BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TEORI
1. Penjelasan Prakerin (Praktik Kerja Industri)
PRAKERIN (Praktik Kerja Industri) adalah suatu mata pelajaran yang
wajib ada di dalam tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK). Sekolah
menengah merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar yakni Sekolah
Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagaimana disebutkan
dalam pasal 18 ayat 3 Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 (2005:
10), bahwa. "Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA),
madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah
aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat".
Undang-Undang sisdiknas nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa,
"pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu".
Peran pendidikan kejuruan sangat strategis dalam menyiapkan calon
tenaga kerja yang memiliki keterampilan profesional tertentu untuk
memperoleh bidang pekerjaan profesional yang sesuai dengan spesialisasinya.
Tidak tertutup juga bagi tamatan SMK untuk melanjutkan pendidikan hingga
keperguruan tinggi.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu pendidikan
menengah yang menyiapkan lulusannya untuk menjadi tenaga kerja yang
terampil, produktif, kreatif, serta dapat mengembangkan sikap professional
dibidangnya. siswa SMK yang sedang menempuh pendidikan di sekolah sudah
harus dipersiapkan untuk mampu menciptakan peluang usahanya sendiri,
tidak hanya mampu untuk mengisi peluang kerja yang sudah ada di dunia usaha
dan industri, akan tetapi upaya pendidikan juga harus mampu memberikan
lulusan SMK nantinya memiliki jiwa dan perilaku yang berkarakteristik
kewirausahaan.
Lulusan yang siap kerja dan siap untuk berwirausaha merupakan
tantangan yang dihadapi oleh Sekolah Menengah Kejuruan.Hal ini
tentu saja tidak terlepas dari rendahnya tingkat pasar kerja jika
dibandingkan dengan para pencari kerja.
Oleh sebab itu kewirausahaan diyakini mampu untuk menjadi salah
satu solusi untuk mengatasi masalah ketidak seimbangan
antara supply and demand dalam bidang ketenaga kerjaan di Indonesia.
Akan tetapi untuk menghasilkan lulusan SMK yang bermutu dan memiliki minat
berwirausaha tidak bisa dilakukan dengan model pembelajaran yang sama.
Salah satu bentuk atau upaya yang di lakukan oleh sekolah untuk
menciptakan minat berwirausaha yang tinggi di kalangan siswa yang masih
menempuh pendidikan, dengan cara menerjunkan langsung siswa ke dunia
usaha atau industri melalui program praktik kerja industri (prakerin)
untuk memperoleh pengalaman nyata di dunia usaha dan industri.
Konsep yang dikembangkan dalam pendidikan kejuruan, dalam rangka
mempersiapkan peserta didik mendapatkan pekerjaan profesional tertentu
dilakukan melalui "on the job training" yaitu belajar bekerja langsung di
Industri. Menurut Nana Sudjana, "pekerjaan profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dikerjakan oleh mereka yang secara khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang
karena tidak memperoleh pekerjaan" (Sugiyono, 2003: 18).
Pendidikan kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik
agar siap bekerja baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi
lowongan pekerjaan yang ada dengan keterampilan profesional yang
dimiliki. Arah pengembangan pendidikan menengah kejuruan diorientasikan
pada penentuan pasar kerja.
Ada beerbagai bentuk model dalam pendidikan kejuruan (Rastodio,
2012), model – model tersebut antara lain adalah :
1) Model 1
Pemerintah tidak mempunyai peran, atau hanya peran
marginal dalam proses kualifikasi pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya
liberal, namun dapat dikatakan bahwa berorientasi pasar (Market
Oriented Model). Perusahaan-perusahaan sebagai pemeran utama
berhak menciptakan desain pendidikan kejuruan yang tidak harus
berdasarkan prinsip pendidikan yang bersifat umum, dan mereka tidak
dapat diusik oleh pemerintah karena yang menjadi sponsor, dana dan
lainnya adalah dari perusahaan. Beberapa negara penganut model ini adalah
Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat.
2) Model 2
Pemerintah sendiri merencanakan, mengorganisasikan dan mengontrol
pendidikan kejuruan. Model ini sifatnya birokrat, pemerintah
dalam hal ini yang menentukan jenis pendidikan apa yang harus
dilaksanakan di perusahaan, bagaimana desain silabusnya, begitu
pula dalam hal pendanaan dan pelatihan yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan tidak selalu berdasarkan permintaan
kebutuhan tenaga kerja ataupun jenis pekerjaan saat itu. Walaupun
model ini disebut juga model sekolah (school model), pelatihan dapat
dilaksanakan di perusahaan sepenuhnya. Beberapa negara seperti Perancis,
Italia, Swedia serta banyak dunia ketiga juga melaksanakan model ini.
3) Model 3
Pemerintah menyiapkan/memberikan kondisi yang relatif komprehensif
dalam pendidikan kejuruan bagi perusahaan-perusahaan swasta dan sponsor
swasta lainnya.model ini disebut juga model pasar dikontrol pemerintah
(state controlled market) dan model inilah yang disebut model sistem
ganda (dual system) sistem pembelajaran yang dilaksanakan di dua
tempat yaitu sekolah kejuruan serta perusahaan yang keduanya bahu
membahu dalam menciptakan kemampuan kerja yang handal bagi para lulusan
pelatihan tersebut. Negara yang menggunakan sistem ini diantaranya
Swiss, Austria dan Jerman. Kecenderungan yang digunakan di Indonesia
adalah model ketiga ini, dimana pelaksanaan pendidikan sistem ganda
dilaksanakan di dua tempat yaitu di sekolah dan di Industri dengan
berbagai pengembangannya.
Ketiga model tersebut kecenderungan yang digunakan di Indonesia adalah
"Model 3", dimana pelaksanaan pendidikan sistem ganda dilaksanakan di dua
tempat yaitu di sekolah dan di Industri. Berdasarkan lampiran Keputusan
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor:
251/C/Kep/MN/2008 (Depdiknas, 2008) tentang spektrum Keahlian Pendidikan
Menengah Kejuruan, kompetensi pendidikan kejuruan/SMK atau dalam
spektrum tersebut disebut studi keahlian pada SMK dikelompokan sebagai
berikut: (1) Teknologi dan Rekayasa, (2) Teknologi Informasi dan
Komunikasi, (3) Kesehatan, (4) Seni Kerajinan dan Pariwisata, (5)
Agrobisnis dan Agroteknologi.
Dari banyak penjelasan yang telah disebutkan diatas, maka dapat
dikatakan pengertian prakerin adalah :
1) Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan kata praktik berarti
"pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori". Prakerin
atau yang sering disebut On The Job Training (OJT), merupakan
model pelatihan yang bertujuan untuk memberikan kecakapan yang
diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan
kemampuan bagi pekerjaan (Bondan Arum Pratiwi, 2009; 16).
