka tidak ada salahnya diba$a atau dipandang sebagai ta(sir atau kandungan ayat ila tidak tegas sebagian, maka diambil yang tegas ila semuanya tegas, maka diambil yang lebih sahih Apabila semuanya sahih, maka dilakukan pentarjihan bila mungkin. ila tidak mungkin, maka dipadukan ila tidak mungkin dipadukan, maka dipandanglah ayat itu diturunkan beberapa kali dan berulang.1E
•
Ber(ilangn,a a,at untuk satu Asbab An-Nuzul 4Ta’adud Nazil wa As Sabab Al-Wahid 1
Terkadang suatu kejadian dapat menjadi sebab bagi turunnya dua ayat atau lebih. #ebagaimana contoh adalah apa yang diri$ayatkan ukhori dari perkataan Baid bin #abit bah$a 7osulullah membacakan kepadanya ayat EE< surat An-!isa’. Calu datang Ibnu mmi "aktum dan berkata, 8Wahai rosulullah , andai a"u bisa b!rihad ma"a a"u a"an b!rihad,7 padahal
dia
adalah seorang yang buta.maka Allah menurunkan ayat An-!isa’ tersebut. 5. Dilihat +ari su+ut /an+ang 0aktu turunn,a a,at le(ih +ulu +ari/a+a hukumn,a.
A&-Barkasyi mencontohkan mengenai ayat yang memiliki makna mujmal>global yang mengandung arti lebih dari satu kemudian pen(sirannya dihubungkan dengan salah satu arti dari arti-arti tersebut, sehingga ayat tadi mengacu pada hukum yang datang kemudian. %i dalam Al-urhan disebutkan 2ketahuilah bah$a nu&ul atau penurunan sesuatu ayat itu terkadang mendahului hukum. #eperti surat al-A’laa Ayat / yang artinya sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan diri 8dengan beriman;. %iri$ayatkan oleh baiha4i dengan dinisbahkan kepada Ibnu mar, bah$a ayat itu turun berkenaan dengan &akat 7amadhan kemudian aiha4i meri$ayatkan pula keterangan yang sama sebagian mereka berkata 2 aku tidak mengerti pentak$ilan yang seperti ini sebab surah itu makki, sedang di makkah belum ada Idul Ditri dan Bakat.
9
D. HUBUN#AN -6NTE-STUALITAS DEN#AN ASBABUN NU!UL
1E "anna’ Khalil al-Qattan, Studi, h. 11-1. 9 Ibid, h. 1-1/
1/
%iantara karakteristik Al-Qur’an adalah ia kitab suci bagi seluruh &aman, kitab bagi kemanusiaan seluruhnya, kitab suci agama seluruhnya, dan kitab hakikat seluruhnya. "akna Al-Qur’an sebagai kitab keseluruhan &aman adalah ia merupakan kitab yang abadi, bukan kitab bagi suatu masa tertentu, atau kitab bagi seluruh generasi tertentu, yang kemudian habis masa berlakunya. "aksudnya, hukum-hukum AlQur’an, perintah Œ larangannya, tidak berlaku secara temporer dengan suatu kurun $aktu tertentu, kemudian habis masanya.1 Ajaran-ajaran yang diba$a oleh Al-Qur0an adalah ajaran-ajaran yang kekal dan terus berlaku, selama ada kehidupan ini dan adanya manusia. Tidak boleh ada seorang pun yang berkata bah$a hukum-hukum Al-Qur’an ini hanya bagi masa saat diturunkannya artinya masa kenabian atau masa sahabat, atau masa-masa Islam pertama. #edangkan era temporer inidan masa setelah ini tidak terikat dengan hukum-hukum itu lagi. mengingat bentangan sejarah yang cukup panjang antara masa turunnya al-Qur’an di padang pasir yang tandus dan latar belakang sosial masyarakat yang primiti( jahiliyah di satu pihak dan realitas persoalan saat ini dipihak lain. Teks al-Qur’an bukanlah monumen mati yang untou;habl!, yang tidak dapat