KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan, karena berkat tuntunanNya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Anak dengan ISPA. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini telah tersusun dengan baik. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan di kemudian hari. Semoga makalah ini bermanfaat demi perkembangan ilmu pengetahuan. Sekian dan terima kasih.
Tomohon, 10 Januari 2014
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................. 1 Daftar Isi...................................................................................................... 2 Bab I : Pendahuluan................................................................................. 4 A. Latar Belakang................................................................................. 4 B. Tujuan Penulisan.............................................................................. 5 Bab II : Landasan Teori Asuhan Keperawatan Anak ISPA...................... 6 A. Definisi............................................................................................. 6 B. Etiologi............................................................................................. 6 C. Anatomi Fisiologi ........................................................................... 7 D. Patofisiologi..................................................................................... 9 E. Patoflow........................................................................................... 11 F. Manifestasi Klinis............................................................................ 11 G. Komplikasi....................................................................................... 12 H. Pemeriksaan Penunjang................................................................... 13 I. Penatalaksanaan............................................................................... 13 J. Pencegahan.......................................................................................16 Bab III : Teori Asuhan Keperawatan Anak ISPA...................................... 19 A. Pengkajian........................................................................................ 19 B. Diagnosa.......................................................................................... 21 C. Intervensi.......................................................................................... 21 D. Implementasi.................................................................................... 25 E. Evaluasi............................................................................................ 25 Bab IV : Asuhan Keperawatan Kasus........................................................ 26 I. Pengkajian........................................................................................ 26 II. Patoflow Kasus................................................................................ 32 III. Analisa Data..................................................................................... 33 IV. Diagnosa...........................................................................................34 V. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi........................................... 35 Bab V : Penutup........................................................................................ 39 A. Kesimpulan...................................................................................... 39 B. Saran................................................................................................ 39 Daftar Pustaka.............................................................................................. 40
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah (WHO, 2009). ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau kunjungan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak, sebanyak 40% sampai 60% kunjungan berobat di puskesmas, 15% sampai 30% kunjungan rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit (Depkes RI, 2008). Prevalensi ISPA di Indonesia adalah 25,5% dengan 16 provinsi di antaranya mempunyai prevalensi di atas angka nasional. Prevalensi ISPA tertinggi ialah pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok umur 15 – 24 tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif sama, dan sedikit lebih tinggi di wilayah pedesaan. ISPA cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah (RISKESDAS, 2008). Di provinsi Sulawesi Utara, berdasarkan diagnosa dan gejala penyakit ISPA ditemukan di semua kabupaten/kota, dan menduduki urutan pertama sepuluh besar penyakit menular yang menonjol di Sulawesi Utara, dengan rentang prevalensi 12,1 – 34,6%. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan pada bayi dan balita di provinsi Sulawesi Utara. Angka cakupan penemuan penderita pnemonia pada balita di provinsi Sulawesi Utara
dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan (Seksi Surveilans Sulut 2009).
3
Pemberian asuhan keperawatan pada pasien ISPA merupakan suatu hal penting karena mengingat bahwa penyakit ISPA mempunyai prognosis buruk kalau tidak segera ditangani. Perawat yang melaksanakan tugas dan fungsinya kurang baik, sering mengabaikan pemberian kompres pada pasien yang mengalami hipertermia, jarang memonitor tanda-tanda vital, terkesan hanya memberikan intervensi atau treatmen tindakan dan sering mengabaikan pemberian pendidikan kesehatan baik pada pasien maupun keluarga pasien dan system pendokumentasian proses keperawatan yang belum tepat dimana dokumentasi keperawatan umumnya hanya berupa data atau tindakan umum dan bersifat rutin saja, antara lain dokumentasi tanda-tanda vital, pemberian obat, cairan infus atau hal-hal lain yang merupakan instruksi medik. Jarang ditemukan catatan keperawatan yang berdasarkan proses keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi dari tindakan keperawatan
B. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Menjelaskan proses asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).
2.
