BPSL BUKU PANDUAN SKILLS LAB
PROSTODONSIA 2 SEMESTER VI TAHUN AKADEMIK 2011-2012
BLOK 3.6.12 MODUL : GTP
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
DAFTAR INSTRUKTUR SKILL’S LAB PROSTODONSIA 2 PJ SL PROSTODONSIA2 : Diwya Nugraheni H, drg, spPros (IP) ANGGOTA
:
1. Kartika Andari W, drg, spPros (CK) 2. Sri Handayani, drg, spPros (SH) 3. Wahyu Susilaningtyas, drg, spPros (WS) 4. Dini Rachmawati, drg, spPros (DR) 5. Yuliana R Kumala, drg, spPros (YR) 6. Dyah, drg, spPerio (DY) 7. Rudhanton S, drg, spPerio (RD) 8. Yuanita Lely, drg, MKes (YL)
TIM PENYUSUN BPSL PROSTODONSIA 2 : Kartika Andari W, drg, spPros (CK) Diwya Nugraheni H, drg, spPros (IP)
2 | #blok12pdgub
DAFTAR KELOMPOK SKILL’S LAB PROSTODONSIA 2 MINGGU
HARI SENIN
SELASA
23 April 2012
24 April 2012
30 April 2012 Jam.08.0010.50 Kelp. B Jam.12.0014.50 Kelp. C 7 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. C Jam.12.0014.50 Kelp. A 14 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. A Jam.12.0014.50 Kelp. B 21 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. B Jam.12.0014.50 Kelp. C
1 Mei 2012 Jam.10.0012.50 Kelp. A
MGG I
MGG II
MGG III
MGG IV
MGG V
RABU 25 April 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. A Jam.12.00 – 14.50 Kelp. B 2 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. B
KAMIS 26 April 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. C
3 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. C Jam.12.00 – 14.50 Kelp. A
8 Mei 2012 Jam.10.0012.50 Kelp. B
9 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. C
10 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. B
Jam.12.00-14.50 Kelp. A 15 Mei 2012 Jam.10.0012.50 Kelp. C Jam.13.0015.50 Kelp. A 22 Mei 2012 Jam.12.0014.50 Kelp. A
16 Mei 2012 Jam.08.00-10.50 Kelp. B
17 Mei 2012
Jam.12.00-14.50 Kelp. C 23 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. B
24 Mei 2012 Jam.10.00-12.50 Kelp. A
Jam.12.00-14.50 Kelp. C
3 | #blok12pdgub
MGG VI
MGG VII
MGG VIII
MGG IX
28 Mei 2012 Jam.08.00 – 10.50 Kelp. C
4 Juni 2012 Jam.08.0010.50 Kelp. A Jam.12.0014.50 Kelp. B
11 Juni 2012
18 Juni 2012 Jam.08.00 – 12.50 Kelp. ABC REMIDI UJIAN SL
29 Mei 2012 Jam.12.0014.50 Kelp. A 5 Juni 2012 Jam.08.0010.50 Kelp. C
30 Mei 2012 Jam.08.00-10.50 Kelp. B
31 Maret 2011 Jam.08.00-10.50 Kelp. A
Jam.12.00-14.50 Kelp. C
Jam.12.00-14.50 Kelp. B
6 Juni 2012 Jam.08.00-10.50 Kelp. A
7 Juni 2012 Jam.08.00-10.50 Kelp. C
Jam.12.00-14.50 Kelp. B
12 Juni 2012
S19 Juni 2012
Jam.11.00-13.50 PERPANJANGAN Kelp. C JUM’AT 8 Juni 2012 Jam.08.00-10.50 Jam.13.00-15.50 PERPANJANGAN PERPANJANGAN Kelp.B Kelp.A 13 Juni 2012 14 Juni 2012 Jam.08.00 – 13.00 Kelp. ABC UJIAN SL 20 Juni 2012
21 Juni 2012
Bila tidak hadir/tukar hari kerja, wajib memberitahukan ke PJSL Prosto 2 (IP)
4 | #blok12pdgub
BAB I TATA TERTIB I.1.
TATA TERTIB PRAKTIKUM/SKILL’ LAB a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti seluruh kegiatan skill’s lab Prostodonsia 2 b. Sebelum praktikum/skill’s lab dimulai, mahasiswa harus sudah mempelajari terlebih dahulu materi praktikum/skill’s lab yang sudah ditentukan hari itu. c.
Mahasiswa harus hadir di ruang praktikum/skill’s lab pada waktu yang ditentukan dan mengenakan jas praktikum/skill’s lab dan “name tag” sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 10 menit tanpa alasan yang dapat diterima penyelenggara praktikum/skill’s lab, tidak
diperkenankan
mengikuti
praktikum.Mahasiswa yang berhalangan melakukan praktikum/skill’s
lab
harus
melapor
pada
Koordinator Skill’s Lab yang bersangkutan. d. Selama kegiatan praktikum/skill’s lab berlangsung, mahasiswa dilarang merokok, makan atau kegiatan serupa lainnya, mengganggu jalannya praktikum atau bersenda gurau, atau meninggalkan ruang praktikum tanpa ijin instruktur praktikum/skill’s lab.
5 | #blok12pdgub
e. Peralatan/sarana ruang praktikum/skill’s lab yang dipinjam menjadi tanggung jawab mahasiswa. Sebelum kegiatan praktikum/skill’s lab dimulai, periksa/teliti
terlebih
dahulu
kelengkapan
peralatan/sarana yang akan digunakan, apabila kurang lengkap atau ada yang rusak segera melapor pada petugas/instruktur praktikum yang bertanggung
jawab
menandatangani
hari
itu.
bukti
Mahasiswa peminjaman
peralatan/sarana. f.