disentuh oleh tangan sejarah. #ebaliknya ia lahir di ruang tidak hampa untuk merespon segala persoalan kemanusiaan yang terus bergerak dinamis. Ia selalu muncul seiring konteks sosiologis yang terus berkembang. #udah barang tentu teks dalam hal ini memiliki pemaknaan luas menyangkut teks yang terintegrasi dengan konteks pengalaman sejarah umat manusia. Integrasi teks Œ konteks ini perlu di elaborasi secara sistematik karena sejatinya hukum Tuhan tidak lahir kecuali untuk konteks kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia sepanjang sejarahnya. %alam komposisi ayat ditemukan dua term yang saling melengkapi, term ayat 4ur’aaniyyah dan ayat kauniyah. Genis pertama adalah ayat-ayat dalam al-Qur’an yang secara *erbal dan tersurat di$ahyukan oleh Allah #)T. #ementara jenis ayat kedua merupakan ayat realitas yang bersentuhan dengan gejala alam dan jagat raya. Gika jenis ayat pertama dapat ditelusuri pemaknaanya secara semantic dan *erbal, 1https>>docs.google.com>presentation>d>1GbrQErdm9"Ž%CB@%#=4cr)?DT!pl''ha!aK"<%: >edit+usp‘sharing, diakses pada tanggal = maret 91<
1
maka jenis ayat kedua memerlukan daya nalar Œ ta(akkur 8perenungan; tentang kebesaran Tuhan dengan segala ciptaan-!ya. %engan kata lain, ayat kauniyyah dalam al-Qur’an dapat memantulkan daya kreati*itas nalar manusia untuk selalu ber(ikir logis menyikapi realitas hidup. ntuk menelusuri konteks yang melatar belakangi pe$ahyuan terdapat asbbun nu&“l
8sebab musabab turunya al-Qur’an;, yang tidak serta merta dapat
menyelesaikan persoalan interaksi teks dengan konteks realitas, tapi sekurangkurangnya dapat mengantarkan kesadaran akan pentingnya menyingkap kaitan inheren antara teks $ahyu dengan konteks sosiologis umat manusia. Kajian historisitas memiliki peran yang cukup sentral dalam memperdekat bentangan jarak historisitas antara masa teks diproduksi dengan realitas sosiologis masyarakat sekarang. dengan kajian asbbun nu&“l dapat mereproduksi makna dalam menyikapi persoalan-persoalan hukum. Asbbun nu&“l sebagai bagian dari ilmu-ilmu Al-Qur’an, adalah bertujuan untuk menjelaskan sebagian makna-makna ayat-ayat yang termaktub didalamnya dengan menjelaskan latar belakang diturunkannya. Tentu dalam memaknai beberapa ayat dari Al-Qur’an tersebut, tetap dibutuhkan mena(siran bahkan mungkin pen-tak$ilan, $alaupun bahan-bahan ta(sirnya, pada mulanya diambil dengan jalan peri$ayatan. %ari peri$ayatan ini, beberapa cara atau metodologi-pendekatan yang ditemukan lalu berkembang dan dirumuskan oleh para pakar yang bergiat dibidang keilmuan ini. "asa khali(ah, sesudah nabi "uhammad #A), adalah era dimana digambarkan, sebagai a$al dari &aman interpretasi kaum muslimin terhadap kitab suci Al-Qur’an. 'ang terkenal sebagai pena(sir masyhur pertama adalah empat orang khali(ah, kemudian Ibnu "as’ud, Ibnu Abbas, bai bin Ka’ab, Baid bin Babit, Abu "usa alAsy’ari dan Abdullah bin Bubair. "etodologi yang dikembangkan, terbatas pada makna beberapa ayat dengan pena(siran tentang apa yang masih samar dan menjelaskan apa yang masih global. %alam mena(sirkan ayat, mereka menguatkannya dengan ri$ayat yang disandarkan oleh nabi "uhammad 8hadis;. 5ena(siran Al-Qur’an terus berkembang hingga abad II @ dan pada abad ke III @ Garir Attabari 819 @; berhasil menyusun ta(sir Al-Qur’an, dengan metodologi berdasarkan susunan ayat. %isamping ilmu ta(sir 2murni3 tersebut, secara paralel, Ibid
