Laporan Dasar Balancing dan Prosedur Shop Balancing
Disusun Oleh :
Afif Widia Atmaja [ 6513010002 ]
LNG Academy Politeknik Negeri Jakarta – Badak Badak LNG Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Rotating equipment sangat berperan penting dalam Industri, baik sebagai penggerak fluida maupun sebagai pembangkit energi listrik dan sebagainya. Karena itu, rotating equipment termasuk mesin vital yang terjadi kerusakan pada rotating equipment bisa berakibat fatal pada proses industry tersebut. Selain vibrasi dan misalignment, salah satu penyebab kerusakan rotating equipment yang paling umum adalah karena adanya ketidakseimbangan beban pada bagian mesin rotating, peristiwa ini dinamakan unbalance. Setiap benda yang berputar memiliki sumbu putar. Putaran yang seimbang terjadi apabilan distribusi berat pada benda itu merata. Keseimbangan ini yang disebut balance. Apabila suatu benda yang berputar tidak balance, maka akan menciptakan vibrasi yang tentunya jika dibiarkan akan menimbulkan kerusakan. Benda berputar yang tidak balance perlu diseimbangkan yang disebut dengan balancing. Balancing ada proses menyeimbangan massa benda agar dapat berputar dengan seimbang dan aman. Terdapat dua jenis cara balancing yang umum, yaitu shop balancing dan field balancing. Field Balancing adalah pekerjaan mem-balancing rotating equipment langsung di di tempat instalasi rotating equipment tersebut. Hal ini dilakukan jika memindahkan rotor tersebut tidak memungkinkan. Sedangkan Shop Balancing adalah pekerjaan pada alat rotating yang dilakukan di workshop untuk memperbaiki dan mengantisipasi nilai vibrasi yang terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerusakan pada alat rotating tersebut. Di Badak LNG pekerjaan balancing merupakan pekerjaan PM dan PdM. 1.2.
Tujuan
Memahami tentang pekerjaan balancing
Mengetahui prosedur pekerjaan balancing secara langsung
Mengetahui peralatan yang digunakan dalam pekerjaan balancing
BAB II DASAR TEORI 2.1.
Pengertian Balancing
Balance adalah suatu kondisi dimana distribusi massa pada suatu alat mengalami kesetimbangan, dimana pusat poros (shaft axis) suatu rotor berada pada posisi segaris dengan pusat sumbu poros principle. Sedangkan pengertian balancing adalah prosedur atau proses pengecekan untuk mengetahi distribusi massa suatu rotor dan melakukan koreksi jika terjadi unbalance pada rotor. Unbalance atau Ketidakseimbangan terjadi apabila pusat gravitasi dari sebuah mesin yang berotasi tidak sama dengan pusat rotasinya. Dalam keadaan yang tidak seimbang ini, massa elemen yang dihubungkan ke shaft tidak terdistribusi di pusat shaft (sumbu rotasi ). Saat pusat gravitasi massa tidak tepat pada sumbu rotasi, akan dihasilkan gaya sentrifugal dan momen yang menyebabkan mesin menjadi rusak. Selama komponen rotor unbalance berputar, gaya juga akan berputar dan akan merambat sepanjang rotor dan vibrasi ini akan ditransfer pada bantalan (bearing) yang menjadi tumpuan rotor dan beberapa titik pada bearing akan mendapatkan gaya lebih tiap putaran. Dengan adanya un-balance massa akan menyebabkan beberapa masalah, yaitu kerusakan struktur karena fatique (kelelahan), beban lebih pada bearing, menambah tegangan pada rotor, memperbesar power yang dibutuhkan dan mengurangi umur equipment. Sedangkan balancing adalah suatu proses memperbaiki distribusi massa pada rotor yang berputar dengan menambahkan atau mengurangkan massa pada rotor yang bertujuan untuk mengurangi gaya sentrifugal yang bekerja pada bantalan (bearing) sehingga menurunkan vibrasi dan noise, menurunkan internal wear of the bearing, pervent damage the rotor, menurunkan gaya eksitasi, menurunkan stress pada struktur penopang dan meminimize power losses
2.2.
Penyebab Un-Balance
Saat pusat gravitasi massa tidak tepat pada sumbu rotasi, Poros berpindah bergerak menjauh dari sumbu rotating akibat gaya sentrifugal dan momen yang menyebabkan mesin menjadi rusak. Penyebab terjadinya unbalance diantaranya adalah:
Eccentricity Merupakan garis pusat putaran shaft yang tidak segaris dengan garis pusat rotor. Hal ini merupakan sumber un-balance.
