O.C. Edwards, Jr
Injil Lukas sebagai Cerita
Diterjemahkan oleh:
Pdt. Ny. M.M. Hendriks Ririmasse
frT
Katalog dalam temitan (KDT) Edwards, O.C. Injil Lukas sebagai cerita : berkenaJan dengan narasi salah .atu Injil/ oleh D. C. Edwards. Jr. ; diterjemahkan oleh Pdt. Ny. M.M. Henriks Ririmasse. - Cet. 2. -Jakarta: Gunung Mulia. 2002. x, 93 him. ; 21 em. Judul asli: Luke's stOl)' of Jesus. 1. Vesus Kristus - Sejarah Dogma - gereja awal. 2. Alkitab - Perjanjian BaIti - Injil Lukas - Kritik, Interpretasi. I. Ririmasse, Pdt. Ny. M.M. Hendriks. II. Judul. 226.406 ISBN 979-929D-18-X Diarnng mempernanyak karya tuHs In! dalam bentuk dan dengan earn apa pun, tennasuk fotokopi, tanpa izin tortulis dari penerbit.
INJIL LUKAS SEBAGAI CERITA Berkenalan dengan Narasi Salah Satu Injil Judul asli: Luke's SWl)' of'esus Copyright © 1981, by Augsburg Fortress Published by Augsburg Fortress • 426 S. Fifth St. Box 1209 Minneapolis, MN 55440 USA Hak Cipta Terjemahan Indonesia oleh PT BPK Gunung Mulia J!. Kwitang 22-23, Jakarta 10420 E-mail:
[email protected] http://www.bpkgm.eom Anggota lKAPI Hak Cipta dilindungi oleh Undang-und.ng Perancang Sampul: Yohanes Agus Cet.kan ke-1: 1999 Cetakan ke-2: 2002 Dieetak oleh PT BPK Gunung Mulia BPK}1704/793/02
DAFTARISI Kala Sambulan Prakala Pendabuluan
vi vii
ix
BABl KELAHIRAN YANG TELAH LAMA DINANTIKAN
1
Sebuah Buku yang Dilengkapi dengan Prakata ............... 2. Sepasang Potret tentang Pemberian Kelahiran ........... 3. Cerita Kelahiran Bersisi Dua .......................................
1
1.
3 10
BAB 2 PEKERJAANYESUS DI GALILEA ..............................................
Mandat untuk Melayani .............................................. Permulaan Pekerjaan.................................................... Ajaran Profetis ............................................................. 4. Pelayanan dalam Tindakan .......................................... 5. Permulaan dari Suatu Akhir ........................................
18
1.
18
2. 3.
24 32 34
42
BAB 3 CERITA LUKAS TENTANG PERJALANAN YESUS
1. 2. 3.
Awal Perjalanan ...............................: ....~....................... Mengajar di Sepanjang Jalan ....................................... Perjalanan Berikutnya ..................................................
49 49 51 61
llAB4 KLiMAKS DI YERUSALEM
74
1. 2. 3. 4. 5.
74 80 82 88 90
Mesias Datang ke Bait Suci .......................................... Jamuan Makan yang Bersifat Mengantisipasi.............. Penangkapan dan Penghakiman .................................. Kernatian Mesias yang Dinubuatkan ........................... Ia telah Bangkit .............................................................
v
KATA SAMBUTAN Gereja dan umat Kristen selalu terlibat dalam kegiatan berteologi. Pengertian teologi adaJab upaya penghayatan dan pemahaman manusia beriman tentang Tuhan dan karya-Nya dalam hubungan dengan manusia sejauh Allab sendiri menyatakannya. Ini berarti bahwa kegiatan berteologi adaJab kegiatan bersama orang percaya dengan sesama orang beriman di daJam gereja Tuhan yang universal dan di!akukan seeara kontekstuaJ. Hakikat Gereja dan iman Kristen mengharuskan anggota gereja Tuhan yang Esa di dunia yang luas dan beragarn ini untuk berteologi. Berteologi dimengerti sebagai baglan kegiatan belajar melalui pengaJaman iman seeara berkesinambungan. Merigacu pada pemabaman tersebut, sangat terasa kebutuhan untuk selaJu saling belajar antara umat Kristen di satu tempat dengan umat Kristen di tempat lainnya. Itulall sebabnya terasa penting untuk menerjemahkan karya tulis teologi ke dalam bahasa lain termasuk babasa Indonesia, agar dapat dimanfaatkan oleb para pembaca yang lebih menghayati penggunaan bahasanya sendiri. Penerbitan terjemaban k,;uya tulis teologi seperti ini akan sangat menunjang kegiatan berteologi di daJam konteks Indonesia, khususnya dunia pendidikan teologi dan kegiatan bergereja pada umumnya. Ueapan terima kasih patut disampaikan kepada Dewan Pekabaran lnji! NHK di Belanda yang atas bantuan dan kerja samanya telab memungkinkan diterbitkannya buku terjemahan ini. Jakarta, Oktober 1999
Budi Arlianto Direktur PT BPK Gunung Mulia
PRAKATA
Buku ini merupakan bagian dari suatu rencana, ditl1lis untuk mendampingi tulisan Werner Kelber yang berjudul lnjil Markus sebagai Cerita (Philadelphia: Fortress Press, 1979). Seperti buku Kelber. buku ini pun dikembangkan dari suatu kursus pendidikan teologi bagi jemaat, yang diselenggarakan oleh Akademi Seabury dari Seabury-Western Theological Seminary. Buku ini bisa terwujud seperti sekarang ini berkat berbagai sumbangan peserta kursus tersebut. Oleh karena itu saya tidak akan melupakan jasa mereka. Seperti halnya buku Kelber. buku ini pun ditujudkan untuk para pembaca yang tidak memiliki latar belakang studi Perjanjian Baru. Karena itu catatan kaki dan bahasa tekuis akademis akan dihindari dalarn buku ini. Akhir-akhir ini ada kesepakatan ilmiah tentang bagaimana cara menafsirkan Jnjil Lukas. Buku ini berangkat dari kesepakatan tersebut dan menunjukkan bagaimana penafsiran tersebut dilakukan. Saya berupaya melakukan penafsiran tersebut tanpa membebani pembaca dengan berbagai latar belakang penulis dan judul buku yang membicarakan tentang tafsiran tersebut. Karena buku ini tidak memuat daftar kepustakaan. maka di sini perlu disebutkan buku-buku yang saya gunakan secara khusus serta beberapa buku petunjuk bagi pembaca yang ingin memperdalam studinya tentang topik ini. Buku yang sangat membantu saya dalam memahami rnjil Lukas adalah buku karangan Hans Conselmann. The Theology of St. Luke (New York: Harper & Row. 1961). Buku-buku baru yang membantu saya adalah karangan Jacob Jervell. Luke and the People of God (Minneapolis: Augsburg Publishing House, 1973); Luke T. Johnson. The literary Function of Possessions in Luke-Acts (Missoula: Scholars Press, 1977); dan David L. Tiede. Prophecy and History in Luke-Acts (Philadelphia: Fortress Press. 1980). John Drury juga merupakan seorang pakar yang karyanya membantu saya. khususnya salah satu tafsirannya yang populer tentang Lukas. Luke: A Commentary on the New Testament in Modern English (New York: Macmillan Co .• 1973). Pengaruh Raymond E. Brown. The Birth of the Messiah (New York: Doubleday & Co .• 1977). akan terlihat pada bagian permulaan buku inL Saya juga
vii
sering meminta infonnasi dan nasihat dari kolega saya Richard Pervo. Perlu ditegaskan bahwa tidak satu pun nama-nama yang disebutkan ini hams bertanggung jawab atas kekurangan yang terdapat dalam buku ini. Gaya penulisan buku ini juga perlu disebutkan di sini. Biasanya nama !nji! dan nama pengarangnya disebut dengan nama yang sama. Hal ini kadang-kadang membingungkan, karena Lukas dan Markus umpamanya bisa digunakan sebagai nama orang pada satu kalimat dan sebagai nama buku pada kalimat lainnya. Kerancuan juga cenderung timbul bila kita mempersoalkan apakah Inji! dikarang oleh rasul-rasul atau oleh ternan-ternan mereka yang bemama Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Kebanyakan para pakar Perjanjian Bam modem mempersoalkan masalah tersebut. Maka saya ingin memperjelas posisi saya dalam kaitan dengan nama Lukas. Yang saya maksudkan dengan "Lukas" di sini adalah baik Inji!nya maupun pengarangnya. .
viii
PBNDAHULUMI
Sebuah kitab Iniil bisa dibaca dalam beberapa cara;"bisa dibaca sebagai bahan renungan; bisa ditlJ!iti sebagai buku yang memberikan sumbangan yang memperkayapengetahuan kita tentang kehidupan Yesus; bisa dilihat bagaimana cerita-cerita tentang Yesus yang sudah ada dan beredar sebel urn lniil ditulis; juga bisa di pelajari pola sastranya, atau konsep-konsep dan praktik keagamaan yang mirip dengan dunia Timur kuno atau dunia Yunani-Romawi. Metode kita adalah berupaya melihat bagaimana seorang penulis lnjil dalam menulis lnjilnya Bangat ditentukan oleh tafsirannya terhadap Yesus, yang ingin disampaikannya melalui cerita tersebut. Dengan kata lain kita ingin menemukan kebenaran-kebenaran khusus dalam sebuah kitab lnii!. Kitab Inji! bukanlah sekadar suatu cerita, Kitab lnji! bahkan tidak bisa diartikan sekadar sebagai suatu tulisan biografi tentang Yesus saja, dalam artian bahwa kitab tersebut ditulis sekadar untuk memuaskan rasa ingin tabu para pembaca tentang tokoh Yesus, Tidak. Sebuah kitab lnii! pada dasarnya ditulis untuk membawa umat berilllankep~da Yesus. Hal ini ditegaskan dalam Yohanes 20;30-31, "Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya". Kitab lnji! ditulis untuk menceritakan kisah tenlang Yesus sedemikian rupa sehingga dapal membimbing pembacanya kepada suatu kesimpulan lenlang Yesus, dan atas dasar kesimpulan tersebut para pembaca lnji! akan bertindak. Tegasnya, kitab-kitab lnjil merupakan alaI pemberilaan lnii! (sangat menarik untuk dicatat bahwa kata evangelism di dalam bahasa lnggris berasal dari kata Yunani euonggelion yang berarti kabar baik). Atau dapat pula dikalakan bahwa kilab-kilab lnii! mengkomunikasikan teologi lewat cerita dan bukan melalui keterangan yang bersifat abstrak. Jadi lnji! Lukas akan dipelajari untuk menemukan bagaimana Lukas mengkomunikasikan teologi lewal ceritanya sekaligus mengindikasikan
ix
beberapa karakteristik dari metode yang digunakan. Contohnya, perikop-perikop tunggal tidak akan diteliti sendiri terlepas dari keseluruhan InjiL Sebaliknya seliap cerita' harns dilihat sebagai bagian dari kesatuan yang utuh. Mereka yang mengenal cerita-cerita Injil dengan cara mendengar Injil tersebut dibacakan di gereja, biasanya mengenal ceritacerita tersebut sebagai cerita-cerita yang berdiri sendiri, dan bukan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari suatu cerita bersambung. Kecenderungan ini disebabkan mereka mendengar cerita-cerita tersebut dibaca terlepas satu dari lainnya, sesuai daftar pembacaan Injil yang ditetapkan untuk hari-hari tertentu dalam ibadah di gereja. Hal ini menyebabkan suatu cerita tunggal, agak jarang dikaitkan dengan konteksnya dalam kitab Injil sehingga keterkaitannya dengan bagian-bagian yang . mendahului dan mengikutinya tidak mendapat perhatian. Selanjutnya, dapat dilihat bahwa dewasa ini banyak gereja memiliki daitar pembacaan Alkitab yang ditentukan dari satu Injil; untuk siklus waktu tiga tahunan demi keperluan ibadah di' gereja. Tetapi yang lebih mudah dilakukan adalah membaca sebuah cerita Injil dalam berbagai veisi Injil secara sekaligus dan secara tidak sadar menlransferkan detail kesaksian satu Injil kepada Injil lainnya. Proses ini bisa disebut sebagai proses harmonisasi yang dilakukan secara tidak sadar. Kesan yang ditimbulkan adalah bahwa hanya terdapat satu kitab lnjil dan bukan empat. Dengan demikian tidak mungkin untuk mendeteksi hal-hal penting tentang Yesus yang mau diungkapkan oleh penulis Injil tertentu melalui cara penceritaa,nnya. Q!eh karena ilu pada lahapantertenlu sangatlah perlu menyaring dari ingatan kila semua detail kllBaksian Matiu;; atau Markus yang paralel dengan leks Lukas
[email protected] dipelajari. Ini merupakan satu-salunya cara untuk m~nolong kita memahami hal-hal yang coba dibuat oleh Lukas lewat cara ia menulis ceritanya. Memperlakukan setiap Injil sebagai kesaksian Y,ang unik merupakan satu-satunya jalan untuk menghindarkan kita berpikir dan berlaku seolah-olah hanya ada satu Injil. Gereja telah menyimpan dan memelihara ke empat Injil tersebut karena gereja mengbargai nuansanuansa yang terdapat dalam kesaksian masing-masing Injil dan tidak menghendaki kekbasan satu Injil menjadi hilang di dalam campuran ke empat injil itu. Walaupun seluruh detail dati versi-versi lain harns disaring dari ingatan pada tahapan lertentu studi kita, ada pula tahapan lain, yaitu x
r
I
,
pembandingan yang bersengaja anlara Injil-injil sangatlab dibuluhkan, Banyak pakar Perjanjian Bam percaya babwa kelika Lukas menulis Injilnya, di hadapannya lerbuka salinan Injil Markus, Lukas juga mengenal sebuab koleksi yang berisi materi-materi lain lenlang Yesus. Koleksi tersebut khususnya berisikan perkataan-perkataan Yeslls (biasanya cliidentifikasikan sebagai sumber Q), yang digunakan juga oleh Matius dalam menulis Injilnya, !tu berarti babwa salab satu cara memabami makna khusus Injil Lukas adaiab dengan memabami bagaimana ia memanfaatkan sumbernya, Teknik Lukas memanfaatkan sumber Markus jelas berbeda dari cara ia memanfaatkan sumber-sumber Perkataan-perkalaan (Q), Karena Markus sendiri merupakan sumber bagi Lukas maka seliap perubaban dari versi Markus bisa dipastikan berasal dari Lukas. Karena kita tidak memiliki sumber Q dalam benluk aslinya, tetapi hanya dengan meyakini keberadaannya karena begitu banyaknya persamaan pada Lukas dan Matius, perbedaan di antara keduanya tidak menunjukkan mana benluk yang asli di antara keduanya atau mana salah salu dari anlara keduanya yang asli. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka lebih mudab bagi kita untuk melihat penekanan khusus Lukas lewat perubaban yang dibuatnya alas sumbernya dalam pembandingan antara Lukas dan Markus, daripada anlara Lukas dengan Matius, Karena buku ini berfokus pada aspek teologi yang dikomunikasikan lewat cerita Lukas tentang kisab Yesus, dan buku ini akan berkonsentrasi pada cerita lersebul, kadang-kadang kita akan menjelaskan lewat sisi pandang dengan Markus dan sekali-sekali lewat sisi pandang dengan Matius. Kita hampir tidak akan membual perbandingan dengan Injil Yohanes, karena Injil Yohanes ini lidak menggunakan Markus maupun sumber Q sebagai sumber lulisannya, melainkan pada sumber dan ams tradisi yang lain lenlang Yesus, Karena Matius dan Lukas menggunakan sumber-sumber yang sama, maka kedua kilab Injil ilu bisa dicetak dalam lajur-lajur yang paralel dengan Markus unluk memperlihatkan pembandingan dan kontras di antara mereka. Apabila ketiga kilab Injil dicetak seperti itu maka kilab-kitab injil lersebut bisa diamati secara bersama [Yunani: synoptikos). Karena itu Injil Matius, Markus, dan Lukas disebut sebagai Injil-injil sinopsis. Cetakan-celakan yang memuat paralelisasi seperti itu biasanya disebut dengan, seperll sinopsis, har-
xi
monisasi Jnjil ataupun paralelisasi Jnji!. Cetakan-cetakan sepert( ini menjadi alat yang sangat bermanfaat dalam membaca Jnjil-injil, karena membantu kita lebih jelas melinat maria yang kbas dari suatu Jnjil dan mana yang umum ada pada Jnjil-injil tersebut. Me~pertentangkan cara Lukas menulis ceritanya tentang Yesus dengan para penulis [njillainnya, bukanlah seperti para hakim di pengadilan yang membandingkan berbagai kesaksian untuk menentukan apa yang sebenarnya terjadi. Pada hakikatnya pertimbangan-pertimbangan yang bersifat historis seperti itu akan kita hindari, untuk lebih memberi perhatian pada aspek-aspek teologisnya. Persoalan yang akan tetap dipertanyakan bukanJah apakah kesaksian Lukas itu tepat dan akurat secara historis, tetapi apakah yang mau ditekankan Lukas lewat cerita cara yang ia sampaikan. Dalam tahap ini adalah mungkin untuk mengemukakan asal-usul Jnjil Lukas, yaitu kapan dan dalam latar belakang bagaimana Injll ini ditulis. Namun kenyataan bahwa bukti-bukti yang berkaitan dengan pertanyqan seperti itu berasal dari teks Injil sendiri, dan karena para pakar Perjanjian Baru pada umumnya telah berhasil sepakat mengenai makna bukti-qukti tersebut. Karena tujuan buku ini untuk menafsirkan jalan cerita dari Injil dan bukan membuat rekonstruksi sejarah, kita tidak akan membicarakan masalah tersebut sekarang ini. Kita baru akan membahasnya hanya apabila berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Tegasnya, cara terbaik mempelajari makna Injil Lukas adalah dari teks Jnjil Lukas sendiri. Apabila kita menyadari pentingnya hal tersebut maka tidak ada gunanya menunda waktu untuk melakukannya.
xii
1 KELAHIRAN YANG TELAH LAMA DINANTIKAN LUKAS 1:1 - 2:52
1. Sebuah Buku yang Dilengkapi Prakata Kitab Injil Lukas bukan satu-satunya tulisan dalam Perjanjian Baru hasil karya Lukas. Kitab Kisah Para Rasu!, sebagai suatu sejarah tentang bagaimana gerakan kekristenan menyebar dari Yerusalem ke Roma di bawah kekuatan dan dorongan Roh Kudus, juga merupakan karya pengarang Lukas. Semula kedua kitab ini dibaca sebagai suatu kesatuan. Sering kali hal-hal yang tidak begitu jelas dalam Jnji!, menjadi makin jelas apabi!a dimengerti dalarn perspektif tulisan Lukas dalarn Kisah Para Rasu!. K~clua jilid karya Lukas ad. ~~atu-sa.tuny.a kary. a.. dal.a. m. Perjanjian Baru yang dimulai dengan'I!!_a4t)., seperli halllya k;lJy'~-karya sastra kebudayaan Helenis. Kenyalaan ini memperlihatkan bahwa Lukas mengenal budaya ini dan tampaknya Lukas ingin membuat karyanya dipaharni bukan sekedar sebagai suatu tulisan seklaris dari kelompok budaya minoritas dalam dunia kerajaan Romawi, telapi juga bisa dikenal sebagai suatu karya yang menarik perhatian publik pembaca buku. Lukas mempersembahkan bukunya kepada seorang laki-laki yang disebutnya dengan "Teofilus yang mulia". Ungkapan "yang mulia", sebagai cara penyebulan yang penuh hormat ini biasanya digunakan khusus untuk para pejabat tinggi Romawi pada waktu ilu. Namun karena
2
Injil Lukas sebagai Cerita
kita tida)< memiliki keterangan luas tentang Teofilus selain dari apa yang diperoleh dalam kedua prakata Lukas ini, kita tidak bisa memastikan apakah Teofllus menduduki jabatan yang berkaitan dengan penyebutan yang digunakan di sini. Ada pendapat babwa Teofilus adalah seorang hakim atau seorang pejabat tinggi yang bisa menolong orang-orang Kristen di pengadilan Romawi. Namun pendapat tersebut tidak jelas di sini karena kedua tulisan Lukas lebih banyak berfokus pada masalab agama daripada masalab pembelaan hukum dan peradilan. Pertanyaannya adalab, apakah seorang pejabat tinggi seperti itu tertarik untuk membaca seluruh tulisan tersebut? Sebaliknya, kalau Teofilus merupakan orang yang sedang mengikuti pengajaran iman Kristen, maka jelas babwa kelihatannya Lukas menginginkan agar orang lain juga bisa memperoleh manfaat dari bukunya seperti halnya Teofilus. Sebab kitab ini merupakan kitab untuk umum dan bukan untuk dokumen pribadi. Walaupun nama Teofilus berarti "yang mengasihi Allab", namun penggunaannya bukan bersifat simbolis. Teofilus mungkin seorang murid Lukas, suatu pribadi yang nyata. Bentuk sastra yang digunakan dalam pengalamatan dan isi buku yang bersifal agamawi memperlihatkan babwa Lukas menulis buku ini untuk menjangkau dua kelompok pembaca, yaitu mereka yang berasal dari----yauaIigiiD.- terpelaJa?Ma~ms yang tertarik kepada kekrlstenan dan kepada dfang-or8iig Kristen yang membutuhkan penguatan iman mereIGi: Beberapa orang memabami prakata ini sebagai petunjuk bahwa Lukas ingin agar bukunya dipabami sebagai suatu karya sejarab. Prakata ini dapat dibandingkan dengan karya sejarawan Yabudi Yosephus yang sezaman dengan Lukas, yang menulis sebuab prakata untuk tulisannya yang berjudul Me1awan Apion, demikian: Dalam sejarab yang saya tulis tentang Zaman Kuno, yang dlulia Epafroditus, saya kira, saya telab menjelaskan ... betapa tuanya bangsa Yahudi ... Namun karena ada orang-orang tertentu yang tidak menyukai pendapat saya, saya merasa terpanggil untuk memberikan penjelasan kbusus tentang halhal dimaksud ... untuk menjelaskan kepada mereka yang tertarik mengetabui kebenaran mengenai taanya bangsa kita. Sebagai saksi atas pemyataan saya, saya mengusulkan untuk memanggil para penulis yang dalam pandangan orang Yunani bisa dipereaya dan memiliki pengetahuan tentang dunia kuno seeara menyeluruh" J!:1-4).
Kelahiron yang Telah Lama DinanUkan
3
Adalah mudah bagi para pembaca serta para ahli dewasa ini untuk menerapkan standar verifikasi yang ditetapkan Leopold von Ranke pada abad ke-lg tentang konsep penulisan sejarah sepert! ini, karena sejarah dalam pandangan kita adalah suatu penemuan modern. Menghadapi pandangan itu harns dikatakan bahwa prakata semacam itu muncui juga dalam roman-roman sejarah yang dikarang pada zaman Lukas. Keberadaan prakata semacam itu memang tidak membuktikan apa-apa pada dirinya sendiri. Apabila kita mengamati tulisan Lukas, akan terlihat bahwa Lukas bukan saja membuat kesalahan-kesalahan tentang catatan sejarah, (misalnya tentang sensus yang dilakukan Kirenius dalam 2:2), tetapi Lukas mungkin juga telah menciptakan beberapa cerita sendiri dalam rangka mengemukakan visi teologis lertenlu, yang akan terlihat jelas dalam pembahasan tentang cerita-cerita kelahiran Yesus berikut ini. Adalah suatu cara pikir yang anakronistis apabila kita membayangkan Lukas menulis sejarah ini dengan cara penulisan modern. Demikian juga tidak terlalu jujur untuk menilai pekerjaan Lukas dengan menggunakan kriteria akurasi, karena kriteria tersebut baru berkembang beberapa abad sesudah zaman Lukas. Jika Lukas mengatakan akan menulis suatu laporan yang sistematis yang berdasarkan tradisi yang "diturunkan" oleh "mereka yang sejak mulanya menjadi saksi mata dan pelayan firman", maka yang Lukas maksudkan bukanlah suatu sejarah dalam artian modern. Maksud Lukas dengan kata-kala di atas akan menjadi jelas apabila kita mempelajari teks yang ditulisnya. Dari waktu ke waktu dalam tulisan berikut ini, kita akan mengacu kepada beberapa istilah yang digunakan dalam prakata, dan akan berusaha memperjelas istilah-istilah tersebut dengan penjelasan khusus.
2. Sepasang Potret tentang Pemberitaan Kelahiran Banyak pembaca Kilab !nji! yang secara tidak sadar sudah terbiasa memadukan kedua laporan ini sehingga mereka tidak sempat menyadari bahwa ada hal penting yang mau disampaikan Lukas dalam cerita-cerita awal, dengan mengangkat cerita-cerita seputar masa kecil Yesus. Padahal Markus, yang merupakan sumber yang digunakan Matius dan Lukas, memulai Injilnya dengan cerita lenlang baptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis ketika Yesus telah dewasa. Sedangkan penginjil
4
[nji! Lukas sebagai Cerlta
Yohanes, yang mewakili jalur' tradisi" yang agak berbeda, memulai Injilnya dengan sebuah prolog yang bersifat teologis puitis. Prolog tersebut dis;'sul dengan suatu laporan tentang kesakaian Yohanes Pembaptis tentang Yesus. Teori lain mengemukakan bahwa penulis rnjil Yohanes mengawali Injilnya dengan kesakaian Yohanes Pembaptis, dan selanjutnya seorang editor menambahkan prolog yang puitis tersebut. Cerita tentang mujizat di Kana dalam Yohanes 2 bisa dimengerti sebagai suatu contoh tentang pengungkapan mengenai "kehidupan Yesus yang tersembunyi", khususnya masa antara kelahiran dan pelayanan-Nya, yang terlihat juga dalam cerita Markus tentang Yesus di Bait Allah pada usia dua belas tahun. Namun pada dasarnya Yohanes cenderung membatasi ceritanya pada peri ode pelayanan Yesus. Hanya Matius yang mengambil cara yang ,sama dengan 'Lnkas, yaitu menceritakan masa-masa kecil Yesus di dunia. Kedua penginjil ini saIl)a-sama menulis bahwa status Yesus telah nyata sejak Ia masih berada dalam kandungan. Tulisan-tulisan yang lebih dulu berpendapat bahwa penggkuan mengenai status Yesus baru terjadi pada waktu kebangkitan-Nya, namun lalu bergeser maju ke waktu baptisan-Nya. Kini, dalam Lukas dan Matius pengakuan akan status tersebut difoku~an justru pada waktu Ia dikandung. Dalam tulisan Yohanes yang berkembang kemudian, khususnya dalam bagian prolog Injilnya, pengakuan tentang status Yesus tersebut justru makin dimajukan, dengan menekankan bahwa Yesus telah ada secara kekal bersama Bapa sebelum dunia dici ptakan. Ada banyak hal tentang rnasa kecil Yesus yang disepakati Matius dan Lukas seperti yang tercermin dalarn tulisan mereka. Walaupun buku ini khusus berbicara tentang Lukas, tetapi juga penting untuk mencatat kesamaan-kesamaan yang ada pada keduanya. lni karena keterangan·keterangan yang sarna itu bukan berasal dari Lukas, tetapi dari suatu tradisi yang juga diambil Matius. Kedua penginjil menempatkan waktu kelahiran Yesus pada zaman pemerintahan Herodes Agung (kirakira pada tahun 4 s.M.). Keduanya juga setuju bahwa Yesus lahir di Betlehem dan bertumbuh dewasa di Nazaret; ibu-Nya bernama Maria dan Maria mengandung-Nya dalam keadaan perawan dengan kuasa Roh Kudus; dan suaminya adalah Yusuf, seorang keturunan Daud. Kedua penginjil juga menceritakan bahwa bayi tersebut diberi nama Yesus sesual perintah ilahi yang disampaikan oleh seorang malaikat.
Kelahiran yang Telah Lama Dinantikan
5
Sampai di sini kesamaan-kesamaan antara kedua Inji! tersebut berakIrir. Dalam pembahasan ada berbagai perbedaan. ~erita Lukas memusatkan perhatian kepada Maria, sementara Matius memusatkan perhatian kepada Yusuf. Salah satu contoh tentang fokus tersebut adalah, dalam cerita Lukas pemberitaan malaikat tentang kelahiran Yesus diberitakan kepada Maria, sedangkan dalam Matius pemberitaan tersebut disampaikan kepada Yusuf. Hanya Matius yang menceritakan reaksi Yusuf ketika ia mendengar bahwa tunangarmya sedang hami!. Menurut Lukas, para pengunjung adalah gembala-gembala yang mengunjungi bayi Yesus, sedang dalam Matius para pengunjung adalah para pengamat bin tang dari Timur, yang disebut "majus" yang punya akar kata sama dengan "magia". Lukas menganggap bahwa sebeIum Yesus lahir, Maria dan Yusuf tinggal di Nazaret, tetapi Matius 2:22-23 tampaknya menunjuk bahwa mereka barn tinggal di sana setelah mereka kembali dari pelarian ke Mesir - suatu peristiwa yang tidak disebutkan dalam Lukas dan bahkan tampaknya ada upaya sengaja Lukas untuk tidak menyebutkannya dalam Lukas 2:39. Perlu dicatat bahwa beberapa keterangan tersebut tidak konsisten satu dengan lainnya, bahkan ada pula yang saling bertentangan. Kita tentu tidak bisa mengatakan bahwa keterangan-keterangan tersebut sama-sama benar. Sebaliknya kita harns terbuka kepada kemungkinan bahwa kebenaran beberapa cerita masa kecil Yesus adalah lebih bersifat teologis daripada bersifat historis. Perbedaan lain cerita Lukas dan Matius adalah bahwa Lukas menyejajarkan cerita-cerita tentang pemberitaan kelahiran dan peristiwa kelahiran Yesus dengan cerita-cerita pemberitaan kelahiran dan peristiwa kelahiran Yohanes Pembaptis. Selain itu, kenua cerita Lukas tidak dilakukan oleh Matius. Selain itu kedua cerita tentang pemberitaan kelahiran dalam Lukas tampaknya mengikuti pola cerita-cerita kelahiran dalam Perjanjian Lama, seperti cerita kelahiran Ismael (Kej. 16:7-12), Ishak (Kej. 17:1-21], dan Simson (Hak. 13:3-25). Ada lima langkab dalam pola pemberitaan tersebut, yaitu: a. Seorang malaikat memperlihatkan diri kepada orang yang kepadanya pemberitaan akan disampaikan. b. Orang tersebnt akan mengalami rasa laknt di hadapan tamu ilabi lersebut. c. Dalam menyampaikan berita tersebnt;
Injil Lukas sebagai Cerita
6
.:. .:. .:. .:. .:. .:. .:. .:.