1<
lahirlah pembahasan-pembahasan tertentu yang menopang ilmu ta(sir itu sendiri. Antara lain Ilmu-ilmu ini adalah pembahasan mengenai Asbbun nu&“l. Ali bin al"adini 8$./ @; adalah orang pertama yang menyusun kitab yang membahas tentang sebab-sebab turunnya ayat-ayat tertentu. 'ang pasti, bah$a perlunya konsep asbbun nu&“l dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, tidak terlepas dari keharusan pena(sir memahami realitas yang terjadi, seputar penurunan $ahyu. Ini kelihatan lebih kontekstual, seiring dengan pemahaman kontemporer yang menghendaki konsepsi sejarah dan humanitas lebih dikedepankan. Gika unsur realitas diobyekti*ikasi kedalam bacaan teks, maka sangat mungkin kandungan Al-Qur’an dita(sirkan dengan mengikuti &aman 0 dan dikatakan, dapat berdialog, bersinergis dengan sejarah. #ebaliknya jika teks-teks al-Qur’an dibaca sebagai subyek yang otoriter dan menjusti*ikasi realitas, maka besar kemungkinan terjadi pendiskripsian terhadap kenyataan. Atau lebih radikal dapat dikatakan bah$a keadaan seperti ini memba$a pemahaman kandungan Al-Qur’an berada diruang hampa. Gika demikian seharusnya seluruh ayat-ayat Al-Qur’an memiliki latar belakang yang pasti, sebagai tujuan diturunkannya. %alam artian bah$a latar belakang yang pasti pada ayat-ayat Al-Qur’an, mengisyaratkan kepada manusia adanya ruang kesejarahan yang tak pernah putus, sepanjang sejarah manusia itu sendiri. BAB III PENUTUP -esim/ulan
"empelajari asbab an-nu&ul tidak diragukan lagi bah$a ia sangat penting bagi yang ingin mengkaji ilmu ta(sir, bahkan sebuah ke$ajiban bagi ahli ta(sir, meskipun ada ulama yang menganggapnya tidak penting. !amun dapat dibayangkan bila pena(siran ayat-ayat yang memiliki asbabun nu&ul dita(sirkan dengan tidak memahami mengapa ayat tersebut diturunkan. #emakin banyaknya masalah kontemporer seperti saat ini, banyak ulama yang berusaha memaknai Al-Qur’an untuk disesuaikan dengan konteksnya. "engingat AlQur’an adalah kitab suci yang tidak bisa dibatasi oleh $aktu dan tempat, tidak bisa Ibid
1=
hanya dimaknai untuk masa saat dimana dan kapan ayat itu turun. %an yang pasti, bah$a perlunya konsep asbbun nu&“l dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, tidak terlepas dari keharusan pena(sir memahami realitas yang terjadi, seputar penurunan $ahyu
DATAR PUSTA-A
Al-#uyuti, Al-Itqon fi Ulum Al-Qur’an, eirut %ar Al-Dikr, 1E=E "anna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an , terj. "ud&akir A.#, ogor Citera Antar!usa, 911 7osibon An$ar, ‘Ulum Al-Qur’an, andung 5ustaka #etia, 99: http>>mulianinst.blogspot.co.id>"akalah Asbab an !u&ul, diakses pada tanggal = maret 91< http>>jendelaakhirat.blogspot.co.id> makalah Asbab An-!u&ul, diakses pada tanggal = maret 91< presentation>d>1GbrQErdm9"Ž%CB@%#=4cr)?DT!pl''ha!aK"<%:>edit+ usp‘sharing, diakses pada tanggal = maret 91<