Tujuan Khusus -
Melaksanakan pengkajian keperawatan pada anak dengan ISPA
-
Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan ISPA
-
Merumuskan intervensi keperawatan pada anak dengan ISPA
-
Mengimplementasikan asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA
-
Mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA
4
BAB II LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ISPA
A. DEFINISI ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung, dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari. ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan, mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adenoksanya seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura (Nelson, 2008). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
B. ETIOLOGI Penyebab ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri dan/atau virus yang masuk ke saluran nafas. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus,
stafilokokus,
pneumokokus,
hemofillus,
bordetelia, dan
korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan microvirus,
adnovirus,
koronavirus,
pikornavirus,
herpesvirus,
dll
(Suhandayani, 2007). Penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktivitas memasak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadari telah dihirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk dan sesak nafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut
5
mengandung zat-zat seperti dry basis, ash, carbon, hydrogen, sulfur, nitrogen, dan oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2002). Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda yang telah dicemari virus/bakteri penyebab ISPA (hand to hand transmission) dan dapat juga ditularkan melalui udara yang tercemar (air borne disease) pada penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit ini melalui sekresi berupa saliva atau sputum.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Sistem pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru-paru. Hidung merupakan saluran pernafasan yang pertama , mempunyai dua lubang/ cavum nasi. Didalam terdapat bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk dalam lubang hidung. Hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs. H. Syaifuddin. B.Ac., 1997). Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan, faring terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar dengan koana yaitu nasofaring, bagian 6
tengah dengan istimus fausium disebut orofaring, dan di bagian bawah sekali dinamakan laringofaring. Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa. Trakea dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Bronkus merupakan lanjutan dari trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri, bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut bronkiolus yang pada ujungujungnya terdapat gelembung paru atau gelembung alveoli. Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Paru-paru terletak pada rongga dada yang di antaranya menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis yang berasal dari atrium kiri. Besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500 ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500 ml adalah udara pasang surut. Sedangkan kapasitas paru-paru adalah volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan normal kedua paruparu dapat menampung sebanyak kurang lebih 5 liter. Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru. Proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu: 1.
Ventilasi pulmoner. Ventilasi merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan
7
otot-otot interkosta eksterna relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara terdorong keluar. 2.
Difusi Gas. Difusi Gas adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran, luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan penting yaitu alveoli dan darah.
3.
Transportasi Gas Transportasi gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa 3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel. Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung. Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.
D. PATOFISIOLOGI Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksiya virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending & Chernick, 1983). Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974). Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernafasan
8
menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernafasan, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza, dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980). Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempattempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah. Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas sistem imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula
9
bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994). Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu: 1.
Tahap prepatogenesis; penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2.
Tahap Inkubasi; virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.
3.
Tahap dini penyakit; dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk
4.
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis, dan dapat meninggal akibat pneumonia.
E. PATOFLOW (lihat halaman 18)
F. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah: 1.
Gejala ISPA ringan Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut: a.
Batuk
b.
Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu berbicara atau menangis).
c.
Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
d.
Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.
2.
Gejala ISPA sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
10
a.
Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
3.
b.
Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer).
c.
Tenggorokan berwarna merah.
d.
Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
e.
Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
f.
Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
g.
Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
Gejala ISPA berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejalagejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejalagejala sebagai berikut: a.
Bibir atau kulit membiru.
b.
Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
c.
Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
d.
Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
e.
Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
f.
Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
g.
Tenggorokan berwarna merah.
G. KOMPLIKASI 1.
Asma Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan oleh suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala: sesak nafas, nafas berbunyi wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini hari.
11
2.
Kejang demam Kejang demam adalah bangkilan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa serangan kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti mata terbalik keatas dengan disertai kejang kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan kekauan fokal.
3.
Tuli Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga telinga.
4.
Syok Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh babagai faktor antara lain: faktor obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan yang mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sehingga seseorang tersebut kekurang suplay oksigen ke otak dan mengakibatkan syok.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman
2.
Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
3.
I.
Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans, 1997).
PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002):
12
1.
Pemeriksaan Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi nafas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung nafas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
2.
Pengobatan a.
Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
b.
Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
13
3.
Perawatan di rumah Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA. a.
Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b.
Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c.
Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d.
Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e.
Lain-lain 1)
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
2)
Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
3)
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
14
4)
Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
5)
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan di atas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
J.
PENCEGAHAN Menurut Depkes RI (2002), pencegahan ISPA antara lain: a.
Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik dapat mencegah atau menghindari penyakit infeksi. Makanan bergizi, banyak minum air putih, olahraga teratur, serta istirahat yang cukup dapat menjaga badan untuk tetap sehat. Karena, dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh juga akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus/bakteri penyakit yang akan masuk dalam tubuh.
b.
Imunisasi Pemberian imunisasi sangat diperlukan baik anak-anak maupun orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh supaya tidak mudah terserang penyakit yang dibawa oleh virus/bakteri.
c.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan Kebersihan diri merupakan sumber kenyamanan yang paling utama. Kebersihan diri yang tidak terawat akan mempermudah menempelnya kuman-kuman di tubuh, yang dapat menjadi jalan masuk berbagai jenis penyakit. Membuat ventilasi udara serta pencahayaan yang baik akan mengurangi polusi asap dapur/asap rokok yang berada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap yang bisa menyebabkan ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap sehat bagi manusia.