Malaikat memanggil nama penerima berita . Dalam pemberitaannya, malaikat menyebutkan beberapa kebaikan penerima berita. Penerima berita diberitabu untuk tidak taku!. Seorang perempuan sedang atau akan hamil. Ia akan melabirkan seorang anak laki-Iaki . Ada nama yang akan diberikan kepada anak tersebu!. Makna dari nama itu dijelaskan . Penjelasan tentang apa yang akan di!akukan anak tersebut apabi!a ia telab dewasa.
d. Penerima berita akan mempertanyakan mengapa hal tersel:!ut harns terjadi atau ia akan meminta suatu tanda. e. Sebuab tanda diberikan untuk meyakinkan peperima berita.. Sekilas terlihat babwa semua langkab ini muncul baik dalam cerita pemlleritaan kelahiran Yohanes Pembaptis kepada Zakharia ayalmya, dan pemberitaan kepada Maria. Dan akan tampak babwa kesamaan-kesamaan yang' ada pada kedua cerita tersebut justru semakin memperjelas perbedaan yang ada pada keduanya - dan sekaligus memperjelas perbedaan antara kedua pribadi yang berita kelahirannya diberitakan itu. Berdasarkan kenyataan adanya dua cerita pemberitaan kelahiran dan peristiwa kelabiran itu ,sendiri maka para abli biasanya menyebut kedua pasangan cerita tersebut dengan istilab diptych yaitu pasangan potret yang diletakkan saling bergandengan. Para pembaca Inji! Lukas yang membaca bahasa aslinya yaitu bahasa Yunani, akan merasakan pergeseran gaya babasa dari pendabuluan kepada cerita pemberitaan kelahiran Yohanes Pembaptis. Pendahuluan [nji! Lukas menggunakan gaya bahasa Yunani kIasik baik dalam bentuk babasa, tata bahasa, dan perbendaharaan katan'ya. Sedangkan cerita tentang pemberitaan kelahiran kepada Zakharia dan bagian terbesar cerita tentang masa kecil Yohanes Pembaptis merefleksikan pengaruh Semitis dalam babasa Yunani seperti yang digunakan dalam Septuaginta (LXX), yaitu terjemaban Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani. Bukan hanya babasanya tetapi seluruh aspek cerita tersebut penub diwarnai kesakralan Yahudi, karena bagi Lukas ada lebih banyak kesinambungan daripada ketidaksinambungan antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Barn. Tidak perlu ada inkonsistensi di antara keduanya,
Kelahiron yang Telah Lama Dinantikan
7
yang ada hanyalah kekerasan hali para pemimpin agama yang memaksakan orang-orang Kristen memisahkan diri dari Bait Suci. Walaupun demikian, hubungan antara kedua perjanjian tersebut adalah hubungan antara janji dan pemenuhannya. 'O.leh karena Ru, salah satu tema Injil Lukas ;yang sangat konsisten adalah penggenapan Illlbuat. Dapat dikatakan pula di sini bahwa dilihat dari sudut parentetis, Lukas adalah seorang penulis yang sangat menguasai prosa Yunani. Karena itu ia mampu menerapkan gayanya kepada subyek atau karakter-karakter eeritanya. Kesalehan gaya Bait Suci yang dimillki orangtua Yohanes Pembaplis terlihat dalam garis keturunan mereka yang berasal dari keluarga imam dan dari nama-nama yang mereka gunakan. Zakharia umparnanya adalah nama dari seorang nabi yang kitabnya mendahului Kilab Maleakhi, bahwa janji itu diberikan kepada nabi seperti Elia (Mal. 4:5). Sementara ilu Elisabel adalah nama istri Harun, leluhur suku imam. Walau pun ia dan Zakharia selalu melaksanakan tugas-Iugas keagarnaan mereka, namun Elisabet, seperti para lokoh ibu terkenal dalam Perjanjian Lama (khususnya Sarah, isleri Abraham dan Hanna, ibu Samuel), mereka mandul selama bertahun-Iahun. Banyak imam yang hanya sekali dalam hidup mereka bisa memperoleh kesempalan emas untuk bertugas membakar ukupan di Bait Suci. Informasi Lukas tentang upaeara yang dilakukan dalam Bait Suei eukup akurat di sini, walaupun ia juga membuat beberapa kesalahan di tempat lain. Kenyataan ini membuat beberapa ahli berpendapat bahwa Lukas adalah seorang kafu yang menjadi pemeluk agama Yahudi sebelum ia menjadi Kristen. Karena itu Lukas lJ).~miIiki pengetahuan literer tentang hal-hal seperti itu dan bukan sekadar pengetahuan praklis. Adalah penling untuk dieatat bahwa kata pertama dari berita sukaeita tenlang keselamalan yang disediakan Allah bagi umat-Nya diberitakan di Bail Suci. Demikian pula anak laki-Iaki yang akan dilahirkan akan menjadi seorang nazir seperti Simson dan Samuel. Keduanya tidak boleh meneukur rambutnya dan minum anggur (Bil. 6:1-21). "Ia akan dipenuhi Roh Kudus bahkan sejak ia berada dalam kandungan ibunya" dan seperti disebutkan dalam Maleakhi 4:6, bahwa Elia akan berbuat, dan ia akan mempertentangkan orangtua dan anak-anak. Tanggapan Zakharia terhadap pemberitaan ini diterima oleh malaikat Gabriel sebagai tanda kurang iman. Karena ilu landa yang diberikan kepada
8
lnjil Lukas sebagai Cerita
ZakhaIia adalah bahwa ia akan bisu sampai setelah nubuat tersebut digenapi. Seperti halnya pemberitaan kelahiran Yohanes Pembaptis kepada ZakhaIia, demikian pula pemberitaan kelahiran Yesus kepada MaIia memiliki lima "bumbu cerita" yang digunakan dalam cerita-cerita pemberitaan kelahiran Perjanjian Lama, yaitu: (1) pemunculan malaikat, (2) ketakutan penerima berita, (3) penyampaian berita, (4) penolakan atau permintaan tanda, dan (5) pemberian tanda. KaIena bentuk kedua cerita berita kelahiran tersebut paIalel satu dengan lainnya, maka sangatlah mudah kita melihat perbedaan-perbedaannya yang ada di antaIa mereka dan juga mempelajaIi perbedaan status kedua anak tersebut. Pada dasaInya, ada tiga perbedaan antaIa keduanya yaitu: . a.
Yohanes Pembaptis digambaIkan hanya sebagai yang besaI·di hadapan Allah. Sedangkan Yesus disebut sebagai yang besaI seCaIa m",tlak tanpa kualifikasi.
b.
Yohanes Pembaptis dipenuhi oleh Roh Kudus ketika ia berada dalam rahi;n ibunya, tetapi Roh Kudus akan memampukan Maria untuk mengandung tanpa suami - baik suami manusia ataupun ilahi, kaIena Roh Kudus sama sekali tidak dipahami sebagai kekuatan yang menghamili MaIia.
c.
Misi Yohanes Pembaptis adalah mempersiapkan umat manusia bagi Tuhan, sedangkan Yesus sendiri akan menerima takhta dari bapa-Nya Daud supaya Ia memerintah Israel untuk selama-lamanya.
Tingkat mujizat dalam peristiwa mengandungnya seorang perawan adalah lebih tinggi daIi peristiwa mengandungnya seorang perempuan mandul dari hasil persetubuhan dengan suaminya. Mungkin juga keunggulan Yesus ditunjukkan pula dalam tanggapan yang lebih tinggi dari orangtuanya terhadap pemberitaan kelahiran-Nya. Diceritakan bahwa ayah Yohanes tidak mempercayai berita kelahiran yang disampaikan kepadanya, sedangkan tanggapan Maria adalah, "Sesungguhnya aku adalah harnba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-mu itu." Karena Maria memiliki iman yang demikian tinggi, dapat ditanyakan mengapa ia masih bisa bertanya bagaimana ia akan bisa mengandung tanpa suarni (istilah dalam Perjanjian Lama adalah "mengenal laki-laki"). Alasan pertarna, suatu penolakan atau permintaan tanda merupakan salah satu bumbu suatu cerita kelahiran. Kedua, Maria bertanya un-
Kelahiran yang Telah Lama Dinantikan
9
tuk kepentingan para pembaea Injil, dalam arti bahwa Lukas membuat Maria bertanya agar ada respons dari malaikat yang dapat memberi informasi bagi para pembaca Injilnya. Karena ueapan tradisional "Salam Maria" didasarkan pada cerita ini dan cerita sesudahnya, maka penting untuk mempertanyakan apakah Lukas sendiri menganggap Maria sebagai ia yang "penuh dengan anugerah". Kalau benar demikian maka hal tersebut bukanlah disebabkan karena kebaikan Maria sebelum ia mengandung. Artinya, bukan kebaikan Maria yang menyebabkan Allah menilainya layak untuk menjadi ibn dari Anak Allah, tetapi karena kandungan itu sendirilah maka ia menjadi "penuh dengan anugerah" atau "sangat dikasihi". Maria bukanlah sumber dari suatu kebaikan apa pun. Apa yang Maria miliki adalah semua yang ia terima dari Bapa. Cerita pemberitaan kelahiran Yesus diakhiri dengan kepergian malaikat meninggalkan Maria. CylaIl!n yang jelas tentang kepergian seseorang hampir selalu digunakan Lukas untuk mengakhiri cerita-cerita masa kecil tokoh-tokohnya. Dalam cerita kunjungan Maria kepada Elisabet (1 :39-56), kedua pihak yang tadinya terpisah dalam pasangan cerita kelahiran (Yesus dan Yohanes), kini disandingkan. Elisabet adalah keluarga Maria dan Maria adalah orang pertama yang diberitahu mengenai kehamilan Elisabet. j adi bukan Elisabet yang pertama memberitahukan tentang kehamilan tersebut kepada Maria, tetapi seorang malaikat yang memberitakan hal itu kepadanya secara ajaib (1:36). Kepentingan cerita di balik penyembunyian Elisabet selama lima bulan, seperti yang dikatakan dalam 1:24, adalah untuk menonjolkan Maria sebagai orang pertama yang mengetahui tentang kehamilan Elisabet. Informasi bahwa seorang saudaranya akan melahirkan secara luar biasa itulah yang mendorong Maria untuk mengadakan perjalanan jarak janh dari Nazaret ke pegnnnngan Yudea. Kelika Maria liba, janin Yohanes Pembaptis dalam rahim Elisabet melonjak untnk menerima sepupn Masiasnya yang kini berada dalam rahim Maria. PerIn dicatat bahwa Maria adalah seorang gadis kelika berita kelahiran itn disampaikan kepadanya, dan ia berangkat dengan tergesa-gesa nntuk bertemu Elisabet. Walaupun Maria dan Yusuf telah mengambil langkah pertama sesuai dengan tata cara perkawinan orang Yahudi, yakni saling mengucap janji di hadapan para saksi, namun mereka belum menempuh langkah kedua Maria sebagai pengantin masuk
10
lnjil Lukas sebagoi Cerlta
seeara resmi ke rumah Yusuf. Kepergian Maria dengan tergesa-gesa ke rumah Elisabet, menekankan bahwa tidak ada waktu luang antara pemberitaan tentang kelahiran Yesus dengan kunjungannya kepada Elisabet. Jelasnya, Lukas di sini ingin menekankan bahwa kandungan Maria adalah kandungan seorang yang benar-benar rnasih gadis. Gerakan Yohanes Pembaptis dalam kandungan Elisabet sekaligus menekankan aspek lain dari kedua pasangan cerita ini yaitu bahwa Yohanes Pembaptis tunduk kepada Yesus. Tema ini semakin ditonjolkan lewat gambaran Perjanjian Lama yang digunakan Elisabet untuk menggambarkan status Maria, yaitu "ia yang diberkati di antara semua perempuan", karena buah kandungannya diberkati (Hak. 5:4). Dengan kata lain Maria diakui sebagai . ibu dari Tuhan Elisabet. Sekalipun kunjungan Maria merupakan aspek penting dalam pasangan cerita kelahiran ini, tetapi beberapa penafSir berpendapat bahwa cerita tersebut mengganggu keseimbangan kedua pemberitaan kelahiran yang ditonjolkan dalam kedua pasangan cerita tersebut. Pendapat ini banyak disebabkan oleh keberagaman manuskrip yang secara berbeda menafsitkan siapa sebenarnya yang menyanyikan lagu magnificat itu (1:46-55), apakah Maria ataukah Elisabet. Pandangan itu juga disebabkan isi lagu pujian tersebut tidak terlalu cocok dengan kondisi Maria maupun Elisabet. Seperti dilihat, tema utama pujian tersebut adalah pembalikan nasib manu~ia sebagai akibat anugerah yang dijanjikan Allah kepada manusia. Hanya ayat 48 yang agak cocok dengan kondisi Maria. Katena itu para ahIi cenderung menganggap bahwa nyanyian pujian ini adalah nyanyian yang dipinjam Lukas dari suatu komunitas orang-orang Kristen asal Yahudi yang kemudian diadaptasi seperlunya dalam cerita ini. Para ahli berpendapat bahwa nyanyian pujian ini mungkin tidak terdapat dalam naskah asli Lukas, tetapi baru ditambahkan kemudian. Apa pun pandangan yang dikemukakan, ny~yian tersebut menempatkan Maria dan Elisabet dalam kerangka kesalehan Yahudi yang selalu berada dalam pengharapan akan lahirnya seorang Mesias. Pandangan Lukas tentang kedua perjanjian itu diungkapkan lagi di sini.
3. Cerita Kelahiran Bersisi Dua. Kelahiran Yohanes Pembaptis dan kelahiran Yesus juga merupakan cerita-cerita yang diatur dalam struktur cerita berpasangan. Namun sete-
Kelahiran yang relah Lama DlllQnUkan
11
lah cerita masa keci!, maka cerita mengenai pekerjaan Yohanes Pembaptis dan Yesus tidak lagi disandingkan secara berpasangan tetapi secara berurutan, yakni bahwa pelayanan Yesus barn mulai ~etelah Yohanes sudah menyelesaikan pekerjaannya. Penataan cerita yang berurutan ini menyebabkan para ahli juga cenderung berpendapat bahwa masa bidup dan kerja Yohanes Pembaptis dan Yesus berbeda. Namun pandangan tersebut sukar diterima karena penyandingan kedua tokoh ini dalam cerita-cerita masa kecilnya, memperlihatkan kemungkinan yang sebaliknya. Para ahli yang lain mencoba menerangkan bahwa cerita-cerita tentang masa kecil Yobanes Pembaptis berasal dari sumber yang berbeda. Dengan bertolak dari berbagai teks Perjanjian Barn (Luk. 7:18-3 5; Kis. 19:1-7; Yoh. 3:22-4:3), mereke menyimpulkan bahwa Yohanes meIniliki murid-murid dan komunitasnya sendiri dan bahwa komunitas tersebut menyimpan berbagai tradisi tentang dirinya. Dari tradisi-tradisi itulah Lukas menjadikannya sumber materi bagi cerita-ceritanya mengenai Yohanes Pembaptis. Namun demikian adalah lebih mungkin bahwa untuk menulis ceritanya Lukas telah mengumpulkan berbagai materi mengenai tradisi Yohanes dari Injil dan dari pola cerita pemberitaan kelahiran. Petunjuk bahwa Yohanes mungkin memiliki murid-murid sendiri yang tidak pernah menjadi pengikut Yesus, memunculkan persoalan sejauh mana Yohanes memahami dirinya sebagai pemberita kedatangan Yesus. Dan yang lebih penting, seberapa benar ketika Lukes menggambarkan bahwa Yohanes mempunyai hubungan keluarga dengan Yesus. Aspek paling jelas yang bisa kita yakini adalah bahwa Yesus dibaptis oleh Yohanes; mungkin dalam hal ini Yohanes lebih memahami dirinya sebagai orang yang menyiapkan jalan bagi Bapa ketimbang bagi anak-Nya Pasangan cerita ini memang tidak terlalu seimbang seperti dalam pasangan cerita sebelumnya. Kelahiran Yohanes diceritakan secara sangat singket, dan lebih banyak kesempatan digunakan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa sekitar upacara sunat dan pemberian nama kepadanya. Sementara itu kondisi sekitar kelahiran Yesus dan mujizat-mujizat sekitar kelahiran itu juga banyak diceritakan. Demikian juga pujipujian Nunc DiInittis 2:29-32 yang dinyanyikan pada saat Yesus dibawa ke Bait Suci adalah lebih pendek dari Benedictus yang dinyanyikan setelah penyunatan Yohanes Pembaptis (1:68-79). Sementara laporan tentang upacar. penyunatan terhadap Yesus hanya satu ayat saja (2:21).
12
Injil Lukas sebagai GeTita
Karena Elisabet telab "disembuny.ikan". maka "para tetangga dan sanak keluarganya" tidak mengetahui babwa ia hamil dan bahwa Allab telab mangangkat kutuk kemandulan dari dirinya. Dalam zaman Perjanjian Lama ada kepereayaan tentang kehidupan sesudab mati, dan orang pereaya babwa untuk memperoleh kehidupan kekal maka orang dapat meneruskan hidupnya lewat kehidupan anak-anak mereka. Karena itu kemandulan merupakan suatu hal yang sangat memalukan dan babkan dianggap suatu kemalangan luar biasa. Itulah sebabnya Elisabet dapat berkata bahwa lewat kehamilan itu Allab telab menghilangkan kerendahannya (1 :25). Keluarga dan sahabat berkumpul pada upaeara penyunatan bayi ketika ia berumur delapan hari sesuai ketetapan hukum Tau~at (1m. 12:3). Mereka meneoba menamakan bayi itu menurut nama ayabnya, tetapi Elisabet menolak dan menamainya YohaneS'. Tindakan Elisabet ini mengherankan karena Zakharia sendiri telab menjadi bisu sejak pemberifabuan tentang kelabiran bayinya, sehingga ia belum sempat mengkomunikasikan kabar malaikat itu kepada istrinya. Terkejut atas tindakan Elisabet yang melanggar tradisi itu, sanak keluarga meminta kepada Zakharia dengan isyarat untuk memberi nama anaknya. Walaupun ia tidak mendengar apa yang dikatakan istrinya, ia membuat seluruh hadirin terkejut dengan menulis nama yang sama seperti yang disebutkan Elisabet sebelumnya. ,Dengan demikian nubuat malaikat telab digenapi dan dengan demikian pula kemampuan berbicaranya dipulihkan lagi. Sekali lagi para hadirin dikejutkan oleh mujizat yang terjadi. Dalam Injilnya, Lukas memang suka menonjolkan aspek agamawi sebagai reaksi terhadap kejadian-kejadian yang bersifat adikodrati. Semua orang yang mendengar hal ini "menyimpan itu dalam hatinya", suatu sikap yang biasanya dilakukan juga oleh Maria dalam keadaan-keadaan seperti itu (2:19,51). Benedictus yang tampil dikaitkan pada akhir cerita, isinya memiliki beberapa kemiripan dengan nyanyian pujian Maria (Magnificat), termasuk ketidak-relevansian isi nyanyian pada kesempatan tersebut kecuali pada beberapa ayat (1:76-77). Seandainya para abli membenarkan bahwa nyanyian pujian Maria itu berasal dari lagu yang diadaptasi dari kalangan Kristen Yabudi, maka hal yang sama dapat dikatakan pula terhadap Benedictus. Dengan demikian Lukas ini menggunakannya karena dengan memasukkan nyanyian terse but maka ceritanya menjadi
Kelahiran yang Telah Lama DinanUkan
13
lebih kaya. Jadi pertanyaan apakah Lukas menulis lagu itu sendiri atau meminjamnya dari orang lain adalah pertanyaan yang tidak relevan, karena tekanan utama Lukas adalah isi yang ia komunil
·14
lnji] Lukas sebagoi Cerita
Betlehem. Dleh karena itu Lukas menjadikan sensus sebagai alasan bagi keduanya untuk pergi ke Betlehem. Juga dengan menyebut nama pe nguasa pada waktu itu maka Lukas berkesempatan untuk menempatkan kelahiran Yesus dalam konteks sejarab dunia. Ketidakjelasan tentang apakab benar perjalanan yang dilakukan itu demi sensus juga menyebabkan munculnya ketidakjelasan mengenai dimana mereka menginap atau tidak menginap walaupun seperti dikatakan oleh seorang abIi, "Lukas kelihatannya lebih tertarik untuk menceritakan di mana Maria membaringkan bayi itu" daripada melaporkan proses kelabiran itu sendiri. Adalab sangat penting bagi bayi itu untuk dilabirkan di Betlehem, kota Daud, sang raja gembala. Dengan bertolak dari Mikha 5:2, dapat disimpulkan babwa pada waktu itu ada harapan yang cukup hias di kalangan umat tentang akan labirnya seorang mesias di sana. Semua ini menyebabkan Yesus digambarkan sebagai Pewaris takhta Daud. Di kota raja gembala ini, tidak ada gambaran yang lebih pantas selain gambaran babwa,bayi yang baru labir itu dikunjungi oleh para gembala. Kepada merekalab kabar kelabiran yang penuh sukacita itu disampaikan oleh para malaikat. Berita kepada para gembala ini merupakan gaung dari Yesaya 9:5, " ... seorang anak telab lahir untuk kita, seorang putera telab diberikan untuk kita." Akibat dari kunjungan itu, kita kembali mendengar kekaguman agamawi terhadap berita yang disampaikan itu. Kita akan sangat keliru memabami makna cerita ini apabila kita bertanya apakab mereka yang menerima berita kelabiran itu di kemudian hari menjadi pengikut Yesus atau tidak. Apa yang digambarkan di sini adalab suatu adegan pernyataan ilabi, sebelum para pembaca harus meniru sikap para gembala yang memandang-Nya dengan sikap kagum penuh bakti. Maria juga "menyimpan segala perkara it\' di dalam balinya dan merenungkannya." Dengan bersikap demikian maka Maria, seperti halnya tokoh-tokoh lain dalam Jnjil Lukas, memberi contoh bagaimana seorang pembaca harus mengambil sikap. Seperti telab dikernukakan di atas, peristiwa penyunatan dan pemberian nama kepada Yesus diceritakan hanya dalam satu ayat , dan tidak dijadikan inti suatu seri perisliwa penuh rnujizat seperti halnya cerita tentang Yohanes Pembaptis. Sebaliknya peristiwa-peristiwa mujizat ditempatkan di sekitar kehadiran Yesus di Bait Suci (2:22-40). Laporan kehadiran Yesus di Bait Suci juga mengandung petunjuk babwa
Kelahiran yang Telah Lama Dinanfikan
15
Lukas bukanlah seorang Yahudi asli. Kemungkinan besar Lukas juga bukan seorang Palestina asli tetapi telah berpindah ke agama Yahudi. Ini terlihat dari cara Lukas memperlakukan tradisi-tradisi agama Yahudi. Pengetahuannya terhadap tradisi-tradisi tersebut tidak menunjukkan penguasaan seorang yang berasal berlatar belakang tradisi tersebut, tetapi seorang yang memperolehnya dari literatur (sumber kedua)_ Kutipan "setiap laki-laki yang membuka rahim akan disebut suci bagi Allah" bukanlah kutipan asli, tetapi penggabungan elemen-elemen dari Keluaran 13:2,12 dan 15. Konteks aslinya adalah perayaan Paskab, bahwa anak-anak sulung Israel diselarnatkan oleh Allah. Karena tindakan penyelamatan itulah maka mereka dan semua anak sulung dari generasi berikutnya menjadi milik Allah. Pemilikan Allah atas anak-anak sulung ini pada mulanya dipahami sebagai kegiatan melayani Tuhan dalarn liturgi-liturgi ibadah. Namun ketika suku Lewi mengarnbil alih seluruh tugas keimarnan, anak-anak sulung suku-suku lain dapat memperoleh penebusan melalui persembahan korban. Persembahan korban yang disebut daJam 2:24 berkaitan dengan penyucian bagi perempuan miskin yang baru melahirkan (1m. 12:8). Namun Lukas berbicara tentang penyucian kedua orangtua, sedangkan daJam tradisi agama hanya ibu sajaJah yang memerlukan penyucian. Perlu dicatat pula bahwa kegiatan melahirkan sajaJah yang memerlukan penyucian melaJui upacara agama. Masih diragukan apakah sampai dengan zaman Yesus para ibu masih harns pergi ke Bait Suci untuk upacara penyucian atau tidak. Tampaknya cerita Lukas mengenai Yesus yang dibawa ke Bait Suci ini banyak diilhami cerita mengenai Samuel yang dibawa ke Bait Suci (1 Sam. 1:24-28). Maria dan Yusuf menaati hukum dengan membawa Yesus ke Bait Suci. Di sini mereka bertemu dengan dua orang nabi. Elemen-elemen utama kesalehan Yahudi kini dikombinasikan, yaitu hukum, nabi-nabi dan Bait Suci. Simeon dan Hana mewakili kesaJehan tersebut daJam be!1tl!!
16
Injil Lukas sebagai Cerita
dongnya (2:29-32). Karena Sinieon memandang Yesus sebagai '"suatu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain". maka ucapan Simeon'ini memberikan dimensi universal kepada cerita ke!abiran dalam Jnjil Lukas. Hal ini parale! dengan yang diberikan para Majus dalam cerita kelabiran menurut Jnjil Matius. Harus diakui walaupun Lukas berlanjut dengan Kisab Para Rasul, yang berbicara tentang misi kepada orang kafir. tetapi ia tidak mengaitkan kern bali dengan karya pelayanan Yesus seperti yang dilakukan Matius dan Markus. Setelah selesai memenuhi semua tuntutan hukum Taurat, maka perpindaban ke Nazaret menjadi lebih mudab. Namun perlu juga dicatat babwa Lukas berbeda dengan Matius, karena Lukas menghilangkan perjalanan ke Mesir. Pada umumnya agama-agama memiliki cerita-cerita tentang'masa keci! pendiri agamanya. dan cerita-cerita seperti iiu juga dibuat untuk banyak !okoh yang berhasil dalam hidupnya. Ada kecenderungan manusia untuk mengaitkan keberhasilan seseorang sebagai sesuatu yang telab dinubuatkan sebelumnya. Kalau kekristenan memiliki sejumlab Jnjil-injil apokrip yang mengandung berbagai cerita semacam itu tentang Yesus, yang tidak kanonik, maka cerita Lukas tentang kunjungan Yesus ke Bait Suci pada umUf dua belas tahun (2:41-52) merupakan satu-satunya cerita tentang '"kehidupan Yesus yang tersembunyi" dalam Kitab-kitab Jnjil-injil sioopsis. Kecuali kalau cerita perkawinan di Kana dalam Jnjil Yohanes juga mau dilihat sebagai salah satu cerita semacarn itu.