2) Prakerin adalah kegiatan yang bersifat wajib tempuh bagi siswa
SMK yang merupakan bagian dari program PSG. Dalam Permendiknas
tentang pedoman teknis pelaksanaan PSG pada SMK disebutkan bahwa
"Prakerin adalah praktik keahlian produktif yang dilaksanakan di Industri
atau perusahaan yang berbentuk kegiatan mengerjakan produksi/jasa"
(Estiko Suparjono, 1999: 259).
3) Prakerin adalah suatu kegiatan pelatihan keahlian produktif bersifat
wajib tempuh bagi siswa SMK yang dilakukan di Dunia Usaha/Dunia
Industri serta memiliki konsep tersendiri dalam pelaksanaannya
bertujuan meningkatkan kecakapan siswa dalam pekerjaan tersebut.
4) Prakerin adalah kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang
dilaksanakan didunia usaha atau dunia industri yang relevan dengan dengan
kompetensi (kemampuan) siswa sesuai bidangnya.
5) Menurut Petrus (2004:5) tentang pengertian praktik kerja industri
bahwa:"Praktik kerja industri adalah model pendidikan yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk melakukan praktik nyata di dunia usaha
atau industri selama waktu tertentu. Penyelenggaraan praktik kerja
industri yang tepat, sistematis dan terarah akan semakin melengkapi
kompetensi siswa sebagai bekal dalam persaingan di dunia
kerja".Dengan prakerin, diharapkan siswa dapat menguasai sepenuhnya aspek-
aspek kompetensi yang dituntut kurikulum.Di samping itu, diharapkan dapat
mengenal lebih dini tentang dunia kerja yang menjadi dunianya kelak
setelah menyelesaikan pendidikan.
Seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik (2008: 93) manfaat "praktik
kerja industri bagi siswa adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan
kesempatan kepada peserta untuk melatih ketrampilan- ketrampilan manajemen
dalam situasi lapangan yang aktual. Hal ini penting dalam rangka belajat
menerapkan teori atau konsep atau prinsip yang telah dipelajari sebelumnya,
(2) memberikan pengalaman- pengalaman praktis kepada peserta sehingga
hasil pelatihan bertambah luas, (3) peserta berkesempatan memecahkan
berbagai masalah manajemen di lapangan dengan mendayagunakan kemampuannya,
(4) mendekatkan dan menjebatani penyiapan peserta untuk terjun kebidang
tugasnya setelah menempuh program pelatihan tersebut".Menurut pendapat
Wardiman Djojonegoro (1988: 58) praktik kerja industri "sebagai salah satu
bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang kejuruan didukung
oleh faktor yang menjadi komponen utama. Komponen tersebut adalah (1) dunia
usaha/dunia industri (DU/DI) pasangan, (2) program pendidikan dan pelatihan
bersama, yang terdiri dari standar kompetensi, standar pelatihan dan
pendidikan.
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri merupakan salah satu upaya mencapai
tujuan penyelenggaraan PSG. Keputusan Menteri No.323/U/1997
(Estiko Suparjono, 1999: 257) dapat disimpulkan tujuan Praktik Kerja
Industri adalah kemampuan yang telah didapatkan peserta didik dari
proses pembelajaran disekolah diterapkan atau diimplementasikan secara
nyata di Dunia Usaha/Dunia Industri sehingga tumbuh etos kerja atau
pengalaman kerja. Dapat disimpulkan tujuan utama program Praktik Kerja
Industri mengoptimalkan hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan di
sekolah dengan pengalaman kerja di Industri untuk mencapai tujuan
pendidikan kejuruan secara maksimal. Selain itu juga disebutkan tujuan lain
dari Prakein (Praktek Kerja Industri), antara lain :
a. Membentuk pola pikir yang konstruktif bagi siswa-siswi PRAKERIN (Praktek
Kerja Industri).
b. Melatih siswa untuk berkomunikasi/ berinteraksi secara profesional
didunia kerja yang sebenarnya .
c. Membentuk Etos kerja yang baik bagi siswa-siswi PRAKERIN (Praktek Kerja
Industri).
d. Menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dasar yang dimiliki oleh
siswa-siswi PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) sesuai bidang masing-
masing.
e. Menambah jenis keterampilan yang dimiliki oleh siswa agar dapat
dikembangkan dan di Implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Menjalin kerjasama yang baik antara sekolah dengan dunia industri maupun
dunia usaha.
PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) juga mempunyai landasan hukum
tersendiri, landasan hukum dari PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) antara
lain adalah :
a. Undang- undang no 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
b. Kepmen pendidikan dan kebudayaan no 323/u/1997, tentang
penyelenggaraan prakerin SMK.
c. Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah
yang antara lain :
1. Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerja sama dengan
masyarakat terutama dunia usaha / industri dan para dermawan
untuk memperoleh sumber daya dalam rangka menunjang
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan.
2. Pada sekolah menengah dapat dilakukan uji coba gagasan baru
yang diperlukan dalam rangka pengembangan pendidikan menengah.
d. Kepmendikbud No. 080/V/1993 tentang kurikulum sekolah menengah kejuruan
yang menyatakan :
1. Menggunakan unit produksi sekolah beroperasi secara professional
sebagai wahana pelatihan kejuruan.
2. Melaksanakan sebagai kelompok mata pelajaran kejuruan di
sekolah, dan sebagailainnya di dunia usaha dan industri.
3. Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan sepenuhnya
di masyarakat dunia usaha dan industri.
e. Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) pasal 3 mengenai
Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal (15) yang menyebutkan
bahwa, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
f. Undang-Undang Nomor 2 / 1989 tentang Sistem pendidikan Nasional, dan
peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1992 tentang Peranan masyarakat Dalam
Pendidikan Nasional, dan Kepmendikbud Nomor 080 / U / 1993 tentang
Kurikulum SMK, sebagai berikut:
1) " Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui 2 ( dua ) jalur yaitu
jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah". [UUSPN,
Bab IV, pasal 10, ayat ( 1 )].
2) " Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerjasama dengan masyarakat
terutama dunia usaha dan para dermawan untuk memperoleh sumber daya
dalam rangka menunjang penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan".
[PP 29, Bab XI, pasal 29, ayat ( 1 )] .
3) " Pengadaan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan di lakukan oleh
Pemerintah, masyarakat, dan / atau keluarga peserta didik. [UUSPN, Bab
VIII, pasal 33] .
4) " Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang seluas-luasnya
untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan Nasional ".
[UUSPN, Bab XIII, pasal 47, ayat ( 1 )] .
5) " Peranserta masyarakat dapat berbentuk pemberian kesempatan untuk
magang dan atau latihan kerja ". [PP 39, Bab III, pasal 4, butir ( 8
)].
6) " Pemerintah dan Masyarakat menciptakan peluang yang lebih besar untuk
meningkatkan peranserta masyarakat dalam Sistem pendidikan Nasional ".