15
d.
Mencegah berhubungan dengan penderita ISPA ISPA ini disebabkan oleh virus/bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan kemudian masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini umumnya berbentuk aerosol (suspensi yang melayang di udara) yang berupa droplet, nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh, mis. pada saat bersin). Untuk itu, sangatlah penting menghindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita, dan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri mis., masker baik untuk penderita maupun bukan penderita.
16
PATOFLOW ISPA
Virus/ Bakteri
Invasi saluran nafas
Merusak lapisan epitel & mukosa
Aktivitas kelenjar mukus Iritasi
Batuk/ pilek
Infeksi
Sesak
Respon Hipotalamus
Penurunan ekspansi paru
Merangsang pelepasan zat pirogen
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Inflamasi eksudatif & proliferasi jaringan mesenkim jantung
Suplai darah ke jaringan
Saluran Pencernaan
Pengeluaran cairan mukosa > normal
Suhu tubuh Mual Muntah Anorexia
Asma
Kejang Keluarga takut
Hipertermi Kurang informasi
Peradangan tonsil
Nyeri
Sakit menelan Malas makan
Nutrisi < kebutuhan tubuh
Keluarga bertanya-tanya
Kurang pengetahuan
17
BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ISPA
A. PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (NN, 2009). Menurut Khaidir Muhaj (2008): 1.
Identitas Pasien
2.
Umur: Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Anggana Rafika, 2009).
3.
Jenis kelamin: Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009).
4.
Alamat: Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat. Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak (Anggana Rafika, 2009)
5.
Riwayat Kesehatan o
Keluhan Utama: Klien mengeluh demam
18
o
Riwayat penyakit sekarang: Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
o
Riwayat penyakit dahulu:
Klien sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit sekarang o
Riwayat penyakit keluarga: Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
o
Riwayat sosial: Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya.
6.
Pemeriksaan Persistem o
B1 (Breath): Inspeksi: -
Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan
-
Tonsil tanpak kemerahan dan edema
-
Tampak batuk tidak produktif
-
Tidak ada jaringna parut pada leher
-
Tidak tampak penggunaan otot- otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi
Palpasi -
Adanya demam
-
Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/ nyeri tekan pada nodus limfe servikalis
-
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
Perkusi Suara paru normal (resonance) Auskultasi Suara nafas vesikuler/ tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru o
B2 (Blood): kardiovaskuler hipertermi
o
B3 (Brain): penginderaan pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi gangguan penciuman
o
B4 (Bladder): perkemihan tidak ada kelainan
19
o
B5 (Bowel): pencernaan; nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis, minum sedikit, nyeri telan pada tenggorokan
o
B6 (Bone): Warna kulit kemerahan (Benny:2010)
B. DIAGNOSA Diagnose keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (Capaernito, 2003) Diagnosa keperawatan yang dapat muncul dalam kasus ISPA adalah: 1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
3.
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan mencerna makanan. 4.
Nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
5.
Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. INTERVENSI Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). 1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Tujuan: bersihan jalan nafas efektif Kriteria hasil: Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis.
20
Intervensi: Intervensi Mandiri : 1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada
2. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisius, mis. Crackles, mengi.
3. Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan atau bantu pasien mempelajari melakukan batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
Rasional 1. Takypnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tidak simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru 2. Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas bronchial dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Crackles, ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi pada respon teradap pengupulan cairan , secret kental dan spasme jalan nafas atau obstruksi. 3. Nafas dalam memudakan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertaankan jalan nafas paten. Penenkanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat. 4. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengluarkan secret
4. Berikan cairan sedikitnya 2500 ml perhari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat daripada dingin . Kolaborasi : 5. Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain, mis. 5. Memudahkan pengenceran dan Spirometer insentif, IPPB, tiupan pembuangan secret. botol, perkusi, postural drainage. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin. 6. Berikan obat sesuai indikasi mukolitik, ekspektoran, 6. Alat untuk menurunkan spasme bronchodilator, analgesic. bronkus dengan mobilisasi secret. Analgesic diberikan untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-
21
hati, karena dapat menurunkan upaya batuk atau menekan pernafasan.
2.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Tujuan: Pasien akan menunjukkan termoregulasi (keseimbangan antara produksi panas, peningaktan panas, dan kehilangna panas). Kriteria hasil: Suhu tubuh kembali normal 1.
Nadi : 60-100 denyut per menit
2.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
3.