Hasil pekerjaan mahasiswa wajib disimpan dalam kotak
kerja
diperkenankan
masing-masing untuk
dan
membawa
tidak
pulang
hasil
pekerjaan tanpa seijin instruktur. g. Selesai praktikum/skill’s lab, semua peralatan/sarana dicuci bersih dan dikembalikan ke tempat semula dan sampah dibuang pada tempatnya. Tempat kerja ditinggalkan harus dalam keadaan bersih dan rapi. h.
Segala bentuk kecurangan atau pelanggaran tata tertib
maupun
perbuatan
yang
dianggap
merugikan orang lain, akan mendapatkan sanksi akademik sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
6 | #blok12pdgub
I.2.
TATA TERTIB UJIAN PRAKTIKUM/SKILL’S LAB a. Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti semua ujian praktikum/skill’s lab pada waktu yang telah ditentukan. b. Mahasiswa yang berhalangan mengikuti ujian harus melapor paling lambat 2 (dua) hari sesudah hari ujian
kepada
Koordinator
Skill’s
Lab
yang
bersangkutan dengan mengajukan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, dan akan mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian susulan pada waktu dan menurut cara yang ditetapkan oleh Koordinator Skill’s Lab.
7 | #blok12pdgub
BAB II JADWAL KEGIATAN SKILL’S LAB PROSTODONSIA 2 MINGGU I
HARI/TGL Rabu, 25/04/2012 Kamis, 26/04/2012 Senin, 30/04/2012
II
III
IV
Selasa, 01/05/2012 Rabu, 02/05/2012 Kamis, 03/05/2012 Senin, 07/05/2012 Selasa, 08/05/2012 Rabu, 09/05/2012 Kamis, 10/05/2012 Senin, 14/05/2012 Selasa, 15/05/2012 Selasa, 15/05/2012 Rabu, 16/05/2012
TOPIK
KELP
Cek Armamentarium; Mencetak Anatomis Rhg Tdk Bergigi; Membuat Model Studi Outline Model Kerja; Membuat Lempeng dan Galangan Gigit RA
ABC
ABC
Membuat Lempeng dan Galangan gigit RB
ABC
Mounting pada Artikulator
ABC
Penyusunan Gigi Anterior RA & RB
ABC
Penyusunan Gigi Posterior Kanan
ABC
Penyusunan Gigi Posterior Kiri
ABC
8 | #blok12pdgub
V
Senin, 21/05/2012 Selasa, 22/05/2012 Rabu, 23/05/2012 Kamis, 24/05/2012 Senin, 28/05/2012
VI
Selasa, 29/05/2012 Rabu, 30/05/2012 Kamis, 31/05/2012 Senin, 04/05/2012 Selasa, 05/05/2012
VII
Rabu, 06/05/2012 Kamis, 07/05/2012 Kamis, 07/05/2012 Jum’at, 08/05/2012
Konturing gingiva; Flasking; Buang Malam
ABC
Packing Akrilik & Pemrosesan
ABC
Preparasi Rest Seat pada abutment; Mencetak Fungsional Rahang Tdk Bergigi Sebagian & Pembuatan Model Kerja Pembuatan Klamer GTSL ; Reparasi GT
Deflasking ; Remounting & Selective Grinding I; Remount Jig Remounting II & Selective Grinding II; Finishing & Polishing GTP PERPANJANGAN SKILL’S LAB
ABC
ABC
ABC
ABC
ABC
9 | #blok12pdgub
VIII
RABU, 13/06/2012
UJIAN SL PROSTO 2
ABC
IX
SENIN, 18/06/2012
UJIAN REMIDI SL PROSTO 2
ABC
10 | #blok12pdgub
BAB III MODUL DAN TOPIK SKILL’S LAB GIGI TIRUAN LEPASAN DAN PROBLEMA PASCA INSERSI II.1. MODUL : GIGI TIRUAN PENUH A. SASARAN PEMBELAJARAN TERMINAL : Pada akhir kegiatan ini, mahasiswa mampu melakukan pembuatan gigi tiruan penuh (GTP) sesuai dengan prosedur operasional standar serta mampu menangani problema pasca pemasangan GTP. B. SASARAN PEMBELAJARAN PENUNJANG : Pada akhir kegiatan, mahasiswa mampu : a. Melakukan prosedur pembuatan gigi tiruan penuh (GTP) sesuai dengan prosedur klinis dan laboratoris bidang kedokteran gigi tiruan. b. Melakukan
prosedur
penanganan
problema
pasca
pemasangan gigi tiruan penuh.
