BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain : 1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014) 2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Anwar Hafis,2014) HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati(LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrivirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksirilbonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV H IV -2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.(Anwar Hafis,2014) B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep medis dari HIV AIDS ? 2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari HIV AIDS ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep medis dari HIV AIDS A IDS 2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari HIV AIDS
1
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain : 3. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar(sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.(Anwar Hafis,2014) 4. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Anwar Hafis,2014) B. Etiologi HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenapati(LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrivirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksirilbonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV H IV -2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.(Anwar Hafis,2014) Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dri protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2,yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika Barat(Warga Senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1. (Anwar Hafis,2014) Cara penularan AIDS antara lain sebagai berikut : a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual. (Anwar Hafis,2014) b. Melalui darah,yaitu :
Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%. Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,003%
2
Terpapar mukosa penularan 0,0051%
yang
mengandung
HIV,
risiko
Transmisi dari ibu ke anak : a. Selama kehamilan b. Saat persalinan,risiko penularan 50% c. Melalui air susu ibu (ASI) 14%. (Anwar Hafis,2014)
C. Patofisiologi Penyakit AIDS disebabkan oleh virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIV menyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembang biak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya. (Anwar Hafis,2014) Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan tubuh (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong., sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker. (Anwar Hafis,2014) Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%, selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melaw virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikal virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit pada orang lain terus
3
berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika keduanya mencapai 200 sel/Ml darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi. (Anwar Hafis,2014) Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan Produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang. (Anwar Hafis,2014) Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIV positif . fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa t iter antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten). Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Anwar Hafis,2014) D. Tanda dan Gejala Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderitaan AIDS : 1. Panas lebih dari 1 bulan, 2. Batuk-batuk 3. Sariawan dan nyeri menelan, 4. Badan menjadi kurus sekali, 5. Diare, 6. Sesak napas, 7. Pembesaran kelenjar getah bening, 8. Kesadaran menurun, 9. Penurunan ketajaman penglihatan, 10. Bercak ungu kehitaman di kulit. (Anwar Hafis,2014) Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di
4
Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tifoid atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka orang tersebut dianjurkan untuk tes darah HIV. (Anwar Hafis,2014) Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1-2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare,neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bervariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal. Human Immunodeficiency Virus (HIV). Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Anwar Hafis,2014) 1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Akut Gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu,mengantuk, nyeri sendi,sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh. 2. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif. 3. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan. Human Immunodeficiency Virus (HIV). (Anwar Hafis,2014) E. Manifestasi Klinis Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral akut, demensia HIV), infeksi opurtunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4. (Anwar Hafis,2014) 1. Infeksi retroviral akut Frekuensi gejala infeksi netroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan demam, pembesaran kelenjar, hepatosplenomegali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili,ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit
5
atipik, sindrom Gillian Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan. (Anwar Hafis,2014) 2. Masa Asimtomatik Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dapat terjadi limfadenopati umum. Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela(window period). (Anwar Hafis,2014) 3. Masa gejala dini Pada masa ini jumlah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herpez zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkulosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC). (Anwar Hafis,2014) 4. Masa gejala lanjut Pada masa ini jumlah CD4, di bawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan resiko tinggi rendahnya infeksi opurtunistik berat atau keganasan. (Anwar Hafis,2014) F. Komplikasi Adapun komplikasi klien dengan HIV/AIDS. (Anwar Hafis,2014) antara lain : 1. Pneumonia pneumocystis(PCP) 2. Tuberculosis(TBC) 3. Esofagitis 4. Diare 5. Toksoplasmositis 6. Leukoensefalopati multifocal prigesif 7. Sarcoma kaposi 8. Kanker getah bening 9. Kanker leher rahim(pada wanita yang terkena HIV). (Anwar Hafis,2014) G. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik untuk penderita AIDS. (Anwar Hafis,2014)adalah : a. Lakukan anamnesis gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS. b. Telusuri perilaku berisiko yang memungkinkan penularan. c. Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait.jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