RR : 16-20 kali per menit
Intervensi: Intervensi Mandiri : 1. tanda-tanda vital
2. Kompres pada kepala / aksila.
3. Atur sirkulasi udara kamar pasien. Health Education:
Rasional 1. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya 2. Dengan memberikan kompres, maka akan terjadi proses konduksi/perpindahan panas dengan bahan perantara 3. Penyediaan udara bersih
4. Anjurkan klien untuk 4. Proses hilangnya panas akan menggunakan pakaian tipis dan terhalangi untuk pakaian yang dapat menyerap keringat. tebal dan tidak menyerap keringat 5. Anjurkan klien untuk minum 5. Kebutuhan cairan meningkat banyak 2000-2500 ml/hari. karena penguapan tubuh meningkat. 6. Anjurkan klien istirahat di 6. Berbaring mengurangi tempat tidur selama masa febris metabolisme penyakit Kolaborasi : 7. Kolaborasi dengan dokter 7. Untuk mengontrol infeksi dan dalam pemberian obat menurunkan panas
22
3.
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan mencerna makanan. Tujuan: nutrisi adekuat/ seimbang Kriteria hasil: Intervensi: Intervensi Mandiri : 1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap hari
Rasional 1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan BB dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi
2. Berikan porsi makan kecil tapi sering dalam keadaan hangat
2. Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi rileks, bersih, dan menyenangkan
3. Tingkatkan tirah baring
3. Untuk mengurangi kebutuhan metabolik
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Metode makan dan kebutuhan
untuk memberikan diet sesuai
kalori di dasarkan pada situasi
kebutuhan klien
atau kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal
5. Berikan heath education pada
5. Ibu dapat memberikan
ibu tentang Nutrisi : makanan
perawatan maksimal kepada
yang bergizi yaitu 4 sehat 5
anaknya. Makanan bergizi dan
sempurna, hindarkan anak dari
air putih yang banyak dapat
snack dan es, beri minum air
membantu mengencerkan
putih yang banyak
lendir dan dahak.
6. Menjauhkan dari bayi lain.
6. Tidak terjadi penularan penyakit
7. Menjauhkan bayi dari keluarga yang sakit
7. Tidak terjadi pemaparan ulang yang menyebabkan bayi tidak segera sembuh
4.
Nyeri berhubungan dengan proses peradangan.
23
Tujuan: nyeri teratasi/ berkurang Kriteria hasil: Nyeri berkurang skala 1-2 Intervensi: Intervensi Mandiri 1. Teliti keluhan nyeri, catat intensitasnya (dengan skala 0-10), faktor yang memperburuk atau meredakan nyeri, lokasi, lama, dan karakteristiknya 2. Anjurkan klien untuk menghindari alergen atau iritan terhadap debu, bahan kimia, asap rokok, dan mengistirahatkan atau meminimalkan bicara bila suara serak 3. Anjurkan untuk melakukan kumur air hangat Kolaborasi : 4. Berikan obat sesuai indikasi
5.
Rasional 1. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan 2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit
3. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta mengurangi nyeri tenggorokan. 4. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi atau menghambat pengeluaran histamin dalam inflamasi pernafasan. Analgesik untuk mengurangi nyeri.
Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan: pengetahuan tentang penatalaksanaan penyakit bertambah. Kriteria hasil: klien/ keluarga tidak lagi bertanya-tanya tentang kondisi klien.
24
Intervensi: Intervensi Mandiri : 1. Batasi pengunjung sesuai indikasi 2. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
3. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin. 4. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak dibawah usis 2 tahun, lansia, dan penderita penyakit kronis. Konsumsi vitamin C, A dan mineral seng atau antioksidan jika kondisi tubuh menurun atau asupan makanan berkurang Kolaborasi : 5. Pemberian obat sesuai hasil kultur
Rasional 1. Menurunkan potensi terpajan pada penyakit infeksius 2. Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. 3. Mencegah penyebaran patogen melalui cairan 4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhada infeksi
5. Dapat diberikan untuk organisme usus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik
D. IMPLEMENTASI Implementasi
adalah
pengolahan
dan
perwujudan
dari
rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 2005). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan/ kolaborasi, dan tindakan rujukan/ ketergantungan.
E. EVALUASI Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 2004)
25
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK W.T. DENGAN DIAGNOSA TYPHOID DI POLIKLINIK KESEHATAN ANAK RSU GUNUNG MARIA TOMOHON
I.
PENGKAJIAN Unit
: Kesehatan anak
Tanggal pengkajian: 10 Jan 2014
Ruang
: Poliklinik
Allo anamnese
: Orang tua pasien
A. Identifikasi a.
b.