[PP 39, Bab VI, pasal 8, ayat ( 2 )] .
7) " Pada sekolah menengah dapat dilakukan uji coba gagasan baru yang di
perlukan dalam rangka pengembangan pendidikan menengah ". [PP 29, Bab
XIII, pasal 32, ayat ( 2 )].
8) Sekolah Menengah Kejuruan dapat memilih pola penyelenggaraan pengajaran
sebagai berikut:
a) Menggunakan unit produksi sekolah yang beroperasi secara profesional
sebagai wahana pelatihan kejuruan.
b) Melaksanakan sebagian kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan di
sekolah, dan sebagian lainnya di dunia usaha atau industri.
c) Melaksanakan kelompok mata pelajaran keahlian kejuruan sepenuhnya di
masyarakat, dunia usaha dan industri.[Kepmendikbud, No : 080 / U /
1993, Bab IV, butir C.I kurikulum 1994, SMK].
Penerapan kurikulum pada saat ini menggunakan kurikulum 2013, maka dari
itu pembahasan akan diperdalam dengan kaitan kurikulum 2013. Pada dasarnya
kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Relevansi antara prakerin (praktek kerja industri) dengan tujuan
kurikulum 2013 terdapat pada kata – kata , kurikulum 2013 bertujuan untuk
mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
Hal itu juga sejalan dengan tujuan prakerin (praktek kerja industri), yaitu
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, afektif dan etos kerja siswa -
siswi smk.
Kurikulum 2013 mempunyai 3 kerangka dasar, yaitu landasan filosofis,
landasan yuridis dan landasan teoritis, dimana kedua landasan tersebut
yaitu landasan filosofis dan teoritis, mempunyai keterkaitan dengan
kegiatan prakerin (praktek kerja industri).
Pada landasan filosofis kurikulum 2013 memberikan dasar bagi
pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia indonesia
berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Pada landasan
filosofis kurikulum 2013 juga membahas pendidikan ditujukan untuk
mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui
pendidikan disiplin ilmu.
Filosofi ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan
pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Dari
landasan filosofi tersebut dapat dikatakan bahwa dengan adanya kegiatan
prakerin (praktek kerja industri), diharapkan siswa mampu meningktkan
intelektual dann kecemerlangan akademiknya, karena prakerin (praktek kerja
industri) bisa dikatakan sebagai disiplin ilmu dari siswa smk.
Selain landasan filosofi, landasan teori juga mempunyai keterkaitan
dengan kegiatan prakerin (praktek kerja industri). Dalam landasan teoritis
disebutkan pendidikan berdasarkan standar menetapkan adanya standar
nasional sebagai kualitas minimal warga negara yang salah satunya adalah
standar kelulusan, dengan adanya kegiatan prakerin (praktek kerja
industri). Diharapkan standar kelulusan yang diinginkan pada kurikulum 2013
dapat tercapai dengan baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
hubungan kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) yang ada di
sekolah SMK dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilannya di bidang
mata pelajaran produktif.
Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran yang merupakan
keahlian dari siswa SMK tersebut, dengan kata lain bahwa mata pelajaran
produktif adalah pembelajaran kejuruan yang merupakan kemampuan khusus yang
diberikan kepada siswa sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya.
Pembelajaran produktif diberikan di bengkel/instalasi masing-masing
jurusan. Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran praktikum yang
mana setiap siswa harus berkompeten didalamnya. Alasan siswa harus
berkompeten dalam mata pelajaran produktif dikarenakan SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) bagi siswa SMK adalah salah satunya berada pada mata
pelajaran produktif. Nantinya setelah atau sebelum Ujian Nasional (UN),
siswa akan menghadapi ujian pada mata pelajaran produktif yang namanya UKK
(Uji Kompetensi Kejuruan) hal ini lagi yang sekali lagi mengharuskan siswa
untuk menguasai semua kompetensi dari mata pelajaran yang mereka pelajari.
Tentunya kompetensi di bidang mata pelajaran produktif dilakukan dengan
tanpa mengurangi kompetensi mereka di dalam mata pelajaran normatif dan
adaptif.
Untuk mendapatkan kompetensi yang diinginkan dan maka tenaga pendidik
yang bersangkutan, yakni guru mata pelajaran produktif juga harus
berkompeten pula dalam bidang kehakiman yang dimilikinya, selain itu guru
mata pelajaran juga diwajibkan mempunyai kompetensi dasar dan kompetensi
inti yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Untuk menunjang hasil pembelajaran yang diharapkan dan menghasilkan
siswa yang berkompeten dibidangnya, maka dilakukan dengan sistem ganda,
sistem ganda yang dimaksd disisni adalah proses belajar yang dilakukan
antara pihak sekolah dengan dunia usaha atau industri. Dengan menggunakan
pembelajaran sistem ganda diharapkan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
yang ada di lingkungan dunia usaha/industri dan menerapkanya pada proses
belajar mengajar di sekolah.
Dalam pembelajaran sistem ganda dilakukan dengan menggunakan sistem 1
– 2 – 3. Artinya, 1 jam untuk pembelajaran teori, 2 jam pelajaran praktik
dan 3 jam praktik industri. Dengan demikian aktivitas praktik akan lebih
dominan daripada pembelajaran teori. Tujuanya tentu saja diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan keterampilan dan kompetensi siswa pada keahlian
tertentu agar dapat digunakan untuk bersaing di dunia usaha dan industri.
Karena pada saat ini pengetahuan pengetahuan siswa tentang
pengetahuannya dibidang mata pelajaran produktif yang dipelajari disekolah
masih terbatas, keterbatasan ini bisa diakibatkan karena alat yang mereka
gunakan praktik masih terbatas, masalah – masalah yang mereka hadapi ketika
praktikum berbeda jauh dengan masalah – masalah yang ada di dunia industri,
selain itu juga implementasi alat di sekolah masih berupa prototype namun
jika di dunia kerja sudah dalam bentuk nyata, hal ini lah yang menjadikan
pengetahuan mereka tantang keahlian dibidang yang mereka palajari akan
bertambah.
Selain dibidang pengetahuan, bidang keterampilan juga berpengaruh
besar, karena semua industri dan semua perusahaan yang ada pada saat ini
memerlukan para pekerja yang terampil. Terampil yang dimaksud adalah
cekatan, disiplin, berkompeten, rajin dan mempunyai inovasi – inovasi yang
dapat menunjang produktivitas perusahaan.
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi
lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan
tersebut.
Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih
sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses
pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah
keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat
yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan
merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir.
Sehingga untuk menjadi seorang yang terampil yang memiliki keahian
khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan
tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami dan
mengaplikasikannya.
Dari penjelasan diatas, maka keterampilan siswa smk dalam bidang
keahlianyya dapat dibentuk, pembentukan bisa dilakukan di dalam
pembelajaran yang ada di sekolah, yaitu dengan cara memberikan tugas –
tugas akhir kepada siswa untuk merancang dan membuat sebuah alat, selain
itu untuk mengoptimalkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa, maka
kegiatan prakerin (praktek kerja industri).