11 | #blok12pdgub
C. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN Model Rahang Tidak Bergigi Instrumen Diagnosa (kaca mulut, sonde lurus dan half-moon, pinset) Sendok Cetak utk rahang tidak bergigi dan rahang bergigi
Kapi berukuran besar
Mangkuk Karet (Bowl)
Mangkuk porselen utk akrilik
Spatula Cetak Gypsum Pisau Malam Pisau Model
Syringe/pipet
dan
Contra angle straight hand piece
&
Petri dish berisi cotton roll & cotton pellet, kapas dan kasa
Dappen glass Glass plate
Pisau Gips
Chip Blower
Gunting kecil dan Kuas
Kuvet besar
Masker & sarung tangan
Alat Press
Konektor bur
Malam mainan & Isi staples besar
Artikulator Handy 2A Mata bur utk preparasi gigi (low speed, contra angle) Mata bur utk poles akrilik (low speed, straight) : stone pink, stone hijau, rubber hijau, rubber abuabu, rubber kuning, rubber putih dan brush Mata bur pemotong akrilik: fraser Karet gelang & tali rafia Gergaji Besi kecil Bunsen burner & pemantik api Plastik kiloan (3 bh) Lap & Koran utk alas kerja Korek api batangan Pensil tinta; Spidol warna hitam, merah, biru dan hijau
12 | #blok12pdgub
D. PROSEDUR/TAHAPAN KLINIS DAN LABORATORIS 1. MENCETAK ANATOMIS DAN MEMBUAT MODEL GIPS TUJUAN
:
Mahasiswa
mampu
melakukan
pencetakan seluruh denture-supporting area
pada
rahang tidak bergigi dan membuat model diagnostik (model studi). ALAT DAN BAHAN : Sendok cetak utk rahang tdkkaret bergigi Mangkuk (Bowl) cetak dan Spatula gypsum Vibrator Straight hand piece TEORI
Mata bur : fraser Pisau model Pisau malam Pisau gips Mesin Trimmer
Bahan cetak Alginat Gips tipe I dan II Vaseline Glass plate
Tujuan utama mencetak adalah mereproduksi permukaan jaringan yang akan menyangga gigi tiruan (denture-bearing
tissues) sehingga didapatkan basis gigi tiruan yang mampu beradaptasi secara akurat dengan jaringan penyangga dan mampu menahan beban. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan pembuatan GTP adalah keakuratan dimensi dan detail kontur model studi & kerja yang didapat dari pencetakan. Model studi (diagnostic cast) merupakan replika
anatomical landmark
yang
digunakan
untuk
keperluan
diagnostik dan penentuan rencana perawatan, terbuat dari cetakan yang menggunakan bahan irreversible hydrocolloid (alginat).
13 | #blok12pdgub
Model kerja (master cast) merupakan hasil pencetakan fungsional yang mereplikasi anatomical landmark secara detail dan akurat untuk kebutuhan pembuatan restorasi indirek, gigi tiruan cekat dan gigi tiruan lepasan. Model kerja dibuat dengan menggunakan bahan cetak tipe elastomer/ polyvinilsiloxane (PVS). Pada rahang atas, sendok cetak menutupi hingga pterygomaxillary notches dan garis vibrasi palatum lunak serta meluas ke vestibulum fasial. Untuk rahang bawah, sendok cetak harus menutupi permukaan
retromolar pads dan seluruh alveolar ridge serta meluas ke vestibulum lingual. PERSIAPAN (Sebelum Kedatangan Penderita)
Siapkan instrumen diagnosa, bowl (mangkuk karet) dan spatula cetak, bahan cetak alginat tipe normal setting, sendok cetak untuk rahang tidak bergigi (ukuran disesuaikan dengan besar rahang penderita) dan air, masker dan sarung tangan.
Instrumen diagnosa dan peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril.
Siapkan alas meja dental unit, lap dada dan gelas kumur penderita.
14 | #blok12pdgub
Posisi Penderita dan Operator saat Mencetak Rahang Atas dan Rahang Bawah
Atur posisi penderita pada kursi dental unit. Penderita duduk dalam posisi tegak dengan sandaran kepala sejajar dengan tubuh penderita. Lap dada dipasang supaya baju penderita tidak kotor.
A
B
Gbr.1. (A) Posisi penderita Benar; (B) & (C) Posisi penderita Salah (Neil dkk, 1990)
15 | #blok12pdgub
Atur ketinggian kursi dental unit. Posisikan kursi dental unit penderita supaya saat mencetak rahang bawah, mulut penderita sejajar dengan bahu operator dan saat mencetak rahang atas, mulut penderita sejajar dengan siku operator.
Tentukan ukuran sendok cetak yang sesuai dengan besar
lengkung
RA/RB
penderita
dengan
cara
mencobakan berbagai macam ukuran sendok cetak yang akan digunakan.
Posisi operator saat mencetak rahang atas yaitu berdiri sedikit di belakang dan sisi kanan penderita sehingga operator dapat mengontrol sendok cetak dan menempatkannya tepat di bagian tengah rongga mulut dan tangkai sendok cetak segaris dengan hidung pasien.
Saat mencetak rahang bawah, operator berdiri di depan dan sisi kanan penderita.
16 | #blok12pdgub
A
Gbr.2. (A) Posisi mencetak RB; (B) Posisi mencetak RA (Neil dkk, 1990)
17 | #blok12pdgub
Teknik Mencetak 1. Mukostatik Bertujuan untuk mendapatkan cetakan jaringan saat jaringan dalam kondisi relaks karena sebagian besar pemakaian gigi tiruan adalah saat jaringan berada dalam kondisi tidak berfungsi (mastikasi). Oleh karena itu digunakan bahan cetak yang memiliki karakteristik viskositas minimal dan aplikasi tekanan minimal yaitu alginat 2. Mukokompresive Teknik ini melakukan kompresi (tekanan) terhadap jaringan
penyangga
gigi
tiruan
saat
proses
pencetakan berlangsung. Untuk mendapatkan kondisi dimana
saat
pemakaian
gigi
tiruan,
jaringan
penyangga terkompresi saat gigi tiruan berfungsi (mastikasi) dan permukaan gigi tiruan berada pada posisi
kontak
yang
paling
maksimal
terhadap
jaringan. Dikarenakan viskoelastisitas jaringan lunak rongga mulut, gigi tiruan akan tetap terkompresi beberapa waktu setelah berfungsi. Bahan yang digunakan adalah elastomer (monophase/regular : base dan katalyst)
18 | #blok12pdgub
3. Mukokompresive Selektif Teknik ini umumnya digunakan apabila alveolar ridge tidak mampu memberi support yang baik terhadap daya vertikal ataupun bila tidak mampu memberi stabilitas yang baik terhadap daya lateral. Terutama pada kondisi residual alveolar ridge yang flabby maupun
flat
(datar),
bila
tekanan
berlebih
diaplikasikan pada area tersebut akan menimbulkan rasa sakit pada mukosa karena tipisnya mukosa yang berada di atas ridge. Prosedur mencetak untuk GTP harus memperhatikan halhal berikut ini (Rahn et al, 1993) : 1. Preservasi Jaringan Secara fisiologis dengan hilangnya stimulasi dari gigi asli maka akan berakibat atrophy/resorpsi alveolar ridge. Proses tersebut bervariasi pada tiap individu akan tetapi proses tersebut dapat dipercepat ataupun diperlambat oleh faktor lokal antara lain teknik mencetak
dan
bahan
cetak
yang
dipilih
akan
berpengaruh pada pembuatan GTPnya. Bila tekanan berlebih digunakan saat mencetak maka basis GTP pun akan menekan jaringan penyangganya saat pemakaian sehingga terjadi kerusakan pada jaringan lunak dan resorpsi tulang yang berlebih.
