BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Berbagai macam aktivitas baik ringan maupun berat akan memicu sekresi keringat dalam badan. Sekresi keringat merupaan metabolisme yang normal. Keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat yang bernama kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin terdapat di hampir seluruh permukaan kulit. Kelenjar ekrin sudah ada sejak kecil di mana keringat yang dihasilkannya tidak hanya berfungsi sebagai alat pengeluaran sisa metabolisme tubuh namun juga berfungsi untuk mengatur suhu tubuh. Kelenjar apokrin akan berfungsi aktif setelah remaja dan keringat yang akan dihasilkan dipengaruhi oleh rangsangan emosi. Keringat apokrin mengandung banyak lemak dan protein, yang apabila diuraikan oleh bakteri akan menimbulkan bau yang tidak enak. Bau inilah yang kemudian dikenal sebagai bau badan. Bau badan akan sangat mengganggu sekali. Terlebih lagi bagi mereka yang memiliki profesi yang menuntut penampilan dan harus selalu berinteraksi dengan publik. Tidak hanya itu, bau badan akan sangat mengganggu orang yang ada di dekat kita sehingga menjadikan orang di sekitar menjadi tidak nyaman. Ada banyak cara untuk mengatasi bau badan. Cara yang termudah adalah mandi 2 kali sehari untuk menghilangkan keringat dan bakteri. Mengingat kebersihan adalah musuh utama bakteri, pastikan seluruh tubuh terutama ketiak dan lipatan tubuh dibersihkan dengan optimal. Namun untuk yang memiliki aktivitas tinggi, mndi hanya akan menghilangkan keringat saja sehingga saat beraktivitas keringat akan muncul kembali dan menimbulkan bau badan.1 Cara yang paling umum digunakan adalah menggunakan deodorant dan antiperspirant. Deodorant mengandung antispetik yang menekan pertumbuhan bakteri, sedangkan antiprespirant mengandung bahan yang dapat mengurangi keringat yang keluar. Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus mengandung deodorant dan antipespirant. Selain itu terdapat pula berbagai macam pilihan aroma wangi dari masing-masing deodorant dan antiprespirant yang mampu menjadikan kita lebih percaya diri. Hal yang perlu dilakukan adalah memilih produk yang cocok dan aman bagi kulit. I.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu : 1 Mahasiswa mampu memahami mengenai deodorant 2 Memenuhi tugas dari mata kosmetologi I.3. Manfaat Deodorant digunakan untuk mengurangi bau badan yang biasanya dipakai pada ketika untuk menghindari keringat I.4. Rumusan Masalah Adapun rumusan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah memformulasikan sediaan kosmetik deodorant sesuai standar CPKB? 2. Formula apa sajakah yang digunakan untuk membuat sediaan tersebut dan bagaimana cara evaluasi sediaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Anatomi Kulit Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.2 Ketiak atau dalam bahasa Latin disebut axilla adalah daerah lipatan tubuh manusia yang menghubungkan lengan atas dengan bahu. Ketiak dikenal sebagai salah satu bagian tubuh yang sensitif saat digelitik dan sebagai salah satu bagian tubuh yang agak tersembunyi.1 Secara anatomis, ketiak diikat pada bagian anterior oleh otot pectoralis
major dan otot pectoralis minor, dan bagian posterior oleh otot subscapularis dan tulang belikat. Kemudian di bagian medialnya oleh otot serratus anterior serta bagian lateral oleh otot coracobrachialis dan bagian caput brevis dari otot biceps brachii.1 KULIT TERBAGI MENJADI 3 LAPISAN :
Gambar. Anatomi Kulit (http://www.wikipedia.org)
1. EPIDERMIS Terbagi atas 5 lapisan : a. Stratum korneum / lapisan tanduk Terdiri atas beberapa sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami metabolisme, tidak berwarna dan sedikit mengandung air. - Terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti - Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk).3 b. Stratum lusidum Terletak di bawah stratum corneu. - Lapisan sel gepeng tanpa inti - Protoplasma berubah menjadi protein (eleidin) - Biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak tangan - Tidak tampak pada kulit tipis. 3 c. Stratum granulosum / lapisan granular Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal. - Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng
-
Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat
inti diantaranya - Mukosa tidak mempunyai lapisan inti.3 d. Stratum spinosum / lapisan malphigi Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. - Lapisan epidesmis yang paling tebal - Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada proses -
mitosis Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti
-
terletak ditengah Terdapat jembatan
-
protoplasma dan tonofibril Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon-respon
antarsel
(intecelluler
bridges)
yang
tdd:
antigen kutaneus. 3 e. Stratum basale - Terdiri dari sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis - Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade - Lapisan terbawah dari epidermis - Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif - Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang membentuk melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan sitoplasma yang
basofilik
dan
inti
gelap,
mengandung
butir
pigmen
(melanosomes)3
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu fibrous insoluble yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi: 1. Mengusir mikroorganisme patogen. 2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh. 3. Unsur utam yang mengeraskan rambut dan kuku.
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan. Persambungan antara epidermis dan dermis disebut rete ridge yang berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. Dan terdapat kerutan disebut fingers prints. 2. DERMIS (korium) Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan : 1. Pars papilare - Bagian yang menonjol ke epidermis - Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah 2. Pars retikulare - Bagian yang menonjol ke subkutan - Terdiri atas: serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matriks (cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta -
fibroblast) Terdiri dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak banyak darah, limfe, akar rambut, kelenjar
keringat dan kelenjar sebaseus. 3. JARINGAN SUBKUTAN ATAU HIPODERMIS / SUBCUTIS - Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. - Pada lapisan ini terdapat ujug-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening Sel lemak -
Sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adipose yang
-
berfingsi sebagai cadangan makanan Berfungsi juga sebagai bantalan antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas. Sebagai bantalan terhadap trauma. Tempat penumpukan energy. 3
Vaskularisasi dikulit diatur oleh 2 pleksus :
II.2.
- Pleksus superfisialis - Pleksus profunda Kelenjar Keringat dan Fungsinya
Keringat yang disekresikan tubuh adalah hal yang bersifat alamiah untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tetap sehat. Keringat disekresikan lewat kelenjar ekrin dan apokrin. Keringat bersifat steril, tidak berbau dan tidak berwarna. Namun, akibat adanya aktifitas bakteri yang terdapat pada kulit menjadikan keringat menjadi bau. Bau badan yang timbul tergantung pada banyaknya keringat yang di sekresikan. Selain itu juga tergantung dari emosi dan makanan.1 Kelenjar Sekresi Kelenjar yang menghasilkan keringat adalah kelenjar apokrin dan ekrin, keduanya mempunyai beberapa perbedaan : 1. Kelenjar ekrin adalah kelenjar tubular, yang mempunyai saluran sekresi yang langsung ke permukaan kulit. Kelenjar apokrin strukturnya mirip dengan kelenjar ekrin tetapi ukurannya lebih besar dan pembuluh sekresinya berakhir pada folikel rambut.4 2. Jumlah dan distribusi kedua kelenjar tersebut juga berada. Kelenjar ekrin praktis terdapat hampir diseluruh permukaan kulit kecuali bibir dan alat genital. Diperkirakan jumlahnya lebih dari dua juta kelenjar terutama pada kulit telapak tangan, kaki dan kepala. Kelenjar apokrin terdapat di ketiak, sekitar puting sus, daerah anal dan genital. Perbedaan lain kedua kelenjar ini meliputi fungsi, jumlah dan susunan kimia sekresinya.4 3. Kelenjar ekrin sudah ada sejak lahir, berfungsi mengatur suhu tubuh. Jika suhu kamar naik, keringat akan keluar,suhu badan akan kembali normal akibat penguapan keringat tersebut. Pada orang sehat kejadian ini berlangsung secara otomatis. Kelenjar ekrin berfungsi melengkapi ginjal. Kelenjar apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder. Meskipun telah ada sejak lahir, tapi perkembang lambat padaa masa anak-anak, mulai berfungsi setelah meningkat remaja. Perkeembangannya lebih cepat wanita daripada pria, danaktifitasnya mencapai puncak jika kehidupan seks telah matang, kemudian menurun setelah menopause (putus haid).4 4. Kelenjar ekrin dianggap berperan kontinyu, sedangkan kelenjar apokrin II.3.