Kekeroposan (gelembung udara) dan struktur material yang tidak merata Penggerak yang dilakukan dengan pengecoran udara yang terjebak akan menyebabkan
kekeroposan/struktur
yang
tidak
merata
yang
dapat
menyebabkan un-balance.
Penambahan key dan keyways Beberapa rotor dibalancing dengan salah dengan tidak menyertakan beberapa bagian misalnya key, hal ini karena tidak ada standard untuk menambahkan key dalam proses balancing. Contoh bila pulley dibalance tidak dengan key dan motor dibalance tidak dengan key maka apabila dalam pemasangan kedua komponen akan terjadi un-balance pada equipment tersebut.
Korosi dan keausan Apabila equipment bekerja pada fluida yang korosif dan abrasif lama-kelamaan akan terjadi pengikisan pada part yang akan menyebabkan un-balance apabila pengikisannya tidak merata.
Deposit pada equipment Equipment yang digunakan untuk penanganan material bisa me njadi un-balance jika deposit menempel pada equipment. Akibatnya equipment tesebut akan menjadi un-balance.
Distorsi Banyak part yang sudah dibalancing dengan baik selama pembuatan, perubahan bentuk selama operasi akan menyebabkan un-balance hal ini disebabkan tegangan sisa dalam proses pembuatan dan distorsi karena temperatur proses operasi.
Tegangan sisa ini dapat dihilangkan dengan treatment te gangan sisa dan apabila hal ini tidak dilakukan akan meningkatkan tegangan sentrifugal pada rotor dan akan menyebabkan perubahan bentuk. Un-balance yang disebabkan ekspansi karena temperatur (perubahan bentuk) dapat dibalancing pada temperatur normal operasinya.
Toleransi clearance Toleransi clearance pada beberapa komponen yang berbeda pada rotor apabila di-assembly akan menyebabkan unbalance hal ini karena pusat garis putar tidak segaris dengan garis sumbu.
Casting proses yang tidak uniform
Machining proses yang tidak koncentrik, tidak lurus porosnya.
Ada shaft bent
Kerugian unbalance :
Meningkatkan keausan terhadap stationary yang dekat dengan shaft
Menyebabkan stress karena ada gaya
Meningkatkan kerusakan pada internal part
Menyebabkan getaran tinggi dan noise
Menyebabkan excessive vibration at critical speed. Kemungkinan rotor tidak bisa dijalankan sampai normal operating, karena rotor.
2.3.
Tipe Un-Balance
a. Static Un-balance Un-balance dimana sumbu poros sejajar dengan principal axis. Amplitudo vibrasi bisa berbeda tetapi sudut phase pada bearing yang satu dengan yang lainnya akan tetap sama. Principal Inertia Axis Center of gravity
Shaft Axis
b. Couple Un-balance Un-balance dimana pusat sumbu prinsipal memotong sumbu poros pada titik berat benda. Amplitudo vibrasi kemungkinan bisa sama besarnya, namun pembacaan phase pada dua tumpuan bearing berbeda 180˚.
c. Quasi-Static Un-balance Merupakan kombinasi dari static dan couple unbalance, dimana pusat principal axis memotong sumbu poros, tetapi tidak pada pusat titik berat benda. Amplitudo vibrasi pada tumpuan bearing yang satu lebih tinggi dari tumpuan bearing lainnya, dan phasenya bisa sama besar atau berbeda 180˚.
d. Dynamic Un-balance Merupakan kombinasi static dan couple un-balance secara random. Tipe dynamic ini seperti kebanyakan tipe kondisi un-balance yang kondisinya bervariasi yang tidak di temukan pada kondisi static, couple ataupun quasi static.
2.4.
Satuan Un-Balance
Besaran un-balance dinyatakan dalam satuan massa dikalikan dengan satuan jarak (gram-inch atau gram-millimeter). Besar massa un-balance pada suatu titik dapat diketahui dengan membaginya terhadap jarak massa un-balance ke sumbu poros.
2.5.
Metode Balancing
Metode balancing dapat diklasifikasin berdasarkan cara pengeoperasian alatnya, kecepatannya, jumpah plane/bidang koreksi
Berdasarkan jumlah bidang koreksinya, metode balancing dibagi menjadi : 1.
