Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, (cet. I; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), hal. 204.
Rosihon Anwar, Ulum Alquran, (Cet.v; Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 60.
Ibid.
Rosihon Anwar. Op. cit. Hal. 60
Ibid.
Manna Al Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Quran, (cet. Xiv; Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa, 2011), hal. 122.
Rosihon Anwar, op. cit., hal. 70.
Ibid. Hal. 72-74
Rosihon Anwar, op. cit., Hal. 76.
Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (cet. 1; Jakarta: Rajawali Press, 2013), hal. 106.
Manna Al Qaththan, op. cit.,. Hal. 114.
Muhammad Amin Suwa, op. cit., hal. 212.
Muhammad Amin Suwa, op. cit., hal. 213.
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP
ASBABUN NUZUL
Disusun Oleh:
Muhammad Fadhil Amir
1151030210
FAKULTAS USHULUDDIN
PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
TAHUN AKADEMIK 2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji sukur kehadirat Allah swt. yang telah memberikan ilmu-ilmuNya mengenai Alquran Yang Mulia untuk membantu dalam menafsirkan tanda-tandaNya agar kita senantiasa bertambah keimanan serta kecintaan kepadaNya. Salawat dan salam selalu tecurah kepada Nabi saw. yang telah membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Alquran melalui asbabun Nuzul yang telah disusun oleh para ulama sejak Nabi saw. wafat.
Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Dosen Pemangku Mata Kuliah Ulumul Quran II, Bapak H. Usep Dedi Rostandi, Lc., M.A., yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini untuk melengkapi nilai selama di semester genap. Semoga ilmu yang telah Bapak berikan bemanfaat untuk bekal kehidupan saya di kemudian hari.
Bandung, 10 Mei 2016
Muhammad Fadhil Amir
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Rumusan Masalah ................................................................................... 1
Tujuan Pembahasan ................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................................. 2
Definisi Asbabun Nuzul .......................................................................... 2
Macam-Macam Asbabun Nuzul Beserta Contohnya ............................... 3
Hikmah Asbabun Nuzul ........................................................................... 6
BAB III : PENUTUP .......................................................................................... 7
Simpulan ................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 8
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam proses penurunan Alquran, alquran tidak turun begitu saja melainkan turun bersamaan dengan sebuah penyebab
Rumusan Masalah
Bagaimana pengertian asbabun nuzul baik menurut bahasa, istilah serta para ulama.
Bagaimana macam-macam asbabun nuzul dan contoh dari asbabun nuzul itu sendiri.
Bagaimana hikmah yang didapat dengan adanya asbabun nuzul.
Tujuan Pembahasan
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana asbabun nzul baik dari segi definisi, jenis-jenisnya, contoh-contohnya, dan hikmah adanya asbabun nuzul apakah berdampak positif atau berdampak negatif terhadap proses penafsiran Alquran.
BAB II : PEMBAHASAN
Definisi Asbabun Nuzul
Ungkapan "Asbabun Nuzul" merupakan bentuk idhofah dari kata "asbab" dan "nuzul". Secara bahasa "asbab" merupakan bentuk plural dari "sabab" yang secara etimologis berarti sebab, alasan, illat (dasar logis), perantaraan, wasilah, pendorong (motivasi), tali kehidupan, persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan. Yang dimaksud "nuzul" di isini ialah penurunan Alquran dari Allah swt. kepada Nabi saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril as. Maka, bisa diambil kesimpulan bahwa asbabun Nuzul menurut etimologi ialah sebab-sebab penurunan Alquran.
Asbabun Nuzul secara istilah memiliki banyak pengertian seperti yang dikemukakan oleh beberapa ulama, diantaranya:
Menurut Az Zarqani:
"Asbabun Nuzul" adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Alquran sebagai penjelas hukum pada saat peristuwa itu terjadi."
Menurut Ash Shabuni:
"Asbabun Nuzul" adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw. atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama."
Menurut Subhi Shalih:
"Asbabun Nuzul" adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat Alquran terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum di saat peristiwa itu terjadi."
Menurut Manna Al Qaththan:
"Asbabun Nuzul" adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Alquran berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw."
Dari beberapa pendapat tentang Asbabun Nuzul di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, Asbabun Nuzul menurut terminologi ialah suatu kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat Alquran.
Macam-Macam Asbabun Nuzul dan Contohnya
Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat Asbabun Nuzul
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat asbabun Nuzul, yaitu sarih (jelas/visionable) dan muhtamilah (kemungkinan/possible). Redaksi sarih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul, dan tiak mungkin pula menunjukkan yang lainnya. Redaksi yang digunakan termasuk sarih bila perawi menggunakan:
"Sebab turun ayat ini adalah ..."
"Telah terjadi ..., maka turunlah ayat ..."
"Rasulullah pernah ditanya tentang ..., maka turunlah ayat ..."
Contoh riwayat asbabun nuzul yag menggunakan redaksi sarih ialah sebuah riwayat yang disampaikan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata, "Apabila seorang suami mendatang istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling." Maka turunlah ayat:
Adapun redaksi muhtamilah bila perawi mengatakan:
"Ayat ini turun berkenaan dengan ..."