makin lama perannya makin lambat. 4 Penyebab Bau Badan Mengeluarkan keringat merupaka
cara
yang
alami
untuk
mendinginkan tubuh. Dengan berkeringat maka akan terbentuk lingkungan
yang sempurna bagi pertumbuhan bakteri karena bakteri berkembang dengan baik di lingkungan panas dan lembab seperti ketiak manusia. Pada dasarnya, keringat hanya terdiri dari air dan garam, sehingga tidak memiliki bau yang istimewa. Bau dari badan kita sbenarnya disebabkan oleh bakteri yang menguraikan keringat dengan melepaskan asam-3-methyl-2-hexonic, yang mempunyai bau yang sangat kuat (BPOM, 2009). Masalah bau badan dapat dialami oleh setiap orang dan dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor genetik, kondisi kejiwaan, faktor makanan, faktor kegemukan dan bahan pakaian yang dipakai. Keringat yang dikeluarkan seseorang sangat terlibat dlam proses timbulnya bau badan, dimana kelenjar apokrin yang menghasilkannya telah terinfeksi oleh bakteri yang berperan dalam proses pembusukan (Jacob, 2007). Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan tersebut diantaranya ialah Staphylococcus
epidermidis,
Corynebacterium
acne,
Pseudomonas
aeruginosa dan Sterptococcus pyogenes (Endarti, et al.,2002). Penggunaan antibiotik yang tidak benar biasanya akan membuat bakteri menjadi bersifat resisten dan tetap memperbanyak diri dalam inangnya. Menurut Bartlett (2007) bakteri S. epidermidis umumnya telah resisten terhadap antibiotik penisiin dn metisilin, sehingga perlu diketahui bahan alternatif yang dapat membasmi atau menghambat pertumbuhan bakteri tersebut (Hamdiyati dkk, 2007). Bau badan muncul karena penguraian lemak sebelum pada kulit menjadi asam lemak bebas (Endarti, dkk, 2004) II.4.
Definisi Deodorant dan Antiperspirant serta mekanisme kerja Antiprespirant Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud mempersempit pori sehingga mengurangi keluarnya keringat. Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap keringat dan mengurangi bau badan. Meningkatnya penggunaan antiperspirant dan deodorant disebabkan pergaulan modern. Sehingga dirasa perlu untuk mengurangi atau menghilangkan bau badan, yang disebabkan perubahan kimia keringat oleh bakteri. Perkembangannya tidak disangsikan lagi setelah disajikan betuk deodorant aerosol, yang penggunaannya mudah cepat mengering dikulit.1
Deodorant adalah zat diterapkan ke tubuh untuk mempengaruhi bau badan yang disebabkan oleh bakteri pertumbuhan dan bau terkait dengan rincian bakteri keringat di ketiak, kaki dan area lain dari tubuh. Sebuah subkelompok deodoran, antiperspiran, mempengaruhi bau serta mencegah berkeringat dengan mempengaruhi kelenjar keringat. Antiperspirant biasanya diterapkan pada ketiak, sementara deodoran juga dapat digunakan pada kaki dan daerah lain dalam bentuk semprotan tubuh. Di Amerika Serikat, deodoran diklasifikasikan dan diatur sebagai kosmetik oleh US Food and Drug Administration (FDA). Antiperspirant diklasifikasikan sebagai obat oleh FDA.1 Jejak jumlah racun yang dikeluarkan melalui keringat. Syarat dari deodorant adalah:
Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara
Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang tidak
menguntungkan Tidak beracun
Deodorant tidak mencegah kita dari keringat. Tapi kerja deodorant itu mencegah bau dengan cara membunuh bakteri. bahan deodorant Triclosan bikin suasana di ketiak terlalu asin dan terlalu asam. kondisi ini sama sekali bukan kondisi yang disenangi bakteri (sabun juga mengandung triclosan kan untuk membunuh bakteri).
Sebagian kecil orang alergi untuk aluminium dan mungkin mengalami dermatitis kontak bila terkena deodoran yang mengandung aluminium. Aluminium garam dari penggunaan deodoran menyebabkan dermatitis
kontak pada kulit. Setelah menggunakan deodoran yang mengandung zirkonium, kulit dapat mengembangkan alergi, ketiak granuloma respon. Deodoran yang mengandung kristal sintetis dibuat tawas potasium ditemukan menjadi lemah iritasi pada kulit. Alkohol deodoran bebas tersedia untuk mereka yang memiliki kulit sensitif.. Aluminium adalah salah satu elemen berlimpah beberapa yang tampaknya tidak memiliki fungsi bermanfaat bagi sel-sel hidup (non-esensial logam). Sering menggunakan deodoran dikaitkan dengan konsentrasi darah musk sintetis galaxolide. Mekanisme kerja Antiprespirant Untuk
mengerti
bagaimana
mekanisme
kerja
deodorant
antiprespirant, kita harus mengerti mengapa kita memerlukan deodorant dan antiprespirant. Seseorang membeli deodorant atau antiprespirant bertujuan untuk mengurangi atau menutupi bau badan yang tidak enak (BOPM, 2009). Deodorant
bekerja
dengan
menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme yang ditemukan pada axial sedangkan antiprespirant bekerja dengan cara membatasi jumlah sekresi kelenjar keringat yang dikirim ke permukaan kulit melalui pembentukan hilangan atau sumbatan pada saluran keringat. Sebagai akibatnya, mekanisme kerjanya akan mengurangi produksi kelenjar keringat. Perbedaan antara antiprespirant dan deodoran yaitu :
Deodorant memberikan pengeluaran keringat tetapi mencegah bau melalui cara melawannya dengan bahan antiseptik yang membunuh bakteri penyebab bau juga menutup bau dengan bahan parfum.
Antiprespirant mengandung parfume dan bahan kimia yang menghambat atau menyumbat pori-pori untuk menghentikan pengeluaran keringat (BPOM, 2009)
II.5.