19 | #blok12pdgub
2. Support Semakin luas area jaringan penyangga yang tercetak maka semakin luas juga distribusi beban pada GTP. Hal tersebut dapat membantu preservasi jaringan, menambah stabilitas dan retensi GTP. 3. Stabilitas Adaptasi yang baik terhadap mukosa yang tidak mengalami distorsi akan menambah resistensi GTP terhadap pegerakan horisontal. Oleh karena dengan berkurangnya
dataran
alveolar
ridge
atau
bertambahnya flabby tissue maka stabilitas GTP akan berkurang. 4. Estetik Ketebalan tepi GTP area vestibulum harus disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap pasien, jangan sampai terlampau tebal karena akan mempengaruhi kontur fasial/profil wajah pasien. 5. Retensi Apabila ke-4 hal tersebut di atas tercapai maka akan didapatkan retensi GTP yang baik. Selain itu terdapat hal-hal lain yang berpengaruh pada retensi GTP antara lain :
20 | #blok12pdgub
a. Tekanan atmosfir. Tergantung pada peripheral seal GTP. Batas antara mukosa bergerak dan tidak
bergerak
haruslah
jelas
dan
tidak
mengakibatkan kerusakan pada mukosa bergerak akibat perluasan basis GTP yang berlebih b. Adhesi. Perlekatan saliva terhadap GTP. c.
Kohesi. Perlekatan di antara molekul-molekul saliva.
d. Mechanical
Locks.
Adanya
undercut
(mis.
eksostosis) terbukti kurang dapat ditoleransi oleh pasien sehingga dapat mengiritasi jaringan lunak saat prosedur pemasangan dan pelepasan GTP e. Kontrol Otot dan Toleransi Pasien. Terkadang GTP terlihat melekat dengan baik dalam rongga mulut
pasien
akan
tetapi
tidak
disebabkan
keakuratan support tapi dikarenakan adaptasi otot bibir, lidah, pipi dan toleransi pasien yang baik. Model gips (cast) yang baik harus memenuhi kualitas sebagai berikut (Rudd et al, 1980) : a. Seluruh permukaan model berkontak dengan sendok cetak dan gigi tiruan, detail akurat dan tidak terdapat rongga (porus) ataupun nodul (bintil).
21 | #blok12pdgub
b. Permukaan model haruslah keras, padat dan bersih
dari
penumpukan
debris
akibat
penggunaan mesin trimmer. c.
Area anatomis pada model harus melingkupi seluruh jaringan yang mendukung gigi tiruan (mis. pada model rahang bawah, meluas 3-4 mm dari retromolar pads).
d. Tepian model sedikitnya meluas 3-4 mm, begitu juga ketebalan daerah perifernya. e. Dinding model tegak lurus arah vertikal atau sedikit meruncing (tapered) ke arah luar tetapi tidak boleh ada undercut. f.
Basis model sebaiknya tidak kurang dari 15-16 mm dihitung dari bagian yang paling tipis.
g. Ruang lidah pada model rahang bawah harus datar dan halus, daerah perifer lingual tetap harus
dipertahankan
apabila
dilakukan
pemotongan menggunakan mesin trimmer. Tahapan Mencetak RA dan RB 1. Tentukan ukuran sendok cetak yang akan digunakan untuk mencetak, sesuai dengan besar lengkung rahang phantom.
22 | #blok12pdgub
2. Manipulasi material cetak dengan cara mencampur bubuk bahan cetak alginat (takaran bubuk sesuai ketentuan pabrik) tersebut ke dalam mangkuk karet berisi air (takaran liquid sesuai ketentuan pabrik) dan adonan tersebut diaduk sambil ditekan ke tepi mangkuk karet (teknik vigourous eight - hand mixing) hingga homogen. Perhatikan working time dan
setting time bahan cetak. 3. Letakkan adonan bahan cetak ke dalam sendok cetak lalu cetakkan pada RA/RB phantom.
Gbr.3. Teknik penempatan sendok cetak untuk mencetak RB (Neil dkk, 1990)
23 | #blok12pdgub
Saat
mencetak
RB,
instruksikan
pasien
untuk
mengangkat lidahnya dan menyentuhkan ujung lidah pada
palatum
sesaat
setelah
sendok
cetak
dimasukkan dalam mulut. Kemudian pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya. Hal ini dilakukan agar didapatkan
hasil
cetakan
yang
meluas
hingga
retromylohyoid dan menentukan posisi frenulum lingualis pasien.
Gbr.4. Teknik penempatan sendok cetak untuk mencetak RA (Neil dkk, 1990) Instruksi khusus pada pasien saat mencetak RA yaitu meminta pasien untuk bernafas melalui hidung sehingga refleks untuk muntah (gag) berkurang.