6
d. Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosit total, antibodi HIV, dan pemeriksaan rontgen. (Anwar Hafis,2014) Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD),serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS,hepatitis, dan papsmear . Sedangkan pada pemeriksaan follow up diperiksa jumlah CD4.Bila >500 maka pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4. (Anwar Hafis,2014) Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan. (Anwar Hafis,2014) Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensis atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8. (Anwar Hafis,2014) H. Penatalaksanaan Medis 1. Apabila terinfeksi Human Immunodefeciency Virus(HIV), maka terapinya yaitu (Anwar Hafis,2014) : a. Pengendalian infeksi oportunistik b. Terapi AZT(Azidotimidin) c. Terapi antiviral baru d. Vaksin dan rekonstruksi(Anwar Hafis,2014) 2. Diet Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS adalah : a. Tujuan umum diet penyakit HIV/AIDS adalah: Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV. b. Tujuan khusus diet penyakit HIV/AIDS adalah :
Mengatasi gejala diare, intoleransi, laktosa, mual dan muntah. c. Syarat-syarat diet HIV/AIDS adalah :
Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan suhu 1 oC. (Anwar Hafis,2014)
7
d. Jenis diet dan indikasi pemberian Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien dengan : a. Infeksi HIV positif tanpa gejala b. Infeksi HIV dengan gejala(misalnya panas lama, batuk) c. Infeksi HIV dengan TBC Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin, bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu diet AIDS I, II, dan III. (Anwar Hafis,2014) I. Pencegahan Usaha-usaha yang dapat dilakukan terhadap AIDS adalah tindakan pencegahan agar tidak terjangkit penyakit AIDS. Sebenarnya HIV mudah mati bila dipanaskan atau bila terkena antiseptik seperti alkohol, fenol. Oleh karena itu semua cairan tubuh dan darah penderita AIDS yang tercecer harus didisinfeksi secara sempurna(Koes Irianto,2012) Jarum atau jarum suntik sebaiknya satu kali pakai saja atau bila akan digunakan kembali harus betul-betul dipanaskan hingga steril. (Koes Irianto,2012) Hindari hubungan seks dengan partner bila partner tersebut sering berganti pasangan.hindari hubungan homoseksual atau anak seks(melalui anus) karena resiko lecet atau terluka lebih besar sehngga memudahkan terinfeksi HIV. Gunakanlah kondom bila ragu-ragu. (Koes Irianto,2012) Wanita yang terken HIV sebaiknya jangan mengandung karena HIV dapat ditularkan ke janin melalui plasenta. Orang-orang yang di duga terkena HIV tidak diperkenankan menymbang darah dan organ-organ tubuhnya untuk transplantasi. (Koes Irianto,2012) Telah diupayakan pembuatan vaksin tetapi masih dalam taraf penelitian dan percobaan yang belum selesai. (Koes Irianto,2012) J. Insiden penularan HIV pada Anak dan Remaja Salah satu faktor risko penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penularan dari ibu pengidap HIV kepada anak, baik selama kehamilan, persalinan maupun selama menyusui. Hingga saat ini kejadian penularan dari ibu ke anak sudah mencapai 2,6 persen dari seluruh kasus HIV-AIDS yang dilaporkan di Indonesia.
8
Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke anak, yaitu faktor ibu, bayi/anak, dan tindakan obstetrik. 1. Faktor Ibu • Jumlah virus (viral load) Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saat persalinan dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya sangat mempengaruhi penularan HIV dari ibu ke anak. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml) dan sebaliknya jika kadar HIV di atas 100.000 kopi/ml. • Jumlah sel CD4 Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV ke bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko penularan HIV semakin besar. • Status gizi selama hamil Berat badan rendah serta kekurangan vitamin dan mineral selama hamil meningkatkan risiko ibu untuk menderita penyakit infeksi yang dapat meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke bayi. • Penyakit infeksi selama hamil Penyakit infeksi seperti sifilis, infeksi menular seksual,infeksi saluran reproduksi lainnya, malaria,dan tuberkulosis, berisiko meningkatkan jumlah virus dan risiko penularan HIV ke bayi. • Gangguan pada payudara Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis, abses, dan luka di puting payudara dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui ASI. 2. Faktor Bayi • Usia kehamilan dan berat badan bayi saat lahir Bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih rentan tertular HIV karena sistem organ dan sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang dengan baik. • Periode pemberian ASI Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV ke bayi akan semakin besar. • Adanya luka di mulut bayi Bayi dengn luka di mulutnya lebih berisiko tertular HIV ketika diberikan ASI. 3. Faktor obstetrik Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir. Faktor obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak selama persalinan adalah: • Jenis persalinan Risiko penularan persalinan per vaginam lebih besar daripada persalinan melalui bedah sesar (seksio sesaria). • Lama persalinan Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu ke anak semakin tinggi, karena semakin lama terjadinya kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu.
9
• Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari 4 jam. • Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forseps meningkatkan risiko penularan HIV karena berpotensi melukai ibu atau bayi.