Macam-macam jenis Deodorant5 1. Deodorant Stick Deodoran stick umumnya mengandung natrium stearat sebagai thickening/gelling agent. Selain itu terkandung zat antimikroba, humektan, dan parfum. Terkadang juga ditambahkan emollient untuk memberikan rasa halus dan meningkatkan kelinciran. Ada dua kategori stick yaitu stick berbasis etanol dan stick berbasis propilenglikol. Stick berbasis etanol digunakan apabila produsen ingin deodoran memberikan sensasi dingin pada konsumen. Hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih basis ini adalah penguapan alkohol yang besar yang dapat menyebabkan penyusutan stick. Stick berbasis propilenglikol cenderung lebih tahan terhadap penyusutan dan kelarutan beberapa zat aktif lebih mudah.
Contoh sediaan Deodorant Stik 2. Deodorant Roll - On Salah satu sediaan dari deodorant yang paling serbaguna dan populer secara global dari antiperspirant adalah Roll-On. Beberapa jenis roll on yang berbeda dari basis formulasi tediri dari air, alkohol, sistem hidro-alkohol, ester, dan silikon yang telah digunakan selama bertahun-tahun sebagai basis dari Roll-on. Hal ini dapat diterima dengan baik dalam sejarah yang panjang, dikarenakan kemudahan dalam proses penggunaan dan pengaplikasiannya. a) Air berbasis minyak (minyak dalam air) Air berbasis gulungan minyak, biasanya minyak di emuslion dalam air daripada air dalam sistem minyak karena terjadi penurunan efisiensi ke arah yang lebih buruk. Minyak dalam emulsi air menyajikan bahanbahan aktif dalam larutan mudah diakses di dalam fase eksternal. Karena bahan aktif berakhir bebrapa negara bagian membubarkannya, para formulasi dapat menggunakan baik cair atau padat aktif antiprespirant. b) Basis alkohol dan hidroalkohol roll on Alkohol merupakan bahan dasar roll dikarenakan waktu pengeringan yang lebih cepat ketika digunakan hanya aktif dengan kelarutan
alkohol
chlorohydrex
propilen
glikol,
aluminium
sesquichlorohydrate dan aluminium zirkonium pentachlorohydrate. Jika
dirumuskan dengan benar, produk anhidrat jelas dapat dibuat, karena bahan aktif dilarutkan dalam formulasi, ukuran partikel awal tidak penting. c) Suspensi Roll On Pada akhir tahun 1970, suspensi Roll-on diperkenalkan di Amerika Serikat. formulasi anhidrat ini pada dasarnya suspensi fisik garam antiperspiran di volatil silikon. Hal ini Roll-on paling populer di Amerika Serikat karena penggunaan yang langsung kering, tidak merasa norak, dan efektivitas. Namun, karena biaya volatil silikon, jenis formulasi tidak populer di Eropa. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan produk suspensi, pengaturan masalah penggunaan "kocok" yang merupan instrukri label yang tertera pada produk ini.
Contoh sediaan Deodorant Roll-on 3. Deodoran Aerosol Deodoran aerosol merupakan produk semprot yang mengandung larutan antimikroba dalam pembawa etanol dan/atau propilen glikol dengan propelan khusus untuk deodoran aerosol. Deodoran semprot memberikan rasa kering pada kulit ketiak karena diformulasikan secara anhidrat. Propelan yang paling banyak digunakan adalah propana, butana, dan isobutana. Propelan tersebut tidak mudah terbakar dengan adanya udara atau oksigen. Parameter yang harus dioptimasi dalam merancang produk deodoran aerosol agar diperoleh produk deodoran yang kering antara lain: laju semprot bentuk seprotan ukuran partikel rasio fragrans deodorizer rasio konsntrat/propelan tekanan kaleng aerosol
Contoh sediaan Deodorant Aerosol 4. Deodoran Pump Spray Hydroalcoholic Pump Spray Pump spray adalah alternatif aerosol. Dalam penggunaannya pump spray mampu menghantarkan dosis yang tepat secara higienis pada kulit ketiak. Deodoran pump spray mengandung zat aktif dan parfum dalam larutan hidroalkohol dengan viskositas rendah. Biasanya solubilizer seperti PEG-40 hydrogenated castor oil ditambahkan ke dalam formula untuk menjaga homogenitas dan kejernihan larutan. PIT-Emulsion Pump Spray Kekurangan hydroalcoholic pump spray adalah kandungan alkohol dalam formula yang dapat menyebabkan efek samping yang tidak diharapkan terutama terhadap ketiak yang dicukur. Pada tahun 1995 sebuah perusahaan Jerman meluncurkan produk pump spray berbasis emulsi. Deodoran tersebut didasarkan pada teknologi phase inversion temperature (PIT). Campuran surfaktan teretoksilasi, minyak, dan air dengan zat aktif deodoran dipanaskan sampai 60°C - 90°C. Pendinginan emulsi A/M yang diperoleh hingga suhu kamar dilakukan secara PIT. Dari proses tersebut diperoleh emulsi M/A yang terdispersi sempurna. Distribusi ukuran droplet emulsi PIT bervariasi antara 80 nm sampai 250 nm. Pump spray yang ramah terhadap kulit ini mengandung kombinasi glyceryl monocaprinate dan wool wax acid dalam sistem penghantaran yang bebas alkohol. Microemulsion Pump Spray Hydroalcoholic pump spray biasanya transparan sedangkan emulsi PIT berwarna putih atau putih kebiruan. Pump spray bebas alkohol dan transparan baru-baru ini diluncurkan di Eropa. Transparansi suatu emulsi diperoleh apabila ukuran partikel droplet di bawah 100 nm. Mikroemulsi M/A ini dapat
diperoleh baik melalui teknologi PIT maupun tanpa teknologi PIT namun pemilihan bahan-bahan dan penyesuaian parameter-parameter harus tepat.
Contoh Deodorant Pump Spray
II.6.
Karateristik Sediaan yang baik Karateristik Sediaan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara. 2. Dapat membunuh atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan. 3. Tidak merangsang kulit atau tidak terjadi iritasi kulit. 4. Tidak beracun.
II.7.
Komponen Zat Aktif dan Tambahan Bahan aktif :
Antimikroba seperti triklosan
Dengan logam chelant senyawa bahwa pertumbuhan bakteri yang lambat.
Garam-garam logam bekerja dalam cara lain untuk mencegah keringat dari mencapai permukaan kulit: garam-garam aluminium berinteraksi
dengan fibril keratin dalam saluran keringat dan membentuk plug fisik yang mencegah keringat dari mencapai permukaan kulit.. Aluminium garam juga memiliki sedikit zat berpengaruh pada pori-pori;. menyebabkan mereka kontrak, lanjut mencegah keringat dari mencapai permukaan kulit
Penyumbatan sejumlah besar kelenjar keringat
mengurangi jumlah keringat yang diproduksi di ketiak, meskipun hal ini dapat bervariasi dari orang ke orang. Bahan Tambahan :
Deodoran mungkin mengandung parfum wewangian atau alam minyak esensial dimaksudkan untuk menutupi bau keringat.
Body Spray sebagai Pewangi Tubuh
Alkohol awalnya merangsang berkeringat, tetapi juga dapat membunuh bakteri sementara
II.8.