24 | #blok12pdgub
4. Setelah adonan mengeras, lepaskan sendok cetak dari mulut phantom/pasien. Cuci bersih pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran/saliva yang menempel dan didesinfektan dengan cairan khusus.
Gbr.5. Hasil cetakan alginat RA dan RB 5. Amati hasil cetakan anatomis, lihat porositas dan detail cetakan, apakah ada landmark anatomi yang tidak tercetak (mis:ridge, peripheral, retromolar pad, retromylohyoid, frenulum, tuber maksila). Detail hasil cetakan haruslah akurat dan tidak robek. Apabila kurang baik, ulang kembali tahapan tersebut di atas.
25 | #blok12pdgub
Gbr.6. Detail akurat hasil cetakan alginat RA dan RB yang harus tercetak (Grant, 1992) Untuk mendapatkan model gips yang detail dan akurat, sebaiknya hasil cetakan alginat (irreversible hydrocolloid) harus segera dicor dengan gips tanpa ada penundaan waktu. Tidaklah memungkinkan untuk menyimpan hasil cetakan alginat di dalam mangkuk berisi air ataupun diletakkan begitu saja terekspos oleh udara, karena alginat akan terdehidrasi oleh udara (hasil cetakan akan menyusut/shrinkage) dan menyerap air (hasil cetakan akan ekspansi). Hal tersebut akan mempengaruhi keakuratan model gips (Rudd et al, 1980).
26 | #blok12pdgub
Tahapan Pengisian Gipsum pada hasil cetakan Untuk kegiatan skill’s lab ini, yang kita lakukan adalah membuat model gips yang berfungsi sebagai model kerja (master cast), dimana pada tahapan selanjutnya akan diproses untuk pembuatan gigi tiruan penuh material akrilik. 1.
Manipulasi bubuk gips tipe II (warna biru) dengan air (sesuai takaran pabrik) dan letakkan mangkuk karet berisi adonan gips pada vibrator supaya gelembung udara yang terperangkap terlepas untuk mencegah hasil cetakan tidak porus,
2.
Isi hasil cetakan dengan adonan gips tipe II sesegera mungkin setelah cetakan dilepas dari rongga mulut phantom/pasien
untuk
menghindari
penyusutan
(shrinkage) cetakan agar didapatkan model kerja yang detail dan akurat. 3.
Pengisian gips pada RA diawali dari arah palatum menuju residual ridge, sedangkan pada RB diawali dari residual
ridge anterior menuju posterior. Pengisian hasil cetakan dilakukan secara bertahap dan tidak sekaligus, sambil memposisikan sendok cetak miring/tilting ke depan dan belakang untuk mencegah terperangkapnya gelembung udara pada undercut cetakan.
27 | #blok12pdgub
4.
Tunggulah hingga mengeras (setting) selama ±30 menit. Kemudian hasil pengecoran gips dibuka dan ditunjukkan ke instruktur. Periksa adanya rongga (porus) atau nodul (bintil) pada model gips.
Gbr.7. Cetakan RA di cor dengan gips keras tipe II Tahapan membuat basis model 1.
Siapkan lempeng kaca (glass plate), gips keras tipe II, mangkuk karet, spatula dan air untuk membuat basis model studi.
2.
Ulasi terlebih dahulu permukaan lempeng kaca dengan vaseline secukupnya.
3.
Manipulasi bubuk gips tipe II dan air dalam mangkuk karet hingga homogen lalu letakkan adonan gips pada lempeng kaca.
28 | #blok12pdgub
4.
Letakkan model gips RA yang masih menempel pada sendok cetaknya di atas adonan gips tipe II tersebut. Rapikan dan bentuk tepian gips menjadi basis model kerja (master cast) dengan menggunakan spatula saat gips tipe II masih lunak. Perlu diperhatikan! Adonan gips tipe II tidak boleh menutupi bagian tepi sendok cetak agar saat mengeras (selama ±30 menit), model kerja mudah dilepas dari sendok cetaknya.
Gbr.8. Pembuatan basis model studi 5. Lakukan hal yang sama pada model gips rahang bawah. Setelah mengeras (setting) selama ±30 menit, perlahan-lahan lepaskan model gips dari sendok cetak. Periksa porositas dan detail model gips.
Gbr.9. Dimensi dan Kontur Model Kerja dan Studi menurut Morrow et al (1980)
29 | #blok12pdgub
6. TRIMMING. Model kerja dirapikan dan dipotong kelebihan gipsumnya dengan menggunakan mesin trimmer tipe wet. Pastikan bahwa model studi dalam kondisi basah agar debris dari pemotongan tidak melekat pada model studi. Ketebalan basis model kerja ± 15 – 16 mm. 7. Basis model kerja dipotong/di trim sejajar dengan
residual ridges. Basis model rahang bawah dibentuk mengikuti kontur residual ridges dengan sudut-sudut yang tumpul, begitu juga dengan basis model rahang atas. Akan tetapi untuk basis model rahang atas di bagian anterior dibuat menyudut tepat pada garis tengah model sebagai panduan untuk garis median.
Gbr.10. Outline Basis Model Gips (Model Kerja dan Studi) (Loney RW, 2011)
30 | #blok12pdgub
8. Hasil cetakan dan model studi harus dilaporkan pada instruktur
praktikum
yang
bertugas
untuk
mendapatkan penilaian.
