1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengkonsumsi sayur dan buah merupakan salah satu syarat dalam memenuhi menu gizi seimbang. Sayur dan buah merupakan makanan penting yang harus selalu dikonsumsi setiap kali makan. Tidak hanya bagi orang dewasa, mengkonsumsi sayur dan buah sangat penting untuk dikonsumsi sejak usia anak-anak. Dengan diet tinggi sayur dan buah baik untuk melindungi kesehatan tubuh, termasuk dalam menjaga berat badan (Mitchell, 2012). Membiasakan anak untuk mengkonsumsi sayur dan buah sejak dini sangat penting karena pola diet yang diterapkan pada usia anakanak akan mempengaruhi pola diet ketika dewasa (Mitchell, 2012; Brug, 2008; Horne, 2010), jika ketika masih anak-anak memiliki pola diet yang buruk maka hingga dewasa pun akan tetap buruk (Mitchell, 2012) dan akan mempengaruhi kesehatannya (Jones, et al. 2010). Begitu pula dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang dibiasakan sejak dini agar menjadi suatu kebiasaan baik hingga dewasa. Konsumsi sayur dan buah pada anak masih sangat minim dan masih banyak yang belum sesuai dengan rekomendasi. Menurut Pedoman Gizi Seimbang (2014), bagi anak balita dan anak usia sekolah dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan sebanyak 300-400 gram yang terdiri dari 250 gram sayur (setara dengan 2,5 porsi atau 2,5 gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150 gram buah (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1,5 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Di Indonesia, menurut FAO (2010), tahun 2005-
2
2007 konsumsi buahnya hanya mencapai 173 gram/hari dan konsumsi sayuran 101 gr/hari. Menurut Riskesdas tahun 2010, pada kelompok usia diatas 10 tahun konsumsi sayurnya hanya mencapai 63,3% dan buah 62,1% dari kebutuhannya sehari. Data riskesdas pada tahun 2013 menyatakan bahwa pada kelompok usia yang sama tidak terjadi peningkatan konsumsi sayur dan buah yang signifikan pada tahun ini. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ratu dalam Kumboyono (2013) mengungkapkan bahwa sekitar 90% anak mengkonsumsi sayuran dan buah <3 porsi/hari. Tidak hanya di Indonesia, dari survey data kesehatan nasional Inggris diketahui bahwa konsumsi sayur dan buah pada anak dan remaja masih sangat sedikit (Pearson, 2008), yakni kurang dari 5 porsi per hari (Horne, 2010). Tidak jauh berbeda dengan fakta yang terjadi di Amerika, menurut O’connor et.al ( 2008), anak-anak usia prasekolah di Amerika mengkonsumsi buah sebanyak 80% dari kebutuhan mereka sehari, tapi mengkonsumsi sayuran hanya 25% dari kebutuhan sehari. Kebanyakan dari anak-anak lebih menyukai untuk mengkonsumsi makanan dengan kandungan lemak jenuh dan energi tinggi lebih dari yang direkomendasikan serta tinggi dalam mengkonsumsi makanan minuman dengan pemanis buatan, namun rendah dalam mengkonsumsi sayur dan buah (Brug, 2008; Witt, 2012). Kekurangan
konsumsi
sayur
dan
buah
pada
anak
dapat
menimbulkan berbagai penyakit dikemudian hari. Rendahnya konsumsi sayur dan buah ini berkaitan dengan meningkatnya risiko terjadinya penyakit-penyakit kronik seperti penyakit jantung dan diabetes (Mak, 2012). Menurut Mak (2012), anak yang mengkonsumsi sayur dan buah dalam jumlah tinggi pada masa kanak-kanaknya memiliki kesehatan yang lebih baik
3
dan risiko untuk terkena penyakit kronik yang berkaitan dengan diet menjadi berkurang. Selain itu, kekurangan sayur juga dapat memberikan dampak buruk pada mata, juga dapat menyebabkan anemia dengan gejala seperti lemah, letih, lesu, kurang konsentrasi dan malas pada anak. Konstipasi juga akan menjadi penyakit yang akan dialami bila anak kurang mengkonsumsi sayur
dan
buah
(Yuliarti,
2008).