Penyebaran HIV pada usia muda makin memprihatinkan. Fakta ini menunjukkan bahwa penderita AIDS paling banyak menyerang para remaja yang masih berusia produktif.
Awal masa remaja
berlangsung kira-kira dri 13 tahun sampai 16 tahun, dan akhir usia remaja bermula dari usia 16 tahun sampai 18 tahun. Artinya, pada usia-usia tersebut, remaja sangat rentan terkena penaruh-pengaruh dari luar, seperti penyalah gunaan narkoba, salah memilih teman dalam pergaulan yang berujung pada ergaulan bebas. Masih banyak remaja zaman sekarang yang belum mengetahui bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat melakukan seks diluar nikah atau melakukan seks secara tidak sehat. HIV/AIDS dapat menular kepada siapa saja. Maka dari itu, banyak orang yang salah persepsi atau menganggap bahwa seseorang yang terkena penyakit HIV/AIDS sangat berbahaya. Bahkan mereka tidak segan-segan untuk mencaci maki, mengolok-olok, menghina
bahkan
mengusir
penderita
HIV/AIDS
dari
tempat
tinggalnya. K. Dampak HIV pada Anak dan Remaja 1. Menurunnya fungsi kekebalan tubuh manusia. 2. Mudah terkena tumor. 3. Pemberlakuan hokum sosial bagi penderita HIV/AIDS ,seperti tindakan penghindaran, pengasingan, penolakan, dan dikriminasi. 4. Banyak penderita HIV/AIDS pada usia produktif yang meninggal pada usia muda. 5. Kehilangan teman
10
L. Diagnosis dini Infeksi pada Anak dan Remaja Diagnosis infeksi HIV virologis secara dini pada anak dan remaja: 1. Memungkinkan ditentukan secara dini mereka yang terinfeksi HIV, sebagai langkah pertama dalam menyediakan pengobatan dan perawatan untuk mereka. 2. Memungkinkan ditentukan mereka yang terpajan HIV tetapi tidak terinfeksi, untuk memudahkan tindak lanjut dengan perawatan dan langkah pencegahan untuk membantu memastikan mereka tetap tidak tertular. 3. Membantu penggunaan sumber daya esensial secara efektif dengan mengutamakan ketersediaan ART pada anak yang membutuhkannya. 4. Memperbaiki mengurangi
kesejahteraan kemungkinan
psiko-sosial timbulnya
keluarga
stigma,
dan
diskriminasi
anak, dan
kesukaran psikologis untuk anak yang tidak terinfeksi HIV dan meningkatan kemungkinan mereka diasuh sebagai anak yatim-piatu; 5. Memudahkan perencanaan kehidupan untuk orang tua dan/atau anak yang terinfeksi HIV.
11
- Kontak dengan
HIV masuk kedalam tubuh
HIV berikatan limfosit T,monosit,makrofag
darah
- Kontak seks - Kontak ibu bayi
Neutroponia
Intergrasi DNA virus
HIV berdifusi dengan CD4 +
Netrofil
RNA virus
Inti virus masuk kedalam sitiplasma
DNA
+prot.pada T4(provirus)
RNA genom dilepas
mRNA ditranslasi
kesitoplasma Prot.virus
Tunas virus
Virion HIV baru terbentuk
AIDS
Infeksi sel T lain
Respon imun
Defisiensi pengetahuan
Humoral Rentan infeksi
System kekebalan Sel B dihasilkan antibody Resiko infeksi (oportunistik)
Aktifkan flora normal
Diferensiansi dalam plasma
Penurunan IGM dan IGG
Lawan CD4+ Ynag terinfeksi
Saluran pencernaan
Mukosa teriritasi
CD4+
Metabolism protein
Mudahnya transmisi penularan
Pelepasan asam amino
Isolasi Sosial 12
BB < dari normal
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhaan tubuh
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doengoes,1999) adalah : 1. Aktivitas / istirahat Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise, perubahan pola tidur 2. Sirkulasi Takikardia, perubahan tekanan darah, pucat dan sianosis. 3. Integrasi Ego Alopesia, putus asa, depresi, marah, menangis. 4. Eliminasi Feses encer, diare, nyeri tekan abdominal, abses rectal. 5. Makanan/cairan Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, penurunan berat badan. 6. Neurosensori Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi terganggu, apatis dan respon lambat. 7. Nyeri/kenyamanan Sakit kepala, pembengkakan pada sendi, penurunan rentan gerak. 8. Pernafasan Batuk, produktif/non produktif, takipnea, distress pernafasan.
B. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 2. Isolasi sosial 3. Resiko infeksi (oportunistik)
13
C. Intervensi No. 1.
Diagnosa
NOC
Ketidakseimbangan nutrisi
Weight control
kurang
kebutuhan
dari tubuh
Kriteria hasil :
ditandai dengan :
peningkatan
-
BB menurun
-
Anoreksia
-
Mual
dan
muntah -
Turgor
Menunjukkan
NIC Nutrition monitoring
1. Monitor adanya penurunan BB 2. Monitor kulit kering
berat badan
dan perubahan
Mampu
pigmentasi
mengidentifikasi
3. Monitor jumlah
kebutuhan nutrisi
nutrisi dan
kulit
kandungan kalori
kering
4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan.
2.
Isolasi sosial ditandai
Social interaction skills
dengan :
Social support
1. Kaji kemampuan
-
Ingin sendirian
Kriteria hasil :
pasien dalam
-
Tidak
-
Tingkat persepsi
Socialization enhacement
berinteraksi
komunikatif,
positif tentang
menarik diri
status kesehatan
aktivitas social dan
Tidak ada kontak
dan status hidup
komunitas
mata
individu
2. Dorong melakukan
3. Fasilitasi dukungan
Penyesuaian
kepada pasien oleh
yang tepat
keluarga, teman ,
14
terhadap tekanan emosi sebagai
dan komunitas. 4. Fasilitasi pasien
respon terhadap
untuk berpartisipasi
keadaan tertentu
dalam diskusi dengan grup kecil 5. Membantu pasien mengembangkan atau meningkatkan keterampilan social interpersonal.
3.
Resiko infeksi ditandai
Immune status
dengan :
Kriteria hasil :
-
Pemajanan
terhadap pathogen
menjegah terjadinya infeksi
Infection control
1. monitor tanda dan gejala infeksi 2. monitor kerentanan
menunjukkan
terhadap infeksi 3. ajarkan pasien tanda
-
Penurunan Hb
perilaku hidup
-
immunosupresi
sehat
dan gejala infeksi 4. ajarkan cara menghindari infeksi 5. pertahankan tehnik aseptik pada pasien
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIV AIDS A. Pengkajian Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata dimasa perinatal sekitar usia 9 – 17 tahun. Keluhan utama dapat berupa : Demam dan diare yang berkepanjangan Tachipnae Batuk Sesak nafas
15
Hipoksia Kemudian diikuti dengan adanya perubahan : Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik Diare lebih dan satu bulan Demam lebih dan satu bulan Mulut dan faring dijumpai bercak putih Limfadenopati yang menyeluruh Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis ) Batuk yang menetap ( > 1 bulan ) Dermatitis yang menyeluruh
Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan : Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari kehamilan Adanya penularan pada proses melahirkan Terjadinya kontak darah dan bayi. Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI Adanya kejanggalan pertumbuhan ( failure to thrife )
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya : Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat mela lui vena Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti : Gagal tumbuh Berat badan menurun Anemia Panas berulang Limpadenopati Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit, jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada
16
immunitas selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll B. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan Mata Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina Retinitis sitomegalovirus Khoroiditis toksoplasma nfeksi pada tepi kelopak mata. Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple 2. Pemeriksaan Mulut Adanya stomatitis gangrenosa Peridontitis Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara 1998) 3. Pemeriksaan Telinga Adanya otitis media Adanya nyeri Kehilangan pendengaran 4. Sistem pernafasan Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum Sesak nafas Tachipnea Hipoksia Nyeri dada Nafas pendek waktu istirahat Gagal nafas 5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan Berat badan menurun Anoreksia Nyeri pada saat menelan Kesulitan menelan Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut Faringitis Kandidiasis esophagus Kandidiasis mulut Selaput lendir kering Hepatomegali Mual dan muntah
17
Pembesaran limfa Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular Suhu tubuh meningkat Nadi cepat, tekanan darah meningkat Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena HIV Pemeriksaan Sistem Integumen Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar ) Haemorargie Nyeri panas serta malaise Pemeriksaan sistem perkemihan Didapatkan air seni yang berkurang Annuria Proteinuria Adanya pembesaran kelenjar parotis Limfadenopati Pemeriksaan Sistem Neurologi Adanya sakit kepala Somnolen Sukar berkonsentrasi Perubahan perilaku Nyeri otot Kejang-kejang Encelopati Gangguan psikomotor Penururnan kesadaran Delirium Keterlambatan perkembangan Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal Nyeri persendian Letih, gangguan gerak Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )
6.
7.
8.
9.
10.