Gbr. 11. Detail anatomical landmark pada model studi RA dan RB (Rahn, 1993) RA : (A) Hamular Notches, (B) Fovea Palatina, (C) Frenum attachments ; RB : (A) distal retromolar pad, (B) external oblique ridge, (C) frenulum bukalis, (D) perlekatan frenulum labialis, (E) tuberositas lingualis, (F) ridge mylohyoid, (G)perlekatan frenulum lingualis 2. PEMBUATAN OUTLINE MODEL KERJA TUJUAN : Mahasiswa mampu menganalisa model kerja dan membuat garis-garis panduan pada model kerja RA dan RB ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA
Pensil tinta/bolpoin
Alat tulis (pensil,
dan RB
marker
penggaris)
31 | #blok12pdgub
Tahapan pembuatan outline model kerja 1. Buat garis tengah (median line) yang mengelilingi model kerja RA dan menghubungkan titik-titik frenulum labial atas, pertemuan rugae palatina sisi kiri dan kanan, titik tengah antara kedua fovea palatina, dengan meletakkan penggaris
pada
titik-titik
tersebut
dan
menghubungkannya dengan pensil. 2. Buat garis tengah (median line) yang mengelilingi model kerja RB yang menghubungkan titik-titik frenulum labial bawah, frenulum lingual dan titik tengah bagian posterior model rahang bawah, dengan meletakkan penggaris pada titik-titik tersebut dan menghubungkannya dengan pensil. 3. Buat
garis
puncak
ridge
pada
RA
dengan
menghubungkan titik-titik kaninus atas, lekukan/ notch
pterygomaxillaris dan pertemuan puncak ridge anterior dengan garis median. 4. Buat
garis
puncak
ridge
pada
RB
dengan
menghubungkan titik kaninus bawah, titik retromolarpad dan pertemuan puncak ridge anterior dengan garis median. Garis puncak ridge berguna sebagai pedoman saat penyusunan anasir gigi posterior dengan menempatkan anasir gigi tepat pada puncak ridge sehingga tidak mengganggu fungsi dan stabilitas gigi tiruan.
32 | #blok12pdgub
5. Garis median dan garis puncak ridge ditarik hingga ke bagian tepi model kerja. Tunjukkan pada instruktur skill’s lab dan tebalkan garis-garis tersebut menggunakan pensil tinta.
A
Gbr.12. (A) Garis tengah dan garis puncak ridge pada model kerja RA dan RB; (B) garis puncak ridge 3. PEMBUATAN LEMPENG DAN GALANGAN GIGIT TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan pembuatan lempeng dan galangan gigit untuk
persiapan penetapan
gigitan pasien
33 | #blok12pdgub
ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Malam merah
Kapi
Bunsen burner & pemantik api
Pisau malam
Pisau model
CMS
Spiritus
Kuas kecil
Pengertian
lempeng
gigit
(base
plate/record
base/temporary base/trial base) adalah suatu bentukan sementara
yang
digunakan
untuk
mewakili
bentukan
pencatatan
relasi
basis
gigi
tiruan,
maksilomandibular
(penetapan gigit), penyusunan anasir gigi tiruan ataupun pasang coba basis gigi tiruan dalam mulut. Material yang digunakan untuk lempeng gigit adalah malam merah khusus untuk lempeng gigit (basis sementara) akan tetapi pada kasus-kasus tertentu digunakan resin akrilik (autopolimerisasi atau heat-cured), thermoplastic resin, ataupun shellac (basis permanen). Sedangkan galangan gigit (occlusion rims/bite rims) merupakan suatu replika permukaan oklusal yang dibuat pada basis sementara atau permanen gigi tiruan yang digunakan untuk pencatatan relasi maksilomandibular dan penyusunan anasir gigi. Tujuan pembuatan lempeng gigit menurut Keyworth (1929) adalah (1) bertindak sebagai pembawa galangan gigit saat penetapan gigit, (2) untuk menahan susunan anasir gigi tiruan pada tahapan pasang coba (try-in) dan (3) untuk mengevaluasi keakuratan penetapan gigit.
34 | #blok12pdgub
Kriteria untuk lempeng gigit (Elder, 1955; Tucker, 1966) antara lain : a. Lempeng gigit mampu beradaptasi dengan baik pada area basal seat sama seperti gigi tiruan. b. Lempeng gigit memiliki bentuk tepi yang sama dengan tepi gigi tiruan c. Lempeng gigit cukup rigid agar mampu menahan daya kunyah d. Stabilitas baik dan ketepatan permukaan (surface fit) lempeng gigit terhadap model kerja baik e. Dapat digunakan sebagai landasan untuk penyusunan anasir gigi tiruan f. Mudah pembuatannya dan ekonomis g. Tidak mengabrasi model kerja saat pemasangan dan pelepasannya h. Lempeng gigit tidak mudah berubah bentuk Tahapan pembuatan lempeng dan galangan gigit RA dan RB Pada skill’s lab ini dilakukan pembuatan lempeng dan galangan gigit dari bahan malam merah. Untuk menambah rigiditas dan stabilitas lempeng gigit, dapat dibantu dengan penambahan kawat penguat berdiameter 0,5 – 0,6 mm.
35 | #blok12pdgub
Pada RA, kawat penguat ditempatkan di batas posterior atau distal fovea palatina sedangkan pada RB ditempatkan pada sepanjang lengkung rahang regio anterior hingga molar pertama. Kawat penguat disatukan dengan malam merah lempeng gigit. (penambahan kawat tidak dilakukan dalam kegiatan SL ini) Pembuatan Lempeng Gigit RA dan RB 1. Buatlah outline lempeng gigit pada model kerja seperti contoh gambar di bawah ini (mengikuti garis putus-putus) menggunakan pensil tinta.
Gbr.13. Outline untuk lempeng gigit RA dan RB 2. Sebelum lempeng gigit dibuat, rendam terlebih dahulu model kerja dalam mangkuk karet berisi air (tidak terlalu lama supaya model gips tidak erosi) atau ulasi model kerja tersebut dengan bahan separasi (CMS) supaya lempeng gigit malam merah mudah dilepas dari model kerja. 3. Lunakkan selapis malam merah di atas nyala api bunsen burner,
sesuaikan
dengan
ukuran/luas
permukaan
anatomis pada model kerja RA dan RB.