Ada tiga perayaan ziarab, bahwa orang Yabudi. diharuskan pergi mengunjungi Bait Suci yaitu perayaan Paskab dan Roti tidak beragi, Minggu ke tujuh atau Pentakosta. dan Tabemakel (Ke!. 23:17, 34:23). Tetapi di zaman Yesus. banyak orang Yahudi yang tinggal di luar Palestina (diaspora) yang hanya melakukan sekali ziarah sepanjang hidup mereka. Karena itu mereka yang tinggal dalam negeri pun mungkin hanya menghadiri satu kali perayaan dalam selabun. Makna cerita ini akan menjadi sangat kabur apabila kita mencoba memabaminya sebagai suatu kejadian historis yang mendetail dan kemudian kita mencoba memabami makna cerita secara psikologis. Kita tidak perlu bertanya mengapa Maria dan Yusuf harus melakukan sehari perjalanan. sejauh sekitar 20 mil, tanpa mengetahui bahwa anak lakilaki mereka telah hilang. Alasan penceritaan seperti itu harus didasar-
Keiahiran yang TeJah Lama Dinantikan
17
kan pada alasan-alasan yang bersifal saslra dan teologis, bahwa anak itu hams hilang agar suatu eerita yang istimewa dapat dibuat. Dalam Bait Sud, Yesus secara khusus diperlihatkan sebagai anak rriilik Allah dan bukan rnilik Maria dan Yusuf. Namun karena kurangnya pemahaman mereka lerhadap kenyalaan ini maka Yesus masih bersedia kembali ke rumah menyerahkan diri dan memaluhi mereka sampai tiba waklunya Yesus menyatakan diri-Nya. Jadi tidak ada lagi manifeslasi lain selain manifeslasi yang diperlihatkan pada masa keeil-Nya itu. Demikian juga kiaim mengenai kebijaksanaan-Nya yang diealal dalam ayal 40 dan 52. Perlu juga diperhatikan masalah-masalah yang menyangkul kesalahpahaman Maria. Bagaimana mungkin Maria masih lerkejul mengenal sifal-sifal khusus anaknya selelah ia mengalami berbagai peristiwa istimewa seperli pemberilahuan lentang kelahiran anaknya, kunjungan kepada Elisabel, kunjungan para gembala yang menerima penyalaan dari para malaikal serla nubual yang disampaikan Simeon dan Hana? Apakah Maria, Ibu yang Islimewa itu, begitu kurang pengertiannya? Jelas bukan itu jawabannya. SJeb_agian jawaban terhadap perlanyaan itu I<,rlela,k pada gaya bereerila Lukas, yang menciplakan adegap-?de.8
2 PEKERJAAN YESUS DI GALILEA LUKAS 3:1 - 9:50
1. Mandat untuk Melayani Apabila cerita-cerita mengenai masa kanak-kanak Yesus disisihkan. 1nji! Lukas bisa dibagi dalarn tiga bagian yang sarna panjangnya. Balli@. pertarna berkaitan dengan pekerjaan Yesus di daerah sekitar Danau '-~--,,-,.~' ~,"- .. - ~ Galilea. ~an kedua, merupaka,n suatu laporan episodik tentang p_eEjaranan-Nya ke Yerusalem (9:51-19:27). dan bagl:~etlg~entang pengajaran-Nya. penangkapan atas diri-Nya. penyah . dan kebangkitanNya di Yerusalem (19:23-24:53). Peraliha,n dari cerita-cerita masa ka,nakkanak Yesus ke cerita-cerita masa pelayanan-Nya di Galilea disempurnakan dengan rangkaian berbagai peristiwa yang menunjukkan kualifikasi Yesus terhadap pelayanan yang akan dimulainya. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain kegiatan Yohanes Pembaptis sebagai pembawa kabar tentang Mesias. peristiwa Yesus menerima Roh Kudus pada waktu pembaptisan-Nya. da,n keberhasilan Yesus mempertahankan diri dari godaan setan. Juga disisipkan ke dalarn bagian ini suatu daftar silsilah Yesus dari keturuna,n Daud. dan yang merupakan suatu mandat yang sangat penting bagi tugas kemesiasan-Nya. Permulaa,n tugas pelayanan Yoha,nes Pembaptis sebagai pembawa kabar mengenai Mesias. ditandai dengan suatu penentuan waktu yang
-----
Pekerjaan Yesus di Galilea
19
cukup kompleks, yang dimulai dengan menyebut tabun pemerintahan kaisar Romawi, penyebutan nama beberapa gubernur Romawi yang memerintab waktu itu, nama para Raja Israel serta dile;"gkapi dengan nama para imam besar di Yerusalem. Metode pencatatan waktu memang suatu standar, sebelum diperkenalkannya sistim kalender universal dengan sistim M./s.M. Para sejarawan dunia Helenis, misalnya, kerapkali memulai pekerjaan mereka dengan mencatat data kronologis seperti itu. Hasilnya cukup mengesankan sehingga para abli umumnya berpendapat babwa bagian ini merupakan bagian asli buku Injil tersebut, sedangkan bagian mengenai masa kanak-kanak Yesus barn ditambabkan kemudian. Namlin argumentasi ini tidak terlalu meyakinkan karena orang yang bertanggung jawab untuk redaksi terakhir Injil ini tentu tidak berpikir babwa penanggalan itu tidak tepat bagi bab yang bersifat transisional. Oleh karena itu ia tidak mengubabnya. Apa yang dianggap baik bagi bentuk akbir Injil ini tentu juga dianggap baik bagi naskab aslinya. Maka dapat dikatakan bahwa waktu yang dimaksudkan dalam bagian ini adalab sekitar tabun 27 dan tabun 29 M. Penekanan utama waktu tersebut bukanlah untuk mengatakan babwa Yohanes Pembaptis baru memulai karyanya pada waktu itu, tetapi adalab waktu saat Yohanes Pembaptis mulai bersaksi tentang Yesus. Dalam laporan tentang pelayanan Yesus, seperti halnya dalam cerita masa kanak-kanaknya, Yohanes Pembaptis hanya diperankan sebagai pembawa berita dan pembuka jalan bagi Yesus. Menurut Lukas, berita yang disampaikan Yohanes Pembaptis adalab tentang "baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa". Berita yang sama dikatakan juga oleh Markus. Matius khususnya menekankan babwa Yohanes adalab pemberita tentang kerajaan sorga yang segera datang. Untuk memabami berita dari Lukas dengan baik, kita perlu menekan keingintabuan kita tentang apa yang sebenarnya diajarkan oleh Yohanes Pembaptis. Lukas seeara khusus melihat Yohanes Pembaptis sebagai yang "mempersiapkan jalan bagi Tuhan". Jadi baptisan yang dilakukan Yohanes Pembap!i.s. maupun segala kegiatan yang dilElkukannya, tidak dilihat oleh Lukas sebagai kegiatan-kegiatan yang punya kepentingan sendiri. Namun demikian suatu kontras telab ditegaskan antara baptisan Yesus dan baptisan Yohanes. Baptisan Yohanes adalab baptisan dengan air sedangkan baptisan Yesus adalab "baptisan dengan Roh Kudus dan api". Jadi baptisan Yesus dengan Roh Kudus dan api
20
Injil Lukas sebagai Cerito
adalah baptisan yang menunjuk kepada peristiwa Pentakosta (Kis. 2:1-4). Di sini,. seperti hal-hal lainnya, Lukas dengan sangat jelas menempat-
kan Yohanes Pembaptis di bawah Yes us. Dalam Lukas 3:7, Lukas mengidentifikasi mereka yang keluar untuk mendengar Yohanes sebagai "orang banyak". Dalam ayat yang paralel di Matius [3:7), mereka diidentifikasikan sebagai "orang-orang Farisi dan Saduki". Isti!ah Lukas yang lebih inklusif ini memberinya kesempatan Yohanes Pembaptis memperluas khotbahnya, yaitu dengan menambahkan berbagai perintah etis kepada para pemungut eukai dan para prajurit. Mereka ini adalah kelompok sosial yang tidak termasuk kedua kelompok agama di atas. Peristiwa yang disebutkan dalarn Lukas 3:21-22 biasanya d!sebut sebagai "Baptisan" Yesus, suatu garnbaran yang tepat sebab hal itu memang dibiearakan di sini. Tetapi justru dalam versi aslinya, yaitu dalarn Jnji! Markus, ada penekanan yang lain lagi, yaitu tentang Yesus menerima Roh Kudus dan penglihatan dari Sorga. Dalam bahasa Yunani, untuk baptisan Lukas menggunakan bentuk partisipal, dan menempatkan baptisan Yesus dalarn konteks baptisan-baptisan lain yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Yang menarik, Lukas meneatat bahwa Yesus juga berdoa pada waktu itu. Pada peristiwa pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes inilah, subordinasi Yohanes terhadap Yesus seolah-olah meneapai titik puneaknya daD. Yohanes kemudian menghilang. Baik Lukas maupun Matius sarna-sama memperlakukan penglihatan dari surga pada waktu baptisan Yesus seeara lebih obyektif daripada Markus. Subyektifitas eerita Markus terhadap peristiwa ini tarnpak jelas khususnya dalarn bahasa aslinya, walaupun hal tersebut tidak perlu terlalu dibesar-besarkan, karena Markus tidak menggunakan eara pandang psikologis abad ke-20, yang memaharni penglihatan seperli itu sebagai suatu halusinasi. Bagi Markus apa yang terjadi adalah sesuatu yang sangat "nyata". Tetapi hanya Yesus sendiri!ah yang memiliki kemarnpuan untuk berkomunikasi dengan sorga, yang menyadari akan peristiwa itu. Laporan Lukas tentang turunnya Roh Kudus juga sangat penting bagi pemaharnannya tentang identitas dan status Yes us, walaupun hal itu tidaklah menegaskan pemaharnannya tentang Yesus sepenuhnya. Yesus yang dikandung lewat pekerjaan Roh Kudus kini menerima Roh Kudus. Sedangkan Roh ilu sendiri telah diberi seeara sporadis di masa
Pekerjaan Yesus di Galilea
21
lampau, dan akan menjadi inti kehidupan gereja dalam Kisah Para Rasul, - kita belum tiba untuk membicarakan Roh sebagai pribadi dari Trinitas. Roh Kudus itu pula yang akan menjadi mili1; Yesus secara luar biasa untuk pelayanan-Nya. Walaupun dalam kenyataannya beberapa naskah yang membiearakan suara dari langit telah mengutip Mazmur 2:7, "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini", namun in(-bukanlah permulaan dari identitas Yesus sebagai Dia yang dikandung oleh Roh. Permulaan identitas Yesus itu telah ditetapkan Lukas dengan jelas dalam eerita kehamilan Maria. Tetapi apa yang terjadi di sini adalah sangat nyata dan penting, seperti yang tergambar dalam Roh yang turun dalam "bentuk yang kelihatan". J'~lu dieatat bahwa kebonyakon pemohaman Lukas tentong identitos Yesus dlkaitkon dengon hal pemilikon Roh oleh Yesus. Dengan pemberian Roh kepada Yesus pada waktu baptisan itu maka Yesus telah siap untuk memulai pekerjaan-Nya. Banyak pembaea Injil di zaman modern ini agak kaget ketika menemukan bahwa Lukas menempatkan silsilah Yes us pada tempat ini dalam Injilnya Padahal Matius menempatkan silsilah Yesus pada permulaan Injilnya. Penempatan seperti ini bisa lebih mudah dimengerti, karena daftar 77 nama yang membosankan itu memang mendapat artinya pada permulaan kisah Injil. Penelitian yang saksama terhadap daftar silsilah ini memperlihatkan bahwa ada makna teologis yang sangat dalam pada dokumen tersebut. Makna teologis itu berkaitan dengan pandangan bahwa Yesus memulai pekerjaan-Nya pada usia sekitar tiga pUluh tahun. Karena itu bagi Lukas, daftar silsilah itu seperti halnya cerita tentang turunnya Roh Kudus, sebenamya juga berfungsi sebagai suatu pernyataan mandat untuk pekerjaan Yes us . Mengatakan bahwa ia "dihitung" sebagai anak Yusuf maka kita diingatkan baik kepada orangtua nyata Yesus maupun kepada kelahiran-Nya yang luar biasa dari seorang perawan. Keabsahan keturunan Yesus dari garis Daud, demikian pula keabsahan status mesianis-Nya, tidaklah bergantung pada garis ayah seeara biologis, karena dalam hukum Yahudi, semua anak dari istri seorang laki-laki adalah pewarisnya yang sah. Tetapi silsilah Yesus tidak diasalkan hanya kepada Daud ataupun Abraham, Bapa orang Israel. Tidak. Silsilah itu ditarik sampai kepada Adam. lni menunjukkan bahwa keselamatan yang dibawa oleh Yesus tidak hanya bagi orang Israel saja tetapi bagi seluruh umat manusia. Dalam Lukas
22
Injil Lukas sebagai Centa
3:8, Yohanes Pembaptis sendjri telaj:! memberi komentar tentang tidak relevannya kedudukan Abraham dalam kaitan dengan anugerah keselamatan_ Allah. Identitas Yesus yang sebenarnya adalah bahwa Ia adalah Anak Allah (3:38; bnd. 3:22). Yesus juga adalah Adam kedua, yang melalui-Nya kemanusiaan dicipta ulang (lih. Rm. 5). Sejak Yohanes Pembaptis menghilang setelah peristiwa baptisan Yesus dan cerita baptisan itu segera diikuti dengan daftar silsilah Yesus, banyak ahli yang mendalami Injil Lukas berpendapat bahwa dari sudut pandang sastra, bagian ini mengacu kepada awal pekerjaan Yesus yang berbeda dari pekerjaan Yohanes, karena keduanya berasal dari waktu yang berbeda. Tetapi pandangan tersebut tidak perIu dibesar-besarkan, karena kedudukan Yohanes yang tidak terlalu penting, yakni sebagai pembawa kabar tentang Yesus telah sangat jela,s. Pandangan tersebut didukung suatu upaya untuk menunjukkan bahwa daerah pelayanan Yohanes Pembaptis berbeda dengan daerah pelayanan Yesus .. Hal tersebut bisa dilakukan hanya dengan berasumsi bahwa Lukas memiliki akses informasi yang sama dengan Matius, tetapi Lukas mernilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut karena Lukas sama seperti Markus - memberi tata letak yang sama bagi pekerjaan Yahanes Pembaptis. Lebih sederhana untuk menyimpulkan bahwa Lukas hanya sekedar mengikuti cara pandang sumbernya daripada berupaya sungguh-sungguh lewat gayanya untuk membatasi daerah kerja Yesus dari pengembangan daerah pelayanan Yohanes. Demikian juga sisipan cerita Lukas tentang pemenjaraan Yohanes pada akhir bagian ini, bukannya pada bagian berikutnya, pada dasarnya bisa dipahami sebagai suatu penataan cerita. Cara ini telah dikatakan Lukas juga pada awal Injilnya dengan istilah "membukukannya dengan teratur" (1 :3). Lukas menahan diri untuk tidak mengidentifikasi Yahanes Pembaptis dengan "Elia yang bangkit dari ke';"atian", seperti yang dilakukan oleh Matius dan Markus. Alasan Lukas melakukan hal seperti itu karena Lukas menggunakan motif Elia, baik untuk Yahanes maupun Yesus, seperti halnya ia menggunakan motif Samuel untuk keduanya. Jadi kegagalan Lukas untuk tidak memperlakukan Yahanes sebagai Elia pada bagian ini tidak bisa dijadikan bukti bahwa Lukas tidak melihat hubungan Yohanes dan Yesus sebagai hubungan antara pembawa kabar Mesias dan sang Mesias sendiri. Pemahaman Lukas tentang hubungan itu tercerrnin jelas dalam 1:76. Karena itu upaya un-
Pekerjaan Yesus di Calilea
23
tuk menempatkan Yohanes dan Yesus pada waktu yang berbeda ternyata tidak beralasan. Cerita tentang tiga jenis pencobaan yang dialami .Yesus (4:1-13) merupakan cerita Lukas yang paralel dengan Matius. Markus juga mengatakan bahwa Yesus dicobai tetapi ia tidak membagi pencobaan itu dalam tiga episode. lni menunjukkan bahwa cerita Lukas. seperti halnya Matius. berasal dari sumber khusus yang disebut "sumber perkataan" (sumber tentang perkataan-perkataan Yesus). yang oleh para ahli dinamakan sumber Q. Versi Lukas tentang cerita ini berbeda beberapa hal dengan versi Matius. Karena itu para ahli berpendapat bahwa Lukas mengubah cerita ini untuk maksud editorial lnjilnya. Setiap versi cerita disesuaikan dengan teologi editor cerita itu, sedemikian baik sehingga keaslian versi Matius tidak bisa diperkirakan. Salah satu perbedaan kedua lnji! tampak dalam cerita pencobaan Yesus. Terlihat bahwa uruturutan ketiga pencobaan berbeda dalam masing-masing lnji!. Dalam Inji! Matius, pencobaan yang berkaitan dengan Bait Suci terjadi pada tahap kedua, sedangkan dalam Lukas terjadi pada tahap ketiga. Dalam lnjilnya Lukas menggambarkan banyak peristiwa penting yang terjadi di Yerusalem, dan karena itu bukan tidak mungkin bahwa dia mengubah urutan tersebut untuk menjadikannya kiimaks. Namun tidak tertutup kemungkinan pula bahwa urutan seperti Lukas itulah yang terdapat dalam sumber Q. Selanjutnya Lukas juga tidak mengatakan bahwa Yesus ada di atas gunung ketika Setan menunjukkan kepada-Nya "semua kerajaan dunia". lni disebabkan karena bagi Lukas gunung seIalu menjadi tempat penyataan Allah. Sebaliknya bagi Matius gunung merupakan tempat yang baik untuk melihat ke sekeliling. Lukas juga cukup realistis untuk menyadari bahwa tidak ada satu tempat pun di dunia di mana seluruh kerajaan di duma bisa kelihatan jelas. Perikop ini juga sangat penting bagi kita dalam me.!'l@ami penafsiran Lukas yang cenderung membagi waktu dalam tahap-tahap tertentu. Cerita pencobaan berakhir dengan kepergian setan meninggalkan Yesus "dan menunggu waktu yang baik". Karena setan tidak pernah disebut lagi hingga pasal22:3, ketika ia masuk ke dalam diri Yudas lskariot, maka hal ini cenderung diartikan bahwa setan tidak aktif bekerja di antara kedua tahap tersebut. Jadi aapat dikatakan juga bahwa maBa ketika setan tidak aktif itu adalah masa keselamatan. Pada waktu tersebut banyak terbuka kemungkinari. meramalkan wujud kerajaan Allah
24
[ujil Lukas sebagai Gerlla
yang akan diberlakukan itu. TEltapi apabila kita sadar bahwa dalam Injil ini Yesus digambarkan sering mendapat perlawanan baik dari manusia maupu)1 dari kuasa-kuasa adikadrati yang berada di bawah kuasa setan, maka teari tersebut tidak bisa diterima. Jelas bahwa teari itu cenderung terlalu membesarkan ketidakmunculan nama setan dalam cerita itu. Bahkan setan hanya disebut sekali lagi dalam Injil ini setelah ia diaktifkan kembali (22:31) dan hanya disebut dua kali lagi dalam seluruh tulisan Lukas (Kis. 5:3 dan 26:18). Kenyataan ini memperlihatkqn bahwa pada dasarnya sel'll:l tiqak terlalu penting dalam tBologi Lukas. Kita akan lebih jelas memahami cerita tiga tahapan pencobaan Yesus itu kalau kita bertalak dari identitas Yesus sebagai Anak Allah. Identitas tersebut telah ditetapkan baik dalam cerita tentang baptisan maupun dalam silsilahnya. Dua pencobaan ilu dimulai dengal} ungkapan "Jika Engkau Anak Allah ... " Pokok permasalahan di sini adalah apa arti menjadi Anak Allah bagi Yesus. Sebagian jawabnya adalah bahwa ¥ esus "penuh dengan Roh Kudus" dan "dibawa oleh Roh Kudus" (4:1). Dengan tidak menyerah kepada kehendak setan Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Anak Allah yang dipenuhi dengan Roh Kudus. Itulah sebagian cara Lukas menggunakan cerila yang diwarisinya dari tradisi. Tetapi cerita itu juga menggambarkan Yesus sebagai Adam kedua, yang memperbaiki ketidaktaatan Adam dengan cara menolak untuk menyerah kepada pencobaan. Maka silsilah yang bermula pada Adam memperoleh maknanya di sinL Melalui kesaksian Yohanes Pembaptis, dengan turunnya Roh Kudus, daftar silsilah, dan penolakan Yesus terhadap pencobaan, maka Yesus dinyatakan oleh Lukas sebagai Ia yang memenuhi setiap persyaratan yang diperlukail untuk memulai karya mesianis-Nya.
2. Permulaan Pekerjaan Menceritakan bagaimana Yesus memulai pekerjaan-Nya adalah suatu tantangan penceritaan yang cukup rumit. Apa saja wujud pekerjaan Yesus harus ditetapkan secara jelas. Pekerjaan Yesus di berbagai tempat bukan sekadar perlu dilaporkan tetapi juga harus dipikirkan. Berbagai karakter orang-orang yang terlibat harus dikenali, dan para pembaca harus dibimbing untuk mengenal hal-hal yang dilakukan serta dikatakan oleh Yesus. Lukas memulai laparan atau cerita tentang tahap baru ini
Pekerjaan Yesus di GuliJea
25
dengan sebuah permulaan yang dramatis tentang khotbah Yesus di sinagoge Nazaret, kota tempat Ia dibesarkan. Peristiwa Nazare! sendiri sudah menjadi bukti kuat untuk menulak pandangan bahwa antara pe· ristiwa pencobaan Yesus dan peristiwa Yudas Iskariot, adalah waktu keselamatan yang penuh ketegangan. Dengan gaya bahasa yang singkat tetapi jelas Lukas menggambarkan permulaan pekerjaan Yesus demikian, "Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea", dan " ... Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia." Ketika Yesus kembali ke kota-Nya, Nazaret, tampaknya Ia akan diterima dengan tangan terbuka seperti yang terjadi di kota-kota lain. Dalam eerita ini Lukas menjelaskan tentang ibadah yang berlangsung di sinagoge itu, melebihi laporannya tentang ibadah di tempat-tempat lain. Di sini Yesus sebagai seorang tamu yang dihormati diberi kesempatan untuk membaea gulungan kitab para nabi dan menjelaskan maknanya. Ayat yang dipilih adalah Yesaya 61:1-2, bahwa nabi melihat dirinya sebagai seorang yang telah diumpi Roh untuk memberitakan kabar baik kepada orang miskin dan memberitakan kebebasan kepada orang-orang yang menderita karena berbagai persoalan. Dalam khotbah-Nya Yesus mengatakan kepada umat bahwa perikop yang dibaea itu adalah nubuat mengenai diri-Nya sendiri, dan nubuat tersebut terwujud di depan mereka pada saat ilu juga. Perikop tersebut memang telah ditafsirkan seeara mesianis di zaman Lukas bahkan zaman sebelumnya. Kata mesias memang berarti "yang dimapi". Demikian pula tindakan pembebasan yang tertulis dalam perikop tersebut adalah tanda-landa bahwa berkat zanlan mesianis telah datang. Jadi jelas bahwa Lukas memahami khotbah di Nazaret sebagai Qlval pernyataon Yesus mel1genai misi··rVya sendiri. Kemudian dalam 7:22, pentingnya perikop tersebut semakin ditonjolkan. Yohanes Pembaptis yang berada dalam penjara mengutus orang untuk bertanya apakah benar Yesus adalah Ia yang dinantikan, apakah Ia Sang Mesias yang diharapkan atau bukan. Jawab Yesus adalah, "Pergilah dan kat akanlah kepana Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang bula melibal ... orang lumpuh berjalan orang luli mendengar .. orang mati dibangkitkan ... kepada orang miskin diberitakan kabar baik." Dengan kala lain, semua janji yang disampaikan Yesaya kini telah menjadi kenyataan.
26
rnjil Lukas sebagai Centa
Namun pertanyaan yang sebenarnJTa adalah, "Kesalahan apa yang sebenarnya terjadi di Nazaret?" Pada permulaannya seluruh umat sangat terkesan dengan khotbah itu. Persoalan mulai timbul ketika mereka bertanya, "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, "Sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya." Ia lalu menuduh mereka sebagai orang-orang yang hanya ingin melihat-Nya membuat mujizat. Sikap Yesus terhadap perhatian mereka pada mujizat yang dilakukan Elia dan Elisa kepada orangorang kafir dan bukan kepada orang-orang Yahudi sendiri. Pada waktu itulah mereka menjadi sangat marah, sehingga mereka membawa-Nya keluar dan mencoba untuk mendorong-Nya jatuh dari tebing. Apa yang terjadi? Apa yang salah? Suasana mulai berubah ketika mereka bertanya, "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" Pertanyaan ini menl,lnjukkan ,bahwa mereka ingin menanggapi Yesus sehubungan dengan asal-usul manusiawi-Nya dan bukan dari misi ilahi yang diemban-Nya. Ketika Yesus memantau motivasi di balik pertanyaan mereka, Ia tahu bahwa umat ini tidak pernah dapat menghormati dan menghargai-Nya. Adegan ini merupakan suatu nubuat tentang seluruh pekerjaan Yesus dan penolakan-Nya oleh orang Israel. Juga adegan ini mengandung implikasi tentang suksesnya misi kepada orang kafir yang dilaporkan kemudian dalam Kisah Para Rasul. Dapat dikatakan bahwa adegan ini merupakan nubuat baik tentang kemesiasan Yesus dan juga penolakan umat-Nya sendiri terhadap diri-Nya sendiri. Adegan ini mempertajam salah satu aspek kemesiasan Yesus yakni bahwa Yesus adalah seorang nabi. Juga ciri pemahaman Lukas tentang kekayaan nubuat juga muncul di sini, bahwa peristiwa ini merupakan mibuat tentang segala hal yang akan terjadi. Bagi Lukas, baik kejadian ataupun perkataan bisa saja berfungsi sebagai nubuat. Pada bagian berikutnya, Yesus mulai melakukan program yang diberitakan-Nya di sinagoge Nazaret ilu. Di sinagoge Kapernaum serta daerah-daerah lain Yesus diterima dengan layak. Perlu pula dicatat bahwa dalam seluruh bagian ini (4:31-44), Lukas sangat mengikuti laporan Markus dengan hanya membuat perubahan-perubahan kecil. Namun Lukas menunda cerita tentang pemanggilan para murid dalam 5:1-11, agar Lukas dapat terus mempertentangkan dengan cerita penyambutan Yesus di sinagoge-sinagoge lain. Penundaan cerita tentang pemanggilan
Pekerjaan Yesus di CaliJea
27
para murid ini pada dasarnya memberi Lukas kesempatan untuk memanfaatkannya lebih balk, pada saat yang tepat. Dalam versi Markus, semua materi ini sangat era\ berkaitan dengan penekanan teologis penginjil Markus. Markus memahami Yesus sebagai Ia yang meresmikan zaman baru Kerajaan Allah, dengan mengakhiri kontrol kuasa-kuasa jahat yang selama ini menguasai sejarab. Perikop-perikop itu juga mengandung berbagai karakteristik lema Markus mengenai "rabasia mesianis". Di tangan Lukas, tema-tema Markus tersebut tidak dijadikan tema-tema penting. Namun Lukas menggunakan materi tersebut untuk menjelaskan pikirannya sendiri. Dari daftar nubuat Nabi Yesaya mengenai kegiatan penyembuhan yang diambil dan digunakan Lukas sebagai program pelayanan Yesus, tidak menyebutkan tentang pengusiran roh-roh jahat dan setan. Umat Israel baru tertarik membicarakan masalah tersebut setelah Kitab Yesaya selesai ditulis. Tetapi menarik bahwa dalam ketiga Injil sinopsis, pekerjaan Yesus yang berkaitan dengan pengusiran setan merupakan salah satu tanda penting identitas mesianis-Nya. Menarik pula bahwa Injil Yohanes tidak menyebut apa pun tentang kegiatan tersebut. Penyembuhan orang yang dirasuk setan di sinagoge Kapernaum meru pakan salah satu alasan utama keberhasilan Yesus di sana dan penyebaran kemasyhuran-Nya (4:36-37). Setelah peristiwa penolakan-Nya di sinagoge Nazaret, penerimaan Yesus di sinagoge Kapernaum menjadi sangat penlin&, Seperti telab dikatakan sebelumya, Reristiwa Nazaret merupakan(lluliuat.Y.ang berki¢an dengan keberhasilanmisi ke dunia kafir dalam Kisah Para Rasul, sefelah Yesus disalibkan atas hasutan para pemimpin agama Yabudi. Keberhasi!an Yesus di Kapernaum, ditekankan Lukas dengan menceritakan bahwa orang banyak mengikuti Ia ke tempat sepi untuk menahan agar Ja tidak meninggalkan mereka (4:42). Dalam Markus, yang merupakan sumber Lukas untuk cerita ini, mereka yang mengikuti-Nya adalab para murid sendiri. Orang banyak ingin agar Ia tinggal, tetapi Ia harus pergi ke sinagoge-sinagoge lainnya di Yudea (yang dimaksudkan adalab sinagoge di seluruh Palestina dan bukan banya di propinsi bagian selatan). Di sinagoge-sinagoge tersebut penyambutan terhadap Yesus sangat baik dan penuh entusiasme. "Pemberitaan Jnji! KeraJaan Allah" (4:43) dinyatakan lewat lindakan-tindakan penyembuhan yang Yesus lakukan dalam rangka memenubi nubuat Nabi Yesaya. Dengan mengusir kuasa-
28
lnjil Lukas sebagai Cerita
kuasa jahat dan menyembuhkan berbagai penyakit, Yesus membuktikan bahwa Kerajaan Allah telah diresmikan lewat pemberitaan Yesus. Jadi Yesus memberitakan kedatangan Kerajaan Allah baik lewat perbuatan maupun lewat perkataan-Nya. Walaupun cerita tentang penyembuhan mertua Petrus diperoleh Lukas dari Markus, cerita ini penting bagi Lukas guna memberi keseimbangan bagi cerita penyembuhan seorang laki-laki di sinagoge Kapernaum. Lukas sering menyeimbangkan cerita yang berpusat pada lakilaki dengan cerita yang berpusat pada perempuan, seperti dalam nubuat Simeon dan Hana pada waktu bayi Yesus dibawa ke Bait Suci. Itulah salah satu ciri Lukas yang memperha!ikan mereka yang !idak dliiB;'hQ: !ikon masy~rakat. . Seperti yang diperlihatkan sebelumnya, Lukas tidak membiarkan cerita mengenai panggilan Petrus dan kedua anak-anak Zebedeus pada urutan kronologis yang disediakan sumber Markus. Dalam cerita Markus, mereka d\panggil beberapa saat sebelum pengutusan kedua belas murid, sehingga pemunculan mereka pada waktu yang relatif cepat ini mungkin merupakan cara bereerita Markus yang tidak terlalu mulus. Tujuan Markus adalah sekadar memperkenalkan para murid sebelum mereka tampil dalam peristiwa Kapemaum dan dalam eerita-cerlta kontroversial berikutnya. Sebaliknya Lukas punya maksud lain dalam penceritaannya. Lukas tampaknya telal). mulai mempersiapkan jalan untuk berbagai peristiwa yang akan terjadi dalam Kisah Para Rasul. Bagi Lukas, fungsi utartla kedua belas murid bukanlah perpanjanganpekerjaan Yesus selama masa hidup-Nya di dunia seperti yang digambarkan dalam Markus. ·reta;;n.ara mUJ'id lebih difungsikan sebagai saksi setelah peristiwa kebangkitan, yang memungkinkan terbentuknya komunitas yang dipenuhi Roh Kudus di Yerusalem dan penyebaran komunitas yang sama sampai ke Roma, pusat dunia. Kesaksian itu telah disiapkan bukao hanya lewat pemunculan tokoh-tokoh yang akan berperan dalam bagian drama i!u, tetapi juga dalam ben!uk penangkapan ikan secara ajaib. Seperti halnya para nelayan menangkap ikan secara ajaib dalam ceri!a inL demikian pula yang akan dilakukan pada penjala manusia kepada orang lain dalam Kisah Para Rasu!. Susunan cerita penangkapan ikan secara ajaib ini menimbulkan sejumlah persoalan bagi para pakar. Tata letak cerita ketika Yesus diperlihatkan duduk dalam perahu untuk mengajar orang yang berdiri di
Pekerjaan Yesus di GaWea
29
pantai, tampaknya merupakan cerita yang dipinjam dari Markus 4:1. Selain itu kata kunci "penjala orang" muncul juga daiam Markus 1:17. Tetapi cerita tentang penangkapan ikan tidak rnirip dengan Jnjil sinopsis lain. Cerita yang agak paralel, walaupun kerniripannya sangatlah kecil, adalah eerita Yesus memberi makan lima ribu orang, yang di dalarnnya Yesus digambarkan melipatgandakan makanan yang tersedia. Satu-satunya eerita yang agak mirip adalab dalam Inji! Yohanes, tetapi cerita ini muncul sebagai eerita sesudah kebangkitan, sebagai tambaban injilnya (Yoh. 21 :4-14). Walaupun tetap terlihat banyak perbedaan, sekaligus juga ada banyak persamaan. Berbagai perdebatan berkembang seputar persoalan, apakah cerita ini berkaitan dengan masa pelayanan Yesus seperti dalam Lukas ataukah cerita itu bagian dari cerita-cerita penampakan Yesus sesudah kebangkitan·Nya, seperti yang dikemukakan dalarn Jnjil Yohanes. Persoalan ini tidak menjadi fokus perhatian kita kali ini. Karena menurut pemahaman Lukas, cukup melihat bahwa Lukas menggunakan eerita ini seeara khusus untuk memperlihatkan bagaimana pelayanan Yesus disebarkan melalui pekerjaan para muridNya. Ciri khas Lukas dalam eerita ini adalah penekanan ten tang ketakutan Petrus di hadapan fenomena adikodrati. Dalam seri cerita dalam 5:12-6:11, Lukas sangat mengikuti alur eerita Markus, dengan hanya mengubah gaya bahasa dan penggunaan istilah, agar eerita itu lebih relevan bagi pembacanya yang berlatar belakang Helenis. Contohnya, Lukas mengubah cerita tentang pemungut eukai yang di rumahnya Yesus makan. Pemungut cukai tersebut adalah seorang Lewi yang baru saja bertobat (Luk. 5:29, bnd. Mark. 2:15). Contoh lain, Lukas meneeritakan bahwa Yesus menyembuhkan orang lumpuh dalam rumah yang beratap genteng. Atap genteng baru digunakan di daerah pembaea Lukas, sedangkan atap dari tanah liat digunakan di Palestina seperti dalam Markus 2:1-12. Apabila hal penting peristiwa yang terjadi dalam eerita ini jelas bagi pemahaman orang modern, maka seliap cerita ini akan mengembangkan kesadaran para pembaca tentang pentingnya Yesus. Cerita penyembuhan orang kusta umpamanya, bukanlah suatu cerita mujizat penyembuhan biasa. Bukan hanya karena penyakit itu bisa mengakibatkan caeat yang hebat. Malah harus dikatakan bahwa maksud Alkitab dengan sakit kusta bukanlah semata-mata sakit kusta yang sesungguhnya, tetapi menunjuk kepada suatu kondisi yang sangat parah. Setiap
30
InjiI Lukas sebagai Genla
penyakit kulit yang dikategorik~ dal~ kusta dianggap sebagai sesuaiu yang najis secara hulmm agama. Makna penajisan sangat kuat di sini dan oleh karena itulah Alkitab tidak menggunakan istilah menyembuhkan kusta tetapi menyuciksn/membersihkan kusta. Karena itu kemampuan Yesus menyembuhkan kondisi yang menakutkan ini lebih ditekankan daripada karya mujizat biasa lainnya. Dalam Imamat 13 dan 14 ada banyak peraturan yang dengannya imam dapat menetapkan bahwa penderita kusta telah dianggap sembuh, tetapi Yesus digambarkan sebagai la yang memiliki kuasa menghilangkan hal itu. Argumen yang mau ditekankan di sini adalah bahwa penyakit yang bersifat adikodrati itu hanya bisa disembuhkan pula oleh orang yang memiliki kuasa adikodrati pula. Selanjutnya, penyembuhan orang lumpuh merelleksikan kuasa 'yesus untuk mengampuni dosa. Bertolak dari kepercayaan bahwa Allah saja yang bi&a mengampuni dosa dan bahwa la barn akan melakukannya setelah kebangkitan, maka klaim tentang identitas Yesus menjadi sangat mutlak. Seperti halnya Markus, Lukas juga menunjuk Yesus dalam cerita ini seb;.gai "Anak Manusia". Gelar ini merupakan kunci pemahaman Lukas tentang Yesus, walaupun harus dicatat bahwa pemahaman Lukas tentang gelar Anak manusia tersebut berbeda dengan pemahaman Markus. Pemahaman Lukas tentang gelar ini harus ditarik dari cara ia menggunakan gelar'tersebut di tempat-tempat lainnya. Dalarn peristiwa Yesus makan bersama Lewi dan teman-temannya, superioritas Yesus tercermin dalam sikap terhadap semua aturan yang berkaitan dengan ritus kesucian pada meja makan. Karena aturanaturan tersebut dianggap berasal dari hukum Musa maka dapat disimpulkan bahwa kuasa atau wibawa Yesus melampaui kuasa Musa. Karena itu Yesus dapat mengubah aturan yang disahkjrn melalul Musa. Bahkan melalui diskusi tentang puasa, nyata bahwa kehadiran Yesus di dunia bisa mengecualikan semua kewajiban yang berkaitan dengan kesalehan. Digambarkan bahwa Yesus lebih besar dari Sabat, sehingga para murid-Nya diperbolehkan untuk tidak memenuhi tuntutan Sabat, dan bahkan Yesus sendiri menyembuhkan pada hari Sabat. Dalam dunia yang oleh para sosiolog disebut dunia modern, hukum yang melarang bekerja pada hari Sabat, khususnya larangan memetik gandum dalam perja!anan melalui ladang gandum atau tindakan menyembuhkan orang, bisa dianggap sebagai larangan yang tidak terlalu realistis.