Seperti yang disebutkan pada penjelasan diatas, diadakannya prakerin
(praktek kerja industri) dapat mengoptimalkan keterampilan siswa smk,
karena di dalam industri para siswa dilatih dididik dengan sistem yang ada
di dunia industri, maka secara otomatis keterampilan mereka akan tumbuh
dengan sendirinya. Yang akhirnya nanti setelah mereka selesai melakukan
kegiatan prakerin (praktek kerja industri) keterampilan yang didapatkan di
dunia industri akan merak terapkan kembali ke dalam proses pembelajaran
disekolah.
Praktek kerja industri (Prakerin) sebagai bagian dari PSG yang
pelaksanaannya melibatkan kerja sama antara pihak sekolah dan dunia
industri, maka keterlibatan secara aktif kedua belah pihak sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan program. Pihak sekolah harus mampu
mengantisipasi dan menggunakan dunia kerja sebagai pijakan dalam menentukan
program kurikulum atau pembelajaran di sekolah. Demikian pula
dengan pihak industri yang menekankan pada aspek produksi yang berpijak
pada prinsip-prinsip ekonomi, harus mampu menjalankan misi pendidikan
khususnya misi pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan adanya kerja sama semua
pihak sebagaimana tersebut di bawah ini:
1. Guru dan instruktur
Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap program pelaksanaan
pembelajaran di sekolah, sedangkan di industri pembelajaran praktek
sepenuhnya menjadi tanggung jawab instruktur. Sebagai tenaga pengajar
praktek, instruktur seyogyanya memahami dan mampu mempraktekkan metode-
metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran praktek di
industri. Dengan demikian pembelajaran prakerin betul-betul dapat
meningkatkan kualitas kemampuan kerja siswa.
2. Siswa
Siswa dalam hal ini adalah peserta prakerin. Biasanya peserta
prakerin adalah siswa kelas II yang telah menerima pelajaran baik
teori maupun praktek sebagai bekal sebelum terjun praktek di DU/DI
3. Alat dan bahan
Alat dan bahan digunakan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah
disediakan oleh pihak sekolah, sedangkan yang digunakan untuk
pembelajaran dan pelatihan di DU/DI disediakan oleh instansi pasangan.
4. Materi
Materi pembelajaran di sekolah lebih ditekankan pada pembelajaran teori-
teori kejuruan, sedangkan materi di industri lebih ditekankan pada
praktek kerja, tetapi berkaitan dengan teori-teori yang dipelajari
di sekolah. demikian sekolah harus mampu menggunakan dunia kerja sebagai
pijakan dalam perencanaan kurikulumnya, sehingga ada kaitan antara apa
yang diajarkan di sekolah dengan apa yang dipelajari di DU/DI.
5. Waktu
Ada sekolah yang menggunakan sistem blok dan ada yang menggunakan
sistem biasa. Pada umumnya di Indonesia pengaturan pembelajaran teori dan
praktek tidak menggunakan sistem blok sebagaimana sekolah-sekolah di
negara-negara Barat ataupun Eropa. Menurut Nolker (1983) mengenai panjang
waktu masing-masing blok terdapat pengalaman yang berbeda-
beda, karenanya tidak ada kesepakatan tentang panjang waktu yang paling
menguntungkan bagi proses belajar.
6. Administrasi
Yang dimaksud administrasi adalah seluruh kegiatan mulai dari
perekaman (kegiatan pencatatan, pengambilan gambar, dan perekaman narasi)
sampai dengan pendokumentasian (klasifikasi, pengkodean, dan penyimpanan)
yang memuat semua komponen pendidikan yang menjadi program prakerin yang
diselenggarakan bersama antara sekolah dengan institusi pasangannya.
7. Pembiayaan
Mengingat pendidikan sistem ganda kejuruan memerlukan biaya yang sangat
besar, maka masalah pendanaan ini harus dipikirkan untuk pemecahannya.
Mengacu pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
maka pengadaan dan pendayagunaan sumber dana pendidikan ditanggung
oleh oleh pemerintah.
2. Mata Pelajaran Produktif
Keberhasilan pendidikan kejuruan/SMK dapat diukur dari tingkat
keterserapan tamatan di dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut berbagai
usaha dilakukan oleh SMK melalui peningkatan mutu pembelajaran. Salah
satunya melalui pencapaian standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh
Dunia Usaha/Dunia Industri/Asosiasi Profesi, yang subtansi diklat dikemas
dalam berbagai mata diklat yang dikelompokan menjadi mata pelajaran
Normatif, Adaptif, dan Produktif.
Mata Pelajaran Produktif yang ada di SMK adalah kelompok mata
pelajaran yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki
kompetensi kerja sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
(SKKNI). Bila dalam SKKNI belum tercantum, maka digunakan standar
kompetensi yang disepakati oleh forum yang dianggap mewakili Dunia
Usaha/Dunia Industri/Asosiasi Profesi. Mata Pelajaran Produktif
bersifat melayani permintaan pasar kerja.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, mewajibkan guru
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik. Pada
Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 ditegaskan bahwa
sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan tersebut dilaksanakan setelah
jenjang program S-1 (Sarjana).
Guru dipandang sebagai ujung tombak yang sangat menentukan
keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut pasal 28 ayat
(3) PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan
pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, kompetensi
guru terdiri: a) kompetensi pedagogik, b) kompetensi kepribadian, c)
kompetensi profesional, dan d) kompetensi sosial. Evaluasi input dari
kinerja guru mata pelajaran produktif dapat dilihat dari segi penguasaan
keempat kompetensi tersebut.
Dalam kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri), seharusnya siswa
melakukannya sesuai dengan keahlian yang mereka pelajari, yang sesuai
dengan mata pelajaran produktif yang mereka pelajar, jika siswa dalam
melakukan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) tidak sesuai dengan keahliannya
maka akan menjadi sia – sia kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) yang
dilakukannya.
Dalam kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri), tidak semua mata
pelajaran produktif yang kita pelajar disekolah akan diterapkan dalam dunia
industri, maka dari itu semua siswa harus bisa memenfaatkannya dengan baik,
agar pengetahuan mereka dan keterampilan mereka dapat meningkat sepulangnya
dari kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri).