C. Pemeriksaan Laboratorium Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000-2000 permikrositer., tes anti body anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau dengan menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks, Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan tes western blot.
18
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24 (dengan polymerase chain reaction - PCR). Kulit dideteksi dengan tes antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV). D. Diagnosa Keperawatan Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan HIV / AIDS antara lain : 1. Resiko infeksi 2. Kurang nutrisi 3. Gangguan intregitas kulit E. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL 1 Resiko Tujuan : Bebas 1. Pertahankan teknik 1. Mengurangi resiko terjadinyainfeksi dari infeksi septik dan antiseptik kontaminasi silang. pada anak dengan oportuniskit (cuci tangan sebelum Memberikan informasi HIV /AIDS Kriteria Hasil : dan sesudah tindakan) data dasar, tindakan berhubungan 2. Pantau TTV Kaji Kongesti / distress Mencapai dengan adanya masa frekuensi /kedalaman pernafasan penurunan system penyembuhan pernafasan 2. Dapat imun tubuh 3. Perhatikan batuk mengidentifikasikan luka / lesi spasmedik kering pada perkembangan PCP Tidak demam inspirasi dalam 3. Candidiasis oral, herpes dan bebas dari 4. Periksa adanya luka , dan Cyptococcus adalah pengeluaran/ dan tanda – tanda penyakit umum dan sekresi purulen inflamasi. memberi pengaruh pada dan tanda-tanda membran kulit lain dari 5. Gunakan sarung tangan dan APD selama kontak 4. Mencegah penularan infeksi. langsung yang akresi / 5. Mengidentifikasi proses sekresi infeksi dan untuk 6. Pantau studi menentukan metode laboratorium, JDL dan perawat periksa kultur / 6. Menghambat proses sensivitas lesi, darah, infeksi urine dan spuntum 7. Berikan antibiotik/ agen antimikroba. 2 Nutrisi kurang dan Tujuan : 1.Kaji BB dasar 1. Anak resti GUT ditandai kebutuhan tubuh Kebutuhan 2.Observasi koordinasi BB menurun atau berhubungan nutrisi pada menghisap dan refleks penambahan BB sedikit dengan anoreksia anak terpenuhi menelan dari waktu lahir. Kriteria Hasil : 3.Inspeksi rongga mulut 2. Pola motorik oral abormal dapat merusak Terlihat
19
3
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit imunologis, resti : penurunan tingkat aktivitas, perubahan sensasi, malnutrisi, perubahan status metabolisme.
adanya pertumbuhan BB anak Nila-nilai laboratorium dalam batas normal Bebas dari tanda malnutrisis / gagal untuk tumbuh (GUT)
4.Anjurkan pemberian makan alternatif dan konsulkan ibu mengenai resiko menyusui
Tujuan : Integritas kulit kembali normal Kriteria Hasil : Tidak ada lagi lesi Permukaan kulit normal.
1. Kaji tiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensori. 2. Pertahankan higiene kulit mis : masase dengan lotion dan krim 3. Atur posisi secara teratur, ganti seprei sesuai kebutuhan 4. Bersihkan area perianal 5. Gunting kuku anak secara teratur 6. Berikan obat – obatan topikal / sistemik sesuai indikasi.
5.Tinjau ulang diet sesuai usia dan tambahan makanan padat dan kemampuan perkembanan 6.Berikan makanan enteral / parenteral dengan tepat.
20
pemberian makan 3. Sariawan merusak kemampuan makan 4. HIV ada pada kolestrum serta ASI dan meskipun terbatas tetap ada beberapa resiko pada bayi 5. Memberikan nutrisi optimal berdasarkan kebutuhan anak setelah pulang 6. Kerusakan motorik dan adanya infeksi memerlukan alternativeteknik pemberian makanan untuk memenuhi kebutuhan diet. 1. Menentukan garis dasar perubahan dan melakukan intervensi yang tepat 2. Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi 3. Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah, kejaringan meningkatkan proses penyembuhan 4. Mencegah maserasi yang disebabkna oleh diare 5. Kuku yang panjang meningkatkan resiko kerusakan dermal 6. Digunakan pada perawatan lesi kulit
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penyakit AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Usaha-usaha yang dapat dilakukan terhadap AIDS adalah tindakan pencegahan agar tidak terjangkit penyakit AIDS. Telah diupayakan pembuatan vaksin tetapi masih dalam taraf penelitian dan percobaan yang belum selesai. (Koes Irianto,2012) B. Saran Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan dosen pembimbing apabila terdapat kesalahan pada makalah ini.
21