Pekerjaan Yesus di CaWea
31
Narnun pada zaman Yesus, larangan tersebut sangat ditekankan. Kesimpulan kajian terhadap implikasi semua cerita ini adalah bahwa Yesus dipahami sebagai Ia yang lebih berwibawa atas semua )embaga agama dalarn Perjanjian Larna. Yesus memiliki kewibawaan ilahi. Karena Lukas di sini menggunakan materi Markus dengan hanya membuat sedikit perubahan, kita tidak terlalu yakin apakah Lukas sendiri menyadari implikasi-implikasi tersebut. Kemungkinan besar Lukas hanya mengulang saja tradisi yang diturunkan kepadanya. Setelah mengikuti tu!isan Markus dari dekat, segera Lukas mengubah tata letak dua paragraf berikutnya (6:12-19). Markus menceritakan Yesus berbicara kepada para wakil daerah dua belas suku Israel, dan Yesus memilih orang-orang yang akan diangkat dari antara mereka (Mrk. 3:7-8). Sebaliknya Lukas menceritakan Yesus menyembuhkan orang banyak setelah pemanggilan dua belas murid. Di sini kedua penulis sebenarnya menekankan pokok yang sarna tentang pemanggilan dua belas murid. Keduanya sarna-sarna melihat adanya larnbang pembangunan kembali duabelas suku Israef Pemaharnan Lukas terhadap hal ini ter!ihat jelas dalarn 22:30, ketika Yesus berkata bahwa kedua belas murid ini akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel. Untuk itu Lukas mengubah tata letak materi Markus untuk mempersiapkan tata letak khotbah di Bukit yang segera menyusul. Seperti ter!ihat di atas, Lukas dan Markus menekankan aspek yang berbeda dari pelayanan kedua belas murid. Bagi Lukas kepentingan mereka terletak pada peristiwa-peristiwa setelah kebangkitan, ketika para murid akan menjadi saksi terhadap peristiwa kebangkitan. Hal ini ditunjukkan dengan cerita pengangkatan Matias untuk mengisi lowongan setelah kematian Yudas (Kis. 1:15-26). Lukas bahkan menekankan betapa pentingnya para murid dengan menceritakan bahwa Yesus berdoa semalarn suntuk sebelum memilib mereka (6:22). Lukas juga menggunakan istilah rasul untuk menunjuk mereka, lebih banyak dari Markus dan Matius, yang masing-masing hanya sekali menggunakan istilah tersebut. Tarnbahan Kitab Kisah Para Rasul kepada Injilnya juga memberi kesempatan kepada Lukas untuk mengembangkan pemaharnannya yang khas ini tentang peranan dua belas murid.
32
Jnjil Lukas sebagai Cerita
3. Ajaran Profetis Kedua belas murid ini diangkat di atas gunung, yang di dalam Inji! Lukas inerupakan lambang tempat berkomunikasi dengau A-llah. Jadi, mereka seolah-olah diangkat ke wi!ayah yang suci. Kemudian mereka tumn bersama Yesus untuk bertemu dengan umat di dataran rendah, yang merupakan dataran hidup setiap hari. Kita diingatkan di sini tentang Musa yang harus naik ke Gunung Sinai untuk menerima hukum dan kemudian turun memhawa hukum itu kepada umat Israel. Karena Lukas sering menggunakan bahasa Yunani Septuaginta dengan gaya Semitis, kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah Lukas menggunakan bahasa Perjanjian Lama ataukah ia menginginkan pembaca memahami peristiwa Perjanjian Baru dari terang teks Perjanjian Lama yang dipinjamnya. Namun dalam Kisah Para Rasul '3:22 dijelaskan bahwa Lukas memahami Yesus dalam arti Nabi seperti Musa sesuai penjelasan UJangan 1 B: 19. Walaupun Khotbah di Bukit dalam Markus ditempatkan pada tempat yang relatjf sarna dengan khotbah di dataran dalam Lukas, dan materi pada permulaan dan akhir kedua kbotbah ini sarna, narnun ada beberapa perbedaan antara keduanya. Perbedaan yang sangat menonjol adalah mengenai panjang masing-masing khotbah. Khotbah dalarn Matius berisi 107 ayat, sedangk,pn khotbah dalam Lukas hanya berisi 30 ayat. Banyak materi khotbah dalam Inji! Matius digunakan oleh Lukas di tempat lain, khususnya pasall1-13, 16. Keduanya jelas mengarnbi! materinya dari sumber yang sama yaitu sumber Q, tetapi sukar untuk menentukan apakah salah seorang dari mereka telah mengubah materi tersebut secara besar-besaran. Bahkan, tidak mungkin mengetahui apakah materi-materi tersebut sampai di tangan mereka dalam bentuk yang hampir sarna. Kedua khotbah tersebut dimulai dengan ucapan berbahagialah, pernyataan yang ditujukan bagi kelompok orang tertentu. Ada dua kata dalam bahasa Yunani yang bisa diterjemahkan ke dalarn bahasa Inggris dengan blessed (berbahagia). Kata berbahagialah yang digunakan di sini berarti bahwa orang-orang terse but adalah mereka yang dalam kedudukan yang berbahagia dan beruntung. Sebuah kata berbahagialah lainnya berarti bahwa orang-orang itu telah diberkati oleh Allah dalam arti yang sangat temis. Jumlah ucapan berbahagialah dalam Lukas sekitar
Pekerjaan Yesus di Galilea
33
setengah jumlah ucapan berbahagialah dalam Matius. Lukas hanya berbicara tentang kebahagiaan mereka yang miskin, lapar, menangis, dan yang dibenci. Matius menambabkan dengan mereka yimg lembut hatinya, berbelas kasihan, murni hatinya, pembawa damai, mereka yang difitnah. Perhatikan bahwa keempat tambaban pada Matius ini merupakan sikap hidup yang positif. Bahkan kategori·kategori yang sama dengan Lukas telab diberi nilai etis, yakni Matius berbicara tentang mereka yang miskin secara rohani. Sedangkan yang ia maksudkan gllngan lapar adalah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran. Lukas tampaknya lebih banyak mengacu kepada mereka yang su~gguh-sungguh menderita, terpinggirkan, dan yang tertindas. Juga keempat ucapan berlJahagialah itu diikuti dengan keempat ucapan celakalah, yang mengarah kepada nasib buruk yang akan menimpa orangorang kaya, yang kenyang, yang tertawa dan dipuji. Tema ini jelas merupakan kebalikan kekayaan kerajaan Allab, suatu tema yang menanjal dalam cerita-cerita masa kecil Yesus.Dengan kata lain aeuannya adalab kepada persekutuan Kristen Anawim, yaitu k(1llm miskin yang merupakan sisa umat Israel yang tetap setia. Mereka ini menunggu masa penghiburan bagi Israel dan mereka menemukannya dalam Yesus sang Mesias. Perbedaan lain ueapan berbahagialah antara Lukas dan Matius adalab babwa Matius menggunakan pernyataan-pernyataan abstrak dalam bentuk orang ketiga (berbabagialab mereka yang miskin seeara rohani) sedangkan Lukas mengarabkan khotbab Yesus langsung kepada para murid dan menggunakan bentuk orang kedua (berbabagialab kamu yang miskin). Ucapan berbahagialah dan ueapan celakalah merupakan pernyataan tentang penghakiman, tentang pemisahan radikal atas manusia ke dalam dua kelompok. Tetapi pemisaban ini bukan didasarkan atas ala· san sosial ekonomi saja. Justru pemisahan ini lebih banyak mengan· dung alasan teologis daripada alasan sosiologis. Bagian akhir khotbab, seperti yang dilakukan Lukas, bisa dipabarni sebagai upaya menjelaskan apa artinya menjadi miskin, lapar, menangis dan dibenci, atau dengan kata lain apa artinya menjadi murid, dan apa arti menjadi anggota Kristen yang Anawim. Pembalikan ini juga diharapkan terjadi juga dalam standar tingkah laku, seperti panggilan untuk mengasihi musuh, berbuat baik kepada mereka yang membenci kita, dan berdoa bagi orang yang meneaci kita.
34
fnji! Lukas sebaga; C.nta
Pemb'llikan tersebut bukan hruiya harns diberlakukan dalam kata-kata tetapi juga dalam perbuatan nyata. Karena itu berilah kepada setiap orang y8.ng meminta kepadamu dan berilah kepadanya melebihi apa yang ia inginkan. Motivasi terdalam di balik standar perilaku ini adalah apa yang disebut Golden Rule (Kaidah Emas). Bentuk negatif Kaidah Emas ini telah muncul berkali-kali dalam Yudaisme, yakni jangan memperlakukan orang lain sebagaimana engkau tidak menghendaki orang lain memperlakukan kepadamu. Khotbah di bukit di dataran merupakan tempat pertama ketika hukum ini dibuat dalam bentuk pernyataan yang lebih inklusif dan merupakan tuntutan positif, yaitu perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau suka orang lain memperlakukan kepadamu. Apabila seseorang memenuhi standar perilaku radikal ini maka ia memperoleh kredit, karena mereka yang di~ebutkan dengan celakalah adalah mereka yang melakukan standar perilaku yang lebih rendah. Perj:matan tidak cepat menghakimi orang lain juga termasuk salah satu perilaku mereka yang bersusah payah memenuhi kaidah emas ini. Kemudian ada lagi suatu seri pernyataan tentang tema setiap pohan dikenal pada buahnya, yang mengacu bahwa perilaku seseorang itu sesuai dengan karakternya. Kita tidak bisa menanyakan arah pada orang buta. Mereka yang tidak memiliki visi tidak mungkin bisa memperbaiki visi orang lain. Seperti pohon yang balk menghasilkan buah yang baik, maka orang yang baik juga akan melakukan hal-hal yang baik pula. Karena itu menyebut Yesus sebagai Tuhan adalah suatu komitmen untuk berperilaku sesuai dengan perilaku Kristen anawin!, yaitu perilaku yang berlawanan dengan mereka yang berperilaku menindas, yang menjadi sasaran ucapan celakalah tersebut. Dengan demikian mereka membangun hidupnya di atas dasar yang kuat. Inilah logika yang mengaitkan Khotbah di Bukit "an khotbah di dataran menjadi satu. 4. Pelayanan dalam Tindakan Kemampuan sastra Lukas yang tinggi tercermin jelas dalan! caranya mengembangkan adegan-adegan tertentu yang menimbulkan respons emosional dan peribadahan pembaca Injilnya. Serentak dengan itu sangat mudah untuk mendeteksi rancangan menyeluruh dari tulisan Lukas. Pembagian Injil tersebut juga jelas, yaitu membicarakan kelahiran Yesus,
Pekerjaan Yesus di Ga/i/ea
35
pelayanan-Nya di Galilea, perjalanan-Nya dan kehadiran-Nya di Yerusalem. Lukas juga menyusun pembagian Kisah Para Rasul sesuai program dalam Kisah Para Rasul 1 :8. Yang justru lebih sukaf dilihat adalah memperhatikan keterkaitan rnasing-asing cerita yang terdapat dalam kelornpok yang lebih besar. Sering terkesan Lukas seolab-olab memasukkan begitu saja materi yang ada tanpa alasan yang kbusus. Karena itu masalab keterkaitan materi-materi dalam pasal 7 dan 8 umpamanya, tidak tercerrnin secara jelas. Pasal-pasal tersebut hanya berisi peristiwaperistiwa yang terjadi selama pekerjaan Yesus di Galilea. Seperti halnya Lukas dan Matius harns memasukkan materi-materi perkotaan-perkataan Yesus yang mereka peroleh dari sumber Q ke dalam urut-urutan materi Markus pada tempat-tempat yang mereka pilih dan tentukan, mereka juga harns menempatkan cerita-cerita tambaban yang ingin mereka gabungkan, baik dari sumber Q, dari sumbersumber tertentu atau dari tindakan kreatif mereka sendiri. Setelab menggabungkan suatu bagian pengajaran yang panjang dari sumber Q dalam kbotbab di dataran, Lukas lalu menyisipkan lagi enam paragraf cerita yang tidak berasal dari Markus (7:1-8:3). Cerita pertama adalab tentang penyembuhan hamba seorang perwira. Cerita ini juga dikemukakan Matius dan ditempatkan pada posisi yang sama, yaitu sesudab kbotbab (Mat. 8:5-13). Cerita itu babkan mUllcui juga dalam Yohanes, walaupun dalam bentuk yang berbeda (Yoh. 4:46-54), sehingga merupakan salah satu cerita yang terdapat baik dalam Injil-injil sinopsis maupun dalam Injil Yohanes. Ada dua perbedaan utama antara versi Matius dan versi Lukas. Pertama, berbeda dengan Matius yang memasukkan beberapa perkataan Yesus, Lukas menyimpan perkataan-perkataan Yesus tersebut untuk kesempatan berikutnya. Selain itu, dalam versi Lukas, perwira tersebut tidak berhadapan muka dengan Yesus tetapi menggunakan perantara. Perubaban seperti ini sangat sesuai dengan gaya Lukas yang tidak pernah membiar\qm Yesus berhubungan langsung dengan orang-orang kafir, dengan tujuan agar misi kepada orang kafir dikhususkan untuk Kisah Para Rasul. Perwira, yang digambarkan oleh utusan Yabudinya sebagai orang yang "mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumab ibadat kami", adalab gambaran kbas orang yang takut akan A1lab. Makna ini sering terlihat juga dalam Kisab Para Rasul, yaitu orang-orang kafIT dikaitkan dengan sinagoge. Dalam lnjil-injil sinopsis Yesus msla-
36
In;i] Lukas sebagai Cerita
kukan dua mujizat dari jarak jauh, yaifu penyembuhan hamba perwira ini dan penyembuhan anak perempuan Siro Fenisia (Mrk. 7:24-30), dan keduanya adalah bukan orang Yahudi. Dalam kedua eerita ini digambarkan bahwa iman orang-orang bukan Yahudi ini lebih tinggi dari iman orang-orang Yahudi sendiri. Hal ini seolah-olah memberi bayangan tentang misi kepada dunia kafir, dan bahwa Yesus lebih diterima di kalangan orang-orang yang tidak mengharapkan Mesias daripada mereka yang justru sedang menanti. Dalam eerita ini, iman yang lebih besar itu tercermin pada pemahaman perwira tersebut tentang apa arti memiliki kuasa. Cerita tentang Yesus membangkitkan anak muda di Nain, merupakan eerita yang hanya mnneul dalam Lukas (7:11-17), tetapi kuasa Yesus untuk membangkitkan orang mati adalah teIJla yang muneul dalam semua Inji!. Contohnya, kebangkitan puteri Yairus terdapat dalam Markus 9:21-43, Matius 9:18-26, dan Lukas 8:40-56, dan kebangkitan Lazarus terdapat dalam Yobanes 11:1-46. Cerita kebangkitan di Nain ini mengingatkan kita pada eerita tentang Elia yang membangkitkan anak seorang janda (1 Raj. 17:17-24, bnd. 2 Raj. 4:18-37 tentang Elisa yang membangkitkan anak seorang wanita yang suaminya masih hidup). Orang banyak menanggapi tindakan Yesus yang luar biasa itu dengan mengatakan, "Seorang nabi besar telah muneul di tengah-tengah kita." lnilah salah satu eontoh bahwa Lukas menafsirkan Yesus dalam tradisi nabi-nabi I'erjanjian Lama. Dalam kasus ini tindakan Yesus disejajarkan dengan Elia, walaupun dalam kasus-kasus lain Lukas juga menyejajarkan Yohanes I'embaptis dengan Elia. Memang, beberapa unsur dalam eerita ini berfungsi mempersiapkan pembaea untuk memahami pertanyaan Yohanes I'embaptis dalam paragraf berikutnya. Komentar lainnya dari orang banyak adalah "Allah telah melawat umat-Nya". Penggunaan kata kerja "melawat" di sini mengingatkan kita kepada berkat Zakharia ketika ia memberi nama kepada Yohanes Pembaptis, "sebab Allah melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya" (Luk. 1:68). Pelawatan merupakan salah satu istilah yang disukai Lukas untuk menggambarkan tindakan penyelamatan yang dilakukan Allah terhadap umat-Nya. Istilah ini tidak hanya muneul dalam eeritaeerita kelahiran Yesus dan eerita tentang pelayanan-Nya, tetapi juga digunakan Lukas seeara mengesankan dalam eerita tentang Yesus me-
Pekerjaun Ye,us di Galilea
37
nangisi Yemsalem, "karena engkau tidak mengetahui saat, bilarnana Allah melawat engkau" (19:44). Dalarn cerita berikutnya Yesus menanggapi pertanyaa1il Yobanes tentang identitas Yesus dengan mengatakan antara lain bahwa "orang mati dibangkitkan" (7:22). Karena itu cerita pembangkitan janda Nain ini hams muncullebih dulu dalam urutan tersebut untuk membenarkan klaim bahwa Yesus adalah Mesias. Tanpa ragu-ragu Lukas menjelaskan bahwa cerita itu bukan hanya tentang pelayanan Yesus yang membangkitkan orang mati, tetapi Lukas mengharapkan bahwa dengan kebangkitan Yesus maka ada pula kebangkitan semua orang Kristen. Pertanyaan Yohanes dari penjara - "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" - telah menimbulkan berbagai perdebatan sejak zaman para bapa gereja. Orang bertanya dengan heran bagaimana Yohanes yang memiliki begitu banyak informasi tentang Yesus, sepupunya, yang melayani sebagai bentara-Nya, masih harus mempertanyakan apakah pemberitaannya selama ini meragukan. Seperti dinyatakan sebelumnya, pertanyaan yang lebih tepat adalah berkaitan dengan ayat-ayat yang merupakan kilas historis Yohanes dan yang berkaitan dengan pemahaman teologis Lukas. Artinya, keraguan Yohanes terhadap kemesiasan Yesus dalam perikop tersebut mungkin lebih bersifat historis daripada sekadar upaya pengenalan Yesus sebagai Mesias. Dalarn kaitan itu Lukas sendiri tidak melihat pertanyaan Yohanes tersebut bertentangan dengan hal-hal yang telah terjadi sebelumnya. Sebaliknya bagi Lukas, pertanyaan Yobanes semata-mata merefleksikan !&outUruill Yohanes untuk menipero1"n .natu pemhenaran atas keyakinannya kepada Yesus yang telah sekian lama ia pegang. Cerita itu berasal dari materi Q, tetapi di sini Lukas membuat tarnbahan - atau Matius menghilangkannya - beberapa cerita tentang penyembuhan dan pengusiran setan, supaya para utusan Yohanes dapat menjadi saksi mata tentang pelayanan Yesus. Yang menarik, bahwa Lukas menyejajarkan jawaban Yesus dengan Yesaya 61:1-2. Kutipan ayat di sini merupakan pemyataan yang terencana tentang identitas dan misi-Nya dalam khotbah perdana-Nya di Nazare!.
[nji] Lukas sebagoi Cerito
38
~ Roh Tuhan Allah ada padaku, oleh karena Tuhan lelah mengurapi aku; Ia lelah mengutus aku untuk menyampoikan kobar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawal orang-orang yang remuk hali, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang lawaoan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepa,an dati penjara, untuk memberitakao lahun rahmatTuhan.
Yesus. Pergilah, dao katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orong buta me]ihat orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orallg tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dao kepada orang miskin diberitnkan kabar baik.
Kepada Yesaya 61:1-2 perlu ditambah dengan Yesaya 35:5-6, "Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orangorang tuli akan dibuka. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa dan mulut orang bisu akan bersorak sorai." Jadi maima Lukas 7:23 adalah, "Berbahagialah Yohanes apabi!a ia tidak menjadi kecewa dan menolak Aku", yailu apabila Yohanes tidak ragu-ragu mengakui bahwa Yesus sesungguftnya adalali Ia yang datang. Yesus kemudian membuat pernyataan definitif tentang status-Nya yang berkaitan dengan Yohanes Pembaptis. Yohanes adalah nabi dan bahkan Yohanes dinubuatkan sebagai bentara bagi Mesias (Mal. 3: 1. Perlu dieatat juga bahwa dalam Maleakhi 4:5 nabi mengidentifikasikan sang bentara dengan Elia). Tetapi tentang Yohanes dikatakan, "namun yang terkeei! dalam Kerajaan Allah lebih besar daripad,anya." Evaluasi ini sama sekali tidak membedakan masa hidup Yesus dengan Yohanes, tetapi hanya membedakan antara bentara dan Ia yang diberitakan. Hal yang sama juga berlaku pada Lukas 16:16, "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan .... " Menurut Lukas, Yesus dan Yohanes memiliki keterkaitan sangat erat sehingga Lukas selanjutnya berkata, "Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh
Pekerjaan Yesus di Galilea
39
Yohanes." Vngkapan seperti itu tidak bisa dikatakan oleh para pemimpin agama mereka. "Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena meIeka tidak mau dibaptis DIet Yohanes," Karena itu Yesus membandingkan para pemimpin agama itu dengan anak-anak manja, yang akan segera mengambil kelereng mereka dan pulang ke rumah apabila anak-anak lain tidak bersedia bermain menurut kemauan mereka. Walaupun demikian "hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya," dan orang-orang berhikmat telah mengenal kebenaran Hahi ketika hal itu diberitakan kepada mereka, dan mereka juga telah bertindak sesuai ajaran hikmat itu. Dalam seluruh Injilnya, Lukas membuat perbedaan yang sangat jelas antara cora orang banyak dan cara para pemimpin menanggapi Yasus. Perbedaan tanggapan dari pemimpin dan orang banyak - orang miskin, orang tertindas, dan orang berdosa - juga ditekankan dalam cerita tentang perempuan yang mengurapi Yesus. Posisi cerita ini oleh Lukas dimajukan dari posisi Markus, yaitu dalam Minggu Suei (Mrk. 14:3-9). Lukas meniadakan makna pengurapan yang melambangkan penderitaan dan pemakaman. Namun Lukas menggantinya dengan suatu perbandingan yang rinei mengenai tanggapan perempuan itu terhadap Yesus dengan tanggapan tuan rumahnya, Simon orang Farisi. Penjelasan tentang perbedaan tanggapan tersebut diperlihatkan dalam perumpamaan tentang dua orang yang berhutang, yang tidak muncul dalam cerita-cerita Injillainnya. Yang menarik, Lukas mengemukakan bahwa Yesus tidak membuat komentar tentang perbedaan tanggapan tersebut, tetapi Lukas membuat para hadirin menjadi terkejut dengan pernyataan Yesus tentang kemampuan-Nya mengampuni dosa. Sebelumnya masalah ini memang telah muneul, dalam kaitan dengan penyembuhan orang lumpuh (Luk. 5:17-26). Bagian ini diikuti oleh sebuah pernyataan yang mengemukakan urutan perjalanan pelayanan Yesus ke kota-kota dan desa-desa untuk memberitakan "kabar baik mengenai Kerajaan Allah". Dalam perjalanan ini Yesus tidak hanya diikuti kedua belas murid tetapi juga sejumlah perempuan yang telah disembuhkan-Nya. Para perempuan ini tidak perlu diidentikkan dengan perempuan yang muncul dalam eerita sebelumnya, yang telah diampuni dosa-dosanya, Bahkan Maria Magdalena "yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat" tidak perlu dilihat sebagai seorang yang tidak bermoral, karena dalam Injil sinopsis setan berfung-
40
fnji} Lukas sebagai Cerita
si penyebab penyakit daripada pencobaan. Penyebutan para perempuan di sini mungkin merupakan eara Lukas untuk menempatkan eeritanya dalam tata urutan seperti itu. Sebab para perempuan ini akan muneul lagi di kaki salib Yesus dan dalam komunitas sesudab kebangkitan, dan karena Lukas ingin mengemukakan mereka sebagai orang-orang yang menyertai Yesus. Lukas tidak memunculkan mereka menjadi suatu kejutan bagi para pembaea. Cerita ini juga meru pakan bagian p~rl:!lltian ~ukas terhadap kaumperempuan dan kepada kelompok orang-=mg lemab dan tidak terperhatikan dalam masyarakat. Sejak aWal kbotbah Yesus di dataran, Lukas terus menyisipkan materi-materi kbusus ke dalam garis besar Injil Markus, baik materi dari sumber Q, sumber kbusus Lukas, dan yang berasal dari kreatifitasnya sendiri. Dalam Lukas 8:4 terlihat Lukas kembali kepada Markus dan mengambil baban-baban kbusus tentang perumpamaan-perumpamaan. Lukas sangat erat mengikuti Markus, hanya ia mempersingkat dan mengembangl
PekeIjaan Yesus di Galilea
41
karena telah menghujat Roh Kudus (3:29-30). Sebaliknya, Lukas menempatkan kunjungan mereka setelah penyampaian perumpamaanperumpamaan, sehingga mereka menjadi contoh dari tanah yang subur tempat benih itu jatuh. Dalam Markus, keluarga Yesus menunggu di luar, dan Yesus sedang melihat orang banyak yang mendengar-Nya dan Yesus mengatakan bahwa merekalah saudara-Nya. Sebaliknya, Lukas menghilangkan gambaran tentang Yesus yang melihat berkeliling, sehingga Lukas mampu mengubah makna komentar Yesus. Lukas mengemukakan bahwa anggota keluarga Yesus adalah mereka yang mendengar firman Allah dan melaksanakannya! Karena itu gambaran tokoh Maria konsisten dengan yang dikatakan dalam Lukas 1:38, saat Maria berkata, "Sesungubnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menumt perkataanmu itu." Dalam Kisah Para Rasul, ketika keluarga Yesus muncul dalam komunitas yang terbentuk setelah kebangkitanNya, pemunculan mereka tidak merupakan sesuatu yang mengejulkan. Lukas kemudian sangat mengikuti Markus dalam mengemukakan seri cerita mengenai empat mujizat yang dibuat Yesus (8:22-56). Karena Lukas tidak menceritakan Yesus mengajarkan perumpamaan dari atas perahu seperti yang dilakukan Markus, maka Lukas tidak menjadikan perahu itu sebagai alat yang sudah tersedia bagi Yesus untuk digunakan sewaktu-waktu, termasuk menyeberangi danau Galilea. Karena itu Lukas harns memulai rangkaian cerita tentang mujizat-mujizat itu, tanpa menggambarkannya sebagai kesinambungan dari apa yang terjadi sebelumnya. Lukas justru memulai ceritanya dengan, "Pada suatu hari .... " Perlu dicatat bahwa untuk cerita-cerita ini, Lukas hanya sedikit sekali mengubah teks Markus. Karena gaya Markus adalah gaya percakapan dan pengulangan, - gaya yang digunakan dalam cerita rakyat dan bukan gaya sastra - maka Lukas melakukan sedikit polesan di sana-sini. Lukas juga memiliki perasaan cukup peka sehingga ia membuang beberapa hal yang dirasa tidak coeok. Contohnya, Lukas tidak memberi kesempatan para murid bertanya, "Guru, Engkau tidak peduli kalau kita akan binasa." Walaupun demikian Lukas melakukan perubahan kedl di sana-sini. Karena itu makna cerita Markus dan Lukas pada dasarnya tidak berbeda. Orang-orang di masa lalu sangat takut kepada laut, sehingga sedapat mungkin mereka tidak berperahu jauh-jauh ke tengah lau!. Orang-orang Israel juga tidak terlalu menekankan pentingnya laut ka-
42
[nji! Lukas sebaga; Gerila
rena mereka tidak banyak berhubungan dengannya. Lagipula mereka hanya memiliki sebuah kota pelabuhan dan tidak pernah mengembangkan diri menjadi bangsa pelau!. Karena itu wajar bagi mereka untuk mengaitkan kekuatan laut dengan kuasa chaos. Dengan menunjukkan kuasa-Nya atas angin dan gelombang, Yesus menyatakan identitas keilahian-Nya. Juga dengan mengusir ribuan roh jahat sekaligus, Yesus digambarkan sebagai Ia yang di dalam diri-Nya terpusat seluruh kuasa kebaikan. Yesus juga bisa menyembuhkan penyakit-penyakit yang tidak tersembuhkan oleh tabib atau pembuat mujizat lainnya selama dua belas tahun. Bahkan Ia juga bisa membangkitkan orang mati. Seluruh mujizat ini merupakan bukti tentang status Yesus yang sangat istimewa.
5. Permulaan dari Suatu Akhir Pelayanan Yesus di Galilea kini mendekati akhirnya, dan inti bagian ketiga Jnjil Lukas dipusatkan pada perjalanan ke Yerusalem. Ada banyak contoh perubahan yang dilakukan Lukas untuk disesuaikan dengan keinginannya. Di sini terdapat dua episode dalam Jnjil Markus, yang digunakan Lukas untuk ceritanya. Lukas umpamanya mengangkat penolakan terhadap Yesus di Nazaret pada permulaan pekerjaan-Nya. Penempatan cerita itu sangat hermakna secara kronologis, serta cacok bagi Lukas yang berkepentingan untuk bercerita dalam urutan yang balk. Namun Lukas menggeser mativasi cerita tentang pengutusan kedua belas murid yang sangat menonjol dalam Markus. Dengan cara yang sama Lukas menghilangkan peran Yohanes Pembaptis sebelum Yesus memulai pekerjaan-Nya melalui cerita tentang pemenjaraan Yohanes (3:1920). Dengan demikian Lukas tidak perlu melaporkan lagi tentang pemenjaraan Yohanes, dan cerita tentang keingintahuan Herodes Antipas tentang Yesus digunakan Lukas untuk mengisi waktu ketika para murid pergi melakukan misinya. Lukas juga membuang seluruh cerita tentang tarian Salome, yang menurutnya tidak layak dimasukkan. Setelah cerita pemberian makan kepada lima ribu orang (9:11-17) Lukas juga membuang seluruh cerita dalam Markus 6:45-8:27. Bagian ini, sekitar seperdelapan dari seluruh Markus, mencakup cerita tentang Yesus berjalan di atas air, penyembuhan di Genesaret, percakapan mengenai hal-hal yang menajiskan manusia, penyembuhan anak perem-
Pekerjaan Yesus di Galilea
43
puan dari seorang perempuan Siro Fenisia, penyembuhan seorang yang tuli dan gagap, pemberian makan empat ribu orang, orang-orang Farisi yang memiuta tanda, pengajaran Yesus tentang ragi, dan pencelikan mata di Betsaida, Penjelasan terbaik mengenai alasan mengapa Lukas membuang seluruh bagian ini adalah karena Lukas menganggap ceritacerita tersebut merupakan pengulangan materi-materi yang telah ia masukkan, Juga karena dalam Injil Markus sebagian besar cerita tersebut terjadi dalam wilayah kafir, seperti yang telah dikemukakan eli atas, seeara hali-hali Lukas membatasi ruang gerak pekerjaan Yesus pada wilayah orang Yalrudi. Karena Malius dan Markus lidak menulis tulisan yang setara dengan tulisan Lukas dalam Kisah Para Rasul, maka wajar bahwa mereka memasukkan materi-materi yang membenarkan· misi terhadap orang-orang kafir. Dengan membuang materi-materi tersebut maka Lukas berhasil membuat kaitan langsung antara perisliwa pemberian makan orang banyak, pengakuan Petrus, dan perisliwa pemuliaan Yesus, Kepadatan cerita seperti ini, juga gaya bercerita yang berurutan, menjadi alasan mengapa Injil Lukas merupakan Injil yang paling populer dari semua Injillainnya. Mungkin yang paling istimewa dari cerita Lukas mengenai misi dua belas murid (9:1-10) adalah bahwa cerita ini kemudian diikuli oleh misi tujuh puluh utusan (beberapa naskah malah menyebut tujuh puluh dua utusan) dalam 10:1-16. Tidak disebutkan di sini bahwa ke tujuh puluh utusan tersebut menerima "tenaga dan kuasa" untuk menyembuhkan seperti yang diterima oleh kedua belas murid (9:1). Tetapi karena mereka diperintahkan untuk menyembuhkan orang sakit dan memberitakan kerajaan Allah, agak sukar melihat perbedaan fungsi kedua kelompok tersebut - atau antara pelayanan mereka dengan pelayanan Yesus. Dua beLas murid tidak diutus berdua-dua seperti pengutusan ketujuh puluh orang itu (10:1). Ini menandakan bahwa kedua belas murid menerima wewenang pribadi sebagai orang-orang yang akan menghakimi kedua belas suku. Kesan umum kedua cerita ini adaLah bahwa kedua-duanya merupakan pengembangan pekerjaan dan keberhasilan Yesus. Nada cerita tersebut berbeda dengan nada cerita Markus, yang memberi kesan bahwa misi kedua belas murid untuk mempercepat eskatologi, setelah temyata bahwa tanggapan terhadap pekerjaan Yesus sangat kurang.
44
Injil Lukas sebaga; Cerito.