Frekuensi belajar merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran produktif. Dalam
proses belajar mengajar, tanpa adaya keaktifan anak belajar tidak akan
mencapai hasil yang maksimal. Sering dijumpai pada individu yang malas
belajar jika tidak ada ulangan atau jika tidak ada tugas dari sekolah. Di
samping itu, individu yang kurang mempunyai keinginan untuk mengembangkan
potensi kreatif yang ada dalam dirinya. Hal ini tampak terjadi pada saat
proses belajar mengajar berlangsung. Siswa kurang efektif dan responsif
terhadap materi yang disampaikan. Kondisi semacam ini menjadikan siswa
lebih banyak tergantung pada pendidik.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Djamarah dan Zain (2006) hasil belajar adalah apa yang diperoleh siswa
setelah dilakukan aktifitas belajar. Hamalik (2008) hasil belajar adalah
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di
amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan
tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara
keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku
yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan
sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang
mengacu pada pengalaman langsung. Winkel (dikutip oleh Purwanto, 2010)
hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah lakunya. Sudjana (2010) menyatakan hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar. Suprijono (2009) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui
kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang
akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil
belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.
Secara khusus dalam konteks Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli
pembelajaran kelas penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil
belajar peserta didik mendiagnosa kesulitan belajar memberikan umpan proses
pengertian hasil belajar menurut ahli perangkat pembelajaran cache mirip
pengertian hasil belajar menurut ahli bloom selanjutnya menurut bloom dalam
agus hasil belajar mencakup kemuan pengertian evaluasi (penilaian)
pengukuran dan asesmen cache mirip.
Pengertian evaluasi (penilaian) menurut para ahli informasi yang
diperoleh melalui Pengertian Hasil Belajar Menurut Para Ahli pengukuran
hasil belajar baik yang menggunakan pengaruh kesulitan belajar siswa
(sebuah studi cache mirip apr pengertian belajar kalangan ahli psikologi
terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan april jadi hasil belajar
dalam bidang tertentu menurut teori ini akan dapat ditransferkan bidang
bidang lain upaya meningkatkan hasil belajar pendidikan belajar jadi guru
cache mirip posted by aguswuryanto july pengertian belajar menurut para
ahli memiliki definisi yang berbda beda belajar adalah suatu proses yang
cache mirip apr tinggi rendahnya akan mempengaruhi hasil belajar pengertian
menurut bahasa (etimologi) ialah usaha dan kemauan untuk guilford (dalam
sukerta ialah kecenderungan tingkah laku umum lebih lanjut seorang ahli
yaitu wrightstone (dalam nurkancana edunet mts kab tegal prestasi belajar
faktor yang cache mirip by sholahuddin apr uncategorized tagged prestasi
belajar siswa memahami pengertian.
Prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak untuk itu para
ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda beda sesuai dengan sedangkan
menurut nasution prestasi belajar adalah belajar biologi online cache mirip
des selain definisi menurut para ahli pendidikan ada beberapa definisi
belajar secara teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara cara
seseorang hasil belajar adalah yang dicapai dalam suatu usaha april
februari januari desember november penelusuran terkait dengan pengertian
hasil belajar menurut para.
4. Penilaian
Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah
suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun
nontes.
Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan
atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21)
penilaian adalah keputusan tentang nilai.
Menurut Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah penerapan
berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi
belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai
kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif
(berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut secara khusus, dalam konteks
pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan
hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan
umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan
kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru,
serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat
dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya
bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.
Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada
PP. Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;
3. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses
pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Berdasarkan
pada PP. Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat :
1. Dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
2. Menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk
: menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan
kemajuan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka
penilaian hasil belajar (rapor) pada semester satu penilaian dapat
dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti pekerjaan rumah
(PR), proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai
tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor semester satu. Pada semester
dua penilaian dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan kenaikan kelas dan dilengkapi dengan tugas-tugas lain seperti PR,
proyek, pengamatan dan produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai
tersebut digunakan untuk mengisi nilai rapor pada semester dua.
Selain itu ada beberapa pengertian penelitian dari beberapa ahli,
diantaranya adalah :
1. Sudiono, Anas (2005) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi
berasal dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti
penilaian. Akar katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah
evaluasi menunjuk pada suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu.
2. Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003): Evaluation The systematic
process of collecting, analyzing, and interpreting information to
determine the extent to which pupils are achieving instructional
objectives. (Artinya: Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan,
analisis, dan interpretasi informasi untuk menentukan sejauh mana siswa
yang mencapai tujuan instruksional).
3. Mardapi, Djemari (2003), penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran.
4. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution (2001), mengartikan penilaian adalah
suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes
maupun nontes.
Penilaian terbagi 3 yaitu ranah penilaian afektif , kognitif,
psikomotor. Penjelasan dari ketiga ranah penilaian tersebut antara lain :
a. Ranah penilaian afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi,
dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif
tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta
didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata
pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata
pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih
banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau
rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya. Ranah
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1)
receiving (menerima atua memperhatikan) (2) responding (menanggapi) (3)
valuing (menghargai) (4) Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
(5) characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan
suatu nilai atau komplek nilai).
b. Ranah penilaian kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir,
termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah
kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Pada ranah
ini, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja. Pada
tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan masalah dengan
kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada
tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsip dan
konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik
diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian,
menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan
sebab — akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk
menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan
mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik
mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-teori
yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat
kebijakan.
c. Ranah penilaian psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan
aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson
(1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam
bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil
belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru
tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi
belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar
psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau
perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah
kognitif dan ranah afektif.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang relevan dengan topik mengenai kegiatan prakerin
terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa kelas XI pada mata
pelajaran produktif di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung adalah :
1. Penelitian oleh Yuli Rifiani tahun 2008, tesis tentang "Partisipasi
Pasaraya Sri Ratu Pemuda Semarang Dalam Kegiatan Prakerin Siswa Smk
Program Keahlian Penjualan", hasil penelitiannya adalah Prakerin yang
berlangsung di Pasaraya Sri Ratu berjalan sesuai perencanaan
yang dibuat oleh pihak sekolah yang mengadakan kesepakatan kerjasama,
dalam hal ini SMK Negeri 2 Semarang, dalam hal tujuan, lingkup kerjasama,
tugas dan tanggung jawab, pelaksanaan kegiatan, pembeayaan, maupun
jangka waktu kerjasama tersebut.. Perencanaan ini dibuat satu kali pada
saat pertama kali penandatanganan MoU, selanjutnya tinggal mengikuti, dan
diadakan pembaharuan lagi setiap tiga tahun sekali. Waktu pembelajaran
prakerin yang berlangsung di PSR sama dengan jam kerja untuk karyawan.
Kegiatan absen yang dilakukan siswa prakerin juga sama dengan yang
dilakukan karyawan PSR. Kedua hal tersebut memberikan pelajaran disiplin
kepada siswa prakerin, sehingga mereka yang ketika di sekolah masih belum
bisa menghargai waktu, setelah mengikuti irama kerja di PSR selama
prakerin menjadi bisa menghargai waktu. Pada kegiatan evaluasi Prakerin,
Pasaraya Sri Ratu hanya mengandalkan ujian Tugas Akhir sebagai evaluasi
yang resmi dari sekolah, dan ada arsipnya.