Single plane balancing , yaitu unbalance pada benda kerja hanya dikoreksi di satu sisi dari benda kerja bisa sisi sebelah kanan saja atau sebelah kirinya.
2.
Two plane balancing , yaitu unbalance pada benda kerja dikoreksi dikedua sisi atau dikedua ujungnya.
3.
Multi plane balancing , yaitu unbalance pada benda kerja dikoreksi di lebih dua tempat. Penentuan kapan bisa melakukan single atau two plane tergantung rasio antara panjang
dengan diameter benda seperti yang ditunjukkan pada tabel dibawah ini. L/D Ratio
Prosedur
< 0.5
Single Plane
0.5 < ... <2
Single Plane for <150 rpm. 2 plane for faster machine but try single plane first.
>2
Two Plane
2.5.1
Shop Balancing
Shop balancing merupakan pekerjaan balancing yang dilaksanakan di workshop dengan menggunakan mesin balancing. Berdasarkan kemampuan menentukan lokasi un balancenya, mesin shop balancing dibagi menjadi 2 yaitu : a)
Gravity Balancing Metode paling sederhana dan tradisional. Mengandalkan gaya gravitasi yang membuat
benda akan selalu bergerak kebawah jika ada ketidakseimbangan massa. rotor akan bergerak bebas sehingga lokasi unbalance (center of gravitynya) akan selalu berada pada bagian terbawah. Mesin ini hanya mampu medeteksi atau memberikan indikasi static unbalance dan Hanya sesuai untuk rotor dengan low speed service, dengan ratio perbandingan panjang yang sangat kecil terhadap diameternya.
b)
Centrifugal Balancing Mengukur gaya centrifugal dengan cara memutar rotor pada kecepatan tertentu.
Menggunakan sensor untuk menemukan lokasi dan jumlah un balance. Kelebihan metode ini adalah memeiliki kemampuan untuk mengukur dan melakukan koreksi untuk semua tipe unbalance. Centrifugal balancing machine umumnya menggunakan soft bearing atau hard bearing balancing .
2.5.2
Field Balancing
Balancing dilakukan dilapangan tanpa harus memindahkan benda kerja. Metode ini dimenggunakan mesin balancing . Berdasarkan speed (kecepatan) , metode balancing dibagi menjadi : 1.
Low speed balancing Umum digunakan pada rotor yang beroperasi dibawah critical speednya (first mode). Rotor yang beroperasi diatas critical speed dapat di balancing dengan low speed secara increamental yaitu dengan mengecek secara bertahap setiap komponen yang terpasang di rotor, misalnya ketika balancing rotor dengan impeller lebih dari satu (multistage) apabila impeller bisa dilepas, pertama balancing shaft, kemudian dilanjutkan dengan balancing satu-persatu impeller. Metode ini biasanya merupakan cara terbaik balancing untuk rotor dengan banyak impeller karena dapat mendapatkan nilai unbalance yang akurat.
First Mode
2.
High speed balancing Umum digunakan pada rotor yang beroperasi diaas critical speednya (second bode).
2.6
Metode Koreksi Unbalance
Pada prinsipnya koreksi unbalance adalah dengan memberikan effect gaya centrifugal yang sebanding dengan gaya centrifugal yang dihasilkan oleh massa unbalance, dengan arah yang berlawanan 180 o . Besaran unbalance dinyatakan dalam : satuan massa kali satuan jarak ( m x r ) dengan satuan ounce – inch, gram – inch atau gram – millimeter. Besar massa unbalance pada suatu titik dapat diketahui dengan membaginya terhadap jarak massa unbalance ke sumbu poros. Berikut merupakan 3 metode dalam mengkoreksi unbalance : 1.
Addition of mass (penambahan massa) Unbalance dikoreksi dengan menambah massa di bagian dimana unbalance ditemukan melalui :
2.
Penambahan dengan epoxy /
fibre glass
Penambahan massa dengan baut atau revert
Penambahan dengan metal (cast iron, timah, cooper dll.)
Penambabahan massa dengan pengelasan.
Removal mass (pengurangan massa) Unbalance dikoreksi dengan mengurangi massa di bagian dimana ditemukan distribusi massa yang berlebih pada benda kerja dengan car a drilling, milling, shaping atau fly cutting dan grinding
3.
Centering mass Pada prinsipnya centering mass adalah untuk merubah posisi rotor terhadap porosnya sendiri, sehingga antara sumbu poros dan sumbu principal ( subu titik berat benda ) berada pada satu titik atau coincide.