Dalarn Jnjil Markus, Herodes sangat takut kepada Yesus, karena ia menyangka bahwa Yesus adalah Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali. Narnun dalarn Lukas, Herodes hanya ingin tahu tentang tokoh yang mengilharni begitu banyak desas-desus dan penafsiran, Herodes telah mendengar bahwa Yesus diidentifikasikan baik dengan Ella, salah satu dari para nabi, maupun dengan Yohanes Pembaptis, Hal ini tercermin dari pengakuan para murid dalarn cerita pengakuan Petrus (9:19). Juga pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah "Mesias dari Allah" (9:20), telah dibenarkan pula oleh suara dari langit pada peristiwa pemuliaan Yesus seperti yang diceritakan dalarn lima belas ayat sebelumnya. Jadi sepertiga bagian awal Jnjil Lukas ditutup dengan kesaksian yang menggemakan identitas Yesus. . Tidak suatu pun yang dikatakan mengenai keberhasilan misi dua belas murid, karena laporan dari tujuh puluh utusan' (10:17-20) sudah cukup untuk mewakili kedua kelompok. Ketika kedua belas murid kembali dari niisi mereka, Yesus tidak membawa mereka ke tempat yang sunyi, seperti yang dilaporkan Markus. Mereka justru pergi ke Betsruda. Karena "pembuangan materi" Markus oleh Lukas berawal dari akhir cerita ini, dan karena bagian akhir cerita yang dibuang Lukas itu terjadi di Betsaida, maka Lukas ingin berupaya tetap mengikuti urutan dasar yang dibuat Markus. Walaupun demikian Lukas tidak konsisten dengan keputusan tersebut. Ketika para murid meminta Yesus menyuruh orang banyak yang mengikut Yesus itu pulang, mereka mengatakan bahwa mereka kini berada di "temp at yang sunyi" [9:12). Mungkin Lukas ingin mengatakan bahwa orang banyak itu telah menahan Yesus dalarn perjalanan-Nya ke Betsaida. Reaksi Yesus terhadap permintaan para murid sarna sekali tidak mengejutkan mereka. Reaksi yang sarna terungkap baik dalarn Lukas maupun dalarn Markus. Cerita pemberian makan orang banyak merupakan salah satu cerita paling populer di kalangan gereja mula-mula. Semua Jnjil sinopsis dan Jnjil Yohanes juga menceritakannya Markus bahkan menceritakan dua kali, sekali dengan jumlah lima ribu orang dan kedua dengan jumlah empat ribu orang. Cerita ini mengacu kepada beberapa hal, yaitu: (a) pemberian makan yang luar biasa dalam Perjanjian Lama, yakni pemberian manna dalarn perjalanan Exodus dari Mesir; (b) jarnuan makan mesianis yang melarnbangkan kemenangan Allah pada akhir zarnan; dan [c) perayaan ekaristi. Melalui pekerjaan Yesus, Allah telah "melim-
Pekerjaan Yesus di Galilea
45
pahkan segala yang baik kepada orang yang lapar", seperti dikatakan dalarn nyanyian pujian Maria (Luk. 1:53). Penting untuk dicatat babwa cerita ini merupakan dasar cerita pengakuan Petrus yang dilaporkan dalarn paragraf berikutnya Keterlibatan para murid khusus dalam melayani juga merupakan larnbang cara gereja dalarn Kisah Para Rasul mempersiapkan keselamatan yang telab dimungkinkan oleh Yesus. Masalah identitas dan status Yesus selalu memperoleh perhatian Lukas selama ini, dan dalarn cerita pengakuan Petrus masalab ini disampaikan secara langsung. Lukas menceritakan babwa setelah memberi makan lima ribu orang, Yesus berdoa seperti yang dilakukan-Nya sebelum Ia menetapkan dua belas murid dan seperti pada saat-saat penting lainnya. Kemudian Yesus menanyakan kepada para murid mengenai siapakah diri-Nya menurut pendapat orang banyak. Perlu dicatat babwa orang banyak yang baru saja diberi makan secara menakjubkan itu masih berada di sana dan dengan merekalab Yesus mengadakan percakapan ini. Mulai dari cerita ini dan selanjutnya, kita perlu memperhatikan kepad."-"SIa.j:ia Yesus menujukan perkataan-perkataan-Nya. Seperti dikemukakan sebelumnya, jawaban para murid kepada Yesus adalab beberapa perkiraan seperti yang telah didengar juga oleh Herodes, babwa Yesus sarna seperti Elia, Yohanes Pembaptis atau salah seorang nabi dabulu yang telah bangkit. Ketika Yesus menanyakan menurut mereka sendiri siapakab Yesus, Petrus mewa.kili murid lainnya menjawab, "Kristus dari Allab" (terjemahan LA1 "Mesias dari Allab" - ed). Lukas telab menarnbabkan"dari Allab" pada jawaban Petrus dalam rumusan Markus, sehingga Lukas sekaligus mengubab pemaharnan Markus terhadap jawaban Petrus. Dalarn Markus, setelab Yesus berkata babwa penting Anak Manusia harns menanggung banyak penderitaan dan mati, Petrus mencoba berkata kepada Yesus untuk tidak menjalani apa yang disarankan-Nya sebagai inti panggilan-Nya itu. Ini menunjukkan babwa yang dimaksudkan Peirus dengan "Kristus" dan yang dimaksud Yesus dengan "Anak manusia" adalah dua peran yang arnat berbeda. Dalarn Lukas tidak ada petunjuk sarna sekali bahwa pemabaman Petrus tentang Yesus adalab pemabarnan yang keliru. Kata "horus" yang digunakan Markus bukan hanya diambil aIih oleh Lukas di sini, tetapi bahkan digunakan Lukas sebagai salah satu kata kunci. Kata ini menunjukkan babwa suatu peristiwa khusus yang terjadi telah merupakan bagian rencana keselarnatan Allah, dan rencana keselamatan itu telah
46
[njil Lukas sebagai Cerita
dinyatakan kepada umat-Nya lewai berb"gal nubua!. Walaupun Lukas tidak memllersoalkan keabsaban pengakuan Petrus, namun setelab peristiwa kebangkitan-Nya, para murid menjadi sadar akan penggenapan nubuat Perjanjian Lama, babwa Kristus "harus" menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya " (24:26). Komentar selanjutnya, ditujukan kepada "orang banyak", adalab babwa apa yang menimpa Kristus juga akan menimpa orang-orang yang diselamatkan. Inilab bagian paling jelas dalam Alkitab yang mengatakan babwa Kristus menjanjikan para pengikut-Nya babwa keadaan mereka akan sama dengan yang terjadi pada diri-Nya. Juga hanya Lukas sendiri yang mengatakan babwa salib itu harns dipikul "setiap hari". Kata-kata peringatan babwa pada saat pengadilan nanti orang akan diperlakukan sesual dengan sikap mereka terhadap peII)beritaan Krishls, adalab kata-kata khusus yang mungkin berasal dari komunitas penghasil sumber Q. Dalam Markus, Yesus mengatakan babwa beberapa pengikut-Nya akan melihat " Kerajaan Allab telab datang dengan kuasa", sebelum mereka mati. Lukas sebaliknya membuang ungkapan "datang dengan kuasa", sehingga ungkapan "melihat Kerajaan Allab" berarti suatu pengalaman seperti yang dialarni Stefanus dalam Kisab Para RasuI 7:56, dan bukan menunjuk kepada peristiwa kedatangan Yesus yang kedua (parousia). Identitas Yesus belurn dinyQtakan secara lengkap dalam pengakuan Petrus babwa Yesus adalab Kristus dari Allab, maupun dalam pengakuan Yesus sendiri bahwa Anak Manusia untuk menderita, mati, dan bangkit. Penderitaan dan kerendahan-Nya merupakan sisi lain kemuliaan-Nya yang dinyatakan dalam peristiwa pemuliaan dan yang ditegaskan lewat suara dari langlt. Yesus yang dinyatakan dalam berbagai cara tersebut, bukanlab "Pada mulanya adalab Firman" ~eperti yang dikatakan Yohanes, tetapi Anak Manusia yang dimuliakan, yang akan datang kembali pada akhir zaman. Sumber yang digunakan Lukas untuk cerita pemuliaan Yesus adalah Markus, namun Lukas juga telab menambahkan beberapa kekhasannya. Seperti halnya Yesus berdoa sebelum penetapan kedua belas murid, dan pengakuan Petrus, Ia juga berdoa sekarang ini. Ketika Musa dan Elia berbicara dengan Yesus mengenai "kepergian-Nya", kematianNya, yang dalam babasa Yunani berarti exodus-Nya, sehingga peristiwa keselamatan besar dalam perjanjian barn diidentifikasikan dengan Per-
Pekerjaan Yesus di GaliJea
47
janjian Lama. Di sini pun, kematian dan kemuliaan Yesus tampaknya dijalin erat. Petrus, Yohanes dan Yakobus, yang merupakan kelompok terdekat Yesus dalam lingkaran para murid, digambarkan ada bersama Yesus terUbat dalam peristiwa supernatural itu. Pada mulanya mereka tidak terlibat dan tidak memahami makna peristiwa tersebut. lni terlihat pada usul Petrus untuk membuat kemah guna memuliakan Yesus, Musa dan Elia secara sederajat. Kemudian ketiga orang murid ini dilibatkan dalam kekudusan itu ketika awan yang melambangkan kehadiran ilahi, seperti dalam peristiwa Keluamn, datang menaungi mereka. Peristiwa pelibatan mereka dalam kekudusan ini mengingatkan kita tentang tindakan Yesus membawa kedua belas murid ke gunung, saat Ia menetapkan mereka menjadi pengikut-Nya (6:12-13). Perlambangan cerita pemuliaan Yesus itu dipadatkan sedemikian rupa bagaikan suatu mimpi. Selama itu Yesus telah dipahami sebagai seorang nabi seperti Musa, sesuai yang dikatakan dalam Kitab Ulangan, dan juga dipahami seperti Elia yang kembali, seperti yang dijanjikan Maleakhi. Pada peristiwa Keluaran, Musa memasuki kemah (tabernakel), 'tempat di atasnya kemuliaan Allah turun dalam bentuk awan, dan ketika Musa berbicara dengan Tuhan wajah Musa bercahaya sehingga ia harns menyelubungi mukanya (Ke!. 33:9-10; 34:33-35). Seperti halnya Yesus lebih tinggi dari Yohanes Pambaptis, demikian pula Ia lebih tinggi dari Elia maupun Musa. Karena itu mereka tidak diperkenankan memperoleh kemuliaan yang sarna dengan Yesus. Lukas yang sangat menekankan contoh-contoh sikap hidup orang saleh, menggambarkan sikap ketiga orang murid yang ditudungi awan, maupun sikap mereka yang penuh rasa kagum dan tenang ketika keluar dari awan. Lukas menganggap sikap tersebut sangat cocok bagi orang-orang yang telah mengalarni peristiwa-peristiwa kekudusan. Dalam laporan Markus tentang perjalanan menuruni gunung setelah peristiwa pemuliaan Yesus, ketiga orang murtd tersebut berbicara dengan Yesus mengenai Elia, yang mereka identifikasikan dengan Yohanes Pembaptis. Lukas membuang bagian ini, mungkin karena Lukas kadang-kadang menerapkan motif-motif Elia dengan Yohanes Pembaptis dan kadang-kadang dengan Yesus. Setelah turun gunung, Yesus menyembuhkan seorang yang menderita ayan, yang tidak berhasil disembuhkan para murid. Peristiwa ini menimbulkan rasa kagum luar biasa terhadap "kemuliaan Allah", yang tanpa diketahui orang banyak, telah
48
[nji/ Lukas sebagai Ceriia
diperlihatkan dalam wujud yang'lebih hebat dalam peristiwa pemuliaan di gunung itu. Materl dalam Lukas 9:43-50 merupakan singkatan dari versi Markus tentang cerita yang sama. Markus menggambarkan Yesus membuat tiga nubuat mengenai kematian-Nya dan setiap kali nubuat itu dikemukakan akan diikuti oleh: (a) jawaban yang salah dari salah seorang murid; (b) sikap atau tindakan seseorang yang bukan murid Yesus, yang menimbulkan reaksi potisifYesus; dan (c) pengajaran Yesus. Pola tersebut terdapat juga di sini, ketika para murid bertengkar tentang siapa yang terbesar, dan tentang seorang yang tidak dikenal yang mengusir setan dengan nama Yesus. Namun di sini terlihat pula bahwa ajaran Markus tentang kurangnya pemahaman para murid telah sangat dilunakkan. Pelunakan pemahaman ini menunjukkan bahwa mereka barn akan memahami Yesus secara penuh setelah peristiwa keb;mgkitan-Nya.
3 CERITA LUKAS TENTANG PERJALANAN YESUS LUKAS 9:51 - 19:27
1. Awal Perjalanan Bagian tengah Jnjil Lukas yang akan dibahas ini, sealean-akan merupakan catatan perjalanan Yesus ke Yerusalem, tetapi perjalanan tersebut tidale memiliki langkah yang pasti maupun arah yang jelas. Memang dalarn setiap pasal ada garnbaran tentang jarak yang ditempuh dan kegiatan yang dilaleukan, tetapi semua garnbaran tersebut tidale lebih dari sebuah bingkai kerja yang rapuh, yang padanya semua cerita dan ajaran dipasang. Di sini Lukas banyak menggunakan materi sumber Q maupun sumber lain tentang Yesus, yang tidak terdapat dalam Injil-injillainnya. Termasuk di dalamnya perumparnaan-perumparnaan yang sangat disukai, yaitu perumparnaan tentang anak yang hilang dan orang Samaria yang murah hati. Upaya mengatur cerita-cerita yang ada secara berurutan mengalarni kesulitan, sarna seperti upaya menentukan perjalanan Yesus secara geogralis. Beberapa ahli telah mencoba membandingkan urut-urutan topik dalam cerita perjalanan Yesus dengan cerita perjalanan dalarn Kitab Ulangan. tetapi upaya ini pun tidale berhasi!. Maka dalam pembahasan ini kita tidak akan memperhatikan skema be-
50
InjiJ Lukas sebagai Cerita'
sar perjalanan, tetapi berupaya meinahaIIli hal-hal yang menonjol dalam setiap cerita. Walaujiun cerita perjalanan Yesus ini berisi seri episode yang saling tidak berkaitan, namun cerita terse but sudah cukup menggambarkan perjalanan Yesus, perjalanan yang sangat menentukan. Ungkapan "mengarahkan pandangan" merupakan suatu ungkapan yang padat dan mengandung kesungguhan dalam Perjanjian Lama. Yesus pergi ke Yerusalem sebab "hampir genap waktunya diangkat ke sorga" (9:51). Terjemahan kata kerja "diangkat" digunakan Lukas di tempat lain untuk menunjuk peristiwa kenaikan Yesus ke Sorga. Di sini ungkapan tersebut menunjuk kepada peqyaliban, kebangkitan, kenaikan, yaitu segal\l sesuatu yang berkaitan dengan exodus yang dilakukan Yesus dalam peristiwa pemuliaan. Cerita pertama mengingatkan kita kepada Kitab 'ulangan. Ulusan yang dikiriI!l Yesus untuk membuat persiapan mengingatkan kita kepada dua belas orang mata-mata yang diutus Musa (UI. 1:24). Sekaligus ada juga penunjukan-penunjukan yang mengarah kepada Elia. Perkataan Yakobus dan Yohanes mengenai api yang turun dari langit, sebenarnya mengarah kepada 2 Raja-raja 1:10, ketika Elia melakukan penghukuman, yang Yesus tidak mau melakukan-Nya. Juga ketika ada seseorang pamitan kepada keluarganya sebelum ia mengikuti Yesus (Luk. 9:61), sebenarnya ia meminta mn sama seperti yang diberikan Elia kepada Elisa (1 Raj. 19:20). Tidak jelas dikatakan mengapa orang-orang Samaria menolak Yesus (9:53). Penolakan ini jelas untuk mengingatkan pembacl\ tentang penolakan di Nazaret pada awa! pelayanan Yesus. Pembaca Kisah Para Rasul juga akan mengaitkan penolakan ini dengan pertobatan di Samaria dalam pasa! 8. Cerita-cerita tentang mereka yang ingin mengikut Yesus apabila mereka memiliki tempat untuk tidur atau setelah mereka menyelesaikan tanggung jawab tertentu, sangatlah cocok di sini, karena membuktikan betapa sukar jalan menuju ke Yerusalem. Hanya mereka yang mutlak memenuhi tanggung jawab ini yang akan berhasil menyelesaikan perjalanan tersebut. Laporan mengenai misi tujuh puluh orang itu dituJis da!am beberapa tahap, dan bisa membingungkan para pembacanya yang berkeras menafsirkan secara harfiah dan hanya memahaminya dari suatu tingkat saja. Lukas menceritakan misi yang dijalankan tujuh puluh utusan se-
Cerita Lukas ten tang Perjalanan Yesus
51
bagai tambahan terhadap misi kedua belas murid, walaupun perintah terhadap dua kelompok ini mirip satu dengan lainnya. Lukas memahami misi tujuh puluh utusan sebagai representasi bentara yang mempersiapkan massa bagi Yesus di kota-kota yang akan dikunjungi Yesus. Tetapi mereka berangkat dan kembali secara bersamaan, dan bukan diutus pada waktu tertentu, sebelum Yesus sendiri memasuki kota-kota tersebut. Nada perintah kepada mereka tampaknya mengarah kepada perintah melakukan misi secara independen, melakukan kegiatan pemberitaan sendiri dan yang tidak memerlukan penyempurnaan pemberitaan Yesus. Peringatan-peringatan terhadap kota-kota tertentu dalam 10:13-15 menyebut kota-kota di Galilea, memang menunjuk batik pada tahap awal pelayanan Yesus. Tetapi penyebutan kota-kota tersebut mungkin leblb menunjukkan keinginan Lukas menggunakan perkataan-perkataan Yesus dari sumber Q dan bukan sekadar kurangnya pengetahuan geografis Lukas, seperti dikatakan beberapa pakar. Jelas, tema utama dalam aktivitas penginjilan ini merupakan antisipasi terhadap hal-hal yang akan terjadi dalam misi ke dunia bukan Yahudi yang dikemukakan dalam Kisah Para Rasul. Sebagaimana angka dua belas merupakan jumlah suku Israel, angka tujuh puluh pun menunjukkan bangsa-bangsa di dunia. Kembalinya ketujuh puluh murid memberi kesempatan Lukas menunjukkan bahwa para utusan Yesus berhasil menyebarkan kemenangan-Nya atas kuasa-kuasa jahat, dan akan dilanjutkan dalam kehidupan gereja di zaman Lukas. Ini bukan karena kemampuan mereka sendiri, tetapi karena anugerah pemeliharaan Allah yang besar. "Orang-orang kedl" telah menerima wahyu yang telah disembunyikan bagi "orangorang bijak dan orang-orang pandai". Para murid telah melihat hal-hal yang disangkal para "nabi dan raja". Makna gerakan misi tujuh puluh murid pada cerita perjalanan tampaknya merupakan satu-satunya upaya Lukas mempertahankan momentum motif perjalanan itu.
2. Mengajar di Sepanjang Jalan Dengan diutus dan kembalinya ketujuh puluh murid, Lukas mungkin tiba pada bagian yang diinginkannya. Setelah menyelesaikan setiap tuntutan garis cerita, Lukas kini dapat santai sejenak dan membicarakan apa yang diingininya, yaitu ajaran Yesus yang menakjubkan. Lukas mu-
52
lnji] Lukas sebagai Cento
lai dengan Ringkasan Hukum (10:27), yang ia arnbil dari laporan Markus tentang ajaran Yesus di Yerusalem di Minggu Suci. Dengan menempatkannya di 'sini, Ringkasan Hukum tersebut coeok untuk awal bagian pengajaran Kristen. Keterarnpilan Lukas sebagai seorang penulis tarnpak dalarn upayanya untuk tidak menjadikan Ringkasan Hukum tersebut sebagai pernyataan yang abstrak. Lukas hams mengilustrasikan prinsip-prinsip Ringkasan Hukum tersebut dalam tindakan. Cerita tentang seorang Sarnaria yang baik hati, yang hanya terdapat dalarn Lukas, memperlihatkan apa arti mengasihi sesama manusia. Perhatikan bahwa Yesus mengubah pertanyaan dari "Siapa yang hams saya kasihi bila saya mengasihi sesarna manusia?" menjadi "Seperti apakah kasih saya apabila saya sungguh-sungguh bertindak sebagai sesarna manusia?" Kualitas kasib yang diungkapkan orang Samaria tersebut adalah kasih terhadap orang lain yang sepadan dengan kasih terhadap diri sendiri. Mengasihi Allah, yang prioritasnya melarnpaui kasih terhadap sesarna, digambarkan ketika Maria lebih memilih duduk di kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya ketimbang "sibuk sekali melayani" seperti dilakukan Marta. Sesudah Ringkasan Hukum dan ilustrasinya, Lukas segera pindah ke aspek favorit lainnya dari ajaran Yesus, yaitu ajaran-Nya tentang berdoa (11:1-13). Seperti tindakan-tindakan Yesus lainnya yang penting, tindakan-Nya mengajar para murid berdoa ditempatkan setelah Ia sendiri berdoa. Di sini doa Yesus bisa sebagai pembuka kesempatan bagi para murid untuk meminta Yesus mengajar mereka berdoa, bukannya suatu tanda tentang hal-hal yang akan terjadi nanti. Bentuk doa dalarn Lukas lebih pendek daripada dalarn Matius. Doa tersebut berisi lima permintaan, sedangkan dalam Matius berisi tujuh permintaan. Mereka yang terbiasa dengan bentuk-bentuk liturgi tentang doa sering tidak marnpu mengenali bentuk doa Lukas. Struktur doanya dalarn bahasa Yunani bisa dilihat dalarn terjemahan ini: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu. Berikanlah kami makanan untuk hari ini. Dan ampunilah dosa-dosa kami, karena kami juga mengampuni setiap orang yang bersaIah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan akhir yang dahsyat. (terjemahan penulis).
Cerita Lukas ten tang Perja/anan Yesus
53
Pembacaan yang agak cermat akan memperlihatkan bahwa ketika Yesus mengajarkan doa tersebut, Yesus ingin agar doa itu dipahami dalam konteks ajaran-Nya, yaitu bahwa pemerintahan Allah sedang memasuki sejarah melalui pemberitaan Yesus mengenai fakta tersebut. Lukas memiliki pengharapan yang sama dengan Yesus. Mengenai hal ini akan diuraikan kemudian. Pada saat ini cukup dikatakan bahwa pengharapan lersebut bukan hal yang mendesak bagi Lukas. Pemahaman Lukas mengenai doa lebih diperoleh dari acuan-acuannya dalam cerita dan ajaran tentang doa yang ia sisipkan di sini, daripada isi Doa Bapa Kami sebagaimana dimaksudkan Yesus. Perbandingan antara doa kita dengan permohonan yang dilakukan tetangga pada waktu tengah malam, menunjukkan rasa humor Yesus. Apabila seseorang bisa menyerah pada paksaan tetangganya agar ia bisa bebas, "apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Roh Kudus adaIah penekanan khas Lukas Iainnya. Matius hanya mengatakan bahwa Bapa akan memberikan "halhal yang baik". Versi Matius ini tampaknya lebih dekat dengan perkataan Yesus. Lukas memberikan kontroversi Baalsebul suatu tata letak yang sangat berbeda dari tata letak Markus. Dalam Markus, lala letak tersebut berfungsi membangun tema pengembangan upaya pengasingan terhadap Yesus. Hal itu terjadi ketika keluarga Yesus agaknya mengira bahwa Yesus mengalami gangguan emosional. Dalam Lukas, sebaliknya, cerila ini ditempatkan setelah ajaran Yesus tentang doa, dan cerita pengusiran setan sehingga orang yang bisu itu dapat berkata-kata. Ada di antara arang banyak yang menjelaskan bahwa Yesus mengusir selan dengan kuasa Beelzebul. Beelzebul adalah ejaan dalam bahasa Yunani dari nama Filislin, yang namanya diubah menjadi Beelzebub. sebagai suatu cemoohan dalam 2 Raja-raja 1:2, "tuhan dari serangga". Di zaman Perjanjian Baru, nama tersebut tidak lagi menunjuk pada allah yang tinggi dari suatu kultus melainkan salah salu nama pemimpin setan. Dalam kerangka pikir dunia zaman Yesus mengajar dan Markus menulis, zaman lersebut diyakini sebagai zaman yang jahat di bawah dominasi kuasa-kuasa jahal. Kuasa-kuasa ini di bawah perintah raja kegelapan. Diharapkan sualu zaman mulia "yang segera dalang", yang mematahkan kontrol selan alas sejarah dan yang mendirikan pemerintahan Allah. Pemerintahan atau kerajaan Allah ini akan diperkenalkan dan di-
54
lnjil Lukas sebagai Cerda
bawa oleh Olung yang diumpi Allcih (bahasa Ibrani: maschiach; yang diterjemabkan ke dalarn bahasa Inggris: messiah; bahasa Indonesia: mesiqsj. Tidak jel..s seberapa jauh Lukas terikat pada ajaran mengenai dua zaman ini. Lukas hanya melihat kemenangan Yesus atas penyakit dan roh-roh jahat sebagai pemenuhan nubuat-nubuat seperti Yesaya 61:1-2. Orang banyak mengira bahwa Yesus menggunakan kuasa setan untuk mengusir setan-setan, sekaiigus menarnbab salab satu daftar idenlitas Yesus. Daftar yang dikenal Herodes Anlipas dan para murid - Yesus adalah Elia yang hidup kembali, Yohanes Pembaptis, atau salab seorang nabi - Lukas menarnbabkan pilihan bahwa Yesus adalab seperti Faust yang dalarn legenda abad pertengaban diceritakan menggu,nakan kuasa diabolis (setan) untuk memenuhi kehendaknya. Penolakan Yesus terhadap identifikasi ini singkat dan masuk akal, "apabila ia mengusir setan dengan menggunakan kuasa setan, bukankab setan-setan akan saling berp~rang, dan hal tersebut tidak akan dilakukan oleh raja setan." Yesus juga menarnbahkan sebuab argumentasi yang menjelaskan babwa pada zarnan Yesus ada sejumlah orang yang dianggap memiliki kuasa mengusir roh-roh jabat. Jadi keistimewaan Yesus bukan pada apa yang Ia lakukan, tetapi dari cara Ia berpikir untuk melakukan hal itu, yaitu dengan menggunakan "jari Allah". Argumentasi Yesus tentang para pengusir setan lainnya adalab setali liga uang, artinya kaiau kuasa ia mengusir setan berasal dart satan maka tentu demikian pula kuasa mereka. Tetapi Yesus lidak mengatakan apa-apa tentang yang sebaliknya. Kuasa Yesus atas setan justru memperlihatkan bahwa Ia adalab satusatunya orang yang dijanjikan para nabi, sedangkan klJ.asa pengusir setan lainnya sarna sekali tidak menunjukkan apa-apa tentang diri mereka. Perumparnaan tentang "orang yang kuat dan lengkap bersenjata", yang, "menjaga rumahnya sendiri", kelihatannya telab di"bah oleh Lukas, dan kita tergoda untuk mengartikan hal-hal rinei, seperti senjata orang kuat itu sebagai garnbaran simbolis, walaupun petunjuk ke arab itu tidak terlalu jelas. Perumpamaan serta pembicaraan Lukas dalam 11:17, "Setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh", sangat jelas menggarnbarkan pikiran Lukas tentang situasi Israel yang hancur akibat pemberontakannya terhadap Roma. Namun penunjukan utama cerita ini adalah bahwa Yesus lebih kuat dart Setan dan Ialah yang membebaskan dunia dart kontrol setan. Mungkin juga ada makna yang kedua, yaitu apabila umat dan pernimpinnya telah mengenal Yesus sebagai Ia yang
Cerita Lukas ten tang Perja}anan Yesus
55
dinubuatkan, maka mereka tentu tidak akan kehilangan tanah mereka. Pasal-pasal lainnya memperjelas bahwa Lukas memang mempercayai hal ini, tetapi tidak bisa dipastikan apakah hal itulah yang Yesus maksudkan di sini. Orang-orang yang mengenal Yesus sebagai nabi yang dinubuatkan dijelaskan dalam ayat 27-28, sebagai mereka yang "mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." ladi dalam ayat 23 mereka itulah yang membantu Yesus dengan berkumpul bersama, sedangkan mereka yang tidak mengenal Yesus menolak-Nya dan menyebar. Mungkin dari para lawan Yesus ini, ada salah satu setan yang telah diusir dari mereka, tetapi mereka sendiri tidak mencegah setan itu agar tidak kembali bersama "tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya". Dalam pasa! 1 :29-54, Lukas seeara terampi! mengumpulkan dan menjalin sejumlah ucapan Yesus yang tadinya saling tidak berkaitan. Ia menggabungkan ucapan-ucapan tersebut sehingga menampakkan satu tema umum yang mewarnai seluruh jalinan cerita. Masalah yang dibicarakan dalam bagian sebelumnya adalah kegagalan orang banyak untuk mengenal Yesus. Bagian ini mencoba memberi alasan mengapa terjadi kegagalan tersebut. Pada awalnya Yesus menunjukkan kepada orang banyak yang Yesus pernah berbicara dengan mereka, tetapi jumlah mereka semakin besar. Masalah mereka, menumt Yesus. adalah karena mereka mencari "tanda", mujizat untuk meyakinkan mereka bahwa Yesus adalah nabi yang dijanjikan itu. Seperti yang terlihat, Lukas sering menggunakan argumentasi yang diperoleh dari peristiwa mujizat. Namun di sini Lukas menyadari akan keterbatasannya dan karena itu ia menggambarkan Yesus yang berbicara tentang "tanda Nabi Yunus" sebagai satu-satunya tanda yang akan diberikan. Maknanya adalah, satusatunya cara agar Yesus bisa membuktikan bahwa Ia adalah nabi yaitu dengan bernubuat. Kemudian Yesus memberi dua contoh tentang orangorang kanr yang menanggapi kebesaran orang-orang Israel di zaman lampau, yaitu Ratu Syeba yang datang untuk mendengar Saloma, dan orang-orang Niniwe yang bertobat karena pemberitaan Yunus. Namun Yesus lebih besar dari mereka. karena Ialah Mesias yang dinubuatkan itu. Sayangnya umat-Nya sendiri terlalu buta untuk mengenal-Nya. Selanjutnya Lukas menggunakan dua perkataan Yesus yang berkaitan dengan penglihatan, yakni penglihatan spiritual yang harus dimi!iki para pengikut Yes us. Dalam versi Matius tentang lampu minyak yang ditaruh di atas kaki dian dan bukan di bawah gantang. agar lampu itu
55
lnjil Lukas sebagai Ceriti1
menerangi seluruh rumah. Tetapi·alasan· dalam versi Lukas, agar "mereka yang masuk bisa melihat sinarnya". Lukas tampaknya ingin agar cahaya lamp"u dilambangkan sebagai Yesus, karena biasanya seseo}ang menggunakan lampu untuk melihat sesuatu yang lain daripada lampu itu sendiTi. Penyampaian gagasan dengan metafor "mata" lebih jelas dari bahasa yang digunakan untuk mengekspresikannya. Dikatakan bahwa mata adalah jendela untuk membiarkan cahaya masuk dan juga penglihatan. Terjemahan kata "terang" memiliki makna dasar ketunggalan: mungkin berarti "jelas", dalam arti tidak terhalang sesuatu misalnya katarak, atau bisa juga berarti fokus mata. Baik karena kurangnya cahaya maupun karena kondisi mata yang kurang baik, mereka yang tidak mengenal Yesus sebagai Mesias adalah orang-orang yang kekurangan penglihatan. Adegan dan pendengar kini berubah, tetapi temanya tetap sama. Yesus pergi untuk makan bersama seorang Farisi. Periataan jamuan makan malam dalam berbagai cerita perjalanan Yesus merupakan salah satu indik~si bahwa Lukas berasal dari masyarakat kelas menengah. Kegagalan Yesus mengamati peraturan tentang kemurnian upacara makan orang Farisi, merupakan kesempatan bagi Yesus mengkritik mereka yang cenderung memusatkan perhatian pada aturan upacara yang tampak daripada hal-hal yang lebib penting, umpamanya memberi sedekah kepada kaum miskin. Yesus mengatakan, seper\i halnya seseorang bisa menginjak kubur yang ter.sembunyi tanpa ia mengetahuinya, demikian juga seseorang bisa melewati kesalehan seorang Farisi yang kelihatan tanpa mengetahui apa yang ada dalam hatinya. Mungkin hal paling jelek di hati kaum Farisi adalah keangkuhan merekQ., yang menghalangi mereka mengenal Mesias ketika Ia datang. Tetapi kelihatannya ada masalah lain yang lebih penting, yaitu bahwa mereka lebih mempedulikan hal memenuhi tuntutan seremonial hukum daripada mempedulikan manusia yang menderita. Kita bisa salah memahami Lukas apabila kita mengartikan berbagai tata letak terse but secara harfiah dan mempersoalkan sikap tamu-tamu yang menghina tuan rumahnya. Tiga ucapan cela1calah yang ditujukan Yesus kepada kaum Farisi dan tiga ucapan cela1calah !ainnya untuk para penganut aturan upacara yang disampaikan pada kesempatan jamuan makan, bertujuan untuk mendramatisasi suatu daftar kecaman yang abstrak sifatnya (Mat. 23). Tentang para ahli hukum, Yesus langsung ke pokok masalah, yaitu kegagalan Israel mengenal para nabi yang
Cerita Lukas tentang Perjalanan Yesus
57
diutus kepada mereks. Dengan pemahaman profetis Lukas tentang status Yesus, tema ini sangat cocok. Lukas juga berpikir tentang situasi gereja mula-mula, termasuk "para rasul", dan nabi-nabi yang dibunuh oleh umat yang kepadanya mereka diutus. Yesus berkata babwa darah semua nabi akan ditanggung generasi yang kepadanya mereka diutus, jelas menunjuk kepada kejatuhan Yerusalem. Adegan ini berakhir dengan terbentuknya suatu komplotan untuk memaksa Yesus mengatakan sesuatu yang bisa dijadikan bukti di pengadilan untuk menghukum-Nya. Lukas dengan terampi! mengangkat masalab identitas Yesus, juga masalah bencana akibat yang timbul apabila orang-orang yang kepadanya Yesus diutus gagal mengenal-Nya. Materi yang diterima Lukas tentang Yesus dari tradisisering kali tidak sesuai dengan tujuannya, namun ia bisa mengambil satu dua ayat dari sebuab sumber, beberapa ayat dari sumber lain, dan Lukas menjalinnya sedemikian rupa dengan materinya sendiri sehingga semuanya menjadi suatu kombinasi baru yang memenuhi keinginannya dan sesuai dengan alur ceritanya. Jadi dalam cerita pertentangan dengan Beelzebul (11:14) Lukas mulai membedakan antara mereka yang mengenal Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan dan mereka yang tidak mengenal-Nya. Lukas 11:29-54 ditujukan kepada mereka yang tidak mengenal la, dan sekarang 12:1-53 ditujukan kepada mereka yang mengenal-Nya. Dalam konteks cerita, mereka ini adalab para murid, namun Lukas jelas memahaminya sebagai perkataan yang ditujukan kepada orang-orang Kristen di zarnannya. Bagian ini dimulai dengan catatan bahwa "beribu-ribu orang banyak telab berkumpul, sehingga mereka berdesak-desakan" (12:1). Lukas memberi kesan tentang meningkatnya popularitas Yesus. Jika selama ini selalu disebutkan tentang orang banyak, dalarn bagian ini penunjukan pertarna tentang mereka yang mengikut Yesus muneul dalam 11:4, dan 11:29 mengatakan tentang "orang banyak mengerumuni-Nya". Jadi penunjukan tentang "beribu-ribu orang" dalarn 12:1 merupakan klimaks. Perubahan terjadi dari pembiearaan yang ditujukan kepada mereka yang tidak mengenal Yesus, kemungkinan besar kaum Farisi dan abli Taurat, dengan eara Yesus mengingatkan para murid untuk "waspada terhadap ragi, yaitu kemunafikan kaum Farisi". Kemunafikan dapat dimengerti sebagai konsentrasi hal-hal yang tampak seperti yang dibicarakan pada bagian sebelumnya. Yesus berkata bahwa kemunafikan se-
58
InjiI Lukas sebaga; Centa .