Klien Nama
: J.M
TTL / Umur
: Tomohon, 10 April 1994 / 9 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Anak ke
: 1 dari 2 bersaudara
Agama/Suku
: Katolik/ Minahasa
Warga negara
: Indonesia
Bahasa
: Melayu Manado
Alamat
: Woloan 1
Orang tua Ayah
Ibu
Nama
: E.M
V.S
Umur
: 40 tahun
42 tahun
Agama
: Katolik
Katolik
Suku
: Minahasa
Minahasa
Kebangsaan
: Indonesia
Indonesia
Pendidikan
: SMA
SMA
Pekerjaan
: Swasta
IRT
Alamat
: Woloan 1
Woloan 1
Genogram
26
Keterangan: Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tuanya dan ibu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi.
27
c.
Data medik a.
Dikirim oleh : -
b.
Diagnosa medik ISPA
c.
Riwayat prenatal Ibu pasien mengatakan pemeriksaan kehamilan selalu dilakukan setiap bulan.
d.
Riwayat kelahiran Ibu pasien mengatakan pasien lahir cukup bulan dengan jenis persalinan normal, yang dilakukan di RS dengan penolong persalinan dokter dan bidan.
f. Riwayat tumbuh kembang anak Ibu pasien mengatakan, pasien tumbuh gigi pertama pada saat pasien berumur 5 bulan. Dan pada umur 4 bulan pasien mulai belajar duduk, kemudian pad usia 11 bulan pasien sudah mulai berjalan. e.
Riwayat vaksinasi : Lengkap
f.
Riwayat alergi: Tidak ada riwayat alergi
g.
Riwayat penyakit dahulu Ibu Klien mengatakan klien pernah dirawat di rumah sakit
dengan diagnosa ISPA dan tonsilofaringitis. B. Keluhan utama Batuk/ flu ± 4 hari
C. Keadaan Umum 1.
Keadaan sakit Klien tampak sakit sedang; pucat tapi aktif bergerak. Riwayat
kesehatan sekarang: Batuk/ flu selama 4 hari, sekret pada hidung, demam naik turun ± 4 hari yang diukur dengan termometer. BAB 1 x tadi pagi, konsistensi lunak, warna kekuningan. 2.
TTV a.
Kesadaran : Compos mentis
28
b.
Nadi
: 114x/m (teratur)
c.
Suhu
: 36ºC (Axilaris)
d.
Respirasi
: 24 x/m (Irama: teratur, Jenis :Pernafasan dada)
Kajian Pola Kesehatan a.
Kajian Persepsi Kesehatan dan Pemeliharaan Kesehatan 1) Data Subjektif
Keadaan sebelum sakit Orang tua klien mengatakan klien sudah pernah dirawat
di rumah sakit sebelumnya. Saat klien sakit selalu diperiksakan ke dokter oleh orang tuanya dan selalu meminum habis obat yang diberikan.
Keadaan saat ini Orang tua klien tidak mengetahui penyebab anaknya
demam naik turun seperti ini. Sebelumnya klien belum pernah dibawa berobat ke mana pun. 2) Data objektif Ku klien tampak sakit sedang, klien aktif bermain 3) Pemeriksaan fisik
b.
Kulit kepala dan rambut
: Bersih
Rongga mulut, telinga, hidung
: Bersih
Kulit dan kuku
: Bersih
Tanda Scar vaksinasi
: Ada
Kajian Pola Nutrisi Metabolik 1) Data subjektif
Keadaan sebelum sakit Ibu klien mengatakan selera makan klien baik. Menu
makanan sehari-hari nasi, ikan, dan sayur. Frekuensi 3x/hari. Jenis minuman: air putih dan susu, jumlah ± 1500 cc.
Keadaan saat sakit
29
Ibu klien mengatakan selera makan dan minum klien biasa seperti saat tidak sakit. 2) Data objektif: 3) Pemeriksaan Fisik BB
: 17 kg
Keadaaan rambut
: lebat, bersih
Hidrasi kulit
: Lembab
Rongga mulut
: Bersih
Gusi
: Merah muda jumlah gigi : 14
Palpebrae
: tidak berwarna gelap
Conjungtiva
: Merah
Sclera
: Tidak ikterik
Hidung
: tidak terdapat lesi, ada sekret
Lidah
: Bersih
Abdomen
:Bentuk simetris dan tidak ada pembengkakan
c.
Kajian Pola Eliminasi 1) Data Subjektif
Keadaan sebelum sakit Ibu klien mengatakan klien BAB ± 1x/1 – 2 hari,
konsistensi lembek. BAK ± 5x/ hari.