36 | #blok12pdgub
4. Adaptasikan malam merah pada permukaan anatomis model kerja RA dan RB kemudian lakukan pemotongan sesuai outline/anatomical landmark pada RA dan RB. Khusus untuk RB, akan lebih mudah apabila pemotongan dilakukan mulai dari sisi lingual, sejajar dengan garis tengah kemudian menyusuri tepian anatomical landmark RB. 5. Rapikan tepian lempeng gigit. Permukaan tepi lempeng gigit harus halus karena merupakan duplikat tepi gigi tiruan. Pastikan kerapatan permukaan lempeng gigit harus fit dengan permukaan model kerja. Pembuatan Galangan Gigit RA dan RB 1. Lunakkan selembar malam merah di atas nyala api bunsen burner dan gulung lembaran malam merah tersebut hingga berbentuk silinder dengan panjang kurang lebih 10 cm. Setiap gulungan malam merah harus melekat satu sama lainnya dan padat. 2. Buat bentukan menyerupai tapal kuda dari gulungan malam tersebut. 3. Panaskan permukaan gulungan malam dan adaptasikan galangan gigit tersebut pada permukaan lempeng gigit. 4. Isilah rongga kosong batas antara lempeng gigit dan galangan gigit dengan malam merah yang dicairkan.
37 | #blok12pdgub
5. Pada RA, jarak antara titik tertinggi sayap labial hingga puncak insisal gigi anterior RA sebesar 22 mm sehingga ketebalan galangan gigitan anterior berkisar antara 10 – 12 mm. Ketebalan galangan gigit posterior RA sebesar 6 – 8 mm bila diukur dari tepi lempeng gigit hingga puncak ridge posterior. Lebar galangan gigit RA berkisar 4 mm (area insisivus), 6 mm (area kaninus dan premolar) dan 8 mm pada posterior. 6. Pada RB, ketebalan galangan gigit anterior dan posterior mencapai 18 mm bila diukur dari titik tertinggi sayap labial/bukal hingga mencapai puncak ridge anterior. Lebar galangan gigit RB berkisar 4 mm (area insisivus), 6 mm (area kaninus dan premolar) dan 8 mm pada posterior.
Gbr.14. Lempeng dan Galangan Gigit RA dan RB 4. MOUNTING MODEL KERJA TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan transfer pencatatan
relasi
maksilomandibular
ke
dalam
artikulator (mounting)
38 | #blok12pdgub
ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Mangkuk karet
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Spatula cetak
Vaseline
Pisau model
Karet gelang & tali rafia
Malam mainan
Isi staples besar Gips tipe I & II & batang korek api Mounting adalah prosedur laboratoris pemasangan model studi/kerja rahang atas dan rahang bawah ke dalam artikulator atau instrumen yang serupa. Pada tahapan pembuatan gigi tiruan lepasan, mounting dilakukan setelah penetapan gigit (jaw relation record) yang hasilnya digunakan
sebagai
panduan
pemasangan
ke
dalam
artikulator kemudian dilakukan tahapan penyusunan anasir gigi tiruan. Mounting dilakukan dengan bantuan artikulator. Menurut
the glossary of prosthodontics, artikulator merupakan alat mekanik yang dapat merepresentasikan posisi TMJ dan bagian-bagian rahang dan pada alat tersebut model rahang atas dan rahang bawah dilekatkan. Kegunaan
artikulator
antara
lain
untuk
keperluan
diagnostik (melihat relasi gigi geligi dan rahang) dan rehabilitasi
stomatognatik
(pembuatan
gigi
tiruan).
Klasifikasi artikulator antara lain :
39 | #blok12pdgub
(1) Artikulator engsel sederhana (hinge articulator) atau disebut
juga
sebagai
okludator,
hanya
mampu
melakukan gerakan membuka dan menutup rahang. Perlu diwaspadai bila menggunakan artikulator jenis ini, karena tingkat kecermatan rendah dan resiko kesalahan oklusi cukup besar. (2) Artikulator rata-rata (average value/fixed condyle/freeplane articulator). Pada artikulator jenis ini sudut kondile 30° dan kemiringan meja insisal 10° telah ditetapkan dan tidak dapat disesuaikan dengan kondisi pasien, contoh : artikulator buatan Shofu, SMIC, Ash, Leon, Detrey. (3) Artikulator padan sebagian (semi adjustable articulator). Pada jenis ini penyesuaian inklinasi kondile dan sudut bennet
menggunakan
interocclusal
record
dengan
bantuan face-bow. Model dapat disesuaikan dengan sumbu engsel rahang dan posisi meja insisal dapat diatur akan tetapi jarak antara kondile tidak dapat disesuaikan. Artikulator jenis ini dibagi menjadi (a) artikulator arkon (arcon articulator) dimana lereng kondile terletak di atas, dan (b) artikulator non-arkon (non-arcon articulator) dimana lereng kondile terletak di bawah. Contoh : artikulator buatan Hanau, Dentatus, Dinar.
40 | #blok12pdgub
(4) Artikulator padan penuh (fully adjustable articulator). Sistem kerja artikulator ini sepenuhnya mengimitasi arah maupun lengkung gerak kondile. Dibutuhkan keahlian operator yang cukup baik karena pemakaiannya yang rumit dan sulit. (5) Artikulator fossa bentukan (fossa moulded articulator). Jenis ini mampu melakukan gerakan-gerakan fungsional dari mandibula dengan cara membentuk lereng kondile yang tepat seperti pada rongga mulut penderita. Pada tahapan skill’s lab ini tidak dapat
dilakukan tahapan
penetapan gigit/MMR karena skill’s lab dilakukan pada head phantom maka sebelum dilakukan mounting model kerja, fiksasikan dahulu galangan gigit RA dan RB dengan cara: a. Proyeksikan garis median wajah pada galangan gigit RA dan RB menggunakan pisau model. b. Proyeksikan garis kaninus dan garis senyum pada galangan gigit RA menggunakan pisau model. c.