perti ini tidak berguna, karena pada waktunya kebenaran pasti akan dinyatakan. Ketika transisi telab selesai dan Yesus mulai berbieara kepada pka murid tentang kondisi mereka sendiri, jelas Lukas menggambarkan kondisi gereja di zamannya, seperti halnya kondisi para murid di masa pelayanan Yesus, karena Yesus membicarakan tentang babaya kematian, Jelas babwa kemunafikan kaum Farisi tidak berdasarkan ketakutan akan penganiayaan, Setelab aneaman tentang kutukan kekal yang dikontraskan dengan babaya yang lebih keeH yaitu kematian, Yesus berbieara tentang pemeliharaan Allah yang penuh kasih kepada anak-anak-Nya, yang dikaitkan dengan pengetahuan bahwa rambut di kepala mere~ telab terhitung semuanya, Faktor penting untuk menentukan nasib seseorang setelab mati dan siapa yang akan menjadi obyek kepedulian kasih Allab, tergantung pada interpretasi masing-masing tentang Yesus, apakah Yesus menggunakan kuasa setan untuk mengusir setan ataukab Ia Mesias yang dijanjikan? Dengan memasukkan perkataan Yesus babwa "Siapa yang melawan Anak manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni", mungktn Lukas bermaksud mengatakan babwa orang-orang Yahudi bisa diampuni karena tidak mengenal Yesus selama hidupnya, namun mereka tidak akan diampuni karena kegagalan mereka menanggapi pemberitaan gereja mula-mula tentang Yesus, Bandingkan dengan Kisah Para Rasul3:17, ketika Petrus mengatakan kepada orang banyak babwa mereka telab membunuh Yesus tanpa menyadari arti perbuatan mereka, maka mereka masih bisa bertobat supaya dosa mereka diampuni, Dalam pereakapan tentang pilihan antara mengaku dan menyangkal Yesus ini, Lukas merefleksikan kondisi zamannya. Hal ,ini jelas dalam perintab untuk bergantung kepada Roh Kudus apabiJa seseorang dibawa ke hadapan "majelis-majelis atau kepada pemerintab-pemerintab dan penguasa" karena mengikut Yesus, Lukas menyebut beberapa aIasan untuk tidak mengenal Yesus, yaitu rasa takut mati, keinginan diakui orang banyak (11:43), dan alasan harta, Yesus menolak menghaktmi perkara orang-orang yang berebut warisan, dengan bercerita tentang perumpamaan orang kaya yang bodoh, yang menyia-nyiakan pilihan utama antara mengenal dan menolak Yesus, Kekhasan seni sastra Lukas jelas ketika perumpamaan ini dilanjutkan uraian panjang mengenai pemeliharaan
Cerito Lukas tentang Perjalanan Yesus
59
Allah terhadap burung-burung di udara dan bunga bakung di padang, yang sering diasosiasikan dengan kotbah di bukit dalam Matius daripada dengan konteks Lukas sendiri. Menjual milik sendiri untuk dibagi dengan orang-orang miskin merupakan eara mengungkap keputusan seseorang unluk mengakui Yesus dan bukan menyangkal-Nya. Tindakan tersebut bisa dipahami hanya oleh mereka yang percaya bahwa "karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan ilu". Dalam 12:35-39, muncul sebuah topik penting, yaitu tentang waktu pertanggungjawaban. Pilihan apakah orang memllib atau menolak Yesus akan mendatangkan akibat jelas. Dalam pernyataan pertama kepada para murid tentang pokok ini, digunakan metafor yang umum dalam Perjanjian Baru yaitu para hamba yang berjaga-jaga akan kedatangan tuannya. Pada zaman Lukas, makna harfiah metafor ini belum hilang sama sekali. Lukas sadar bahwa ia sedang membicarakan kedatangan Yesus yang kedua, sehingga Lukas menggunakan gambaran luan yang pulang dari pesta perkawinan dengan sikap yang tidak biasa dilakukan seorang pemilik bamba. Dalam istilah modern, tuan itu melepaskan jasnya lalu memakai celemek dan menyediakan makan malam bagi orang-orang yang menunggunya. Yesus adalah satu-satunya tuan yang bersikap seperti itu. Referensi tentang kedatangan tuan pada giliran jaga malam yang kedua dan ketiga menandakan bahwa dalam perhitungan waktu Lukas, gereja telah menanti kedatangan Yesus kembali sekitar enam puluh tahun. Banyak pakar memperkirakan bahwa akibat penundaan kedatangan Yesus itu telah terjadi krisis iman. Tujuan Lukas menulis Injilnya adalah menghibur umat karena tertundanya kedatangan kembali Yesus itu. Namun kita sedikit sekali memperoleh bukti dalam Perjanjian Baru tentang krisis iman tersebut. Metafor penantian kedatangan tuan itu disusul dengan metafor lain yang umum dikenal pada zaman itu, yaitu pencuri yang membobol rumah. Dalam 12:40, diperlihatkan seeara jelas bahwa masa depan yang harus disiapkan gereja adalah kedatangan Anak Manusia. Petrus bertanya apakah nasihat ini hanya untuk para murid, dan jawaban Yesus menjelaskan bahwa itu ditujukan khusus kepada pemimpin gereja_ Dalam 12:49-50, peristiwa kedatangan itu diidentifikasikan dengan waktu kematian Yesus yang makin dekat, sehingga jalan cerita tentang pekerjaan Yesus diangkat kembali. Namun keterpecahan daJ.am keluarga ka-
60
[nji! Lukas sebagai Cerita .
rena memilih atau menolak Yesus, inerupakan masalah penting baik di zaman Lukas seperti pada masa pekerjaan Yesus. , Yesus Remudian berbicara kepada orang banyak tentang bencana yang akan segera tiba. Menurut Yesus mereka mampu menilai tandatanda cuaca tetapi tidak mampu menilai segala hal yang terjadi di sekitar mereka, yang telah dinubuatkan para nabi. Mereka tidak memiliki ketelitian sehingga bisa diibaratkan sebagai seseorang yang kasusnya lemab di depan pengadilan. Setelab percakapan panjang tentang penghakiman yang akan datang, Lukas menjelaskan bagaimana Yesus menerapkan hal tersebut kepada orang Israel. Beberapa pendengar-Nya melaporkan kepada-Nya. dua peristiwa tragis yang diduga baru terjadi, yaitu pembunuhan para peziarab dalam perjalanan dari Galilea ke Yerusalem, dan kematian beberapa orang karena jatuh dari sebuah menara. Kedua peristiwa ini tidak tercatat dal\lffi sejarah, tetapi sangat mungkin kedua-duanya merupakan peristiwa sejarah. Yang satu melibatkan orang Galilea dan lainnya orang Yerusalem, sehingga seluruh wilayah Israel terpengaruh kedua peristiwa tersebut. Yesus menolak pendapat umum yang menganggap kecelakaan dan ketidakberuntungan itu disebabkan aleh dosa. Menumt Yesus, bukannya mereka yang mati itu orang-orang yang tidak berdosa, tetapi bahwa orang-orang Yerusalem dan Galilea sama-sama berdosa dan semuanya akan binasa. Setiap orang yang tidak bertobat akan mati. Sikap Allah terhadap Israel seperti seorang pemilik kebun anggur, memberi kesempatan baru bagi pahon ara yang tidak berbuab, sebelum ia ditebang dan dibuang ke dalam api (13:6-9). Apakah kesalahan Israel sehingga mereka layak binasa? Mungkin cerita berikutnya menjawab pertanyaan itu, sebab cerita tersebut ditempatkan di antara bagian-bagian yang memiliki makna sama. Cerita ini mengemukakan dengan rinci suatu mujizat penyembuhan, namun bentuk nyatanya adalab suatu cerita yang sebaliknya. Cerita tersebut berkaitan dengan penyembuhan pada hari Sabat, tetapi cerita itu juga menonjolkan masalab antara Yesus dan orang-orang Farisi seperti yang dibicarakan dalam 11:37-54. Masalahnya, orang-orang Israel yang melawan Yesus sangat terpaut masalah-masalab luar sehingga mereka tidak sadar bahwa kerajaan Allah sedang hadir di tengah mereka dalam wujud penyembuhan seorang perempuan yang dirasuk roh. Kerajaan Allab itu
Cerita Lukas ten tang Perjaianan Yesus
61
bertumbuh, seperti halnya biji sesawi yang bertumbuh menjadi pohon yang rimbun, atau seperti ragi yang mengkhamirkan tepung. Pertanyaan kepada Yesus dalam perjalanan ke Yerusalem (13:23) menjadi sangat penting, "sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Karena orang Israel terikat kepada hal-hal yang kelihatan, maka mereka tidak mampu mengenal bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dan penghantar ke dalam kerajaan Allah, sehingga banyak orang mencoba masuk namun mereka tidak akan berhasil. Apabila mereka berada di luar, mereka akan memberi alasan seolah·olah telah memberi perhatian besar kepada Yesus, namun itu pun akan terlambat. Para leluhur Israel dan para nabi akan duduk pada meja perjamuan mesianis bersama Yesus dalam kerajaan Allah, sedangkan orang Israel yang mendengar pemberitaan-Nya namun tidak menerimanya akan dikeluarkan. Tempat mereka akan digantikan orang-orang bukan Israel, yaitu orang-orang kafir yang kepada mereka Injil akan diberitakan dalam Kisah Para Rasu!. Karena umumnya unit-unit panjang dalam Lukas kurang memiliki kesatuan (bnd. 11:14-13:30), sehingga perlu membuat semacam ringkasan terhadap hal-hal yang ditonjoikan Lukas, yaitu: a.
Yesus mengatakan bahwa nasib manusia tergantung pada kemampuannya mengenal Yesus sebagai nabi yang telah dijanjikan; b. Yesus membicarakan tentang mereka yang mau dan yang tidak mau mengenal-Nya; c. Yesus berbicara tentang zaman akhir bahwa konsekuensi pengenalan atau penolakan itu akan terjadi; dan d. Yesus telah menubuatkan tentang misi kepada orang-orang kafir. 3. Perjalanan Berikutnya Kini Lukas menyimpulkan motif perjalanan untuk melengkapi struktur cerita seluruh materi pengajaran-Nya berada. Orang-orang Farisi datang kepada Yesus (13:31) dan menyuruh-Nya meninggalkan negeri karena Herodes Antipas ingin membunuh·Nya. Karena Herodes adalah pe· nguasa di Galilea dan Perea, maka pembaca bisa bertanya-tanya menga· pa Yesus membuat kemajuan yang sangat sedikit dalam perjalanan-Nya - karena setelah empa! pasal tentang perjalanan, Yesus teruyata masih berada di daerah kekuasaan Herodes. Namun kalau disadari bahwa per·
62
[nji! Lukas sebagoi Cerito .
jalanan di sini lebih berfungsi seb"gai alafcerita daripada sebagai honologi, maka pertimbangan tersebul kurang relevan. Dengan 8lasan yang sarna, tidak perlu dipersoalkan mengapa H~rodes yang semula ingin mengetabui Yesus (9:7-9), kini jadi bermusuhan. Juga tidak perlu diselidiki mengapa orang-orang Farisi, yang pemab ditegur keras oleh Yesus dalarn 11:39-44, tiba-tiba cemas atas keselarnatan diri-Nya. Peringatan mereka terhadap Yesus - yang kenyataaunya dianggap melawan rencana ilabi dan nubuat Alkitab - pastilab didorong oleh keramaban mereka. Hal penting yang ingin dikemukakan Lukas terlihat dalarn penggunaan dua kala Yunani di ayat 33. Dalarn Alkitab babasa Inggris (RSV), dua kata tersebut diterjemahkau I must dan it can not be; dan dalarn Alkitab babasa Indonesia diterjemabkau Aku harus dan tidak semestinya. Seperti penggunaan kala-kala tertentu sebelumnya, penggunaan dua kata kerja ini juga mengandung arti kegialan nubuat Perjanjian Larna akan digenapi. Baik Herodes maupun kaum Farisi, tidak dapal memahami peristiwa inL Bahkau mereka tidak mengerti akan periode waktu, yakni tiga hari, yang jelas menunjukkan renlang waktu yang pasti, yang telab ditenlukan, dan yang tidak berubah lagi. Dalam 13:31-35, Lukas menggunakan babasa yang padal. Kata yang sama digunakan dalam waktu yang berbeda. Penggunaan kala-kala ini lerlihat dalam terjemahan David .Tiede dalarn Prophecy and History in Luke-Acts (Philadelphia: Fortress Press, 1980, him. 71): Pada waldu yang sama, beberapa orang Farisi datang dan berkata kepadaNya: "Berangkat dan pergiloh dari sini kamna Herodes bermaksud membunub Engkau". Lalu Ia menjawab: 'Tidak. Pergi dan katakanlab kepada serigala itu: Aku mengusir setan dan menyelesaikan (apotelein) penyembuhan pada hari ini dan besok, dan pada han yang ketiga Aku akan selesai (teleoumai). Lagi pula, adoloh penting bagi-Ku pergi ses;"ai kehendak-Ku pada hari ini, besok dan lusa karena tidaklah semestinya seorang nabi dibunub di luar Yerusalem." "Yerusalem, Yerusalem, yang membunuh para nabi dan merajam mereka yang diutus kepadanya. Belapa sering Aku berniat mengumpulkan anakanakmu seperti seekor induk burung mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, namun kamu tidak mengingiuinya. Tengoklah, rumahmu telah kamu tinggalkan. Tetapi Aku berkata kepadamu, kamu tidak akan melihal Aku sampai (itu akan lerjadi ketika) engkau berkata kepada-Ku:
I
Cerita Lukas ten tang Perjalanan Yesus
63
"Berbahagialah Ia yang datang dalam nama Tnban" (humf miring ditambahkan oIeh Tiede).
Dari teks ini kita memperoleh kesan kuat tentang' seorang nabi yang kematian-Nya di Yerusalem telah dinubuatkan. Karena kenyataannya tidak seorang pun nabi-nabi Perjanjian Lama dibunuh di Yerusalem oleh para pemuka agama Yahudi, dan karena Lukas hanya sedikit menunjukkan bukti Alkitabiah bahwa nabi seperti Musa telah dinubuatkan akan dibunuh dalam melakukan misinya, maka pengulangan tema ini memberi kesan betapa pentingnya tema tersebut bagi pemahaman teologi Lukas. Bagian ini mengantisipasi masuknya Yesus ke Yerusalem ketika Ia disambut dengan kata-kata, "Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan" (19:38) dan kemudian Ia meratapi kota itu (19:41-44). Ungkapan, "". pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal ... ", merupakan referensi lain tentang penghancuran kota itu oleh orang-orang Romawi, yang menurut Lukas merupakan akibat penolakan mereka terhadap Yesus. Banyak penulis tua, termasuk Plato, menggunakan percakapan pada waktu makan sebagai alat cerita untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam pasal14, Lukas mengumpulkan sejumlah cerita tentang perkataan-perkataan Yesus dan mengatumya di sekitar jamuan makan, yang diperkirakan terjadi dalam perjalanan dari Galilea ke Yerusalem. Walaupun dalam pasal sebelumnya orang-orang Farisi mengingatkan Yesus ancaman Herodes, dan salah seorang di antaranya tuan rumah yang menjamunya, tema selurnh pasal ini berfokus pada penolakan Allah terhadap orang-orang Israel (termasuk kaum Farisi), yang menolak Yesus sebagai nabi yang telah dijanjikan. Telah diperlihatkan sebelumnya bahwa berbagai jamuan makan menunjukkan ciri dan status sosial Lukas dan jemaatnya, yaitu status kelas menengah. Sekaligus Lukas juga mampu menyampaikan tuntutan mutlak Injil kepada mereka, karena ia tahu persis apa resikonya. Seperti dalam jamuan makan sebelurnnya, di sini pun terjadi ketegangan antara Yesus dan tuan rumahnya, dan orang-orang Farisi "mengamati Yesus". Mereka menjamu bukan untuk belajar dari-Nya tetapi untuk mencari kesalahan-Nya dan menunjukkan kepada-Nya. Ada seorang yang sakit busung air, suatu gejala yang menumt para rabi Yahudi, pewaris tradisi Farisi, merupakan akibat dosa ragawi. Yesus memperlakukan peristiwa tersebut seperti saat Ia memperlakukan hal meme-
64
fnji! Lukas sebagai Centa
lihara Sabat, yang selalu menjad! pokok perdebatan antara Yesus dan para penentang-Nya. Jika beberapa naskah kuno mengatakan, orang Farisi baleh menarik "seorang anak laki-laki atau seekor lembu" yang terperosok dalam sumur pada hari Sabat, tetapi Yesus menghendaki gambaran yang lebih luas lagi, sehingga pembacaan yang benar adalah "seekor keledai atau lembu". Tidak seorang pun bisa memahami pasal ini, khususnya mereka yang memaharninya secara harfiah, atau mereka yang menganggap Yesus memaksudkannya demikian paling tidak seperti pemahaman Lukas). Teknik Yesus menghadapi mereka yang melawan Ia adalah gaya humor; Yesus melebih-lebihkan dan menggunakan karikatur guna menekankan maksud-Nya. Yesus seolah-olah berkata, "y~ ampun, kalau kamu bisa menaruh kasihan - atau melindungi investasimu - kepada seekor binatang yang bodoh pada hari Sabat, mengapa kamu tidak berbuat sama terhadap seorang manusia, yang adalah anak Allah?" Dengan m~nonjolkan sistem nilai para lawannya, Yesus memperlihatkan betapa dangkalnya sistem nilai tersebut. Kita memperoleh kesan bahwa menjamu Yesus sama dengan menjamu Phillip Roth. Tentu humor juga terjadi dalam hal menasihati para tamu. Jadi tidak bisa diartikan sebagai suatu nasihat serius tentang ketelitian. Yesus tidak bermaksud mengajar para pendengar-Nya bagaimana menjaga agar mereka tidak dipermalukan. Orang-orang yang berpikir harfiah juga memaharni nasihat Yesus tentang siapa pun yang diundang dalam jamuan makan ini sebagai sebuah hukum barn. Namun fokus perhatian sebenarnya adalah sistem nilai. Salah seorang tamu yang saleh mencoba menyelamatkan suasana pesta dengan mempercakapkan jamuan mesianis (14:15). Yesus menjawab dengan bercerita tentang seorang yang membuat pesta besar. Sesuai tradisi waktu itu, ia menyuruh hambanya untuk lebih dulu memberitahu para tamu bahwa jamuan makan telah siap. Namun para tamu mengemukakan berbagai alasan, mungkin akan terlambat tiba di jamuan dan bukan menolak untuk datang. Tuan rumah sangat marah, dan ia menyuruh hambanya untuk mengisi tempat itu dengan semua orang dad jalanan, sehingga mereka yang semula diundang tidak memperoleh tempat duduk. "Orang-orang miskin, cacat, lumpuh dan buta" yang berkumpul pada jamuan tersebut, menurut Yesus adalah orang-orang yang seharusnya diundang terlebih dulu (ay. 13). Hamba itu mula-mula disuruh ke "segala jalan dan lorong kota",
Cerita Lukas ten tang Perialanan Yesus
65
----------~~.'~------------------------~
dan ketika masih cukup tempat, ia pergi ke "semua jalan dan lintasan". lni jelas merupakan tunjukan tentang misi kepada orang-orang bukan Yahudi. lni merupakan implikasi bahwa orang-orang Isr~el yang saleh yang menolak undangan Yesus ke kerajaan Allah, akan digantikan tempatnya mula-mula oleh orang-orang yang terbuang dari masyarakat Israel dan oleh orang asing. Keradikalan undangan ke kerajaan Allah tersebut ditandai kejelasan bahwa pilihan kita akan kerajaan akan membuat seseorang sangat setia atau menjadi sangat membencinya. Menerima undangan tersebut sama dengan menerima undangan untuk disalibkan. Inilah yang membuat masyarakat kelas menengah yang menjadikan para pendengar Yesus - dan pembaca Lukas - berpikir keras dan hali-hali dalam menerima undangan itu. Namun kerugian yang diderita juga sangat besar kalau mereka menolak, sehingga orang yang bijaksana tidak akan ragu-ragu untuk menerimanya. Walaupun demikian, reaksi para pendengar-Nya menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak bijaksana. Sistem nilai mereka menunjukkan hal itu. Mereka ibarat garam yang telah menjadi tawar dan bahkan tidak layak untuk dibuang ke tumpukan sampah. Walaupun kata-kata teralchir ini lidak dikatakan Yesus pada saat jamuan makan melainkan kepada orang banyak yang menyertai la dalam perjalanan-Nya, Lukas jelas menekankan bahwa Yesus membuat penghakiman terhadap sikap mereka, yang terungkap dalam jamuan makan. Pasal 15 berisi tiga perumpamaan, yaitu domba yang hilang, dirham yang hilang dan anak yang hilang. Ketiganya menekankan hal yang sarna. Perumpamaan pertama terdapat juga dalam Injil Matius dan mungkin berasal dari Yesus. Walaupun asal-usul dua perumpamaan lainnya kurang jelas tetapi ajaran di dalamnya sesuai dengan ajaran Yesus. Situasi ajaran ini dalam pelayanan Yesus jelas, bahwa Yesus memperlihatkan perhatiannya terhadap am ha aretz kepada para lawan· nya. Am ha aretz adalah rakyat Israel, yang tidak memelihara hukum Taurat kata demi kata seperti yang dikehendaki kaum Farisi. Ini mirip dengan tata letak cerita-cerita ini oleh Lukas. Lukas menceritakan tentang para ahli Taurat dan orang-orang Farisi berbicara melawan Yesus karena Ia menerima dan makan bersama orang-orang yang tidak memelihara hukum ten tang makan. Karena tata letak ini, dan karena dirham, domba serta anak yang hilang semuanya masuk kategori mereka yang tidak hilang, jelas Lukas tidak mengartikan ajaran ini sebagai suatu
66
[njil Lukas sebagai Cerita
pembenaran orang-orang bukan' Yahudi. Sebaliknya, Lukas mungkin menggunakan perumpamaan ini kepada "orang-orang miskin, , , cacat, buta, dan lumpuh" yang telah disebutkan dua kali dalam pasal sebelumnya, Jadi tunjukan ini mungkin kepada orang-orang Kristen Anawim, suatu tunjukan tidak langsung yang sering disebutkan khususnya percakapan tentang cerita-cerita masa kecil Yesus. Malah sampai akhlr abad pertama. orang-orang Kristen masih harus bertahan terhadap kehadiran orang-orang bukan Yahudi di tengah-tengah mereka. juga terhadap orang-orang Yahudi yang tidak punya status sosial yang sanggup memelihara ritus yang murni. Ketiga perumpamaan ini merupakan contoh baik tentang cara Yesus menghadapi para lawan-Nya. Ia menghadapi mereka dengan mengemukakan cerita yang mereka sepakati bisa menjadi analogi terhadap masalah yang dibahas. Yesus memperoleh kesepakatan mereka dengan memberi.konsesi awal terhadap pendapat mereka. Ini terlihat pada kasus domba. dirham maupun anak yang hilang - khusus untuk anak. memang ia layak mengalami keadaan tersebut. Sikap ini - bahwa "mereka layak mengalami nasib tersebut". - merupakan pandangan umum bagi orang-orang yang terbuang dalam masyarakat. Ketika Yesus menyarankan memandang mereka dengan cara yang berheda. - cara pandang Allah - dengan sukacita menyambut pertobatan mereka seperti kita bergembira menemukan ~esuatu yang semula hilang. para lawanNya dipaksa untuk mempertimbangkan perspektif baru tersebut. Perhatikan bahwa satu-satunya saat seekor domba lebih berharga dari sembiIan puluh sembilan ekar lainnya. dan upah sehari lebih berharga dari sembilan lainnya. adalah saat penemuan kembali barang-barang yang semula dianggap telah hilang. Lukas tidak menceritakan bagaimana perasaan bapa terhadap anak yang mengecewakan itu setelah enam minggu kepulangannya. Yang penting. saat penemuan kembali adalah saat sukacita yang luar biasa. hal yang dijelaskan bapa berulang-ulang kepada anaknya yang sulung saat pesta penyambutan berlangsung. Perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (16:1-9). sebenarnya mengandung aspek arnoral yang bisa dibandingkan dengan cerita Saki tentang "anak perempuan menakutkan yang sangat baik". Cerita itu tentang seorang anak yang diizinkan berjalan dalam hutan raja. Ia ditemukan seekor serigala dan dimakannya cepat-cepat. Namun tiga buah medali miliknya karena perbuatan baiknya saling bersentuhan dan
Cerita Lukas tentang Perjalanan Yesus
57
berbunyi. Para pembaca harfiab, telab berupaya membersihkan cerita ini sejak mulanya, narnun menempatkan cerita ini dalarn semangat pembicaraan Yesus di jarnuan makan dalarn pasal 14. Penatal
68
lnji] Lukas sebagai Cerita
tasan di antara kedua daerah itu: Narmin, Samaria berada di selatan Galilea, daJ.l anehnya Yesus masih berada begitu dekat dengan daerah Ia memulai pekerjaan-Nya pada delapan pasal sebelun'!nya. Tampaknya Lukas tidak terlalu mengenal geografi Palestina. Fakta orang kusta yang kembali untuk berterima kasih karena disembuhkan adalah seorang Samaria, mungkin dijadikan alasan Lukas menempatkan cerita ini di Samaria. Berbagai pertanyaan yang timbul mengenai cerita, dan berbagai upaya menjawabnya secara rasional, mengabaikan kecenderungan Lukas untuk lebih berkonsentrasi pada upaya menampilkan cerita yang menguatkan moral dan cerita dramatis, daripada memperhatikan detail cerita itu. Ada dua pokok masalah yang menarik di sini, yaitu langkanya ungkapan syukur dan superioritas orang Samaria. C.erita ini dikeniukakan untuk mendemonstrasikan langkanya ungkapan syukur tersebut. Isinya berbeda dari cerita-cerita penyembuhan lainnya, sehingga menyebabkan para pakar berpikir apakah cerita ini sebenarnya perumpamaan yang dijadikan cerita tentang Yesus. Dilihat dari tradisi lnjil, penjelasan ini tampak terlalu mekanis. Sikap positif orang Samaria itu tidak mengindikasikan berasal dari "sumber Samaria", tetapi menampilkan pandangan rendah orang Yerusalem terhadap orang Samaria agar cerita itu dramatis. Akhir cerita ini mengimplikasikan bahwa ungkapan terima kasih orang Samaria itu penting, karena ia menerima berkat yang lebih besar dari sekadar kesembuhan sembilan orang lainnya, walaupun hakikat berkat itu tidak diungkapkan. Dalam 17:20, Yesus ditanya kaum Farisi tentang kapan Kerajaan Allah akan datang. Yesus menjawab bahwa Kerajaan itu "ada di antara" rnereka, apa pun artinya. Terjemahan yang telah lama disukai berbunyi, "Kerajaan Allah ada di dalam kamu". Namun Yesus hampir tidak pernah mengatakan hal itu kepada orang Farisi. "Di antara kamu" bisa berarti bahwa masa eskatologis telah dirnulai, walaupun tampaknya bukan itu yang mau dikatakan di sini. Mungkin dalam pekerjaan Yesus, seseorang telah mulai merasakan kerajaan itu. Mungkin berarti bahwa kerajaan itu "hampir tiba" bagi mereka, atau "sudah sangat dekat" seperti yang terumus dalam ungkapan "Kerajaan Allah sudah dekat". Yang paling bisa dikatakan, ungkapan ini tidak memberikan petunjuk yang jelas. Ketika Yesus berbalik dan berbicara kepada para murid, Ia juga tidak mernperjelas situasi. Yesus mulai membicarakan "Anak Manusia",
Cerita Lukas ten tang Perjalanan Yesus
69
bukannya "kerajaan Allah". Lalu Ia meneruskan berbicara tentang "satu" dari "hari-hari Anak Manusia". Ini berarti ada banyak kesempatan seperti itu, tetapi rupanya lebih menunjuk kepada keda.tangan Yesus yang kedua kali, yang diungkapkan sebagai hari atau han-han Anak Manusia. Dikatakan bahwa para murid ingin menyaksikannya, tetapi keinginan itu tidak akan terpenubi. Tampaknya Lukas mau mengatakan bahwa gereja di zamannya kecewa karena tertundanyaparousia itu. Yang jelas Yesus sangat tegas mengatakan bahwa saat hari-hari Anak Manusia itu tidak bisa diprediksikan, tidak ada tanda-tanda yang memampukan para pengamat melakukan perhitungan apokaliptis tentang hal tersebut. Hari-hari itu akan terjadi segera, seperti halnya kilat terjadi di langit sementara orang sibuk dengan pekerjaan mereka sehari-hari. Karena itu orang selalu harus bersiap. Tetapi apabila hari itu datang, kehadirannya sangat jelas dan tidak akan ada yang salah mengenal-Nya. Pasal 18 dibuka dengan perumpamaan tentang hakim yang tidak adil, yang memutuskan untuk membenarkan janda miskin, daripada membiarkan ia terus mengganggunya. Cerita ini mirip perumpamaan tetangga di tengah malam (11:5-9). Humor yang dikandung di sini mirip humor dalam perumpamaan juru bayar yang jahat (16:1-9). Di sini ajaran tentang doa memiliki aplikasi eskatologis, yaitu Allah membenarkan umat pilihan-Nya. Selanjutnya perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Orang Kristen dewasa ini umumnya mengidentifikasikan diri dengan pemungut cukai yang bertobat, sehingga merasa lebih tinggi dari orang Farisi yang sok-sud ini. Sikap ini membuat orang-orang Kristen mudah mengabaikan betapa radikal dan hebatnya perumpamaan ini terhadap nilai-nilai masyarakat kelas menengah. Dalam melakukan tugas keagamaan, orang-orang Farisi bersyukur karena merasa kelompoknya diperkenankan menampilkan upaya-upaya "membangun pagar di sekitar Taurat" untuk melaksanakan berbagai tuntutan Taurat, dan berupaya agar tuntutan-tuntutan Taurat itu dipatuhi. Mereka menambahkan berbagai hal daripada yang dituntut oleh Taurat. Inti perumpamaan ini akan bilang kalau ketulusan rasa syukur orang Farisi ini diragukan. Orang-orang Farisi menemukan sukadta besar dalam melaksanakan tanggung jawab agamanya, dan mereka bersyukur kepada Allah karena dilahirkan dengan status kbusus yang memberinya kesempatan melaksanakan tugas tersebut. Mereka tidak senang dengan pekerjaan yang ti-
70
fnjil Lukas sebagai Cerita
dak jujur, ataupun pekerjaan yang menghalanginya melaksanakan tugas agamanya. Hidup untuk memuji Allah merupakan wujud kehidup, an yang sangat ia senangi. Sebaliknya, pemungut cukai tahu bahwa pekerjaan yang digelutinya itu bersifat menindas dan bahkan tidak suci, tetapi ia tidak berupa· ya memperbaikinya. Melakukan pembaruan akan merugikan bisnisnya, sebab ia memiliki investasi besar. Ia tidak melakukan penggantian atau usulan seperti yang dilakukan Zakheus dalam 19:8. Ia hanya berlutut dan memukul dadanya dengan putus asa, sadar bahwa ia tidak layak menerima kasih Allah. Justru karena sikap inilah ia dianggap sebagai orang yang benar. Inilah paradoks dan aib perumpamaan yang radikal ini. Dengan cemerlang Lukas menempatkan cerita pertemuan Yesus dengan penguasa yang kaya setelah perumpamaan ini, yang tata letalq:tya sangat berbeda dalam Matius dan Markus. Dengan cara ini Lukas mampu memperlihatkan inti beritanya, bahwa masalah utama dalam mengikut Yesus adalah menerima atau menolak Yesus dengan semuasyarat panggilan tersebut. Jadi bukan amal yang menjadi ukuran. Seperti kata Yesus kepada para murid-Nya, siapa pun yang bersedia meninggalkan miliknya demi kerajaan Allah "akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal" (18:30). Bagian terbesar dari ke sembilan pasalnya, Lukas menggunakan motif cerita perjalanan dari Gaiilea ke Yerusalem sebagai bingkai untuk mellggantungkan materi pengajaran-Nya yang berasal dari sumber Q. Kini Lukas menjadikan Markus sebagai sumber utamanya, dan lebih berfokus pada tindakan nyata daripada pembicaraan seinata. Kedua be· las murid diingatkan dalam 18:31 tentang tempat tujuan (Yerusalem) dan maksud perjalanan mereka (penggenapan nubuat). B~rbeda dengan Markus yang mengalihkan tema utama teologis ceritanya tentang Yesus, sehingga Markus banyak membicarakan rahasia kemesiasan Yesus. Lukas justru lebih memberi perhatian pada kematian Yesus. Lukas melihat kematian Yesus sebagai unsur kunci dari rencana keselamatan Allah, seperti yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Karena itu, seperti Markus, Lukas menggambarkan para murid sangat kurang berpengertian, yang berdasar pada kesalahpahaman dan bukan pada kekerasan hati. Kesalahpahaman mereka sangat besar sehingga diperlukan liga ungkapan yang sinonim untuk menjelaskannya, yakni "Akan tetapi
Cerita Lukas tentang Perjalanan Yesus
71
mereka sama sekali tidak mengerti semuanya itu; arti perkataan itu tersembunyi bagi mereka dan mereka tidak tahu apa yang dimaksudkan" (ay. 34). Seperti dalam Kisah Para Rasul, kesalahpahaman ini bukan sikap akhir mereka; kebangkitan Yesus akan menjelaskan segala sesuatu. Pengabalan ini tidak menjadi alasan penghukuman, tetapi bagi mereka yang menolak pemberitaan para murid setelah kebangkitan maka penghukuman akan dilaksanakan. Sering terjadi dalam Lukas, walaupun tidak sesering dalam Yohanes, bahwa pengajaran Yesus sering dikaitkan dengan cerita mujizat atau cerita lainnya pengakaran Yesus diilustrasikan secara simbolis. Kini hal tersebut tampak juga dalam cerita penyembuhan orang buta, yang bernarna Bartimeus dalam Markus tetapi tidak menyebut nama dalam Lukas. Orang buta ini menyebut Yesus "Anak Daud", sebagai antisipasi peristiwa Yesus masuk ke Yerusalem yang segera menyusul. Orang buta ini "diselamatkan" karena imannya, kontras dengan para murid yang kurang pengertian. Penglihatan yang ia peroleh adalah bersifat fisik maupun spiritual. Ia selalu mengikuti Yesus, "sambil memuliakan Allah". Seluruh rakyat "melihat" hal itu dan memuji-muji Allah. Laporan tentang kesembuhan orang buta ini disusul dengan cerita pemungut cukai, bahkan seorang "kepala pemungut cukai". Ia "melihat" Yesus dan menerima "keselamatan" yang dibawa-Nya. Pada zaman Yesus, Israel menanggung beban pajlik ganda, untuk pemerintah Romawi dan untuk Bait Suci. Tanggungan ganda ini ditambah dengan kepadatan penduduk dan tingkat produksi yang rendah, menjadikan beban hidup rakyat sangat berat. Pejabat Romawi sendiri yang mengumpulkan iuran dan pajak harta, tetapi mereka juga memperoleh hak mengumpulkan pajak jalan dalam transportasi barang, termasuk transportasi budak, melalui laut dan darat. Karena para pemungut cukai bersaing dalam memperoleh hak ini, jelas mereka berusaha memperoleh keuntungan daripadanya. Orang-orang Yahudi yang bekerja di bidang ini dianggap bekerja sama dengan musuh yang telah menjajah tanah air mereka dan mengambil alih pemerintahan Allah atas Israel. Selain itu, kontak sosial yang harus dilakukan para pemungut cukai ini dengan orang-orang Romawi yang kafir membuat mereka sukar memelihara hukum kesuciano Karena itu masyarakat menggolongkan mereka sebagai orang berdosa. Zakheus merupakan salah satu dari mereka, juga pemungut cukai yang dibicarakan dalam 18:9 dan seterusnya.