Bahan pensuspensi (Jungerman, 1974)
Bahan-bahan Deodorant dan Antiperspiran Bahan kosmetik yang sering digunakan sebagai deodorant yaitu : a. Parfume Campuran dari minyak esensial dari komponen aroma, fiksatif dan pelarut digunakan untuk memberikan wangi yang menyenangkan pada tubuh manusia. b. Triclosan Bahan antifungi dan antibakteri spektrum luas yang poten. Antibakteri ini menghambat pertumbuhan bakteri gram (+) pada ketiak, yang menyebabkan bau tidak sedap. Triklosan digunakan pada sabun (0,1 %1%), deodorant, shaving creams, mouth washes, dan peralatan kebersihan. Triklosan menunjukkan efektifitas dalam mengurangi dan mengontrol bakteri. Pada konsentrasi yang lebih tinggi. Triklosan bekerja sebagai biosida sedangkan pada kadar yang lebih rendah bersifat
bakteriostatik. Mekansime kerja triklosan dalam membunuh bakteri terutama dengan cara menghambat sintesis fatty acids. Beberapa spesies bakteri dapat membangun resistensi dalam tingkat rendah terhadap triklosan, yaitu Eshericia coli dan Staphylococcus aureus. Sedangkan bakteri yang mempunyai resistensi bawaan terhadap triklosan yaitu Pseudomonas aeruginosa (BPOM, 2009). Beberapa bahan antiprespirant yang biasa digunakan dalam sediaan kosmetik diantaranya yaitu : a. Aluminium chlorohydrate Adalah kelompok garam yang mempunyai rumus umum AlnCl (3nm) (OH)m, biasa digunakan dalam deodorant dan antiprespirant serta flokulan pada permunian air. Aluminium chlorhydrate digunakan dalam antiprespirant dan pada treatment normal lebih dari yang diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh. b. Aluminium suphate (Tawas) Tawas adalah semacam bau putih agak bening yang bisa digunakan untuk membeningkan air. Selain manfaatnya untuk menjernihkan air, ternyatatawas juga dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan khususnya di daerah ketiak. Tawas merupakan salah satu bahan aktif dari antiprespirant, walaupun demikian, awal tahun 2005 US Food and Drug Administration tidak lagi mengakuinya sebagai pengurang keringat. c. Potasium aluminium suphate (Potasium alum) Potassium aluminium sulfate adalah bahan kimia yang sesuai dengan rumus kimia KAI(SO4)212H2O, juga dikenal sebagai Aluminium Potassium Sulfate. Potasium alum adalah astringent dan antiseptic, oleh karena itu Potassium alum dapat digunakan sebagai deodorant dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan sekaligus mengurangi keluarnya keringat. d. Aluminium Zirconium Tetrachlorohydrx gly Anhydrous
aluminium
zirconium
tetrachlorohydrex
gly
atau
sinonimnya Aluminum Zirconium Chloride Hydroxide; Aluminum Zirconium tetrachlorohydtare; Aluminum zirconium chlorhydrate,
mempunyai dua fungus utama sebagai antiprespirant yaitu : 1. Ion aluminium dan zirconium membentuk gel yang menyumbat pori-pori pada kulit, sumbatan yang mencegah keluarnya keringat dari pori-pori. Kemampuan menyumbat ini biasa terjadi pada antiprespirant berbasis aluminium. 2. Anhydrous aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly bersifat higroskopik sehingga menyerap keringat yang dihasilkan poripori yang tidak tersumbat pada tempat pertama. Kedua fungsi inilah yang dapat mengurangi keringat sehingga aluminium
zirconium
tetrachlorohydrex
gly
dikatakan
dapat
megurangi bau badan. Dalam Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.05.42.1018 Tahun 2008, penggunaan Aluminium zirconium tetrachlorohydrex gly dalam kosmetik dibatasi 20% sebagai Anhydrous aluminium zirconium
chloride hydroxide atau 5,4%
sebagai zirconium serta mencantumkan peringatan “Jangan digunakan pada kulit yang teriritasi/luka” ( BPOM , 2009) II.9.
Metode Pembuatan Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar mulai dari lotion yang kental seperti misalnya roll-ball antiperspirant sampai ke gel thixotropik yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai kosmetika hairdressing dan hair setting. Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin. Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya seperti pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa udara atau perlu diadakan proses pembuangan udara yang rumit. Pemakaian carboxyvinyl polymers (misalnya karbopol) mempermudah pengeluaran udara dari dalam gel. Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi,
suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam air pada suhum sekitar 70OC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam cetakan pada suhu sekitar 60-65OC dan dibiarkan memadat. (Jugerman, 1974). II.10. Evaluasi Efektivitas sediaan Deodorant Evaluasi efektivitas dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu : 1. Metode Noda (Semi Kuantitatif terbaik) Bebagai metode noda telah dilakukan untuk mendeteksi dan mengukur jumlah keringat yang keluar di permukaan kulit. Pada pemeriksaan klinik dilakukan merode berdasarkan reaksi Iodium Pati. Di samping itu metode yang sangat sederhana dan cepat berdasarkan reaksi biru Bromfenol yang disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan memberikan noda kebiruan pada permulaan keluarnya keringat, yang dapat diamati pada tiap terbentunya pembuluh keringat melalui lapisan transparan larutan indikator. Dengan mengkombinasikan kedua metode tersebut di atas diperoleh catatan permanen oda hitam biru pada kertas tolilet yang mengabsorpsi keringat. Kemudian dapat diulang dengan meletakkan pada ketiak bola pingpong yang disalut dengan campuran serbuk Biru Bromfenol yang dibalut degan kain kassa. Salutan berubah menjadi biru dengan sedikit keringat, kepekatan warna yang dihasilkan menunjukkan kecepataan sekresi ketiak. 2. Metode Pencatatan Kontinyu Gravitasi Metode gravitasi Metode gravitasi ini lebih baik untuk mengetahui efektivitas deodorant dan antiprespirant. Dalam metode ini bahan absorben yang telah mengabsorbsi keringat ditimbang, sebagai bahan absorben digunakan kain kassa yang telah ditarra. Metode Pencatatan Kontinyu Metode ini paling teliti karena menggunakan Higrometer elektronik. Prinsip yang digunakan adalah sama, yakni dengan membuang terus menerus uap lembab yang dihasilkan oleh bagian kulit yang tertutup dengan menggunakan udara kering. Tiap metode memiliki perbedaan dalam menggunakan tiap detektor uap lembab. Beberapa metode menggunakan Higrometer resisten dan
kapasitan, lainnya ada yang menggunakan analisa gas infra merah, dan 3. 4. 5. 6. 7. 8.
analisa air elektrolit. Karasteristik deodorant Keefektifan gelatin Kemampuan menahan keringat Kemampuan untuk menahan lemak Keharuman yang menyenangkan Kemampuan untuk tidak lengket.
II.11. Uji Evaluasi Deodorant A. Uji organoleptik Hasil uji organoleptik deodorant yang baik adalah jika sampel sediaan memiliki bentul, warna dan bau yang baik.