Menurut
Horne
(2010),
kurang
mengkonsumsi sayur dan buah juga erat kaitannya dengan obesitas. Horne juga menambahkan bahwa dengan rajin mengkonsumsi buah setiap kali waktu makan maka akan menghindari terjadinya kenaikan berat badan. Asupan sayur dan buah juga berperan penting dalam perkembangan mental dan fisik pada anak (Fischer, 2011). Secara umum, anak-anak yang tinggal di negara berkembang termasuk Indonesia lebih sulit mengonsumsi sayur dan buah dibandingkan dengan anak-anak di negara maju. Mereka justru akan menghindari makanan-makanan yang menyehatkan seperti sayur dan buah (Winarno, 1987). Pada perkembangan
usia
anak-anak,
aktivitas
jasmani,
khususnya dan
usia
prasekolah
meningkatnya
proses
terjadi berpikir
(Narendra, 2002). Menurut Poti dan Popkin (2011), anak-anak usia 2-6 tahun mengkonsumsi 71% dari kebutuhan energi mereka di rumah. Usia prasekolah ini merupakan masa-masanya bermain bagi anak sekaligus untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki belajar formal (Gunarsa, 2004). Masa-masa prasekolah juga merupakan masa yang rawan bagi anak terhadap penyakit termasuk masalah gizi. Sehingga perlu diketahui faktorfaktor apa saja yang dapat mempengaruhi konsumsi anak pada usia ini.
4
Dalam mengakses dan memilih makanan pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan, baik itu lingkungan rumah maupun di luar rumah (Mak et al. 2012). Jika di dalam rumah, faktor yang paling berperan antara lain faktor orangtua yang termasuk di dalamnya pekerjaan, pendidikan, pendapatan, ketersediaan pangan (Hardinsyah, 1988), faktor lingkungan di luar rumah seperti guru yang mengajar di sekolah, teman bermain serta iklan-iklan di media masa (Horne, 2010). Faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah konsumsi sayur dan buah pada anak lebih dipengaruhi oleh faktor orangtua, yaitu keterlambatan dalam mengenalkan sayur dan buah saat pemberian MP-ASI, ketidakmampuan orangtua dalam memberikan contoh yang baik dalam mengkonsumsi
sayur
dan
buah,
rendahnya
status
sosial
ekonomi,
keterbatasan keberadaan sayur dan buah di rumah (Rasmussen et al. 2006). Faktor orangtua merupakan faktor yang sangat penting dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah karena anak-anak pada usia tersebut lebih sering berada di rumah sehingga ketika makan pun tergantung dengan apa yang disediakan di rumah (Pearson, 2008). Peran orangtua, baik ayah maupun ibu sangatlah penting dalam tumbuh kembang anak. Keberadaan keduanya sangat bermanfaat dalam perkembangan dan pertumbuhan anak. Baik ayah maupun ibu memiliki peran tersendiri dalam pembentukan karakter anak termasuk dalam mengkonsumsi makanan. Kebanyakan dari penelitian yang ada mengenai kebiasaan makan pada anak selalu hanya mengaitkan peran ibu saja. Sedangkan penelitian menyatakan bahwa ayah memiliki peran yang sama seperti ibu dalam memberikan perhatian pada anak seperti kasih sayang, perhatian dan
5
perlindungan, namun ayah dan ibu memiliki cara yang berbeda dalam memberikan perhatian tersebut (Foster, 2004). Hingga saat ini masih sedikit penelitian yang membahas mengenai peran ayah terhadap konsumsi makanan pada anak. Peran ayah menjadi sangat penting karena ayah sebagai orangtua juga menjadi panutan bagi anaknya. Dibandingkan dengan ibu, ayah memiliki tanggungjawab yang lebih rendah akan konsumsi anak (Blissett et al., 2006), kurang memonitor konsumsi anak dan jarang makan bersama anak (Blissett & Haycraft, 2008). Seharusnya tidak hanya ibu yang harus mencontohkan hal yang baik saja pada anak, tetapi ayah juga. Sama halnya dengan ibu, ayah juga memiliki peran yang besar dalam upaya menjaga kesehatan anak. Menurut penelitian yang dilakukan Foster (2004), diketahui bahwa pemilihan makanan pada anak prasekolah tergantung kepada ibu. Sedangkan ayah cenderung memberikan makanan pada anak sesuai yang diinginkan anak tersebut. Foster menyebutkan bahwa ayah lebih sering mengajak anaknya untuk mendatangi restauran cepat saji apalagi jika sedang terburu-buru. Terlihat bahwa ayah juga memiliki andil dalam pemilihan makanan pada anak, diduga ayah juga memiliki peran konsumsi konsumsi sayur dan buah pada anak. Peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain persepsi ayah, pengetahuan ayah, pendapatan keluarga, lama waktu ayah bekerja, jenis pekerjaan ayah. Penelitian yang dilakukan oleh Coltraine (1998) mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi ayah termasuk di dalamnya tingkat pendidikan, pendapatan dan kelas sosial ayah berkaitan erat dengan kedekatan seorang
6
ayah dengan anaknya. Semakin dekat seorang ayah dengan anaknya maka akan membuat ayah menjadi sosok yang dicontoh oleh anaknya. Dalam hal pendapatan keluarga, menurut Yuliana (2004), pendapatan dalam suatu keluarga
akan
mempengaruhi
aktifitas
keluarga
dalam
pemenuhan
kebutuhan keluarga. Sehingga diharapkan semakin tinggi pendapatan keluarga semakin besar pula kesempatan keluarga untuk mengakses sayur dan buah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melihat adakah hubungan peran ayah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolah yang mempengaruhi rendahnya asupan konsumsi sayur dan buah. Pemilihan subyek penelitian yang merupakan ayah dari anak prasekolah adalah karena anak prasekolah lebih sering menghabiskan waktu di rumah dan belum banyak terkena pengaruh dari lingkungan luar, sehingga peran orang tua baik ayah maupun ibu sangat berpengaruh pada anak tersebut. Dengan menempatkan ayah sebagai subyek penelitian dapat mengetahui hubungan peran ayah dengan konsumsi sayur dan buah pada anak
usia
prasekolah
di
rumah.
