40
BAB IV ANALISA KASUS Pada kasus ini, pasien adalah seorang laki-laki dengan inisial Tn. SG seorang petani berusia 50 tahun datang ke RSMP pada tanggal 23 Agustus 2017 keluhan utama Nyeri perut kanan atas yang semakin berat sejak ± 2 hari SMRS. Nyeri perut kanan atas awalnya timbul sejak ± 1 bulan yang lalu dan hilang timbul. Selain itu, os juga mengeluh perut kanan atas terasa keras. Nyeri muncul tiba-tiba dan nyeri tidak menjalar. Sejak ± 2 hari SMRS nyeri dirasakan semakin memberat, terus-menerus seperti diremas. Mual ada, muntah tidak ada. Demam tidak ada. BAB dan BAK biasa. Nafsu makan biasa. Os mengatakan keluhan baru pertama kali dirasakan. Hal tersebut menunjukkan adanya gangguan pada perut kanan atas baik organ ataupun dapat mengenai jaringan ikat lain. Berdasarkan teori diketahui bahwa Karsinoma hepatoseluler (HCC) atau hepatoma merupakan tumor ganas hati primer yang berasal dari hepatosit. HCC terjadi akibat adanya pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang ditandai hiperplasi sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah atau mitosis disertai perubahan sel hati menjadi ganas. Pasien seringkali tidak mengalami gejala sampai kanker pada tahap akhir, sehingga jarang ditemukan dini. Pada pertumbuhan kanker hati, beberapa pasien mungkin mengalami gejala seperti sakit di perut sebelah kanan atas meluas ke bagian belakang dan bahu, bloating, berat badan, kehilangan nafsu makan, kelelahan, mual, muntah, demam, dan ikterus. Nyeri perut kanan atas dapat terjadi pada 50-70% kasus dan pada beberapa pasien terlihat massa pada abdominal.1 Pada pemeriksaan fisik didapatkan abdomen cembung, venektasi vena (-), hepatomegali, Hepar teraba 4 jari dibawah arcus costae dextra, teraba keras, konsistensi padat, permukaan tidak rata, berdungkul-dungkul, tepi tumpul, nyeri tekan (+), bising usus (+) normal. Didapatkan pula pada pemeriksaan penunjang melalui USG abdomen bahwa terdapat kesan hepatoma . Hepatoma lobus kanan dapat
menyebabkan batas atas hati bergeser ke atas, pemeriksaan fisik menemukan hepatomegali dibawah arcus costae tapi tanpa nodul, hepatoma segmen inferior lobus kanan sering dapat langsung teraba massa dibawah arcus costae kanan.
41
Hepatoma lobus kiri tampil sebagai massa di bawah processus xiphoideus atau massa dibawah arcus costae kiri. 2 Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil SGOT yaitu 400 U/l dan SGPT yaitu 318 U/l, adanya peningkatan SGOT dan SGPT menandakan bahwa terjadi kerusakan sel-sel hati. Serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) merupakan enzim mitokondria yang berfungsi mengkatalisis pemindahan bolakbalik gugus amino dari asam aspartat ke asam α-oksaloasetat membentuk asam glutamat dan oksaloasetat. Enzim GOT dan GPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim GPT dan GOT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel hati. Menurut PPHI ( Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia), diagnosa HCC dapat ditegakkan apabila terdapat kriteria berikut: 1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri. 2. AFP ( Alphafetoprotein ) yang meningkat lebih dari 500 mg/ml. 3. Ultrasonography ( USG ), Nuclear Medicine, Computed Tomography Scann ( CT Scann ), Magnetic Resonance Imaging ( MRI ), Angiogrphy, ataupun Positron Emission Tomography ( PET ) yang menunjukkan adanya Kanker Hati Selular. 4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya Kanker Hati Selular. 5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan adanya Kanker Hati Selular. Diagnosa HCC didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau hanya satu kriteria empat atau lima. Pada kasus ini didapatkan dua dari lima kriteria tersebut yaitu kriteria pertama dan ketiga, sehingga pasien dapat dikatakan menderita hepatoma. Selain itu dari USG abdomen didapatkan pula hasil hepatoma. Pada hepatoma sangat diperlukan biopsy hati untuk mengatahui sejauh mana invasi sel-sel kanker. Sehingga dapat ditentukan penatalaksaan invasif jika memungkinkan
untuk
menambah
prognosis
kesembuhan
pada
pasien.
Pemeriksaan CT Scan juga diperlukan pada kasus ini untuk membantu memperjelas diagnosis, menunjukkan lokasi tepat, jumlah dan ukuran tumor.
42
Tatalakasana farmakologi IVFD RL gtt 10 x/menit, Curcuma 3x1 tab (200mg), Ceftriaxone inj 2x1 (1g), Prosogan inj 2x1 (30mg). Sementara terapi non farmakologi Edukasi dan Bedrest. Pada pasien ini tatalaksana yang diberikan hanya bersifat palitif saja. Berdasarkan teori, tatalaksana yang diberikan pada pasien sudah sesuai dengan tatalaksana bagi pasien hepatoma. Berdasarkan teori diketahui terdapat beberapa modalitas pengelolaan karsinoma hepatosleuler. Pada dasarnya modalitas tersebut dapat dibagi menjadi modalitas yang bertujuan untuk kuratif, paliatif, dan suportif. Pemilihan pengelolaan didasarkan pada penyakit hati yang mendasari, status kapasitas fungsi hati, status fisik pasien, ukuran dan jumlah nodul. Staging system tersebut sangat penting selain untuk menilai keberhasilan terapi juga berguna untuk menilai prognosis.4 Menurut BBLC tatalaksana yang dapat diberikan pada stage 0, pasien karsinoma hepatoseluler dengan stadium sangat awal merupakan kandidat yang tepat untuk reseksi. Untuk stage A, pasien karsinoma hepatoseluler stadium awal mendapatkan terapi radikal (reseksi, transplantasi hati, atau pengobatan perkutan). Stage
B,
pasien
dengan
stadium
menengah
dapat
dilakukan
terapi
kemoembolisasi. Stage C, pasien dengan stadium lanjut kemungkinan mendapatkan agen baru dalam randomized controlled trials (RCTs). Sedangkan pada stage D, pasien dengan stadium akhir akan menerima pengobatan simptomatik.4