"Saya kira ayat ini turun berkenaan dengan ..."
Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa Zubair mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah ikut dalam perang badar bersama Nabi saw., di hadapan Nabi saw. tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang tinggi; keduanya mengairi kebun kurma masing-masing dari situ. Orang ansar berkata: " biarkan airnya mengalir." Tetapi Zubair menolak. Maka Nabi saw. bersabda: "airi kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun tetanggamu." Orang ansar itu marah, katanya: " Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu berbuat demikian?" wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: "airi kebunmu Zubair, kemudian tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke kebun tetanggamu." Rasulullah dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu ia mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada Orang Ansar itu. Ketika Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak Zubair secara nyata. Maka kata Zubair: "Aku tidak mengira ayat berikut ini turun kecuali mengenai urusan tersebut: (Q.S. An Nisaa: 65)
Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul
Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta'addud As-Sabab wa Nanzil Al-Wahid)
Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam satu versi. Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi dan dari sisi kualitas, para ulama mengemukakan cara-cara berikut:
Dari sisi redaksi:
Tidak mempermasalahkan; cara ini digunakan apabila riwayat-riwayat asbabun nuzul ini menggunakan redaksi muhtamilah.
Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih; cara ini digunakan bila salah satu versi riwayat asbabun nuzul itu tidak menggunakan redaksi sarih.
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi sarih, tetapi kualitas salah satunya tidak shahih.
Dari sisi kualitas:
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua versi riwayat tentang Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih dan tidak shahih.
Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi Asbabun Nuzul berkualitas sama-sama shahih.
Melakukan studi kompromi (jama'); jika kedua riwayat berkualitas sama-sama tidak shahih.
Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta'addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)
Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih. Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat Asbabun Nuzul yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas tentang turunnya surat Al Mujadalah ayat 18-19.
Ditinjau dari segi latar belakangnya ada dua, yaitu:
pertama, ada suatu kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan kejadian tersebut.
Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu hal, lalu turunlah ayat yang menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan kepada Nabi saw.
Hikmah Asbabun Nuzul
Pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul memiliki banyak hikmah, diantaranya:
Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara' terhadap kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena sayangnya kepada umat.
Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, bila hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum.
Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas pengakuannya, maka pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul membatasi pengkhususan itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Alquran dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya.
Sebab nuzul dapat menerangkan kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan.
Lalu, as-Suyuthi secara tegas menyalahkan siapa pun yang menafikan peranan ilmu sabab nuzul dalam menafsirkan Alquran, ada beberapa kegunaan yang bisa dipetik dari mengetahui sabab nuzul, di antaranya:
Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyari'atan hukum,
Dalam mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah: " bahwasanya ungkapan (teks) Alquran itu didasarkan atas kekhususan sebab, dan
Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Alquran itu bersifat umum, dan terkadang memerlukan pengkhususan yang pengkhususan itu sendiri justru terletak pada pengetahuan tentang sebab turun ayat itu.
Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul demikian simpel dan sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui asbabun nuzul memiliki kepentingan yang sangat besar dan mendasar. Terutama dalam rangka memperjelas makna ayat Alquran dan mengindahkan hakikat penafsirannya. Karena tidak jarang ayat-ayat Alquran yang dilalah lahiriah (petunjuk formal-tekstualnya) tidak sesuai dengan sasaran (faktual-kontekstual) yang ingin dicapai oleh ayat itu sendiri. Dan itu hanya dimungkinkan utnuk mengetahui secara tepat manakala sang mufassir memahami sabab nuzul ayat. al-Buthi pun menyebutkan macam-macam faedah dari memelajari ilmu asbabun nuzul, yaitu:
Mengenali hikmah bagaimana cara Allah swt. menerangkan hukum-hukum yang disyariatkan-Nya dengan melibatkan sabab nuzul;
Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari dari kemungkinan timbul kesulitan daripadanya; serta menolak kemungkinan dugaan pembatasan dari redaksi ayat secara literal mengisyaratkan pembatasan itu;
Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut kaidah ungkapan (ibarat) itu didasarkan atas kekhususan sebab, bukan keumuman teks;
Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum ayat tatkala ditemukan pengkhusus;
Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditujukan;
Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah swt. ke dalam hati orang-orang yang mendengar ayat-ayat Alquran;
Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin menguatkan keberadaan wahyu Alquran di dalam hati setiap orang yang mendengarkan ayat Alquran manakala dia mengetahui sabab nuzul-nya.
BAB III : PENUTUP
Simpulan
Setelah mengetahui dan memahami apa yang telah disampaikan di atas, maka mutlak lah ilmu asbabun nuzul sebagai alat bantu yang penting dalam menafsirkan Alquran sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan Alquran.
DAFTAR PUSTAKA
al-Qaththan, Manna Khalil. 2011. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Anwar, Rosihon. 2013. Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Anshori. 2013. Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: Rajawali Press.
Suwa, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Quran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.