Deodorant roll-on dilakukan terhadap homogenitas, antara 3,6 (agak
homogen) -4,07 (sangat homogen kelembutan, antara 3,9 (agak lembut)-4 (sangat lembut). kesan lengket dikulit dan penerimaan panelis terhadap produk3,07
(agak lengket)-3,53 (tidak lengket). Nilai rata-rata tingkat homogenitas produk yang dinilai oleh panelis
berkisar Nilai rata-rata penerimaan panelis terhadap produk berkisar antara
3,33 (biasalnetral)-3,5 (suka). B. Uji stabilitas Dilakukan terhadap pH dan viskositas dengan pengarnatan setiap tujuh hari sekali selama 35
hari. Laju perubahan pH reJatif terhadap kondisi. Laju perubahan viskositas relatif terhadap kondisi awal.
C. Uji Iritasi
Iritasi kulit
Ketebalan pada kulit
D. Uji Kosmomikrobiologi
Kosmetika peka terhadap mikroba
Rusak , berubah warna, dan encer
Kontaminasi selama prose pembuatan
Kontaminasi selama proses penyimpanan
Kontaminasi saat pemakaian
Nilai batas cemaran
E. Uji Pengawetan
Bahan pengawet yang digunakan
Ketahanan dari pengawet
Reaksi pengawet apabila dicampur dengan bahan lain.
F. Uji Homogenitas Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan pada suatu sediaan dengan membandingkan keseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh sediaan. Biasanya digunakan preparat dan diamati dengan mikrroskop untuk melihat tingkat kehomogenan sediaan tersebut. G. Uji Titik Potong Pada pengujian titik potong sediaan deodorant akan diamati berat air berbanding dengan variabel hari pengujian. Semakin rendah titik potong maka massa deodorant akan semakin lunak dan sebaliknya apabila titik potong tinggi. Titik potong deodorant adalah 100 ml berdasarkan literatur. H. pH pH derajat keasamaan digunakan untuk menyatakan tingkat keasamaan atau konsentrasi H+ dalam suatu sediaan. Nilai pH berdasarkan dari 0 hingga 14. Suatu sediaan dikatakan netral apabila memiliki nilai Ph = 7. Nilai pH > 7 menunjukkan memiliki sifat basa, sedangkan nilai <7 adalah asam. pH deodorant yag dianjurkan oleh literatur yaitu berkisar 78. I. Uji Keamanan Sediaan Deodorant Uji keamanan dilakukan untuk memastikan apakah sediaan tersebut aman digunakan pada manusia atau
tidak. Pada pengujian sediaan
deodorant. Sediaan tersbut diujikan pada sukarelawan. Kemudian, dicatat respon sukarelawan terhadap timbulnya rasa panas, eritema, gatal-gatal, atau perih. Jika respon negatif, maka dianggap aman. II.12. Contoh Formulasi Deodorant
No. 1.
Bahan Sereh
F1 30 %
F2
F3
F4
F5
Ket. Bahan aktif, bertindak sebagai antibakteri. Karena terdapat kandungan saponin, flavonoid, dan sitral yang dapat menyebabkan sereh
Aquades
Qs
Propilen Glikol
5%
memiliki aktivitas antibakteri. Sebagai bahan pelarut Humektan Berupa cairan jernih tdk berwarna, kental, praktis tdk berbau dgn rasa yg manis, sdikit berbau tajam mirip gliserin, tpi memiliki rasa yg lbh baik saat digunakan krna viskositasnya lbh rendah dr gliserin. Dpt bercampur dgn aseton, kloroform, etanol 95 %, gliserin dan air, larut 1:8 dlm eter, tdk dpt bercampur dgn minyak mineral/ minyak tertentu, tpi dpt melarutkan bbrapa minyak essensial Propilen glikol (10 %) dpt menguatkan aktivitas mikroba paraben ketika trdpt surfaktan non ionik, dn mencegah interaksi
Alkohol 95 %
metil paraben dan polisorbat 80. sebagai pelarut
65%
pemerian, cairan jernih mudah menguap dan mudah bergerak, tidak berwarna dan berbau khas, rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar (FI IV, hal 65) 2.
Lendir Daun
10-
Lidah Buaya (Aloe
15
vera Linn) Alkohol
%
Bahan Aktif, sebagai antibakteri
sebagai pelarut
pemerian, cairan jernih mudah menguap dan mudah bergerak, tidak berwarna dan berbau khas, rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar (FI IV, hal 65) Antioksidan
Bronidox
Senyawa yang tahan panas, sehingga lendir dan daun lidah 3 dan
Daun kenikir
5%
(Tagetes erecta)
10
buaya tidak mudah rusak. Bahan Aktif
%
4
kemampuan ekstrak daun kenikir (Tagetes erecta) untuk menurunkan aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis yang menyebabkan bau badan. Alkohol 96%
60
20
sebagai pelarut
%
%
pemerian, cairan jernih mudah menguap dan mudah bergerak, tidak berwarna dan berbau khas, rasa terbakar pada lidah, mudah
Propilen glikol
5%
5%
terbakar (FI IV, hal 65) Humektan Berupa cairan jernih tdk berwarna, kental, praktis tdk berbau dgn rasa yg manis, sdikit berbau tajam mirip gliserin, tpi memiliki rasa yg lbh baik saat digunakan krna viskositasnya lbh rendah dr gliserin. Dpt bercampur dgn aseton, kloroform, etanol 95 %, gliserin dan air, larut 1:8 dlm eter, tdk dpt bercampur dgn minyak mineral/ minyak tertentu, tpi dpt melarutkan bbrapa minyak essensial Propilen glikol (10 %) dpt menguatkan aktivitas mikroba
paraben ketika trdpt surfaktan non ionik, dn mencegah interaksi metil paraben dan polisorbat 80 Akuades
40
Sebagai pelarut
%
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak memiliki rasa. (FI III, hal 96)
5.
Air dionisasi Mullbery Propylene glycol
Qs
Sebagai Pelarut
35%
Bahan aktif
15%
Humektan Berupa cairan jernih tdk berwarna, kental, praktis tdk berbau dgn rasa yg manis, sdikit berbau tajam mirip gliserin, tpi memiliki rasa yg lbh baik saat digunakan krna viskositasnya lbh rendah dr gliserin. Dpt bercampur dgn aseton, kloroform, etanol 95 %, gliserin dan air, larut 1:8 dlm eter, tdk dpt bercampur dgn minyak mineral/ minyak tertentu, tpi dpt melarutkan bbrapa minyak essensial Propilen glikol (10 %) dpt menguatkan aktivitas mikroba paraben ketika trdpt surfaktan non ionik, dn mencegah interaksi
Irgasan / triclosan
0,30
metil paraben dan polisorbat 80. Antibakteri
%
Mekansime kerja triklosan dalam membunuh bakteri terutama dengan cara menghambat sintesis fatty acids.
Sodium stearat
8%
Zat pengemulsi. Merupakan sinonim dari poloxyl 2 stearyl ether. Merupakan padatan berwarna, putih atau krem dan sedikit berbau. Tidak larut dalam air dan propilen glikol dlm etanol. Fungsi : digunakan dlm formulasi farmasetik topikal dan kosmetik sbg pengemulsi dlm emulsi A/M atau M/A
Karakteristik bahan 1. Air a.