72
fnjil Lukas sebagai Gerita
Namun, Zakheus merupakan salah, satu tokoh dalam Injil Lukas yang merepresentasikan kelompok terbuang yang terbuka terhadap kabar baik yang dibawa Yesus. Secara spiritual, Zakheus lebih memiliki pertimbangan yang matang daripada kaum Farisi serta \lara pemimpin agama yang memandang rendah dirinya. Zakheus bahkan melebihi kedua belas murid, yang lidak memahami pembiearaan Yesus tentang kemalian-Nya (18:34). Zakheus memahami konsekuensi yang ia hadapi dengan menerima Yesus, tanpa harus ada yang mengatakan hal tersebut kepadanya. Ia merelakan setengah hartanya diberikan kepada orang miskin dan bersedia membayar empat kali Iipat apa yang ia peras dari orang lain. jadi sekali lagi Lukas menunjukkan hubungan sikap seseorang kepada Yesus dan kepada harta. Yesus menjawab Zakheus, liahwa keselamatan telah datang kepada rumahnya dan justru kepada aI).akanak Abraham yang terbilang inilah Yesus datang untnk menyelamatkan. Bentuk perumpamaan Matius tentang talentaluang mina lebih banyak dibabding orang dengan perumpamaan yang sama dalam Lukas. Karena itu harus ada upaya untuk tidak mengubah interpretasi orang terhadap Lukas dari apa pun yang diperoleh dari Matius. jumlah uang dalam kedua cerita ini sangat berbeda. Talenta dalam Matius bernilai enam puluh mina dalam Lukas. Sangat keliru untuk menghitung perbedaan ini dengan cara menghitung valuta asing pada masa kinL Yang penting, satu mina saja sudah ~ukup untuk menjadi modal awal untuk memulai usaha seseorang. Tata letak cerita Lukas berkaitan dengan spekulasi tentang waktu pemunculan kerajaan Allah. Apakah kerajaan itu akan hadir ketika Yesus tiba di Yerusalem? Yesus menjawab melalui perumpalnaan, yang dalam Injil Lukas merupakan kombinasi perumpamaan tentang "uang" dan perumpamaan tentang seorang bangsawan yang berangkat untuk dinobatkan menjadi raja, atau upaya memperindah perumpamaan uang mina dengan menambah hal-hal detail untuk diinterpretasi seeara simbolis. Karena jelas Yesus sendiri merupakan seorang bangsawan yang berangkat, dan Israel adalah umat yang menolak pemerintahan Yesus, maka perumpamaan ini merupakan cara mengatakan bahwa Kerajaan Allah tidak akan datang sampai kedatangan Yesus yang kedua. SebeIum hal itu terjadi Yesus akan ditolak para pemimpin Israel dan sebagian umat lainnya. Sementara itu para pemimpin gereja mula-mula akan mencoba menguji penatalayanan mereka dalam misi kepada bangsa-
Cerita Lukas ten tang Perjalanan Yesus
73
bangsa bukan Yabudi. Dengan menafsirkan cerita terse but seperti ini, Lukas tidak perlu menunda perkiraan waktu kedatangan Yesus lebih lama dari waktu penulisan Injilnya. Detail dari cerita, rupanya dipola menurut peristiwa setelah kematian Herodes Agung pada tabun 4 s.M. Puteranya, Arkhilaus, berangkat ke Roma untuk menerima kerajaan yang diwariskan ayabnya. Tetapi ketika orang Yahudi mengirim utusan yang mengatakan babwa mereka tidak menghendaki Arkhilaus menjadi raja, maka Arkhilaus hanya menerima sebagian daerah kekuasaan ayabnya, yaHu Samaria dan Yudea. Bahkan daerab itu pun kemudian diambil darinya sepuluh tabun kemudian, dan menjadi daerah kekuasaan Romawi. Dua puluh tahun kemudian Pontius Pilatus memerintah daerab tersebut.
,
4 KLJMAKS OJ YERUSALEM LUKAS 19:28 - 24:53
1. Mesias Datang ke Bait Suci Sekarang tibalah peristiwa-peristiwa yang telah dinyatakan oleh semua hal di masa lalu, yakni kematian Yesus, kebangkitan dan kenaikan-Nya. lni harns disadari bahwa pengertian Lukas terhadap peristiwa-peristiwa tersebut sangatlah berbeda dari pemahaman Markus dan Paulus. Lukas tidak mengartikan peristiwa penyaliban sebagai tindakan pengorbanan dalam rangka pAnebusan, atau sebagai kematian sukarela demi kehidupan orang lain. Berbagai petunjuk memperlihatkaIi bahwa te~i;' gi Lukas lebih merupakan teologi kemuliaan daripada teologi salib. Interpretasinya terhadap kematian Yesus tidak terlalu ja10lh dari pemahaman bahwa salib merupakan media keselamatan yang direncanakaIl Allah sejak mulanya dan yang oleh pekerjaan Roh Kudus dijanjikan para nabi. Mengapa Allah hams menebus manusia dengan cara itu, atau aspek penebusan apa yang ada dalam kematian di salib, tidak menjadi pertanyaan-pertanyaan Lukas. fa lebih memberi perhatian kepada mujizat kemenangan atas penggenapan nubuat sehingga hal-hal lain tidak memperoleh perhatiannya. Hams juga diingat bahwa penyaliban dan kebangkitan tidak memenuhi semua nubuat. Semua peristiwa yang dilaporkan dalam Kisah Para Rasul masih merupakan peristiwa masa de-
Kiimaks di Yerusalem
75
pan, juga kehancuran Yerusalem dan waktn kedatangan "Anak Manusia", yakni kedatangan Yesus yang kedua untukmenghakimi dunia. Cerita Lukas tentang Yesus masuk ke Yerusalem tarn,paknya mengikuti pola cerita Markus, walaupun Lukas menghilangkan upaya Markus untuk menyesuaikan peristiwa-peristiwa pekerjaan Yesus di Yerusalem ke dalam Minggu Suci dan perumpamaan tentang pengutukan pohon ara. Cerita ini diapit cerita Yesus masuk ke kota dan pembersihan Bait Suci. Karena Lukas tidak memberikan kronologi peristiwa Minggu Suci dan juga tidak menyebutkan hal melambaikan ranting-ranting. maka tidak tepat membicarakan "Minggu Palma" dalam Lukas. Motif utama Lukas memotong laporan Markus demi penghematan dan alur cerita. Lukas menjelaskan bahwa nyanyian pujian orang banyak dimulai ketika Yesus dan rombongan-Nya mulai menuruni Buldt Zaitun. Penyebutan Yesus sebagai pewaris takhta Daud dalam Markus dibuang oleh Lukas, karena telah diganti lebih dulu dengan cerita penyembuhan orang buta (18:38-39). Lukas mengungkapkan teriakan para murid. "Damai sejahtera di sorga dan kemuliaan di tempat yang maha tinggi". Ungkapan ini mengingatkan nyanyian para malaikat kepada para gembala (2:14). tetapi damai di sini telah berganti tempat. karena di sini tempatnya adalah di sorga dan bukan di bumi. Orang-orang Farisi muncui terakhir kali dalam Injil ini ketika mereka menyebut Yesus "guru". dan meminta-Nya mendiamkan para murid-Nya. Yesus menjawab bahwa kalau murid-murid diamlIlaka batu-batulah yang akan berteriak_ Jadi, sampai akhirnya. kaum Farisi tetap buta terhadap identitas Yesus_ Dengan cara yang mirip dengan 13:31-35. Yesus menangisi kota Yerusalem dan mengemukakan secara jelas pendudukan Roma yang merupakan salah satu konsekuensi penolakan mereka terhadap Yesus. Empat tahap eskatologi Lukas yakni (1) penyaliban dan kebangldtan. (2) allugerah Roh dan misi kepada orang kafir, (3) kehancuran Yerusalem. dan (4) kedatangan kedua, (bukan merupakan suatu perhitungan apokeIip.;s karena jarak waktu tahapan-tahapaan tersebut tidak berupa durasi waktu yang tetap). Ketika Lukas menulis Injilnya. setiap tahapan ter'ebut telah terjadi kecuali kedatangan Yesus yang kedua. karena itu Lukas berpendapat bahwa gereja harns dalam k~~an siap: Laporan Lukas tentang pembersihan Bait Suci lebih singkat dari Markus maupun Matius. Setelah itu. Yesus mengajar di Bait Suci setiap hari. Karena Injil sinopsis yang lain mengatakan hal yang sama. kurang
76
lnjil Lukas sebagoi Cerita'
jelas apakah Lukas menganggap Yesus m~mbersihkan Bait Suci dalam rangka menggantinya dengan diri-Nya sendiri sehingga Yesus menjadi pusat dari Israel, atau apakah motivasi Lukas mempersingkat cerita hanya karena alasan gaya penulisan, Dalam Lukas, cerita Yesus mengajar di Bait Suci ternyata kurang rinei dibandingkan Markus, Tidak ada cBrita yang menginterupsi urutan usaha pemimpin agama mengumpulkan bukti melawan Yesus agar mereka dapat memperkarakan di hadapan Gubernur Romawi. Di Yerusalem para pejabat Bait Suci ini menempatkan kaum Farisi sebagai lawan Yesus. Mula-mula mereka bertanya kepada Yesus, dengan kuasa apa Yesus menggemakan kemenangan dan menyucikan Bait Allah. Untuk menunjukkan bahwa mereka tidak menganggap serius kuasa meslanis yang terwujud dalam tindakan-tindakan !ersebut, Yesus ber!anya kepada mereka tentang kuasa Yohanes Pembaptis, yang tidak perlu lagi dipersoalkan. Namun mereka tidak membuat suatu respons secara teologis tetapi secara politis, sehingga menunjukkan bahwa tidak mungkin mengadakan suatu percakapan serius dengan mereka. Reaksi Yesus adalah melakukan serangan balasan, dengan menggunakan perumpamaan yang membandingkan pemilik tanah dengan para penggarap yang membunuh anak pemilik tanah yang sanga! dikasihi guna mengambil alih tanahnya. Yesus menyimpulkan perumpamaan ini dengan mengatakan bahwa pemilik tanah itu akan dqtang dan menghancurkan para penggarap dan memberikan kebun anggur itu kepada orang lain. Inti yang ditekankan YesiIs berdampak dalam kehidupan agama, dan mereka tahu Yesus memberikan ancaman mutlak kepada mereka dan kepada lembaga agama yang mereka pimpin, Maka keinginan merekit untuk menghancurkan Yesus bertambah besar. Usaha selanjutnya adalah menjebak Yesus, seperti halnya Ia menjebak mereka lewat pertanyaan mengenai kuasa Yohanes Pembaptis. Mereka mengirim mata-mata yang berpura-pura sebagai pencari kebenaran untuk bertanya kepada Yesus tentang hal membayar pajak kepada Kaisar Roma. Mereka menyangka bisa menjebak Yesus pada semua sisi. Kalau Yesus menjawab bahwa mereka harns membayar maka Ia akan kehilangan popularitas-Nya terhadap uma!; tetapi kalau Yesus mengatakan tidak perlu membayar maka Ia bisa dituduh memberontak. Ternyata Yesus mendemonstrasikan ke!erlibatan mereka sendiri dalam jajahan Romawi dengan menyuruh mereka mengeluarkan sekeping uang
Kiimaks di Yerusalem
77
Romawi. Gambar kaisar pada mata uang tersebut menunjukkan bahwa uang itu adalah milik Kaisar. dan wajar jika mereka memberikan apa yang wajib diberikan kepada kaisar. . Seluruh lembaga agama ilu tidak hanya mencakup kaum Farisi yang percaya tenlang kebangkitan. tetapi juga orang-orang Saduki yang me· rupakan kelompok imam besar yang konservatif. Kelampok ini tidak percaya pada kebangkitan. karena menurut mereka hal itu tidak diajarkan dengan jelas dalam Perjanjian Lama. sebagai kitab yang diilhami oleh Allah. Kepada Yesus mereka mengajukan pertanyaan jebakan ten· tang kebangkitan yang melibatkan peraturan Perjanjian Lama. Menurut peraturan tersebut seorang laki-Iaki yang mati tanpa punya keturunan. jandanya harus dikawini saudara laki·lakinya supaya bisa menghasil· kan keturunan atas nama saudara yang meninggal tersebut (UI. 5:5-10). Yesus menunjukkan kebodohan penolakan mereka terhadap kebangkitan dengan menunjukkan bahwa di kehidupan yang akan datang tidak perlu ada perkawinan. karena tidak seorang pun akan mati kembali, dan karena itu tidak perlu menggantikan keturuoan melalui pengembangbiakan. Setelah itu Yesus mengambil insiatif dan mulai bertanya. la mulai dengan masalah kemesiasan keturunan Daud. Mereka mengharapkan seorang Mesias yang datang sebagai panglima perang untuk mengusir orang Romawi seperti halnya Daud mengusir orang Filistin. Pembuktian Yesus diperkuat dengan metode penafsiran Alkitab yang diguuakan waktu itu. Yesus berpendapat bahwa Roh Kudus yang mengilhami semua kitab suci mengemukakan bahwa Kitab Mazmur dikarang oleh Daud dan Mazmur 110 berbicara tentang Mesias. Karena itu Daud menyebut Mesias sebagai Tuhan. yang mengakui superioritas-Nya. Karena Mesias tidak mungkin memperoleh kuasa dari orang yang lebih rendah daripada-Nya. maka Mesias tidak mungkin menggantungkan status-Nya pada keturunan Daud. Beberapa kontroversi yang terjadi ketika Yesus mengajar di dalam Bait Suci diakhiri dengan serangan pribadi kepada para ahli Taurat ketika Yesus mengulangi tuduhan yang lazim waktu itu bahwa mereka serakah. Para ahli Taurat menikmati pakaian yang indah. sapaan penuh harmat. tempa! duduk kbusus sesuai status mereka. dan walaupun doa mereka sanga! panjang. mereka merampas rumah para janda. Yesus segera menegaskan tuduhan-Nya. Yesus dan para pengikut-Nya berdiri di halaman Bait Sud. dekat salah satu katak persembahan dan mengamati
78
lnjil Lukas sebagai Cerita
orang-orang yang memberi persembahan. 'Menumt Yesus, seorang janda yang mem~eri beberapa peser uang terkecilnya ternyata lebih pemurah dari orang lain karena ia memberikan apa yang ia butuhkan untuk hidup, sedangkan orang-orang lain hanya memberikan sedikit dari penghasilan mereka yang besar. Para pemimpin agama memberi lebih sedikit daripada pemberian orang miskin, padahal dari dialah mereka memperoleh kekayaannya. Jadi seluruh sistim agama dikecam dan argumentasi Yesus sangat baik. Markus hanya melaporkan dua pidato panjang Yesus, pertama mengenai perumpamaan-perumpamaan dalam pasal 4 dan sebuah penyataan (Yunani: apokalypsis) tentang akhir zaman yang akan datang. Lukas 21 :5-38 berdasarkan Markus 13, "Apokalipsis Kecil" muncul dan perubahan dari sumbernya yang dilakukan Lukas sangat ).lernada perintilh, baik waktu penulisan maupun tujuan penulisannya. Kelompok penafsir modern tentang Lukas menggunakan pasal ini untuk menunjukkan bahwa Lukas menulis Injilnya guna menghibur gereja karena penundaan kedatangan Yesus yang kedua. Sangat tepat jika Lukas menafsirkan pidato ini untuk mengacu kepada peristiwa-peristiwa yang telah terjadi antara waktu pelayanan Yesus di Yerusalem dan penulisan Injilnya. Tidak berarti bahwa Lukas berpendapat kedatangan Yesus yang kedua telah tertunda untuk waktu yang tidak terbatas, dan bahwa gereja harus bersikap tenang daIam menerima kelambanan sejarah yang panjang ini. Terlihat jelas ketika Lukas menulis Injil ini, Lukas menganggap bahwa akhir zaman telah dekat. Pidato ini diawali pembukaan yang sederhana. Ketika Yesus mengajar di Bait Suci, para pendengar-Nya berkomentar - seperti biasa dilakukan para wisatawan - tentang bangunan Bait Suci. Yesus menjawab dengan mengatakan bahwa seluruh bangunan tersebut qkan diruntuhkan. Para pendengar-Nya langsung bereaksi dengan mengemukakan pertanyaan yang menjadi pemicu pidato-Nya: "kapan akan terjadi, apa tandanya bila hal itu terjadi?" Maksud pertanyaan mereka adalah, "Jelaskan eskatologi-Mu, dan teori-Mu tentang akhir zaman." Perhatikan bahwa dalam Lukas, baik pertanyaan dan jawaban dilakukan di depan umum, bukan pembicaraan pribadi antara Yesus dan para murid-Nya, seperti dalam Markus 13:3. Yesus memprediksikan bahwa akan muncul banyak bahaya-bahaya semu tentang akhir zaman dan tentang waktu kedatangan-Nya
Klimaks di Yel11salem
79
yang kedua. Kesempatan pengharapan itu akan menimbulkan "perang dan kekacauan". Terjemaban kata "kekaeauan" dalam RSV adalab "pemberontakan". Jelas bahwa dalam pereakapan tersebut Lukas mengartikan peristiwa pengharapan mesianis yang semu sebagai upaya orang Israel membebaskan diri dari penjajaban Romawi sekitar 66-70 M. Dalam seluruh pasal terlihat dua perspektif waktu. Untuk hal-hal tertentu perspektif waktu sangat menyejarab, yakni perspektif Yesus di Yerusalem sebelum kematian-Nya. Pada kesempatan lain, perspektifnya adalab Lukas dan jemaatnya enam puluh tabun kemudian, setelab selesai perang Yabudi -Romawi. Perang tersebut bukan satu-satunya hal yang mengintervensi antara waktu Yesus dan waktu Lukas. Seluruh peristiwa yang berkaitan dengan penyebaran gereja dari Yerusalem ke Roma yang membentuk isi Kisab Para Rasul juga terjadi dalam masa antara tersebut. Peristiwa-peristiwa itu dinyatakan dalam ayat 12-19. Orang-orang Kristen akan dianiaya, diadili di hadapan sinagoge, raja-raja, gubernur dan mereka dipenjara; dikhianati teman-teman dan sanak keluarga, dan dibenci semua orang. Ayat 18 menampakkan kontradiksi terhadap semua yang dikatakan sebelumnya, terutama janji babwa tidak sehelai pun rambut kepala orang-orang Kristen akan Wlang. Ketegasan hal yang tampaknya berlawanan tersebut muneul dalam ayat berikutnya, babwa yang dijanjikan adalab keselamatan kekal dan bukan keamanan sementara. Tema penghaneuran Yerusalem pada 70 M muneullagi dalam ayat 20-24. Tampaknya orang Kristen diingatkan untuk meninggalkan kota pada waktu itu, karena nasib kota dan Bait Suci tidak berkaitan dengan agama barn yang diperkenalkan Yesus. Lukas mungkin mendasarkan tulisannya dari ingatan historis, sebab Eusebius, seorang bapa sejarab gereja mengatakan, "Para anggota gereja di Yerusalem, lewat nubuat dalam wabyu kepada seseorang yang dipereaya di situ, disuruh meninggalkan Yerusalem sebelum perang dimulai dan untuk tinggal di kota Pella di daerab Perea" (Ecclesiastical HistoJ)' 3.5). Lukas menggambarkan revolusi keras waktu itu sebagal "masa-masa pembalasan babwa akan genap semua yang ada tertulis." Ini merefleksikan keyakinan Lukas babwa kehancuran Yerusalem dan Bait Suci merupakan penggenapan nubuat tentang penolakan Israel untuk mengenal Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Bagian iill berakWr dengan nubuat tentang pendudukan Yerusalem sampai "genaplab zaman bangsa-bangsa itu".
80
InjiJ Lukas sebagai Gorita
Salah satu pernyataan pal.ing samar dalam Lukas adalah Lukas 21:32, "Angkatan ini tidak akan berlalu sebelum semuanya terjadi." Perkataan ini berasal dari Markus dan dikutip juga oleh Matins. Tetapi karena ketiga penginjil sinopsis memiliki pemahaman berbeda tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan akbir zaman, maka arti pernyataan tersebut menjadi berbeda dari lnji! ke lnji!. Persoalan utama LUkas adalah: angkatan manakah yang dimaksud dengan "angkatan ini", apakah angkatan Yesus atau angkatan Lukas? Mungkin jawabnya lidak berbeda. Mungkin ada orang-orang Kristen yang telah mendengar khotbah Yesus dan masih hidup di zaman Lukas. Masalah utama adalah bahwa Lukas menghampkan kedotangan Tuhan akon segem terjadi seteJah waktu penuJisan InjiJnya. Lukas menggambarkan Yesus membuat suatu perumpamaan yang penting, seperti muneulnya tunas baru di pepohonan merupakan tanda bahwa musim p~as akan segera tiba, begitu pula serangkaian beneana alam akan terjadi sebagai tanda makin mendekatnya kedatangan Yesus yang kedua. Bagi Lukas ada liga istilah yang tampaknya sinonim, yaitu kedatangan yang kedua (parousia), kedatangan kerajaan Allah (21:31), dan penebusan (21:28). Para pendengar yang Lukas maksud pada akhir pidato apokalipsis ini adalah gereja di zaman Lukas sendiri. P.M_a@ggoJa~llja dalam bahaya pengaruh kenikmatan dan hal-hal ci;"niawi, sehingga mereka berhellti menunggu kedatangatt Anak Manusia dengan pengharapan yang pelluh sukacita. Pengajaran Yesus di Bait Suei yang telah berlangsung sejak pembersihan Bait Suci kini berakbir dengan beberapa .catatan penjelasan mengenai keadaan yang terjadi. Dengan tetap mempertahankan tata letak tersebut sampai sekarang, Lukas dapat menempatkan Yesus di Bait Allah dalam seluruh bagian ini.