Keadaan saat ini Ibu klien mengatakan BAB & BAK klien tidak ada
masalah, frekuensi seperti sebelum sakit 2) Data objektif: d.
Kajian Pola Aktifitas dan Latihan 1) Data subjektif
Sebelum sakit Ibu klien mengatakan Klien bermain di rumah dengan kakak-kakaknya.
Saat ini
30
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami masalah dalam pola aktivitas sehari-hari. 2) Data objektif Klien tampak aktif bergerak 3) Pemeriksaan Fisik: Perfusi pembuluh perifer kuku: Kuku warna merah muda, waktu kembali 2 detik. d.
Kajian Pola Tidur dan Istirahat 1) Data Subjektif
Sebelum Sakit Ibu klien mengatakan jam tidur klien tidak menentu,
biasanya memiliki waktu istirahat siang.
Saat Ini Klien tidak mengalami masalah dalam pola istirahat
dan tidur. 2) Data Objektif: e.
Kajian Pola Persepsi Kognitif 1) Data Subjektif
Sebelum Sakit Klien tidak mengalami gangguan pancaindra sesuai
tahap perkembangan
Saat Ini Tidak ada perubahan pola persepsi kognitif
2) Data Objektif Kemampuan bicara klien sesuai usianya, tidak ada disorientasi. f.
Kajian Pola Persepsi Diri 1) Data Subjektif
Sebelum Sakit Klien berperan sebagai anak dalam keluarga, anak yang
masih dalam tahap tumbuh kembang yang sepenuhnya masih butuh pengawasan orang tua.
31
Saat Ini Tidak ada perubahan pola persepsi diri
2) Data Objektif Rentang perhatian baik dan ada kontak mata dan tidak ada kelainan bawaan yang nyata. g.
Kajian Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama 1) Data Subjektif Klien tinggal bersama orang tuanya dan hidup baik antar anggota keluarganya.
Saat Ini Klien tidak memiliki masalah dalam pola hubungan
sesama. 2) Data Objektif Klien mau diajak bicara dengan perawat h.
Kajian Mekanisme Koping 1) Data Subjektif
Sebelum Sakit Orang tua klien selalu mencari jalan keluar saat ada
masalah, misalnya mencari pengobatan secepat mungkin saat mendapatkan anggota keluarga sakit.
Saat Ini Orang tua klien cemas akan keadaan klien saat klien
sakit. 2) Data Objektif Orang tua klien tampak cemas dengan keadaan anaknya. i. Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan 1) Data Subjektif
Sebelum sakit Klien mengikuti kegiatan keagamaan bersama orang
tuanya (ke gereja setiap hari minggu).
Saat Ini Tidak ada masalah dalam pola sistem nilai kepercayaan
32
2) Data Objektif: - orang tua klien terlihat menggunakan aksesori rohani (rosario)
THERAPY PENGOBATAN 1.
Sanmol
2.
Valisanbe
3.
Trombroncho 9 mg
4.
Trifed ¼ tab
33
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif
Data Objektif
Ibu klien mengatakan:
Klien batuk/ flu
Klien batuk/ flu ± 4 hari
Terdapat sekret di hidung
Klien demam naik turun ± 4hari
Kesadaran compos mentis
Klien BAB 1 x tadi pagi, biasa
Akral hangat
Tidak
TTV:
mengetahui
penyebab
anaknya sakit seperti sekarang.
N
: 114x/menit
R
: 24x/menit
SB : 36ºC Orang tua klien tampak cemas Keluarga
klien
bertanya-tanya
tentang kondisi klien Ekspresi wajah orang tua klien gelisah
34
II. PATOFLOW KASUS
Virus/ Bakteri
Invasi saluran nafas Merusak lapisan epitel & mukosa
Aktivitas kelenjar mukus
Pengeluaran cairan mukosa > normal Batuk/ pilek
Sesak
Keluarga takut
ekspansi paru
Kurang informasi
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Keluarga bertanya-tanya
Kurang pengetahuan
35
III. ANALISA DATA
No. 1
Data DS:
Etiologi Virus/ Bakteri
Ibu klien mengatakan: Klien batuk/ flu ± 4 hari
Masalah Bersihan jalan nafas tidak
Invasi saluran nafas
efektif
Klien demam naik turun ± Merusak lapisan epitel
4hari
& mukosa
aktivitas kelenjar
DO: Klien batuk/ flu
mukus
Terdapat sekret di hidung pengeluaran cairan
TTV: N
: 114x/menit
R
: 24x/menit
SB : 36ºC
mukosa > normal
batuk/ pilek
sesak
ekspansi paru
bersihan jalan nafas tidak efektif
2
DS:
Batuk/ pilek
Ibu klien mengatakan tidak mengetahui penyebab
Kurang pengetahuan
Keluarga takut
anaknya sakit seperti sekarang.