Kegiatan evaluasi intern prakerin di Pasaraya Sri Ratu tidak
berlangsung secara seragam, dalam arti masing-masing lantai memiliki
kebijakan sendiri- sendiri dalam melaksanakannya, dan kegiatan ini juga
tidak terdokumen, sehingga tidak bisa diketahui bagaimana kemampuan siswa
dari tahun ke tahun.
2. Penelitian oleh Istu Harjono tahun 2012, tesis tentang "Implementasi
Praktek Kerja Industri Pada Kompetensi Keahlian Teknik Instlasi Tenaga
Listrik SMK Negri 4 Di Kota Tanggerang", hasil penelitiannya adalah
Implementasi prakerin pada kompetensi keahlian teknik instalasi tenaga
listrik di SMK negeri di kota Tanggerang diimplementasikan dalam berbagai
tahapan yang tersetruktur, yaitu pemetaan dunia usaha industri, pengajuan
daftar peserta prakerin pada dunia usaha, tanggapan dunia usaha, mengirim
peserta prakerin, pelaksanaan prakerin, monitoring prakerin dan menyusun
laporan presentasi.
Bentuk kerjasama yang sudah dilakukan dan terus dikembangkan oleh
SMKN 4 kota Tanggerang dengan pihak industri yang selama ini telah banyak
membantu program Prakerin.
3. Penelitian oleh Fera Susanti tahun 2012, tesis tentang "Evaluasi dan
Desain Hipotetik Program Prakerin Siswa SMK Negeri 2 Padang Panjang",
hasil penelitiannya adalah bahwa program Prakerin SMKN 2 Padang panjang
sudah berjalan dengan baik, namun masih ada pelaksanaan sub variable yang
belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil perolehan data yang penulis dapatkan.
Analisis deskriptif terhadap variabel context yang terdiri
dari indikator tujuan program prakerin dan lingkungan tempat prakerin.
Dari 48 siswa diperoleh skor rata-rata 30,96 dari skor maksimum ideal 40,
dengan tingkat ketercapaian sebesar 77,40%. Artinya tujuan program
prakerin cukup sesuai dengan kebutuhan siswa karena program prakerin
dapat meningkatkan kemampuan kompetensi produktif, meningkatkan disiplin
kerja, dan memberikan pengalaman kompetensi produktif sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki siswa. Tetapi pada pelaksanaan prakerin,
belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan. Pada indikator lingkungan tempat
prakerin diperoleh skor rata-rata 30,82 dari skor maksimal 40, dengan
tingkat ketercapan sebesar 77,40% dengan kategori cukup. Artinya
lingkungan tempat prakerin belum sesuai dengan kompetensi keahlian.
perolehan data yang penulis dapatkan.
Analisis deskriptif terhadap variabel context yang terdiri
dari indikator tujuan program prakerin dan lingkungan tempat prakerin.
Dari 48 siswa diperoleh skor rata-rata 30,96 dari skor maksimum ideal 40,
dengan tingkat ketercapaian sebesar 77,40%. Artinya tujuan program
prakerin cukup sesuai dengan kebutuhan siswa karena program prakerin
dapat meningkatkan kemampuan kompetensi produktif, meningkatkan disiplin
kerja, dan memberikan pengalaman kompetensi produktif sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki siswa. Tetapi pada pelaksanaan prakerin,
belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan. Pada indikator lingkungan tempat
prakerin diperoleh skor rata-rata 30,82 dari skor maksimal 40, dengan
tingkat ketercapan sebesar 77,40% dengan kategori cukup. Artinya
lingkungan tempat prakerin belum sesuai dengan kompetensi keahlian.
C. KERANGKA BERPIKIR
Dalam membuat judul skripsi ini tentunya terdapat faktor X dan faktor
Y, faktor X di dalam judul ini adalah tentang prakerin, sedangkan faktor Y
adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam mata pelajaran
produktif. Dimana kedua variable tersebut saling terkait satu dengan yang
lainnya, yaitu antra prakerin dengan peningkatan pengetahuan siswa dan
antara prakerin dengan peningkatan keterampilan siswa. Penigkatan
pengetahuan dan keterampilan tersebut dikhususkan pada mata pelajaran
produktif.
Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran yang merupakan
keahlian dari siswa SMK tersebut, dengan kata lain bahwa mata pelajaran
produktif adalah pembelajaran kejuruan yang merupakan kemampuan khusus yang
diberikan kepada siswa sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya.
Pembelajaran produktif diberikan di bengkel/instalasi masing-masing
jurusan. Mata pelajaran produktif merupakan mata pelajaran praktikum yang
mana setiap siswa harus berkompeten didalamnya. Alasan siswa harus
berkompeten dalam mata pelajaran produktif dikarenakan SKL (Standar
Kompetensi Lulusan) bagi siswa SMK adalah salah satunya berada pada mata
pelajaran produktif. Nantinya setelah atau sebelum Ujian Nasional (UN),
siswa akan menghadapi ujian pada mata pelajaran produktif yang namanya UKK
(Uji Kompetensi Kejuruan) hal ini lagi yang sekali lagi mengharuskan siswa
untuk menguasai semua kompetensi dari mata pelajaran yang mereka pelajari.
Tentunya kompetensi di bidang mata pelajaran produktif dilakukan dengan
tanpa mengurangi kompetensi mereka di dalam mata pelajaran normatif dan
adaptif.
Untuk mendapatkan kompetensi yang diinginkan dan maka tenaga pendidik
yang bersangkutan, yakni guru mata pelajaran produktif juga harus
berkompeten pula dalam bidang kehakiman yang dimilikinya, selain itu guru
mata pelajaran juga diwajibkan mempunyai kompetensi dasar dan kompetensi
inti yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pada saat ini pengetahuan pengetahuan siswa tentang pengetahuannya
dibidang mata pelajaran produktif yang dipelajari disekolah masih terbatas,
keterbatasan ini bisa diakibatkan karena alat yang mereka gunakan praktik
masih terbatas, masalah – masalah yang mereka hadapi ketika praktikum
berbeda jauh dengan masalah – masalah yang ada di dunia industri, selain
itu juga implementasi alat di sekolah masih berupa prototype namun jika di
dunia kerja sudah dalam bentuk nyata, hal ini lah yang menjadikan
pengetahuan mereka tantang keahlian dibidang yang mereka palajari akan
bertambah.
Selain dibidang pengetahuan, bidang keterampilan juga berpengaruh
besar, karena semua industri dan semua perusahaan yang ada pada saat ini
memerlukan para pekerja yang terampil. Terampil yang dimaksud adalah
cekatan, disiplin, berkompeten, rajin dan mempunyai inovasi – inovasi yang
dapat menunjang produktivitas perusahaan.
Keterampilan yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan
kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi
lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan
tersebut.