Penelitian
akan
dilaksanakan
di
TK/Playgroup dengan melihat dari karakteristik tingkat perekonomian orangtua dari anak usia prasekolah yang bersekolah di TK/ Playgroup tersebut. Karena salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peran ayah adalah status sosial ekonomi keluarga (Hardinsyah, 1988). Terdapat 4 TK/ playgroup yang menjadi tempat penelitian ini, yakni TK My Little School, TK Khalifah dan TK Dharma Bakti 1 dan TK dan Playgroup Primagama.
7
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah dengan konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah di TK My Little School, TK Khalifah, TK Dharma Bakti 1 dan TK & Playgroup Primagama. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui hubungan antara peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah b. Mengetahui hubungan antara persepsi ayah mengenai peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah dengan peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan Ayah mengenai sayur dan buah dengan peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah
8
d. Mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan peran ayah dalam konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti: Peneliti dapat mengetahui hubungan antara persepsi ayah, pengetahuan ayah mengenai sayur dan buah dan pendapatan ayah dengan peran ayah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak. 2. Manfaat bagi institusi Dapat menjadi bahan edukasi bagi orangtua dalam meningkatkan konsumsi sayur dan buah pada anak usia prasekolah melalui peran ayah 3. Manfaat bagi masyarakat: Sebagai upaya dalam meningkatkan asupan konsumsi sayur dan buah pada anak melalui peran ayah. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan yang peneliti ketahui bahwa selama ini penelitian mengenai peran ayah terhadap konsumsi sayur dan buah pada anak prasekolahbelum pernah dilakukan tetapi ada penelitian senada, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Foster (2004) dengan judul “Father’s Impact on Children’s Nutrition”. Penelitian ini mengenai bagaimana peran
ayah dalam pemberian makan pada anak. Penelitian yang dillaksanakan di Amerika dilakukan secara kualitatif dengan membuat Focus Group Discussion (FGD) kemudian mendiskusikan mengenai gizi pada anak, perencanaan makan, pembelian dan persiapan makanan. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah
9
penelitian ini tidak membahas secara rinci bagaimana peran ayah dalam pemberian makan pada anak serta tidak membahas dari segi bahan makanannya, khususnya sayur dan buah. 2. Penelitian yang dikakukan oleh Kimberley et.al dengan judul “Dads at Dinner Table. A cross-sectional study of Australian Father’s Child Feeding Perception and Practices” pada tahun 2013. Penelitian ini mengenai hubungan resiko kejadian overweight pada anak usia prasekolah dengan persepsi dan peran ayah yang dihubungkan dengan karakteristik seorang ayah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan
instrumen
penelitian
menggunakan
kuesioner.
Hasil
dari
penelitian ini adalah bahwa seorang ayah yang lebih mementingkan berat badan anaknya diketahui lebih memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang dikonsumsi oleh anaknya dan lebih mengontrol apa dan seberapa banyak makanan yang dikonsumsi anaknya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Evareny (2009) dengan judul “Peran Ayah dalam Praktek Pemberian ASI di Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat”. Penelitian ini mengenai bagaimana peran ayah terhadap praktek pemberian ASI di kota Bukittinggi. Penelitian ini memiliki variabel indepen yang sama dengan penelitian yang akan diteliti yaitu peran ayah namun berbeda pada variabel dependennya yaitu praktek pemberian ASI. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Kumboyono, Setyoadi dan Ehrrya Wiyastio dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Konsumsi Sayuran dan Buah pada Anak Usia Prasekolah di TK Islam terpadu As Salam Malang”. Penelitian ini menerangkan bahwa pola asuh kedua orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap konsumsi sayur dan buah
10
pada anak usia prasekolah. Sehingga pemilihan pola asuh yang tepat oleh orang tua dapat meningkatkan konsumsi sayuran dan buah pada anak usia prasekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel dependen yang diteliti dalam penelitian ini adalah pola asuh dari kedua orangtua sedangkan untuk penelitian yang akan dilakukan lebih menekankan pada peran ayah.