DEVY K PUTRI (F0311039) / PENGAUDITAN 1 C
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT
A. PENERIMAAN PERIKATAN AUDIT Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Enam langkah perlu ditempuh oleh auditor didalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit dari calon kliennya. Tahap-tahap penerimaan perikatan audit
1. MENGEVALUASI INTEGRITAS MANAJEMEN Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas manajemen adalah : 1) Melakukan komunikasi dengan auditor terdahulu a) Meminta keterangan pada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang spesifik, b) Menjelaskan kepada calon klien tentang perlinya auditor pengganti mengadakan komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta persetujuan dari klien untuk melaksanakan hal tersebut. c) Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang diberikan oleh 2) Meminta keteranga pada pihak ketiga 3) Melakukan review terhadap pengalaman auditor dimasa lalu dalam berhubungan dengan klien yang bersangkutan
2. MENGIDENTIFIKASI KEADAAN KHUSUS DARI RISIKO LUAR BIASA Berbagai fator yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien dapat diketahui dengan cara : mengidentifikasi pemakaian laporan audit dan, mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal dimasa depan, mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit.
3. MENENTUKAN KOMPETENSI UNTUK MELAKSANAKAN AUDIT a. Mengidentifikasi tim audit. Tim audit terdiri dari: seorang patner yang akan bertanggungjawab terhadap penyelesaian keseluruhan perikatan audit, satu atau lebih manajer yang akan mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan program audit, staff asisten, yang melaksanakan berbagai prosedur audit yang diperlukan dalam pelaksanaan program audit. b. Mempertimbangkan
kebutuhan
konsultasi
dan
penggunaan
spesialis.
Dalam
mempertimbangkan perikatan audit dari calon klien, auditor kemungkinan akan menghadapi masalah berikut ini, yang mungkin memerlukan pekerjaan spesialis:
Penilaian (misalnya karya seni, obat-obatan khuus dan restricted securities)
Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang tersedia (misalnya cadangan mineral,atau tumpukan bahan baku yang ada di gudang)
Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode khusus (misalnya beberapa perhitungan actuarial)
Penafsiran persaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya pengaruh potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas property)
4. MENILAI INDEPENDENSI Sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap professional yang menjadi anggota tim auditnya diragukan.
5. MENENTUKAN
KEMEPUAN
UNTUK
MENGGUNAKAN
KEMEHIRAN
PROFESIONALNYA DENGAN KECERMATAN DAN KESEKSAMAAN. Kecermatan dan keseksamaan pengguanaan kemahiran professional auditorditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan audit 1) Penentuan waktu pelaksanaan 2) Pertimbangan jadwal pekerjaan lapangan
Pekerjaan interim
(interim
work)yang merupakan pekerjaan lapangan
dilaksanakan auditor tiga sampai empat bulan sebelum tanggal neraca
yang
Pekerjaan akhir tahun (year-end ledger) yang merupakan pekerjaan lapangan yang dilaksanakan auditor beberapa minggu sebelum tanggal neraca sampai sampai tiga bulan setelah tanggal neraca
3) Pemanfaatan personel klien Pemanfaatan hasil pekerjaan audit intern akan berdampak terhadap: prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern, pengujian pengendalian, pengujian substantive. Personel klien juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai perikatan berikut ini:
Pembuatan daftar saldo akun buku besar
Rekonsiliasi akun control dalam buku besar dengan akun buku pembantu yang bersangkutan
Pembuatan daftar umur piutang
Pembuatan daftar polis asuransi yang berlaku, piutang wesel dan penambahan dan pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit
6. MEMBUAT SURAT PERIKATAN AUDIT Isi pokok urat perikatan audit 1) Tujuan audit atas laporan keuangan 2) Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan 3) Lingkup audit 4) Bentuk laporan atau bentuk komuninikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk menyampaikan hasil perikatan 5) Fakta bahwa audit memiliki keterbatasan bawaan bahwa kekeliruan dan kecurangan materi tidak akan terdeteksi 6) pengaruh reproduksi laporan keuangan auditan 7) kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan signifikan dalam pengendalian intern yang ditemukan auditor dalam auditnya 8) akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan dalam kaitannya dengan audit 9) dasar yang digunakan oleh auditor untuk menghitung fee audit dan pengaturan penagihannya
B. PERENCANAAN AUDIT Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah berikutnya yang perluh ditempuh adalah merencanakan audit. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam menjalankan auditnya:
1. MEMAHAMI BISNIS DAN INDUSTRY KLIEN Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atau akun-akun tertentu, ia perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha seerta kekhususan bisnis klien. Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor untuk memahami bisnis dan industri klien :
Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industry
Dikusi dengan orang dalam entitas