Bisa disimpulkan bahwasanya keterampilan tersebut dapat dilatih
sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses
pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa menghasilkan sebuah
keterampilan yang khusus atau terampil karena keterampilan bukanlah bakat
yang bisa saja didapat tanpa melalui proses belajar yang intensif dan
merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak lahir.
Sehingga untuk menjadi seorang yang terampil yang memiliki keahian
khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar dengan
tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat memahami dan
mengaplikasikannya.
Dari penjelasan diatas, maka keterampilan siswa smk dalam bidang
keahlianyya dapat dibentuk, pembentukan bisa dilakukan di dalam
pembelajaran yang ada di sekolah, yaitu dengan cara memberikan tugas –
tugas akhir kepada siswa untuk merancang dan membuat sebuah alat, selain
itu untuk mengoptimalkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa, maka
kegiatan prakerin (praktek kerja industri).
Seperti yang disebutkan pada penjelasan diatas, diadakannya prakerin
(praktek kerja industri) dapat mengoptimalkan keterampilan siswa smk,
karena di dalam industri para siswa dilatih dididik dengan sistem yang ada
di dunia industri, maka secara otomatis keterampilan mereka akan tumbuh
dengan sendirinya. Yang akhirnya nanti setelah mereka selesai melakukan
kegiatan prakerin (praktek kerja industri) keterampilan yang didapatkan di
dunia industri akan merak terapkan kembali ke dalam proses pembelajaran
disekolah.
Selain masalah – masalah yang ada pada pemaparan diatas, masih
terdapat masalah yang lain, yaitu mengenai minat belajar yang kurang dari
siswa itu sendiri, ada banyak hal yang mempengaruhi minat belajar siswa
sangat kurang, salah satunya adalah karena kurang minatnya siswa dalam
melakukan praktikum, karena ada beberapa siswa yang lebih tertarik dan
lebih minat belajar jika melakukan praktikum dalam pengimplementasikan
secara nyata. Nyata dalam hal ini adalah terjun langsung ke dalam industri.
Masalah yang seperti inilah yang pada akhirnya keberadaan kegiatan
prakerin (praktek kerja industri) akan sangat penting dalam membantu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.
Berdasarkan dukungan landasan teoritik yang diperoleh dari eksplorasi
teori yang dijadikan rujukan konsepsional variabel penelitian, maka dapat
disusun Kerangka Pemikiran sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses dasar dimana manajemen memutuskan tujuan
dan cara mencapainya. Perencanaan dalam organisasi adalah esensial,
karena perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi manajemen
lainnya. Menurut T. Hani Handoko (1985:77) perencanaan adalah pemilihan
sekumpulan kegiatan dan pemutusan apa yang harus dilakukan, kapan,
bagaimana, dan oleh siapa.
Sebagaimana diungkapkan oleh Laird (1983) dalam tulisan Made Wena,
bahwa agar praktek industri dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
maka perencanaan pembelajarannya harus dirancang secara sistematis.
Menurut Butler (1979) pada umumnya langkah-langkah perencanaan
pembelajaran praktek industri meliputi:
1) perumusan tujuan pembelajaran praktek industri
2) penentuan isi pembelajaran praktek industri
3) perumusan penentuan prosedur kerja sama
4) merancang masalah yang berkaitan dengan administras
5) merancang penempatan kerja
6) menentukan alokasi waktu
7) merumuskan deskripsi dan wewenang masing – masing pihak yang terlibat
Pada dasarnya setiap sekolah kejuruan harus menjalin kerja sama
dengan dunia usaha/industri, sejalan dengan Peraturan pemerintah RI
No.29/1990 tentang Pendidikan Menengah, yang menyebutkan bahwa pendidikan
sekolah kejuruan harus pula memenuhi persyaratan tersedianya potensi
lapangan kerja dan dukungan masyarakat termasuk DU/DI (pasal 7). Guna
terwujudnya kerjasama itu, maka sekolah kejuruan harus aktif menjalin
kerjasama dengan DU/DI, dimana kerja sama tersebut harus bersifat
simbiose mutualistis, atau saling menguntungkan kedua pihak.
Menurut Made Wena (1996:226) beberapa langkah yang harus dilakukan
oleh sekolah dalam usaha menjalin kerjasama tersebut antara lain:
a. Memilih DU/DI sebagai mitra kerja yang tepat untuk belajar
sesuai program studi siswa, yang memungkinkan siswa untuk melakukan
praktek secara lengkap.
b. Mendatangi DU/DI yang bersangkutan untuk menjelaskan tujuan dan
bentuk kerjasama, waktu pelaksanaan, tugas dan tanggung jawab
masingmasing pihak, dan sebagainya dalam bentuk proposal lengkap
sehingga DU/DI bisa memahami lebih jauh tujuan kerjasama yang akan
dijalin.
c. Membuat perjanjian kerjasama yang memuat hal-hal yang tertera dalam
proposal kerjasama.
d. Merealisasikan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan nyata.
Mengingat pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada pendidikan
kejuruan melibatkan pihak industri yang sacara struktural berbeda, maka
perlu adanya perjanjian kerjasama yang bersifat formal antara keduanya.
Menurut Munch (1983) dokumen kerjasama setidaknya memuat a) jenis dan
organisasi pendidikan sistem ganda seperti waktu, materi, dan tujuan, b)
lama pendidikan sistem ganda, c) jadwal harian, dan d) sistem pengupahan.
Masalah penting yang harus diperhatikan dalam perjanjian kerjasama ini
adalah bagaimana agar kerjasama ini benar-benar bermanfaat bagi kedua
pihak.
2. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan prakerin yang dilakukan siswa di DU/DI harus tetap
mengacu pada desain pembelajaran yang telah ditetapkan. Di samping itu
pelaksanaan praktek industri dapat berupa "day release" atau "block
release" atau kombinasi keduanya (Soewarni,1993).
Dalam penyelenggaraan "day release" waktu belajar dalam satu minggu
digunakan waktu beberapa hari belajar di sekolah dan beberapa hari di
DU/DI, tergantung kesepakatan antara pihak sekolah dengan DU/DI.
Sedangkan dalam "block release" waktu belajar dibagi dalam hitungan
bulan atau semester, dalam arti proses belajar dilakukan di sekolah
beberapa bulan atau semester secara terus-menerus, kemudian bulan atau
semester berikutnya di DU/DI.
Dalam praktek pelaksanaan prakerin terdapat beberapa
masalah mengenai bagaimana perbandingan waktu belajar di sekolah dan
waktu belajar di DU/DI. Menurut Nolker (1993) tidak ada data ilmiah yang
tepat mengenai perbandingan antara pembelajaran teori di sekolah dan
pembelajaran praktek di DU/DI yang akan memberi hasil yang terbaik.
Begitu pula pengetahuan saat ini belum mampu menetapkan dengan tepat
urutan-urutan serta koordinasi teori dan praktek dalam kurikulum. Hanya
saja dalam kurikulum SMK edisi 2006 disebutkan bahwa pelaksanaan kegiatan
prakerin minimal adalah empat bulan.