2_ J arnuan Makan yang Bersifat Mengantisipasi LUkas menempatkan exodus (9:31) dalam konteks Paskah tempat Exodus Israel dimulai. Dengan demikian Lukas mempersingkat cerita Markus tentang persiapan Perjamuan Malam terakhir, karena Lukas tidak mengikuti skema Markus tentang Minggu Suci. Bahkan setelah eerita Yesus diurapi oleh perempuan berdosa (7:36-50), Lukas mampu mempereepat jalan cerita. lni memberi kesempatan Lukas untuk langsung pindah da-
Klimaks di Ye11lsalem
81
ri persekongkolan antara para imam besar dan para abli Taurat ke perjanjian mereka dengan Yudas untuk mengkbianati Yesus, ketika orang banyak tidak ada di situ. Lukas mengasalkan pengkhianatan Yudas kepada setan yang menguasai diri Yudas. Gereja mula-mula memang mendapat banyak cercaan, karena Tuban yang mereka anggap mabatabu ternyata tidak mampu mengenali situasi pengkbianatan salab seorang pengikut-Nya yang terdekat. Setan tidak disebut-sebut sejak pencobaan Yesus, sejak dikatakan, "Setan mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik." (4:13). Apakab sekarang ini waktu yang baik ataukab Lukas tidak sering menunjuk kepada kegiatan setan, kurangnya tunjukan tentang hal ini tidak memberi dasar cukup untuk menerima teori sejumlab pakar babwa waktu antara kedua pemunculan setan itu adalab "waktu keselamatan" para murid bisa mencicicpi suasana kerajaan Allah. Pengaturan untuk makan Paskab dibuat oleh Yesus dan lebih melibatkan kemampuan-Nya melihat ke depan daripada pengaturannya lebih dulu. Suatu perubaban yang dibuat Lukas terhadap urutan Markus tentang peristiwa "Perjamuan Makan Terakhir" adalab memunculkari lembaga Ekaristi sebelum Yesus memprediksikan bahwa Ia akan dikhianati salab seorang murid-Nya. Pengaruh pengurutan tersebut untuk menunjukkan bahwa perbuatan jabat bisa terjadi bahkan dalam komunitas ekaristi, yaitu gereja; tema yang sangat cocok dengan nasibat Lukas untuk selalu wasp ada dan jangan tidak siap jika Tuhan datang kembali. Perayaan Paskah merupakan penyegaran kembali bagi Yesus sebelum penderitaan-Nya. Dalam pasal yang tidak memiliki kesejajaran dengan Matius maupun Markus, Lukas menceritakan bahwa Yesus berkata Ia tidak akan makan Paskab lagi sampai Ia beroleh kegenapannya dalam kerajaan Allah, Di sini Yesus menunjuk pada jamuan mesianis pada waktu kedatangan-Nya kembali. Ada beberapa kebingungan yang disebabkan acuan tentang dua cawan, dalam naskah·naskah tua terbaik Lukas. Dalam naskab·naskah lainnya, urutan biasa yaitu roti dan anggur dibalik. Karena lebih dari satu cawan diedarkan pada jamuan Paskah, maka lebih mungkin bahwa versi yang mengacu pada "dua cawan" lebih bisa diterima sebagai catatan yang asli, Ketika Yesus berkata bahwa Ia akan dikbianati, para murid mengalihkan percakapan dari masalah siapa yang bersalah kepada masalab siapa yang lebih besar. Hampir seluruh jawaban Yesus dipinjam dari Markus 10 tentang reaksi Yesus terhadap permintaan Yakobus dan
82
Injil Lukas sebagai Cerita"
Yohanes untuk duduk di sebelah kanan-Nya jika Ia masuk ke kerajaanNya. Tetapi Lukas mengakhiri pereakapan ini dengan janji bahwa kedua belas murid akan makan dan minum di meja Yesus dalam kerajaan, dan duduk pada dua belas takhta untuk menghakimi suku-suku Israel. Zaman kerajaan Allah akan tiba setelah kedatangan Yesus yang kedua, tetapi kegiatan kedua belas murid dalam awal Kisah Para Rasul menyatakan bahwa mereka melakukan penghakiman kepada dua belas suku, atau antisipasi terhadap penghakiman yang akan datang atas mereka. Yang jelas, kedua belas mood sangat terUbat dalam pembarnan Israel yang akan terjadi dalam diri Yesus. lni memperjelas Lukas mengenal penyangkalan Petrus. Yesus mengatakan kepada Petrus b?hwa Ia akan berdoa untuk Petrus, sehingga saat Petrus telah "berbalik kembali" ia akan menguatkan saudara-saudaranya. Ueapan ini jelas menunjuk kepada peran kepemimpinan Petrus dalam gereja a; Yerusalem. SemeI1tara itu, para murid harns mempersiapkan diri menghadapi pengalaman yang menyakitkan. Ketika Yesus mengutus mereka memberitakan Injil, mereka tidak dibolehkan membawa perbekalan, tetapi dalam waktu yang jahat yang akan terjadi, mereka harns membawa beka! dan pedang untuk mempertahankan diri. Walaupun ayat-ayat ini telah ditafsirkan dengan berbagai eara, tampaknya waktu penyaliban dipahami sebagal waktu yang dinubuatkan untuk penolakan Mesias. Seperti telah dieatat sebelurnnya, dasar tafsiran Lukas tentang kematian Kristus lebih berfokus pad~ unsur penggenapan nubuat daripada unsur penderitaan sukarela seperti yang ditekankan Markus dan Paulus. Di masa depan akan ada kesukaran yang lebih hebat dari,pada yang pernah terjadi di masa lampau. Namun pertanyaan mengapa hanya dua pedang yang dibutuhkan untuk itu, kurang terlalu jelas di sini. Agaknya, penafsiran ironis yang sangat disukai para penafsir modern, yang menafsirkan bahwa respon para rasul itu merupakan kesalahpahaman tragis, adalah penempatan yang keliru. 3. Penangkapan dan Penghakiman
Lukas terus menjadikan Markus sebagal sumber utamanya, tetapi ia melakukan berbagai perbaikan seeara bebas. Markus meneeritakan Yesus pergi ke taman Getsemani, yang terletak di lembah Kidron di kaki bukit Zaltun, persis di bawah Gunung Zion di daerah sekitar Balt Suci (22:39).
Klimaks di Yerusalem
83
Sedangkan Lukas menceritakan Yesus pergi ke suatu tempat yang tidak dikenal di Bukit Zaitun [22:39). Seperti dikatakan sebelumnya (21:37), jelas tempat ini merupakan temp at Yesus biasa tinggal ka.lau 1a ke Yerusalem (21:37). Karena predikai Yesus tentang penyangkalan Petrus terjadi dalam perjamuan makan, maka Lukas tidak perlu menginterupsi alur cerita di sini dengan menceritakannya lagi. Yesus dalam versi Lukas muncul Iebih memiliki penguasaan diri daripada Yesus dalam versi Markus. Dengan ketenangan-Nya menghadapi maut, jelas 1a menjadi teladan bagi para martir di jemaat Lukas. Yesus menyuruh para murid-Nya berdoa agar jangan jatuh ke dalam pencobaan. 1a tidak terjatuh ke tanah tetapi [a berlutut dengan tenang. Seorang malaikat datang memberi kekuatan kepada-Nya, seperti para martir di zaman Lukas berharap untuk dikuatkan. Walaupun Yesus berada dalam "penderit.an", peluh-Nya sepem titik-titik darah (ini bukan berarti darah sungguhan). Kesengsaraan ini tidak boleh dipahami sebagai pergumulan eskatalagis yang digambarkan Markus. Robert Karris menjelaskan keadaan ini "seperti kecem.san seorang atlet angkat besi yang mencoba mengangkat beban lima ratus pan." Yesus mempersiapkan diri-Nya untuk menghadapi penderitaan yang segera datang, supaya [a mampu melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Berbeda dengan Markus, Lukas tidak bercerila tentang tiga kali Yesus kembali dan mendapati para murid tertidur karena mereka tidak m'lJllpu berjaga dengan-Nya selama salu jam. Menurut Lukas Yesus hanya sekali kembali, dan tertidurnya para murid lebih banyak menandakan kesedihan mereka. Hal ini mengingatkan pada para murid yang tertidur di gunung pada waktu peristiwa pemuliaan (9:32). Mereka diperintahkan untuk berdaa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Sekali lagi perintah untuk berjaga dan berdoa merupakan perintah yang diteruskan Yesus kepada jemaat Lukas saal mereka menan!i kedatanganNya yang kedua. Cerita tentang penangkapan juga mengandung upaya perbaikan Lukas terhadap tradisi yang diterima dari Markus. Gaya penulisan Lukas sangat padat dan ceritanya lebih Iangsung. Yudas datang ke tempat yang diyakini sebagai tempat Yesus berada di Bukil Zaitun, dengan membawa serombongan orang dengan identitas yang tidak jelas pada awalnya. Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya, sebagai tanda untuk menangkap Yesus. Tindakan Yudas ini tidak sejelas di dalam
84
Injil Lukas sebagai Geriia
Markus. Namun Lukas melaporkaiJ tangg"apan Yesus yang mengandung penderitaan terhadap pengikut-Nya yang akrab dengan-Nya, yang kini disebut sebagai "murid-Nya yang bernama Yudas". Yesus bertanya apakah tanda keakraban itu juga menjadi tanda pengkhianatan. Hanya Lukas yang mengatakan kepada kita bahwa para murid-Nya, setelah mengetahui apa yang akan terjadi, meminta izin sebelum menarik pedang mereka - walaupun mereka akhirnya tidak menunggunya lagi untuk menggunakan pedang mereka. Sekali lagi, hanya Lukas yang mengatakan bahwa ketika telinga kanan hamba seorang imam besar dipotong, Yesus menyembuhkannya. Tindakan ini merupakan panggilan untuk mengakhiri kekerasan dan menunjukkan bahwa Yesus bul¥mlah seorang yang revolusioner tetapi seorang yang cinta damai. Barulah pada waktu itu mereka yang datang menangkap Yesus dapat dikenali. Mereka bukan orang-orang yang ditugasi para penguasa agama. Para penguasa itu hadir secara pribadi, termasuk para kepala pengawal Bait Suci (Z2:52). Pertanyaan Yesus mengapa mereka tidak menangkap-Nya ketika Ia mengajar di Bait Suci seliap hari, memiliki makna penting. Mereka telah datang seperti akan menangkap seorang penjahat, yang pada waktu itu biasanya dikenali sebagai orang Zelot, yang bergerilya untuk mengusir penjajah Romawi. Secara keseluruhan Lukas berusaha menunjukkan bahwa omng-orang Romawi tidak menganggap Yesus bersalah dalam hejahatan apa pun. Para lawan Yesus telah menyembunyikan mereka yang memalukan di bawah jubah kegelapan, dan itu memang saat kuasa-kuasa kegelapan bekerja (22:53). Keterampilan Lukas bercerita mengandung kesederhanaan dan bergerak maju ke adegan lain lagi (22:54-71). Penyangkalan Petrus muncul sebelum peristiwa penghakiman di hadapan Sanhedrin, sehingga Yesus harus menunggu di halaman dengan para penjaganya sementara Petrus berusaha berbaur dengan orang banyak. Pengaturan cerita ini tidak hanya menyatakan kemungkinan bahwa Sanhedrin tidak mengadakan pertemuan di waktu malam, tetapi juga memungkinkan Yesus melihat langsung kepada Petrus pada saat ia menyangkali-Nya yang ketiga kali, yang sekaligus mengingatkan Petrus bahwa Yesus mengetahui dirinya melakukan hal tersebut. Tidaklah heran bahwa Petrus keluar dan menangis dengan sedihnya. Setidak-lidaknya para pembaca diingatkan bahwa Yesus telah menjelaskan penyangkalan ini sebagai pekerjaan setan yang menampi Petrus seperti orang menampi gandum (22:31-32). Bah-
K1imaks di Yerusalem
85
kan dengan penyangkalan Petrus maka doa Yesus telah dijawab, dan Petrus tidak gagal total, sebab ia akan kembali lagi dan menguatkan iman saudara-saudaranya. Berbeda dari penekanan Markus, bagi Lukas tindakan penyangkalan tidak menyebabkan hilangnya anugerah, dan tindakan ini pun tidak terlalu ditekankan (Mrk. 14:71). Hal ini sejalan dengan kecenderungan Lukas untuk tidak terlalu bersikap kritis terhadap para murid dibanding Markus. Kecenderungan ini ditunjukkan dalam cerita sebelumnya, bahwa mereka hanya sekali jatuh tertidur sementara Yesus berdoa dengan penuh penderitaan dan kesedihan. Buku Werner Kelber, Mark's Story of Jesus (Philadelphia: Fortress Press, 1979) mengemukakan tentang sikap Markus yang amat berbeda berser· ta penjelasannya. Ketika fajar terbit, Yesus dibawa untnk diadili di hadapan sidang. Kata Sanhedrin merupakan suatu penyesuaian bahasa Aram terhadap kata Yunani sunedrion yang berarti sidang. Proses peradilannya sangat dipadatkan sehingga hanya berpusat pada satu masalah saja, yaitu identitas Yesus dan ketidakmampuan para pemimpin agama mengakui iden· litas tersebut. Tidak ada berita apa pun tentang saksi palsu di sini, juga tidak tuduhan tentang perkataan Yesus, "Aku akan merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan Kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia" (Mrk. 14:58). Masalah yang dibicarakan dalam sidang sangat bersifat eskatologis, "Jikalau Eng· kau adalah Mesias katakanlah kepada kamL" Tiga istilah ini digunakan sebagai suatu sinonim, yaitu Kristus (Mesias), Anak Manusia dan Anak Allah. Sebenarnya ada istilah keempat telah diterapkan sebelumnya, yakni Mesias adalah juga seorang nabi seperti Musa, ketika seorang pen· jaga menyuruh Yesus untuk bernubuat dan mengatakan siapa di antara mereka yang telah memukul-Nya. Kalau leita hanya bertolak dari ayat· ayat ini seolah-olah Lukas tidak menerapkan gelar·gelar tersebut kepada Yesus, karena gelar-gelar tersebut diueapkan para pelawan-Nya dan Yesus tidak membenarkan maupun menyangkalinya. Yesus hanya mengatakan, "Kamu sendiri mengatakan." Tetapi kalau leita lebih te!iti membaca bagian akhir lnjil ini, jelaslah bahwa masalah utarna di sini bukan siapakah Yesus itu tetapi kemampuan para haleim memperhatikan seeara serius kenyataan apa yang terjadi sejak semula. lni terlihat dari eara bagaimana tanggapan Yesus a) diterima para lawan-Nya sebagai suatu pengakuan, dan b) bagaimana jawaban tersebut dijadikan bukti
86
Jnji] Lukas sebagai Gerita
untuk menghukum-Nya. Karena mereka' menolak mengakui kemungkinan bahwa Yesus sesuai dengan yang Ia katakan tentang diri-Nya, maka perklitaan Yesus bisa dipahami sebagai suatu penghujatan. Lukas mengkonstruksikan adegan Yesus di hadapan Pilatus (23:125) seeara khusus untuk menunjukkan bahwa Yesus tidak melakukan kejahatan Roma. Tema yang menonjolkan gerakan kekristenan yang tidak berpolitik dan kehidupan bermasyarakat mereka yang benar, akan sering muneul dalam Kisah Para Rasul, teristimewa dalam sikap Paulus. Jelas Lukas berupaya keras untuk membela gereja di zamannya dari tuduhan subversif. Di sini Lukas menggambarkan Pilatus, yang menyuarakan keadilan Romawi, yang sampai tiga kali memberitakan bahwa tidak ada bukti yang melayakkan Yesus menerima hukuman mati. Pilatus harns membuat penegasan ini untuk mengatasi protes para pemimpin Yahudi. Tujuan Lukas bukanlah anti-Semitis karena la dendam kepada orang Yahl}di (sikap tidak kristiani yang menganggap bahwa sebagian besar orang Kristen sepanjang abad juga bersikap seperti itu). Sikap Lukas adalah pro-Kristen, ia menolong pemerintahan Romawi mengetahui bahwa gereja sarna sekali tidak merupakan aneaman politis terhadap kekaisaran Romawi. Tuduhan para pentimpin agarna terhadap Yesus adalah tuduan palsu semata. Tuduhan bahwa Yesus menolak membayar pajak kepada kaisar (23:2), sarna sekali ditolak dalarn 20:25. Ketika Pilatus menanyakan apakah Yesus seorang raja, Yesus menjawab "Engkau sendiri mengatakannya". Jawaban ini mirip jawaban Yesus kepada Sanhedrin tentang kemesiasan-Nya. Narnun ketika Pilatus tidak menganggap jawaban tersebut sebagai penyangkalan, para pemimpin agarna justru mengartikannya sebagai pengakuan. Kalau kita boleh membaea pikiran Yesus dalam jawaban tersebut, atau, pemaharnan Lukas tentang "'Pa yang Yesus maksudkan, jawaban tersebut berarti, "Aku memang seorang raja, tetapi bukan untuk mengganggu pemerintah Romawi". Lukas membuat suatu peralihan yang sangat baik dalam 23:5 ketika ia meneeritakan para pemimpin agama menuduh Yesus telah menggerakkan rakyat dari Galilea ke Yudea, sehingga membuat Pilatus mengalihkan kasus pelik ini ke pengadilan lain. Banyak pakar menunjukkan bahwa Herodes muncul dalarn ketiga bagian Jnjil Lukas, tetapi mereka menolak kenyataan bahwa gambaran tersebut tidak konsisten. Selama Yesus berkarya di Galilea, Herodes selalu ingin tahu identitas Yesus.
Klimaks di Yerusalem
87
Dalam cerita pelarian bayi Yesus ke Mesir, Herades berusaba membunub-Nya. Di sini Herades berperan hanya sebagai searang pencari sensasi yang ingin melihat suatu mujizat. Dinyatakan di silli babwa kejadian ini bisa dipabami sebagai penggenapan Mazmur 2:2, "Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersarna-sarna melawan Tuhan dan yang diurapi-Nya." Tetapi karena kesepakatan PHatus dan Herades bukan untuk melawan Yesus, dan karena Lukas tidak menunjukkan babwa ia mengacu kepada ayat ini, maka pendapat ini kurang bisa diterima. Juga tidak ada perolehan apa pun dengan mencari pembuktian dari Aikitab, karena ada tiga kesaksian yang saling berbeda. Mungkin alasan utama Lukas memunculkan Herades di sini adalah untuk mengatakan babwa tentara Herodeslah yang mengejek Yesus dengan memberi-Nya pakaian raja, blikan tentara Romawi. Irani akhir semakin menonjol dalarn ayat terakhir bagian ini, "(PHatus) melepaskan orang yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka, tetapi Yesus diserahkannya kepada mereka untuk diperlakukan semaumaunya" (23:25). Orang yang tidak bersalah terhadap Roma dihukum sedangkan orang yang bersalab dibebaskan. Selama ini Lukas tidak mengikutsertakan umat dari kesalaban para pemimpinyang menolak Yesus, Namun dalarn 23:13, akhirnya umat diikutsertakan Perspektif Lukas yang menyeluruh tentang peran umat dalarn kematian Yesus akan diungkapkan melalui pidato-pidato dalarn Kisab Para Rasul: . "Jadi seluruh kaum Israel harns tahu dengan pasli, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang karou salibkan itu menjadi Tuhan dan Kristns" (2:36).
"". Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun PiJatus berpendapat, bahwa ia harns diJepaskan" (3:13). "Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah la, Pemimpin kepada hldup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati" (3:14-15). "Hai saudara-saudara, aku tabu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidak tahuan, sarna seperti seroua pemimpin kamu. Tetapi dengan
jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang difinnankan-Nya dahulu
88
Jnjil Lukas sebagai Centa
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya. yaitu· bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita" (3:17-18). Di antara orang-orang ini ada para perempuan yang mengikut Yesus ke salib. yang muncul dengan menangis dan meratap. Paradoks antara rasa kasihan mereka kepada Yesus dan keterlibatan mereka dalam urnat Yahudi dibiarkan ada. Namun ketika mereka menangis dan meratapiNya. Yesus berkata bahwa mereka harns menangisi kehancuran Yerusalem sebagai akibat penolakan mereka terhadap Yesus di hadapan Pilatus.
4. Kernatian Mesias yang Dinubuatkan Dalam banyak hal. laporan Lukas tentang penyalib.u: berbeda dari laporan Markus. Ini memperlihatkan adanya tekanan-tekanan tertentu yang dilak1Jkan Lukas dan bukan karena ada sumber lain yang digunakannya. Tema kesediaan mengarnpuni dosa yang dikemukakan dalam perumpamaan pemungut cukai. orang Farisi. dan Zakheus muncul lagi di sini bahkan sebanyak dua kali apabila kita memasukkan juga ayat 34. Ucapan "Ya Bapa. arnpunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" ini telah hilang dari beberapa naskah tua yang penting. Karena ide mengenai Yesus mengarnpuni para pembunuhnya merupakan ciri Yesus dan sangat erat dengan tema Lukas. maka tidak perlu mempertanyakan keaslian ayat ini. Bandingkan dengan ucapan Stefanus yang mirip dengan itu (Kis. 7:60). suatu adegan yang jelas dibuat Lukas sesuai adegan penyaliban Yesus. Bandingkan pula tema ketidaktahuan orang-orang Yahudi sebagai upaya memperkecil kesalahan mereka atas kematian Yesus pada berbagai pidato dalam Kisah Para Rasul. Dengan demikian doa Yesus mencakup semua orang yang terlibat dalam kematian-Nya. baik tentara Yahudi maupun Romawi. Cerita-cerita kesengsaraan Yesus dalam Lukas seperti halnya dalarn InjiJ-injil sinopsis lainnya. menggemakan bahasa Mazmur 22 dan 69. juga Yesaya 53. Lukas membedakan antara partisipasi para penonton peristiwa penyaliban dan partisipasi para pemimpin yang mengejek Yesus. Para pemimpin secara sinis menyebut Yesus "Kristus yang dari Allah" dan "Ia yang dipilih". suatu gelar yang mungkin mengaitkan Mesias de· ngan umat pilihan. Namun dalarn Injil-injil sinopsis hanya Lukas yang menggarnbarkannya sebagai gelar yang digunakan Yesus. Dalarn peris-
Klimaks di Yerusalem
89
tiwa pemuliaan, gelar yang sama dimunculkan dalam bentuk babasa yang berbeda (9:35). Minuman yang diberikan seorang tentara kepada Yesus adalab anggur cuka yang biasanya mereka milll,m, dan bukan bunga karang yang dicelupkan dalam anggur asam seperti yang dikatakan Markus_ Tulisan dalam babasa Yunani yang digantung di salib lebih jelas dalam Lukas dibandingkan Injil sinopsis lainnya, "Inilah raja orang Yabudi". Hanya Lukas yang bercerita tentang penjabat yang bertobat. Tanpa mempersoalkan apakab Lukas menggunakan sumber tambaban;--dapat dilihat bahwa ia memperlakukan kedua penjabat sebagai contoh tanggapan dua orang manusia terhadap Yesus. Yang seorang ikut dengan para pembunuh Yesus dalam mengejek la, tetapi seorang lainnya meyakini babwa mereka telah menghukum-Nya seeara tidak adi!. Dengan eontoh penjahat tersebut, tidak rei evan untuk mempersoalkan motif di balik pennintaannya - misalnya, apakah ia sungguh percaya babwa Yesus akan masuk dalam kuasa kerajaan-Nya, ataukah ia hanya bereanda tentang orang yang tidak bernntung ini. Dalam kaitan itu tidak bisa terlalu diyaldni makna kata "hari ini" dan ':surga". Surga adalah kata Persia untuk "taman" yang digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menunjuk kepada Eden dan menunjuk kepada masa depan orangorang yang diberkati. "Hari ini", bisa berarti dalam dua puluh empat jam, tetapi juga bisa bermakna eskatologis. yaitu zaman barn yang akan diresmikan. Berita yang penting di sini adalah bahwa tersedia orangorang yang bertobat, tersedia berkat pengampunan penuh, baik sekarang ini maupun yang akan datang. Dibandingkan dengan laporan Markus, cerita penyaliban dalam Lukas lebih terasa tenang. Tidak ada indikasi bahwa Yesus merasa ditinggalkan Allah atau bahkan merasa haus_ Justru dengan penuh penguasaan diri Yesus menyerahkan roh-Nya ke dalam tangan Allah BapaNya dan la mati. Selanjutnya kepala pasukan yang bertugas pada peristiwa penyaliban juga tidak membuat pernyataan kristologis babwa Yesus adalah Anak Allab, seperti yang ia lakukan dalam Markus 15:39. Sebaliknya ia menyatakan Yesus orang yang benar, dan turnt serta bersama orang-orang Romawi mengagungkan Yesus, suatu tema yang sangat diminati Lukas. Para pengikut Yesus, laid-laid dan perempuan, tidak seluruhnya meninggalkan-Nya, tetapi berdiri melihat peristiwa tersebut dari kejauhan. Karena itu dalam Kisah Para Rasul mereka bisa
90
InjiI Lukas sebagai Cerita
menjadi saksi bahwa Yesus menggenapi'semua nubuat tentang bagaimana Mesias harns menderita.
5. Ia telah Bangkit Lukas sedikit menambahkan keterangan Markus mengenai cerita penguburan Yesus, dengan mengatakan bahwa Yusuf Arimatea tidak menyetujui keputusan Sanhedrin untuk menyalibkan Yesus, dan para perempuan pengikut Yesus tahu di mana kuburan-Nya pada hari Paskah, karena mereka mengikuti Yusuf ketika ia membawa tubuh Yesus. Kelika mereka pergi untuk merempahi mayat Yesus untuk pemakaman, mereka heran mengapa kuburan telah terbuka dan kosong. Kedua malaikat yang digambarkan sebagai laid-laid dengan pakail\Il yang bercahaya menanyakan mereka mengapa mereka mencari yang hidup di antara yang mati .. Mereka juga mengingatkan para perempuan tentang nubuatnubuat Yesus di Galilea yang mencakup juga nubuat tentang kebangkitan. Sebagian identitas Yesus sebagai nabi selama itu terUhat dalam kemampuan-Nya menubnatkan masa depan secara tepat, tetapi di sini secara khusus Yesus dikaitkan dengan para nabi yang menubuatkan kematian dan kebangkitan Mesias. Ketika para perempuan menyarnpaikan berita sukacita ini kepada kesebelas murid, cerita merekll dianggap omong kosong. Ini mungkin bukan suatu kejadian historis tetapi sekadar suatu gaya cerita untuk menambah ketegangan, sehingga cerita tersebut mencapai klimaks dan diakhiri pertemuan Yesus dengan para murid-Nya. Banyak terjemahan modern menghilangkan ayat 12, "Sungguhpun demikian Petrus bangun, lalu cepat-cepat pergi ke kubur itu. Ketika ia menjenguk ke dalam, ia melihat hanya kain kafan saja. Lalu ia pergi, dan ia bertanya dalam halinya apa yang kiranya telah terjadi." Ayat ini tidak ada dalam kebanyakan naskah kuno, tetapi ada naskah-naskah yang baik yang memasukkannya. Bahiaan, bisa terjadi bahwa pada saat itu Yesus menampakkan diri kepada Petrus (24:34). Berbagai argumentasi untuk menerima ayat tersebut sebagai ayat yang asH sangat kuat ketimbang argumentasi untuk menolaknya. Sumber Lukas (L) juga biasa disebut sebagai sumber utama cerita Emaus (24:13-35). Argumentasi terhadap kebenaran cerita ini biasanya negatif, antara lain Lukas tidak mengambil cerita ini dari Markus atau-
Klimaks di Yerusa]em
91
pun sumber Q, juga tidak mengarnbi! dari cerita-cerita penarnpakan diri Yesus setelah kebangkitan yang mana pun. Argumentasi positif, bahwa cerita ini ada sebelum komposisi Inji! Lukas dalant beberapa tradisi tertentu, baik lisan maupun tulisan, sehingga kita bukan hanya tidak memiliki fakta tetapi juga bahwa kesimpulan tersebut sangat mungkin. Hal ini benar, karena cerita tersebut sangat indah dan mengandung semua karakteristik Lukas. Selain itu, tujuan teologisnya sangat jelas. Hal yang sarna juga bisa dikatakan tentang semua cerita penampakan diri sesudah kebangkitan, hanya dengan mengganti nama penginjil yang kepadanya masing-masing cerita itu berasal. Hal ini karena sangat tidak mungkin menyelaraskan cerita-cerita tersebut ke dalam suatu urutan penyampaian yang terpadu. Setiap cerita memiliki urutan unsurunsur peristiwa yang mirip satu dengan lainnya, yakni: .:. Situasi .:. Penampakan diri Yesus .:.
Salam
.:. Pengenalan .:. Kata-kata perintah Hanya kata-kata perintah yang tidak ada di sini, karena kata-kata tersebut disimpan untuk saat penarnpakan diri Yesus kepada seluruh murid dalarn ayat 48-49. Seperti dalarn cerita penarnpakan diri setelah kebangkitan lainnya, Yesus tidak dikenal ketika Ia pertama kali meny!'rtai perjalanan kedua orang murid·Nya ke Emaus. Sikap ini bukan sernat~-rnata karena kurangnya kemampuan mereka. Tarnpaknya terdapat kesinambungan maupun ketidaksinambungan antara tubuh yang bangkit dan tubuh yang tergantung di salib. Yesus dapat menunjukkan kaki dan tangan-Nya dan bahkan dapat makan sepotong ikan, tetapi juga bisa menamPakkan diri dan menghilang secara tiba-tiba. Juga pengenalan merupakan salah satu unsur cerita penarnpakan diri setelah kebangkitan, yang mengindikasikan adanya pemahaman bahwa Tuhan yang bangkit harns kelihatan berbeda sebelumnya. Walaupun cerita tersebut sangat menarik namun ada ciri-ciri yang terlihat pada titik-titik sarnbungnya. Umpamanya, sangat sukar dipercaya bahwa ada murid yang meninggalkan Yerusalem setelah berita tentang kubur kosong disarnpaikan dan para murid perempuan telah menceritakan perkataan-perkataan malaikat. Jelas bahwa tidak seorang pun
92
Inji/ Lukas sebagai Cerita
pengikut Yesus bisa meninggalkan 'kota sebelum rabasia tersebut dipecabkan, kecuali ada kejadian yang sangat penting dan ternyata tidak ada cerita fentang hal tersebut. Jelas seluruh cerita dirancang untuk membuat Yesus melewati semua yang dikatakan Alkitab, "mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi", untuk menunjukkan babwa "Mesias harns menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya" (24:26). Kata "harns" sama seperti yang telab digunakan selarna ini, yang menunjukkan babwa yang dilakukan Yesus adaJab penggenapan reneana keselamatan Allab, yang telab dinyatakan melalui para nabi dalam Perjanjian Lama. Babkan ketika Yesus menjelaskan tentang Alkitab, para murid yang sedang pergi ke Emaus tidak mengenal-Nya. Hal itu terjadi sampai mereka berhenti karena hari telab menjelang malam. Barn setelab Yesus mengucap berkat, mereka tabu siapakab Dia, walaupu'n kemudian mereka menga)akan babwa hati mereka berkobar ketika Yesus berbicara dengan mereka di tengab jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada mereka. Pesan di sini jelas, babwa dalam perayaan Ekaristi gereja mula-mula harus menyadari kehadiran Allah yang telab bangkit. Setelab mereka mengenal Yesus, para murid bergegas kembali ke Yerusalem untuk menceritakan pada setiap orang tentang apa yang telab mereka alami. Ketika mereka tiba, mereka diberitabu babwa Yesus juga telab menampakkan diri kepada Petrus, yang dipanggil dengan nama Ibraninya - Simon. Sekalipun kualitas peralihan dari satu cerita ke cerita lainnya masib tampak, setelab dua berita tentang penampakan diri disampaikan kepada mereka, para murid masih "terkejut dan takut" dengan kehadiran Yesus di tengab mereka, sebab mereka menyangka melihat hantu (RSV menerjemabkannya dengan "roh"). Lukas menegaskan bahwa para pembaca Injilnya mengetahui babwa Yesus telah bangkit dan bukannya hantu, dengan mengemukakan bahwa Yesus menunjukkan tangan-Nya dan kaki-Nya serta juga makan sepotong ikan goreng, suatu perbuatan yang tidak dapat dilakukan oleh hantu (bnd. Yah 21:13). Selanjutnya Yesus mengulangi kembali pembuktian-Nya bahwa segala sesuatu yang Ia lakukan telab dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, dengan menunjuk pada "kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi dan KitabMazmur", yang menunjuk pada semua bagian Alkitab Yabudi.
Klimuks di Yerusulem
93
Berpindah dari kematian kepada kebangkitan-Nya yang bam saja terjadi, Yesus melanjutkan percakapan-Nya tentang akibat peristiwaperistiwa yang telah dinubuatkan tersebut, yaitu bah"", "Dalam namaNya pertobatan dan pengampunan dosa hams disampaikan kepada semua bangsa." Pokok ini dibicarakan dalam Kisah Para Rasul, setelah para murid menerima anugerah Pentakosta yaitu "kuasa dari atas" (Kis. 2:1-4). Ketika mereka telah menerima Roh Kudus, para murid akan menjadi soksi bagi Yesus "di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kis. 1:8). Tradisi penampakan diri setelah kebangkitan yang diimplikasikan dalam Markus dan menjadi eksplisit dalam Matius dan Yohanes 21, semuanya memperlihatkan bahwa Yesus menampakkan diri kepada kedua belas murid di Galilea. Tetapi Lukas mengatakan dengan sangat jelas bahwa hal itu terjadi di Yerusalem, supaya cerita dalam Kisah Para Rasul bisa dimulai dari situ. Karena Lukas membayangkan kedua kitab ini akan dibaca bersama-sama, dan bukan hanya rnjil maka tafsiran terhadap rnjil saja akan kurang mutunya. Hal ini karena banyak hal masih dikemukakan dalam buku lainnya (Kisah Para Rasul). Namun demikian, ada juga jarak di antara kedua jilid kitab tersebut. rnjil membutuhkan cerita kenaikan sebagai bagian penutup, walaupun laporan lengkap peristiwa tersebut disimpan untuk jilid berikutnya. Jadi kita hanya memiliki laporan pendek di sini. Hal ini memang membingungkan banyak penafsir di berbagai generasi, termasuk para pakar penulis ulang naskah-naskah kita dan memotong kata-kata "dan terangkat ke sorga", karena mereka menganggap Lukas tidak bermaksud melaporkan kenaikan Yesus di sini. Mereka sadar sepenuhnya bahwa hal itu terjadi empat puluh hari kemudian dan dalam tahapan berikutnya. Para murid kemudian kembali ke Yerusalem dan ke Bait Suci, tempat rnjil dimulai dan Kisah Para Rasul memul';i ceritanya. Kisah Para Rasul akan menceritakan bagaimana persekutuan yang dipenuhi Roh bergerak ke Roma, yang menjadi pusat dunia. Genla selanjutnya, bersambung di Kisah Para Rasul.