Diskusi dengan personel dari fungsi audit interndan reviw terhadap laporan auditor intern
Diskusi dengan auditor lain dan dengan penaihat hukum atau penasihat lain yang telah memberikan jasa kepada entitas atau dalam industry
Diskusi dengan orang yang berpengetahuan diluar entitas
Publikasi yang berkaitan dengan indutri
Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
Dokumen yang dihasilkan oleh entitas
2. MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIK a. Konsep prosedur analitik Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang dicatat atau rasio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. b. Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan analitik Prosedur analitik dalam perencanaan audit harus ditujukan untuk:
Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir,dan
Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit. Prosedur analitik dapat mengungkapkan: Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, Perubahan akuntansi, Perubahan usaha, Fluktuasi acak, Salah saji
c. Tahap-tahap prosedur analitik : Mengidentifikasi perhitungan / perbandingan yang harus dibuat, Mengembangkan harapan, Melaksanakan perhitungan/perbandingan, Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan, Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut, Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadapperencanaan audit d. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat e. Mengembangkan harapan f. Menganaliis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan g. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan signifikan h. Menentukan dampah hasil prosedur analitik tahap perencanaan audit
3. MEMPERTIMBANGKAN TINGKAT MATERIALITAS AWAL Pada tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada Tingkat laporan keuangan dan Tingkat saldo akun.
4. MEMPERTIMBANGKAN RISIKO BAWAAN Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai dengan tahap-tahap proses auditnya. Pada tahap perencanaan audit auditor harus mempertimbangkan risiko bawaan yaitu suatu risiko salah saji yang melekat dalam saldo akun atau aersi tentang saldo akun.
5. MEMPERTIMBANGKAN BEBERAPA FACTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ALDO AWAL, JIKA PERIKATAN DENGAN KLIEN BERUPA AUDIT TAHUN PERTAMA Laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hail usaha tahun berjalan, namun juga mencerminkan dampak:
Transaksi yang dimasukkan dalam saldo yang dibawa ketahun berikutnya dari tahuntahun sebelumnya Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam tahun-tahun berikutnya Kedua hal tersebut diatas berdampak pada saldo awal,dalam suatu perikatan audit tahun pertama, sebelumnya auditor tidak memperoleh bukti audit yang mendukung saldio awaltersebut Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa: Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhafap laporan keuangan tahun berjalan saldo penutup tahun sebelunmya telah ditransfer dengan benar ketahun berjalan atau telah dinyatakan kembali kebijakanakuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten. Sifat dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan saldo awal tergantung pada : kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan apakah laporan keuangan entitas tahun sebelumnya telah diaudit, dan jika demikian apakah pendapat auditor atas laporan keuangan terebut berupa pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan
6. MENGEMBANGKAN STRATEGI AUDIT AWALTERHADAP ASERSI SIGNIFIKAN Ada dua strategi audit awal yang dapat dipilih oleh auditor: Primarily substantive approach dan Lower assessed level of control risk approach.
7. MEMAHAMI PENGENDALIAN INTERN KLIEN Salah satu tipe bukti yang di kumpulkan oleh auditor adalah pengandalian intern. Langkah pertama dalam memehami pengendalian intern klien adalah dengan mempelajari unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya dengan adalah melakikan penilaian terhadap efektivitas pengendalian intern dengan menentukan kekeatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut.
C. PENGUJIAN AUDIT Dalam audit, auditor melakukan berbagai macampengujian (test),yang secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 golongan berikut ini: a. PRNGUJIAN ANALITIK (ANALYTICAL TESTS) Pengujian ini dilakukan dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses auditnya dan pada taha review menyeluruh terhadap hasil audit. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor untuk memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih insentif.
b. PENGUJIAN PENGENDALIAN (TESTS OF CONTROL) Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai : Frekwensi pelaksanaan efektivitas pengendalian yang ditetapkan, Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut, Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut
c. PENGUJIAN SUBSTANTIF (SUBSTANTIF TESTS) Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkonan terjadi karena kesalahan: Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Tidak diterapkannya prinsip akuntasi berterima umum di Indonesia. Ketidak konsistensian dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia Ketidak tepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian) Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsure tertentu dalam laporan keuangan.