Mengingat prakerin adalah program bersama antara pihak sekolah dan
DU/DI, maka penyampaian materi harus saling terkait, dalam arti
pengajaran teori maupun praktek dasar di sekolah harus
saling terkait dengan pembelajaran praktek di industri, sehingga
dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran pada pendidikan kejuruan.
Bisa disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran praktek
di industri ada beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain:
1) Pengajaran praktek harus tetap berpijak pada pembelajaran teori di
sekolah dan perkembangan jenis pekerjaan di DU/DI.
2) Pengajaran praktek harus diatur sedemikian rupa sehingga peserta didik
mendapat pengalaman kerja secara lengkap.
3) Pengajaran praktek harus diatur mulai dari praktek yang bersifat
sederhana menuju praktek yang bersifat lebih kompleks. Langkah-langkah
kerja yang bersifat prosedural harus diajarkan secara bertahap,
sehingga benar-benar mengerti dan dapat mempraktekkannya pada setiap
tahap secara benar.
4) Harus ada petunjuk kerja praktek yang bersifat sederhana dan mudah
dipahami yang dapat memberi arah pada siswa tentang hal-hal yang harus
dilakukannya.
3. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan tahap yang paling penting dalam setiap
kegiatan pendidikan.Guna mengetahui sejauh mana efektivitas pelaksanaan
pembelajaran prakerin dan sejauh mana siswa mampu menyerap ketrampilan
kerja yng diberikan, perlu diadakan evaluasi program prakerin.
Secara sederhana penilaian atau evaluasi bisa digambarkan sebagai
suatu proses,di mana kita mempertimbangkan suatu barang atau gejala
dengan mempergunakan patokan-patokan tertentu, patokan-patokan mana
mengandung pebgertian baik-tidak baik, memadai-tidak memadai, memenuhi
syarat-tidak memenuhi syarat dan sebagainya, dengan kata lain kita
mengadakan "Value Judgement" (Joni, 1984:7).
Karena prakerin merupakan program bersama antara sekolah dengan pihak
DU/DI, maka masalah evaluasi dalam prakerin perlu dibicarakan bersama.
Namun demikian pelaksanaan evaluasi terhadap proses belajar siswa di
DU/DI sepenuhnya harus dilakukan pleh pihak DU/DI (Made Wena, 1996:231).
Secara garis besar Groundlund (1981:12) mengatakan bahwa evaluasi
bisa dimanfaatkan:
1) Untuk membuat laporan ke orang tua siswa
2) Untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan pada siswa
3) Untuk keperluan administrasi sekolah
4) Untuk keperluan riset dan penelitian
Dalam kegiatan prakerin ini evaluasi selain untuk memberikan laporan
kepada orang tua siswa tentang kemajuan belajar selama mengikuti
prakerin, juga untuk keperluan administrasi sekolah. Agar proses
evaluasi siswa prakerin dapat dilaksanakan sesuai prosedur evaluasi,
maka kegiatan evaluasi tersebut perlu direncanakan dan dilaksanakan
dengan sistematis.
1) Perencanaan evaluasi
Perencanaan evaluasi dilakukan bersama-sama antara pihak
sekolah dengan DU/DI. Menurut Made Wena (1996) tahap perencanaan
evaluasi menyangkut metode evaluasi, instrument evaluasi, dan cara
menetapkan kriteria evaluasi.
Metode evaluasi menurut Nurkancana dan Sumartana (1986:24) ada dua
yaitu metode tes dan metode observasi. Untuk mengetahui kemampuan
belajar siswa selama mengikuti prakerin metoda yang tepat digunakan
adalah metode observasi dengan alat atau instrument berupa lembar
pengamatan yang secara garis besar berisi tentang aspek-aspek yang
akan dievaluasi dan nilai yang diperoleh siswa dirumuskan dengan jelas
penskorannya. Secara umum pemberian skor pada setiap aspek
yang akan dinilai ditentukan atas dasar skor maksimum dan minimum,
skor waktu, serta penentuan skor akhir pekerjaan. Adalah sangat tidak
mungkin menggunakan tes tertulis untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa dalam pembelajaran praktek.
Selanjutnya adalah bagaimana cara melakukan observasi, kapan, dan
berapa kali observasi akan dilakukan.
2) Pelaksanaan evaluasi
Dalam pembelajaran prakerin, yang harus melakukan evaluasi adalah
pihak DU/DI melalui instruktur yang membimbing siswa selam berada di
DU/DI. Pelaksanaan evaluasi harus dilakukan sesuai dengan jenis-jenis
ketrampilan yang dipelajari siswa. Dengan demikian setiap jenis
ketrampilan harus ada lembar observasinya, sehingga kemajuan belajar
siswa dapat diketahui secara menyeluruh. Di samping mengevaluasi
ketrampilan yang harus dikuasai siswa, masalah keselamatan kerja,etos
kerja siswa, hubungan sosial siswa dengan karyawan dievalusi juga.
3) Analisis hasil evaluasi
Di samping untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, hasil evaluasi
dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Selain
itu instruktur DU/DI harus bisa menggunakan evaluasi belajar siswa
sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran prakerin. Misalnya
kalau hasil belajar siswa rendah dalam arti tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan tidak tercapai
sebagaimana mestinya, maka instruktur harus mampu melihat sebab –
sebab kegagalan belajar siswa. Kalau kelemahan-kelemahan proses
pembelajaran telah ditemukan, maka akan dengan mudah dilakukan
perbaikan.
Penjelasan tahapan – tahapan diatas merupakan suatu prosedur yang harus
dilakukan dalam suatu sekolah kejuruan dalam melaksanakan prakerin, tahapan
– tahapan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Sedangkan tahapan yang ada pada saat ini di SMKN 3 Boyolangu
Tulungagung adalah :
Adanya tahaan evaluasi sangatlah penting, dikatakan penting karena dengan
adanya evaluasi yang dilakukan, maka akan diketahui apakah prakerin dapat
memberikan peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam bidang mata
pelajaran produktif. Selain itu juga mengetahui apakah sistem prakein yang
selama ini berjalan, sudah dapat bekerja dengan baik dan benar.
D. HIPOTESIS
Dari penjelasan secara teori yang telah dilakukan pada penjelasan
diatas, maka dapat diambil hipotesis dari penelitian yang dilakukan,
hipotesis yang diajukan adalah :
1. Kegiatan prakerin (Praktek Kerja Industri) dapat meningkatan pengetahuan
dan keterapilan siswa kelas XI dalam mata pelajaran produktif di SMKN 3
Boyolangu Tulungagung.
2. Kegiatan prakerin (Praktek Kerja Industri) tidak dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa kelas XI dalam mata pelajaran
produktif di SMKN 3 Boyolangu Tulungagung.