Kurang informasi
Keluarga bertanya-
36
DO:
tanya
Orang tua klien tampak Kurang pengetahuan
cemas Keluarga klien bertanyatanya
tentang
kondisi
klien Ekspresi wajah orang tua klien gelisah
37
IV. DIAGNOSA
No.
Diagnosa
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
Nama Jelas
dengan peningkatan produksi sekret
2.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penatalaksanaan ISPA
38
V. INTERVENSI, IMPLEMENTASI, dan EVALUASI PERENCANAAN NO
DIAGNOSA
Tujuan dan Kriteria Hasil
1 1
2
Intervensi
Rasional
4
5
3
EVALUASI
6
7
23 Desember 2013
23 Desember 2013
sejauh mana
10.05
S: 10.15
atau kedalaman
ketidaknyamanan
1. Mengkaji frekuensi dan
Orang tua klien
pernafasan dan
klien dalam
gerakan dada
bernafas.
Bersihan jalan
Setelah dilakukan
Mandiri :
nafas tidak
tindakan
1. Kaji frekuensi
efektif
keperawatan
berhubungan
selama 15 menit
dengan
diharapkan
peningkatan
bersihan jalan
produksi sekret
nafas efektif
2. Bantu pasien
1. Untuk melihat
IMPLEMENTASI
2. Untuk
latian nafas
memudahkan
sering.
ekspansi paru
3. Tunjukan atau
3. Batuk adalah
pola pernafasan.
mengatakan akan:
R: R = 24 x/m, pola
- Membantu klien
pernafasan dada
- Membantu klien 10.06
Melakukan batuk
2. Mengajarkan ibu klien
produktif
Ditandai dengan:
Dengan Kriteria
bantu pasien
mekanisme
untuk membantu klien
DS:
hasil:
mempelajari
pembersihan
latihan nafas sering.
Ibu klien
- Jalan nafas paten
melakukan batuk
jalan nafas alami,
R: ibu klien dapat
efektif.
membantu silia
mengajarkan teknik nafas
untuk
dalam kepada klien
mengatakan:
dengan bunyi
Klien batuk/
nafas bersih
mempertaankan
Latihan nafas sering
- Memberikan banyak minum air hangat pada klien - Memakaikan masker kepada klien - Memberikan obat
39
flu ± 4 hari
- Meningkatnya
Klien demam
pengeluaran
naik turun ± 4hari
DO: Klien batuk/ flu Terdapat
sekret
jalan nafas paten 4. Berikan cairan
4. Cairan dapat
10.08
dengan dosis dan
3. Mengajarkan ibu klien
waktu yang tepat
sedikitnya 2500
memobilisasi dan
untuk membantu klien
ml
membantu
menekan dada saat
O:
perhari(kecuali
pengeluaran
melakukan batuk
- R klien: 24 x/m
kontraindikasi).
sekrret
produktif.
Tawarkan air
R: ibu klien dapat
hangat daripada
membantu klien dalam
dingin .
melakukan batuk produktif
5. Anjurkan klien
5. Untuk mencegah
dengan pola pernafasan dada - ibu klien dapat mengikuti semua anjuran yang
sekret di
untuk
penularan
10.10
diajarkan untuk
hidung
menggunakan
terhadap individu
4. Menganjurkan orang tua
membantu
masker
lain.
TTV: N: 114x/mnt R : 24x/mnt SB : 36ºC
Kolaborasi : 6. Berikan obat
6. Untuk
klien untuk memberi
mengefektifkan
klien banyak minum air
bersihan jalan nafas
hangat.
klien
sesuai indikasi
membantu/
R: ibu klien mengatakan
mukolitik,
mempercepat
akan memberi klien banyak
ekspektoran,
proses
minum air hangat.
bronchodilator,
penyembuhan.
analgesic.
A: Masalah teratasi
P: tidak ada intervensi 10.12
lanjut
40
5. Menganjurkan kepada orang tua klien untuk memakaikan masker kepada klien. R: ibu klien mengatakan akan membelikan masker untuk klien.
10.14 6. Menganjurkan ibu klien untuk memberikan obat kepada klien secara tepat waktu dengan dosis yang benar R: ibu klien mengatakan akan memberikan obat dengan dosis dan waktu yang tepat.