2.7
Prinsip Kerja Mesin Balancing
Mesin balancing ini bekerja dengan bagian yang bertumbu pada bearing, sedangkan sensor getarannya melekat pada suspensi. Di kebanyakan mesin soft-bearing, digunakan sensor kecepatan (velocity). Sensor ini bekerja dengan menggerakkan magnet yang terhubung dengan kumparan yang nantinya akan menghasilkan tegangan yang sebanding dengan kecepatan getaran. Disini dapat pula digunakan accelerometer yang mampu mengukur percepatan dari getaran. Sebuah photocell yang umumnya disebut a-phaser atau sensor jarak (proximity) digunakan untuk menentukan kecepatan putaran serta fase relatif dari bagian yang berputar. Data fase ini kemudian digunakan untuk menyaring data getaran untuk menentukan jumlah gerakan , atau kekuatan dalam satu putaran bagian. perbedaan waktu antara fase dan puncak getaran akan memberikan sudut di mana un-balance berada. Jumlah un-balance dan sudut un balance akan memberikan vektor un-balance. Untuk memberikan hasil yang akurat, diperlukan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan dengan menambahkan berat pada sudut yang telah ditentukan. Dalam mesin soft-bearing, beban percobaan (trial weight) harus ditambahkan pada correction plane untuk setiap bagian. hal ini karena lokasi correction plane sepanjang sumbu putaran tidak diketahui, karena itu tidak diketahui pula berapa banyak berat yang akan mempengaruhi keseimbangan. Dengan menggunakan trial weight, berat ditambahkan pada sudut yang telah diketahui sehingga akan mendapatkan vektor dari un-balance. 2.8
Komponen Mesin Balancing
1 2
1 3 6 5
4 8 9
7
11
10
Keterangan Gambar : 1.
Gear transmission , fungsi untuk menambah kecepatan putaran.
2.
Universal joint, untuk menghubungkan benda kerja dengan gear transmission.
3.
Bearing, untuk menahan gaya radial dan axial dari benda kerja.
4.
Belt, untuk memutar benda kerja yang telah terhubung dengan motor penggerak.
5.
Motor driver, sebagai mesin penggerak.
6.
Pedestal, tempat support komponen-komponen mesin balancing .
7.
Monitor/measuring unit, tempat memasukkan data input dan melihat output dari pengukuran
8.
Negative load bearing, bearing yang tidak berkontakan dengan shaft benda kerja untuk menahan gaya axial ataupun radial (tergantung bentuk rotor) saat putaran tinggi.
9.
Photo tach, untuk mengcapture saat proses pengukuran
10. Stopper, sebagai stopper 11. Sensor unit, bagian yang menangkap dan merasakan berbagai variabel pengukuran kemudian dikirim ke monitor sebagai output.
BAB III PROSEDUR SHOP BALANCING
3.1.
SHOP Balancing
SHOP balancing adalah pekerjaan balancing yang dilakukan di shop sehingga benda kerja dilapangan dibawa ke shop. Shop balancing dapat dilakukan dengan metode gravity dan metode centrifugal. Dua metode tersebut menggunakan mesin. MHE Workshop Badak LNG memiliki 2 mesin balancing yaitu Shop Balancing Machine H40N dan Shop Balancing Machine HM60UB. Setelah ini akan dibahas prosedur dari kedua mesin balancing tersebut.
3.2.
Prosedur Shop Balancing Machine H40N
1. Pasang rotor pada mesin balance (Lihat prosedur no. RES/PdM/WP-001-2) 2. Cek level terlebih dahulu dengan mengatur tinggi rendah tuas pada mesin balancing 3. Periksa dan catat run out rotor yang akan dibalance 4. Cari data berat rotor, bila tidak ada , lakukan penimbangan. Kemudian lakukan dua poin dibawah ini :
Hitung residual unbalance menggunakan standard API dengan rumus
= 6350 × [.]