Sifat kimia : Bereaksi dengan karbon menghasilkan metana, hidrogen, karbon dioksida, monoksida membentuk gas sintetis ( dalam proses gasifikasi batubara ) Bereaksi dengan kalsium, magnesium, natrium dan logam – logam reaktif lain membebaskan H2 Air bersifat amfoter Bereaksi dengan kalium oksida, sulfur dioksida membentuk basa kalium dan asam sulfat Bereaksi dengan trigliserida (minyak/lemak) menghasilkan asam lemak dan gliserol (rekasi hidrolisis trigliserida) Air dapat berfungsi sebagai media reaksi dan atau katalis, misalnya dalam rekasi substitusi garam – garam padat dan perkaratan permukaan logam – logam Dengan anhidrid asam karboksilat membentuk asam karboksilat
b.
Sifat fisika :
Berupa zat cair pada suhu kamar
Berbentuk heksagonal
Tidak berbau, berasa, dan tidak berwarna
Berat molekul, gr/gr-mol : 18 2. Mulberry Memberikan khasiat pemutih yang telah terbukti dengan kandungan ekstrak Mulberry yang efektif mencerahkan kulit sehingga kulit tampak menawan dan cerah berseri. Dapat menghilangkan bau badan serta mencerahkan daerah kulit yang gelap. Membantu masalah keringat yang berlebihan dan menjaga kulit tetap kering sepanjang hari dengan kandungan garam mineral yang alami, cepat, kering, tidak kotor, dan tidak lengket di badan. 3. Propylenglicol a. Sifat Kimia Sinonim : Metil etilen glikol Rumus kimia : C3H8O2 Nama kimia : 1,2-propanadiol CAS : [57-55-6] Berat molekul : 76,09 b. Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Cairan kental, jernih Warna : Tidak bewarna Bau : Tidak berbau Rasa : agak manis Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95 %) p dan dengan kloroform P, larut dalam 6M bagian eter P, tidak dapat bercampur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak
lemak. Bobot/ml OTT Indeks bias Stabilitas
: 1,035 g -1,037 g : reagen pengoksidasi : 1,431-1,433 : Stabil dalam campuran dengan etanol 95%,
gliserin atau air. Konstanta dielektrik : 33 Konsentrasi yang digunakan dalam eliksir : 10-25% c. Sifat farmakologi Khasiat : pelarut, humektan d. Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik, di tempat yang kering dan sejuk. 4. Irgasan / triclosan
Triclosan yaitu antifungi dan antibakteri spektrum luas yang poten. Antibakteri ini menghambat pertumbuhan bakteri gram positif pada ketiak, yang menyebabkan bau tak sedap. Triklosan digunakan pada sabun (0,1 % - 1 %), deosorant, saving creams, mouth washes, dan peralatan kebersihan. Triklosan menunjukan efektifitas dalam mengurangi dan mengontrol bakteri. Pada konsentrasi tinggi, triklosan bekerja sebagai biosida sedangkanpada kadar rendah bersifat bakteriostatik. 5. Sodium stearat Zat pengemulsi, Merupakan sinonim dari poloxyl 2 stearyl ether. Merupakan padatan berwarna, putih atau krem dan sedikit berbau. Tidak larut dalam air dan propilen glikol dlm etanol.
BAB III PEMBAHASAN Keringat yang diekskresikan tubuh adalah hal yang bersifat alamiah untuk menjaga keseimbangan tubuh agar tetap sehat. Keringat diekskresikan melewati kelenjar ekrin dan apokrin. Dikarenakan terdapat adanya aktivitas bakteri yang terdapat pada kulit menjadikan keringat menajdi bau. Ada banyak cara untuk mengatasi bau badan, cara paling umum digunakan adalah menggunakan
deodorant
dan
antiperspirant.
Deodoran
mengandung
antispetik yang menekan pertumbuhan antibakteri, sedangkan antiprespirant mengandung bahan yang dapat mengurangi keringat yang keluar. Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus mengandung deodorant antiprespirant serta terdapat pula macam pilihan aroma wangi dari masing-masing. Yang terpenting karateristik sediaan deodorant yang baik harus memenuhi persyaratan antara lain : dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara, dapat mengurangi pertumbuhan aktivitas antibakteri, tidak mengurangi kulit atau tidak iritasi pada kulit, dapat mengurangi keringat. Kami akan menguraikan apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing formula yang sudah di paparkan pada bab II. Untuk Formula I, yaitu Proses pembuatan Deodorant parfume spray
dengan bahan dasar ekstrak sereh (Cymbopogon nardus L). Tahapan awal yang dilakukan adalah membersihkan dan memotong sereh kecil-kecil. Hal ini berfungsi memperluas penampang permukaan sereh sehingga dapat mempercepat terpisahnya minyak atsiri saat dilakukan destilasi uap. Hasil destilasi uap diperole hasil untuk 1 kg sereh sebanyak 1 ml minyak atsiri. Tahap selanjutnya adalah mengisolasi bakteri Staphylococcus epidermidis, kemudian tahapan selanjutnya yaitu pembuatan Deodorant Parfume Spary. Tahapan yang dilakukan antara lain, mencuci bersih botol spray yang akan digunakan kemudian membilasnya dengan menggunakan alkohol 95% pada bilasan terakhir. Hal ini dilakukan agar botol bebas dari kontaminan. Langkah selanjutnya untuk membuat parfum dengan konsentrasi 5% yaitu mengambil alkohol 95% menggunakan gelas ukur sebanyak 90 ml kemudian memasukannya ke dalam botol. Mengambil 30 ml ekstrak sereh menggunakan gelas ukur kemudian memasukkan kedalam botol yang sama lalu menggojog hingga homogen. Lalu mengambil propilen glikol sebanyak 5 ml dan memasukkan ke dalam botol kemudian digojog lagi hingga homogen. Penggojogan berfungsi untuk mencampur semua bahan menjadi satu. Dalam proses ini peneliti tidak menggunakan aquades dikarenakan pada saat percobaan yang ditambahkan aquades hasilnya menjadi keruh. Hal ini disebabkan aquades tidak dapat melarutkan minyak atsiri sereh. Propilen glikol yang digunakan berfungsi untuk membantu deodorant parfume spray terikat pada kulit sehingga fungsi deodorant menjadi tahan lama. Kemudian dilakukan proses pengujian efektivitas deodorant parfum spray terhadap aktifitas
bakteri
Staphylococcus
epiermidis.