41
1 2
2
3
4
Kurang
Setelah dilakukan
1. Beri penjelasan
pengetahuan
tindakan
kepada orang tua
berhubungan
keperawatan
dengan kurangnya
selama 15 menit
informasi tentang penatalaksanaan
7 23/12-2013
pengetahuan
10.20
10.35
klien mengenai
orang tua klien
1. Memberi penjelasan pada
S: ortu klien
kondisi anaknya
tentang penyakit
orang tua klien mengenai
mengatakan merasa
anaknya
kondisi anaknya bahwa
lega karena ada
kondisi klien tidak
penjelasan yang
2. Beri kesempatan
1. Meningkatkan
6 23 Desember 2013
diharapkan pengetahuan
5
2. Agar orang tua
tentang
kepada orang tua
lega dan merasa
berbahaya, dan
dapat dimengerti
penatalaksanaan
klien untuk
diperhatikan
mendorong ortu agar mau
yang telah
penyakit
mengungkapkan
sehingga beban
melakukan pemeriksaan
diberikan.
Ditandai dengan:
bertambah.
perasaannya
yang dirasakan
selanjutnya terhadap klien
DS:
Dengan kriteria
berkurang.
untuk lebih menegakkan
O:
Ibu klien
hasil:
diagnosis dokter.
- ekspresi wajah
ISPA.
3. Libatkan orang
3. Untuk
mengatakan tidak
Ekspresi tenang
tua klien dalam
mengurangi
R: orang tua klien menerima
orang tua klien
mengetahui
Ortu klien tidak
rencana
kecemasan orang
dengan baik penjelasan yang
tenang
tua.
diberikan perawat dan mau
- orang tua klien
penyebab anaknya
lagi sering
keperawatan
sakit seperti
bertanya tentang
terhadap
mengikuti instruksi
tidak lagi bertanya-
kondisi anaknya.
anaknya.
selanjutnya dalam membantu
tanya mengenai
penegakan diagnosis dokter.
kondisi anaknya
sekarang.
4. Berikan dorongan
4. Meyakinkan orang tua klien
42
DO:
spiritual.
Orang tua klien tampak cemas Keluarga klien bertanya-tanya tentang kondisi klien
bahwa selain
10.25
A: masalah kurang
perawatan/
2. Menanyakan bagaimana
pengetahuan orang
pengobatan masih
perasaan orang tua klien
ada yang lebih
dengan kondisi klien saat
kuasa yang dapat
ini
menyembuhkan. 5. Jelaskan terapi
5. Agar orang tua
R: orang tua klien mengaku
P: tidak ada intervensi lanjutan
khawatir tapi sedikit lega
yang diberikan
tidak bingung jika
karena telah diberi penjelasan
dan respon anak
ada efek samping/
tentang keadaan umum klien,
orang tua klien
terhadap terapi
respon yang akan
ekspresi wajah tenang.
gelisah
yang diberikan.
dialami klien
Ekspresi wajah
tua klien teratasi
setelah pemberian
10.27
obat.
3. Memberikan dorongan spiritual kepada ortu klien R: ortu klien tampak yakin dan berpasrah pada Tuhan.
10.30 4. Menjelaskan kepada orang tuatentang indikasi
43
obat-obatan yang diberikan bahwa obat akan membantu menurunkan demam/ mengatasi infeksi dan membantu klien mengeluarkan sekret. R: orang tua klien mengerti dan bersedia memberikan obat-obatan kepada klien.
44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anakanak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan. penyebab ISPA yaitu virus, bakteri, alergen spesifik, perubahan cuaca dan lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang kurang. Komplikasi ISPA adalah asma, demam kejang, tuli, syok. Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan penbaikan gizi dan peningkatan gizi pada balita penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan makanan, variasi menu, perbaikan dan.sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan. B. Saran Untuk mengurangi angka kejadian ISPA pada balita, dalam hal ini penulis menyarankan agar semua pihak baik keluarga maupun instansi kesehatan lebih memperhatikan pola hidup sehat dan tidak membuang batuk sembarangan dan mengolah makanan sebaik mungkin.
45
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L, (2002). Buku saku keperawatan pediatri, alih bahasa Jan Tambayong, EGC, jakarta. Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakart : EGC. Lili ismudiarti rilantono,dkk.(2001) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI. Poestika S, Sarodja RM (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan.(1993). Proses Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Jakarta : EGC Rokhaeni, Elly Purnamasari, Anna Ulfah Rahayae (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuker, Edisi Pertama, Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional “ Harapan Kita “, jakarta. Suriadi, Rita yuliani, (2001). Buku pegangan praktek klinik, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi Pertama, penerbit CV Sagung Seto, jakarta.
46