U
= Residual Unbalance
W
= Bearing Load (Berat rotor dibagi 2) kg
N
= Kecepatan operasi maximum dari rotor
Hitung kecepatan putaran balancing dengan rumus
1 800 × 10 √ ≤ +800 [] 5. Ukur dimensi rotor antara lain a = jarak bearing ke correction plane 1 b = jarak antar correction plane
b = jarak bearing ke correction plane 2 R1 = radius correction plane 1 R2 = radius correction plane 2
5
c
b
R1
a
6. Hidupkan power switch utama & switch computer mesin balamce 7. Setelah lauar monitor menyala, muncul menu dan pilihlah advanced tolerance parameters dan advanced correction methods. 8. Masukkan data dimensi rotor (a, b, c, R1, R2) dan kecepatan. Lalu tekan next page. Masukkan kecepatan putaran balamcing sesuai dengan perhitungan pada item 3. 9. Setelah dipilih next oage, muncul menu gambar disamping. 10. Pada tolerance parameters masukan toleransi yang akan digunakn yaitu based on ISO 1940-1-2003 11. Setelah di klik pada ISO 1940-1-2003 maka akan muncul tampilan box beris i menu dan selanjutnya pilihlah grade yang akan digunakan, lalu isilah massa rotor dan kecepatan kerjanya. 12. Setelah memasukkan data-data yang diperlukan , kemudian pulih apply geometry 13. Selanjutnya masukkan panjang bearing keseluruhan, panjang bearing A ketitik berat benda, dan panjang bearing b ketitikberat benda lalu pilihlah calculate. Lalu pilih next page. 14. Kemudian muncul box tampilan 15. Pilih lokasi koreksi dan maksimum nomer koreksi, misal lokasi koreksi yang dipilih adalah polar. Pilihlah polar bila penempatan koreksi / massa coba pada lokasi sembarang. 16. Bila lokasi koreksi yang dipilih adalah komponen simetris maka akan muncul tampilan box baru. Pilihlah component, symmetric bila penempatan koreksi / massa coba pada lokasi sudut tertentu. Pilihlah lokasi sudut dan display yang inging ditampilkan serta maksimum dari koreksi. Lalu pipih next page.
17. Kemudian akan muncul tampilan baru, setelah itu pilih next page 18. Setelah semua data telah dimasukkan sesuai dengan prosedur sebelum menyimpan file akan muncul tampilan baru lagi. Kemudian pilih save rotor data file. 19. Setelah memilih save data rotor file pilih oke 20. Setelah data disimpan akan kembali ketampilan pada poin 18 lalu pilih go to measurement 21. Yakinkan kondisi rotor siap putar.
Tekan tombol preparation ON
Tekan tombol B/M Start
Putar frequency set untuk memutar rotor
22. Rotor di run pada putaran yang sudah ditentukan dan akan terbaca residual un balance )berat massa unbalance & sudutnya). Tekan “hold” untuk mengcapture (pause) display pada layar monitor 23. Stop mesin untuk melakukan koreksi balancing dengan catatan nilai unbalance ditunjukkan pada kolom dibawah. 24. Setelah koreksi unbalance dilakukan :
Start kembali mesin balance untuk verfikasi hasil koreksi
Bila nilai unbalance masih belum masuk spesifikasi seperti yang diharapkan. Stop mesin dan lakukan koreksi sampai didapat residual un balance sesuai spesifikasi yang ditentukan.
3.3.
Prosedur Shop Balancing Machine HM60UB
1. Pasang rotor pada mesin balance (Lihat prosedut no. RES/PdM/WP-001-2) 2. Cek level terlebih dahulu dengan mengatur tinggi rendah tuas pada mesin balance 3. Periksa dan catat run out rotor yang akan dibalance 4. Cari data berat rotor , bila tidak ada, lakukan penimbangan, Kemudian lakukan dua poin dibawah ini :
Hitung residual unbalance menggunakan standard API dengan rumus
= 6350 × [.]
U
= Residual Unbalance
W
= Bearing Load (Berat rotor dibagi 2) kg
N
= Kecepatan operasi maximum dari rotor
Hitung kecepatan putaran balancing dengan rumus
1 800 × 10 √ ≤ +800 [] 5. Ukur dimensi rotor antara lain a = jarak bearing ke correction plane 1 b = jarak antar correction plane b = jarak bearing ke correction plane 2 R1 = radius correction plane 1 R2 = radius correction plane 2
R2
c
b
R1
a
6. Atur posisi gear sesuai dengan range kecepatan putaran balancing
1 800 × 10 √ ≤ +800 []
7. Pasang udara bertekanan pada regulator sebelum mesin balancing digunakan 8. Speed tegulator dan amper regulator diposisikan pada posisi minimum 9. Hifupkan power switch utama dan switch komputer mesin balance 10. Setelah layar monitor menyal, muncul tampilan menu 11. Pilihlah advanced tolerance parameters dan advanced correction methods dan compensation untuk index 12. Pilih penggerak yang aan digunakan dalam mesin balance. Ada dua penggerak yaitu penggerak menggunakan gear box dan penggerak menggunakan belt.