Hasil
yang
diperoleh
menunjukkan bahwa deodorant parfume spray dengan bahan dasar ekstrak sereh Cymbopogon nardus L dengan konsentrasi 30% sangat efektif dalam mengurangi aktifitas bakteri Staphylococcus epidermis yaitu sebanyak 14 mm. Hasil ini bahkan lebih baik jika dibandingkan dengan sampel deodorant parfume spray yang beredar dipasaran yang hanya dapat menghambat sebanyak 8 mm. Sedangkan untuk konsentrasi 5 % dan 15 % belum memberikan pengaruh sama sekali. Hal ini dimungkinkan terjadi karena zat aktif pada ekstrak sereh belum cukup kuat untuk mengurangi aktifitas bakteri. Selanjutnya mengetahui penerimaan masyarakat terhadap deodorant
parfum spray yang dihasilkan peneliti melakukan uji khalayak terbatas. Kelebihan dari metode percobaan ini adalah prosedur pembuatan yang relatif mudah dan ekonomis, namun tetap terjaga higienisnya. Dari 10 orang probandus semua menyatakan tampilan produk sudah bagus, namun aroma teralalu menyengat seperti minyak angin. Mengenai sensasi yang dirasakan di kulit semua menyatakan dingin dan cepat kering untuk konsentrasi 5 % dan 10 %. Kekurangan dalam metode pembuatan ini menyatakan untuk konsentrasi 30 % kecepatan keringnya produk pada kulit lebih lambat dan kulit terlihat mengkilat. Hal ini dimungkinkan terjadi karena minyak tidak larut secara sempurna bersama bahan-bahan lain yang digunakan. Akan tetapi ketika semua probandus diberi pertanyaan apakah mau membeli jika kelak produk dipasarkan, semua probandus menyatakan tidak dengan alasan yang hampir sama yaitu aroma masih kurang menarik untuk digunakan dalam keseharian. Untuk formula II, Yaitu Formulasi Deodoran Bentuk Batang (Stick) dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.). Telah dilakukan formulasi deodoran batang tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan zat aktif lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi 12 , 15 dan 18%. Lendir daun lidah buaya mempunyai aktivitas antibakteri Staphylococcus epidermidis yang diduga menjadi penyebab bau badan, dengan Konsentrasi Hambat Tumbuh Minimum (KHTM) 15% v/v. Tipe alkohol gel dengan lendir daun lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi 15 dan 18% serta tipe lemak konsentrasi 18% memberikan zona hambat tumbuh terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Uji stabilitas fisik sediaan deodoran batang yang dibuat memperlihatkan adanya kestabilan bentuk, warna, bau dan homogenitas selama waktu penyimpanan. Kelebihan dari metode formulasi deodoran bentuk batang dengan Lendir Daun Lidah Buaya memberikan hasil uji keamanan yang menunjukkan bahwa deodoran batang tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan daun lendir lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi terbesar (18%) tidak memperlihatkan adanya iritasi, sehingga aman untuk digunakan. Untuk Formula III, yaitu pemanfaatan ekstrak daun kenikir (Tagetes erecta) sebagai alternatif ntibakteri Staphylococcus epidermidis pada dedorant Parfum Spray. Deodoran perfume spray berbahan ekstrak daun
kenikir merupakan produk yang digunakan untuk mengatasi bau badan yang disebabkan bakteri Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas deodoran perfume spray dan ekstrak daun kenikir terhadap aktivitas bakteri dan konsentrasi optimum deodoran perfume spray dalam mengurangi aktivitas bakteri tersebut. Metode yang dilakukan terdiri atas 5 tahap, yaitu 1) Pembuatan ekstrak daun kenikir, 2)Pembuatan deodoran perfume spray (2 formula dengan komposisi berbeda), 3) Isolasi bakteri, 4) Uji produk terhadap aktivitas bakteri dan 5) Uji khalayak terbatas. Penentuan kualitas produk (kontrol, konsentrasi 5%, 10%, 15% dan deodoran perfume spray konvensional) hal tampilan, aroma dan sensasi di kulit menggunakan metode angket. Penelitian yang berjudul Pemanfaatan Ekstrak Daun Kenikir (Tagetes erecta) sebagai Alternatif Anti Bakteri pada Deodoran Perfume Spray bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan deodoran parfume spray dengan ekstrak daun kenikir terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis dan mengetahui konsentrasi optimum deodoran parfume spray dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Daun kenikir mengandung saponin dan flavonoida (Cowan, M.M. (1999). “Plant Products as AntimicrobialAgents”.AmericanSociety for Microbiology. 12, (4), 564-582.) Pembuatan deodoran dilakukan sebanyak 2 kali dengan variasi komposisi yang berbeda.
Formula 1 menggunakan metode pengenceran
dengan pelarut alkohol 96% hingga didapat konsentrasi 5%, 10% dan 15%, untuk formula 1 deodoran : 60 ml alkohol 96%, 30 ml ekstrak daun kenikir (5%,10%, 15%), 5 ml akuades dan 5 ml propilen glikol. Pengujian deodorant perfume spray terhadap aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis dilakukan di BLK dengan uji daerah hambat. Hasil analisis keefektifan deodoran terhadap aktivitas bakteri sebagai berikut,
deodoran pasaran
13mm, alkohol 96% (kontrol) 10mm, deodoran ekstrak kenikir konsentrasi 5% 10mm, konsentrasi 10% 9mm, konsentrasi 15% 9mm. Konsentrasi 5% dan deodoran pasaran merupakan konsentrasi optimum dalam mengurangi aktivitas bakteri Staphylococcus epidermidis. Hasil uji khalayak terbatas menunjukkan bahwa para pencoba kurang
berminat pada produk ini karena komposisi alkohol yang terlalu banyak dan menusuk hidung. Dari hasil uji daya hambat, deodoran pasaran memiliki tingkat keefektifan paling tinggi dalam menghambat bakteri, yaitu dengan rata-rata 16 mm, dilanjutkan dengan kontrol (alkohol 96%) dengan daya hambat 11,75 mm, kemudian deodoran perfume spray 5% dengan daya hambat 10,25 mm, deodoran perfume spray 10% dengan daya hambat 11,1875 mm dan deodoran perfume spray 15% dengan daya hambat 9,75 mm untuk formula III. Konsentrasi deodoran kenikir 10% merupakan konsentrasi paling efektif dalam menghambat bakteri. 2 konsentrasi terbaik pada formula III dan IV di atas belum lebih baik dari deodoran konvensional, namun deodoran konvensional yang dijadikan sampel untuk diuji mengandung Aluminium klorohidrat (ACH) yang berbahaya bagi tubuh. Kelebihan dan kekurangan hasil metode percobaan ini adalah untuk formula III, diperoleh uj daya hambat sebesar 10 mm, dengan konsentrasi minimum 5 %, warna yang diperoleh hijau dengan bau menyengat, sensasi yang ditimbulkan adalah dingin, kelebihannya adalah keawetan betahan selama 2 bulan. Kekurangan Formula III minat dari para relawan pencoba mendapatkan respon kurang berminat dan memiliki daya tahan selama 2 jam. Kelebihan hasil metode pembuatan deodorant Formula IV ini adalah terdapat hasil daya hambat terbaik serta banyak diminati. Uji daya tahan diperoleh daya tahan berkisar 4-5 jam setelah pemerian. Warna yang diperoleh adalah kuning, aroma yang dihasilkan adalah tidak menyengat seperti formula III. Memberikan hasil dingin setelah di aplikasikan pada anggota badan. Kekurangannya untuk formula IV ini kurang awet, yaitu hanya berkisar kurang dari 3 minggu dengan indikator warna dan bau. Konsentrasi
optimum
dalam
menghambat
bakteri
Staphylococcus
epidermidis adalah 10% pada formula. Formula V adalah formula sendiri adapun metode pembuatannya pertama, Panaskan air pada 75 ºC lalu tambahkan mullbery aduk sampai larut hingga suhu 60ºC. Campurkan propylene glicol dan dengan irgasan panaskan pada suhu 75º C, tambahkan sodium stearat, aduk campuran selama 15 menit, dan aduk sampai merata tambahkan perasa & pengaroma. Dinginkan pada suhu 62-65º C. Kami mencoba menggunakan bahan alam dikarenakan lebih
aman dibandingkan dengan bahan-bahan kimia. Zat aktif Mulberry Memberikan khasiat pemutih yang telah terbukti dengan kandungan ekstrak Mulberry yang efektif mencerahkan kulit sehingga kulit tampak menawan dan cerah berseri. Dapat menghilangkan bau badan serta mencerahkan daerah kulit yang gelap. Membantu masalah keringat yang berlebihan dan menjaga kulit tetap kering sepanjang hari dengan kandungan garam mineral yang alami, cepat, kering, tidak kotor, dan tidak lengket di badan. Evaluasi dilakukan untuk Formula V meliputi Uji organoleptik, Hasil uji organoleptik deodorant yang baik adalah jika sampel sediaan memiliki bentul, warna dan bau yang baik. Uji stabilitas, Uji Iritasi, Uji Kosmomikrobiologi, Uji Pengawetan, Uji Homogenitas, Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan pada suatu sediaan
dengan membandingkan
keseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh sediaan. Biasanya digunakan preparat dan diamati dengan mikrroskop untuk melihat tingkat kehomogenan sediaan tersebut , pH dan Uji Keamanan Sediaan Deodorant. Karateristik sediaan deodorant yang baik antara lain dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara. Dapat membunuh atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan. Tidak merangsang kulit atau tidak terjadi iritasi kulit. Serta tidak beracun.