HM 60 U : Penggerak gearbox
HM 60 B : Penggerak belt
13. Masukkan data dimensi rotor (a, b, c, R1, R2) dan kecepatan. Lalu tekan next page. Masukkan kecepatan putaran balancing sesuai dengan perhitungan pada item 4. 14. Pilih drive detail untuk menentukan arah putaran CW/CCW dan speed yang akan diputar. 15. Setelah dipilih next page, muncul tampilan menu baru 16. Pada tolerance parameters, masukkan toleransi yang akan digunakan yaitu based on ISO 1940-1-2003. 17. Setelah diklik pada ISO 1940-1-2003. Maka akan muncul tampilan baru. Selanjutnya pilihl.ah grade yang akan digunakan lalu isilah massa rotor dan kecepatan kerjanya. 18. Setelah memasukkan data-data yang diperlukan kemudian pilih apply geometry 19. Selanjutnya masukkan panjang bearing keseluruhan, panjang bearing A ketitik berat benda, dan panjang bearing B ketitikberat benda lalu plihlah calculate. Lalu pilih next page. 20. Setelah itu akan muncul tampilan box baru 21. Pilih lokasi koreksi dan maksimum nomer koreksi, misal lokasi koreksi yang dipilih adalah polar. Pilihlah polar bila penempatan koreksi / massa coba pada lokasi sembarang. 22. Bila lokasi koreksi yang dipilih adalah komponen simetris maka akan muncul tampilan box baru. Pilihlah component, symmetric bila penempatan koreksi / massa
coba pada lokasi sudut tertentu. Pilihlah lokasi sudut dan display yang inging ditampilkan serta maksimum dari koreksi. Lalu pipih next page. 23. Kemudian akan muncul tampilan baru, setelah itu pilih next page 24. Tekan process kemudian pilih compensasi untuk proses index coupling jika kira menggunakan penggeak gearbox 25. Kemudian klik parameter kemudian kita menentukan jumlah sudut index yang dibuat. 26. Setelah semua data telah dimasukkan sesuai dengan prosedur sebelum menyimpan file akan muncul tampilan box baru kemudian pilih save rotor data file. 27. Setelah memilih save data rotor file pilih oke 28. Setelah data disimpan akan kembali ketampilan pada item 26 lalu pilih go to measurement. 29. Yakinkan kondisi rotor siap putar
Arahkan pada posisi auto pada saat pengoperasian mesin balancing
Posisi run pada panel RUN/JOG
Posisi penggerak yang sesuai (gearbox/belt)
30. Yakinkan :
Tombol emergency sudah dinonaktifkan
Yakinkan beban torsi pada angka 30
Yakinkan rpm pada posisi 0
31. Rotor di run pada putaran yang sudah ditentukan dan akan terbaca residual unbalannya (berat massa unbalance & sudutnya). Tekan “hold” untuk mengcapture (pause) display pada layar monitor. 32. Stop mesin untuk melakukan koreksi balancing dengan catatan nilai unbalance ditunjukkan pada kolom dibawah. 33. Setelah koreksi unbalance dilakukan :
Start kembali mesin balance untuk verfikasi hasil koreksi
Bila nilai unbalance masih belum masuk spesifikasi seperti yang diharapkan. Stop mesin dan lakukan koreksi sampai didapat residual un balance sesuai spesifikasi yang ditentukan.
BAB IV KESIMPULAN 3.1.
Kesimpulan
Tujuan utama dari proses balancing adalah untuk meningkatkan life time dan reliabil ity dari rotating equipment agar selalu siap untuk mendukung proses produksi. Terdapat dua metode umum balancing diantaranya adalah Shop Balancing dan Field Balancing. Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari balancing adalah :
Menurunkan nilai vibrasi dan kebisingan akibat un-balance
Menurunkan keausan pada bearing, seal dll
Mencegah kerusakan pada rotor
Menurunkan gaya eksitasi yang disebabkan karena resonansi khususnya untuk mencegah mesin terjadi vibrasi tinggi pada rotating equipment
Menurunkan stress pada struktur
Meningkatkan efficiency power karena gesekan
Dengan melakukan balancing dapat meningkatkan life time dari rotating equipment dan juga keausan pada bagian-bagian dari rotating equipment se perti seal, bearing dll.