BAB V KESIMPULAN Dari Formula I deodoran spray ekstrak sereh diperoleh Kelebihan dari metode percobaan ini adalah prosedur pembuatan yang relatif mudah dan ekonomis, namun tetap terjaga higienisnya. Dari 10 orang probandus semua menyatakan tampilan produk sudah bagus, namun aroma teralalu menyengat seperti minyak angin. Mengenai sensasi yang dirasakan di kulit semua menyatakan dingin dan cepat kering untuk konsentrasi 5 % dan 10 %. Kekurangan dalam metode pembuatan ini menyatakan untuk konsentrasi 30 % kecepatan keringnya produk pada kulit lebih lambat dan kulit terlihat mengkilat aroma masih kurang menarik untuk digunakan dalam keseharian. Untuk Formula II, Yaitu Formulasi Deodoran Bentuk Batang (Stick) dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn.). Kelebihan dari metode formulasi deodoran bentuk batang dengan Lendir Daun Lidah Buaya memberikan hasil uji keamanan yang menunjukkan bahwa deodoran batang tipe alkohol gel dan tipe lemak dengan daun lendir lidah buaya (Aloe vera Linn.) konsentrasi terbesar (18%) tidak memperlihatkan adanya iritasi, sehingga aman untuk digunakan. Untuk Formula III, yaitu pemanfaatan ekstrak daun kenikir (Tagetes erecta) sebagai alternatif antibakteri Staphylococcus epidermidis pada dedorant Parfum Spray. Kelebihan dan kekurangan hasil metode percobaan ini adalah untuk formula III, diperoleh uj daya hambat sebesar 10 mm, dengan konsentrasi minimum 5 %, warna yang diperoleh hijau dengan bau menyengat, sensasi yang ditimbulkan adalah dingin, kelebihannya adalah keawetan betahan selama 2 bulan. Kekurangan Formula III minat dari para relawan pencoba mendapatkan respon kurang berminat dan memiliki daya tahan selama 2 jam. Kelebihan hasil metode pembuatan deodorant Formula IV ini adalah terdapat hasil daya hambat terbaik serta banyak diminati. Uji daya tahan diperoleh daya tahan berkisar 4-5 jam setelah pemerian. Warna yang diperoleh adalah kuning, aroma yang dihasilkan adalah tidak menyengat
seperti formula III. Memberikan hasil dingin setelah di aplikasikan pada anggota badan. Kekurangannya untuk formula IV ini kurang awet, yaitu hanya berkisar kurang dari 3 minggu dengan indikator warna dan bau. Konsentrasi
optimum
dalam
menghambat
bakteri
Staphylococcus
epidermidis adalah 10% pada formula. Formula V adalah formula sendiri Kami mencoba menggunakan bahan alam dikarenakan lebih aman dibandingkan dengan bahan-bahan kimia. Zat aktif Mulberry Memberikan khasiat pemutih yang telah terbukti dengan kandungan ekstrak Mulberry yang efektif mencerahkan kulit sehingga kulit tampak menawan dan cerah berseri. Dapat menghilangkan bau badan serta mencerahkan daerah kulit yang gelap. Membantu masalah keringat yang berlebihan dan menjaga kulit tetap kering sepanjang hari dengan kandungan garam mineral yang alami, cepat, kering, tidak kotor, dan tidak lengket di badan. Kami pun menambahkan Triclosan sebagai antifungi dan antibakteri spektrum luas yang poten. Dikarenakan triclosan dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif pada ketiak, yang menyebabkan bau tak sedap. Evaluasi dilakukan untuk Formula V meliputi Uji organoleptik, Hasil uji organoleptik deodorant yang baik adalah jika sampel sediaan memiliki bentul, warna dan bau yang baik. Uji stabilitas, Uji Iritasi, Uji Kosmomikrobiologi, Uji Pengawetan, Uji Homogenitas, Uji homogenitas Serta, pH dan Uji Keamanan Sediaan Deodorant. Karateristik sediaan deodorant yang baik antara lain dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara. Dapat membunuh atau mengurangi aktivitas bakteri yang tidak menguntungkan. Tidak merangsang kulit atau tidak terjadi iritasi kulit. Serta tidak beracun.
DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi ke IV, Jakarta. 1995. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi ke III, Jakarta. 1979
3. Rohman, apriana. Formulasi dan Mekanisme Kerja Antiperspiran, Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. 2011. 4. Jungerman, Eric, Ph.D. Antiprespirant : News Trends In Formulation and Testing Technology. Presented December1 1, 1973,N ew York City 5. J Heritage E,G,V, Evans , R,A Killington. “Human Fisiologi”. Cambrige University Press. 1999 6. Tranggono, Retno. I, Latifah, Fatma. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2007 7. ”Formularium Kosmetika Indonesia”, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985. 8. Klepak, Philip dan Walkey, Jack. Antiprespirants and Deodorants. International Federation Of Cosmetic Chemists (IFSCC). London. 2000 Edn., 69-100. 9. Atun, khasanah, dkk. “Pemanfaatan Ekstrak Sereh (Chymbopogon nardus L) Sebagai Alternatif Antibakteri Staphylococcus epidermidis Pada Deodoran Parfum Spray” . Universitas Negeri Yogyakarta. 2010 10. Soeryati, Sri, dkk. “Formulasi Deodoran Bentuk Batang (Stick) dengan Lendir Daun Lidah Buaya (Aloe vera Linn)”. Universitas Padjajaran, JatinangorSumedang. 2010 11. Salma, Atika. Dkk. “Pemanfaatan Ekstrak Daun Kenikir (Tagetes erectus) sebagai alternatif antibakteri Staphylococcus epidermidis Pada Deodoran Parfume Spray”. Universitas Negeri Yogyakarta. 2012.