Pastikan bahwa overjet galangan gigit RA dan RB ± 2 mm (pada pasien, tergantung pola oklusi pasien).
d. Buatlah keratan menyerupai huruf V pada regio molar galangan gigit RA dan RB, lakukan pada kedua sisi rahang. e. Lekatkan
utility wax pada keratan V tersebut
kemudian posisikan galangan gigit RA dan RB pada posisi relasi sentris.
41 | #blok12pdgub
f.
Lekatkan isi stapler yang sebelumnya dipanaskan di atas bunsen burner pada regio molar, melintang pada galangan gigit RA dan RB dengan bantuan pinset. Lakukan pada kedua sisi rahang.
g. Insersikan galangan gigit RA dan RB yang telah terfiksasi ke dalam model kerja. Tahapan pemasangan model kerja (mounting) dalam artikulator : 1. Buatlah bentukan 3 (tiga) cekungan (index groove) atau sesuaikan dengan tonjolan pada permukaan split cast
plate (untuk artikulator handy IIA Shofu) pada dasar model kerja RA dan RB dengan menggunakan bantuan pisau gips dan pisau malam. Tujuannya adalah untuk menambah retensi model kerja dengan gips saat dipasang dalam artikulator. 2. Model kerja difiksasi menggunakan batang korek api dan malam perekat (sticky wax warna oranye) yang dilunakkan di atas nyala api bunsen burner. 3. Periksa terlebih dahulu kelengkapan artikulator yaitu sendi artikulator, pin vertical (incisor guide pin), pin horizontal (incisor indicator), pasak pengunci artikulator dengan gips (model locking pin RA dan RB), model plate, (gambar 15).
42 | #blok12pdgub
Gbr.15. Artikulator Handy II Shofu 4.
Ulasi semua bagian artikulator (model locking pin, split
cast plate) yang akan berkontak dengan stone gips dan dasar model kerja menggunakan bahan separasi (vaseline) 5. Tentukan posisi model kerja pada artikulator dengan bantuan karet gelang atau occlusal plane table (untuk gigi tiruan lengkap). Perhatikan garis median model harus sebidang garis median pada artikulator dan bidang oklusi model sebidang dengan horisontal articulator (gambar 16). Periksa kesejajarannya menggunakan karet gelang yang ditarik dari pin horisontal menuju ke horisontal artikulator.Tunjukkan instruktur.
43 | #blok12pdgub
Gbr.16. Kesejajaran bidang oklusi model kerja dalam artikulator 6. Sebelum pemasangan model kerja dalam artikulator, terlebih dahulu pasang model plate RA dan RB pada split
cast plate RA dan RB 7. Siapkan adonan gips tipe I untuk memasang model dalam artikulator. Letakkan adonan gips tipe I di bagian atas artikulator hingga menutupi split cast plate dan
model locking pin, tunggu hingga gips mengeras ± 30 menit, gunanya untuk memfiksasi split cast plate dan
model locking pin (Untuk artikulator handy IIA Shofu) (gambar 17 A) supaya tidak berubah posisi. 8. Letakkan adonan gips tipe I pada model RA yang sudah diulasi vaselin (gambar 17 B) 9. Letakkan adonan gips tipe I pada model plate RA hingga menutupi bagian-bagian undercut model plate (gambar 17 C) 10. Katupkan bagian atas artikulator sehingga menekan model kerja RA.
44 | #blok12pdgub
11. Rapikan kelebihan gips tipe I yang melekat pada artikulator lalu tunggu hingga gips mengeras. 12. Perhatikan pin vertikal harus menempel pada incisor
guide table dan pin horisontal harus tetap pada titik kontak gigi insisif pertama RB (gambar 17 D).
A
B
45 | #blok12pdgub
C
D
Gbr.17. Pemasangan model kerja RA dalam artikulator, A. Penempatan gips pada split cast plate artikulator; B. Penempatan gips pada model kerja RA; C. Penempatan gips pada model plate RA; D. Mengkatupkan artikulator pada model kerja RA (Manual Use Shofu Handy IIA Articulator)
46 | #blok12pdgub
Gbr. 18. Pemasangan model kerja RB dalam artikulator (Manual Use Shofu Handy IIA Articulator) 13. Apabila gips untuk model kerja RA dalam artikulator telah mengeras, baliklah posisi artikulator sehingga bagian bawah artikulator menjadi bagian atas (gambar 18). 14. Lakukan tahapan pemasangan model dalam artikulator RB (tahapan sama dengan pemasangan model kerja dalam artikulator RA). 15. Fiksasi artikulator menggunakan tali rafia yang diikatkan sekeliling artikulator dengan erat agar tidak terjadi perubahan gigitan model kerja (mis. kesalahan letak gigit) dan meminimalkan ekspansi gips. 16. Periksa apakah garis median model kerja yang telah dipasang dalam artikulator telah sebidang dengan garis median artikulator (gambar 18). Tunjukkan pada instruktur dengan karet gelang tetap terpasang.
47 | #blok12pdgub
5. PENYUSUNAN ANASIR GIGI ANTERIOR TUJUAN
:
Mahasiswa
mampu
melakukan
tahapan
penyusunan anasir gigi anterior RA dan RB untuk pembuatan gigi tiruan lepasan ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Macam-macam stone
Bunsen burner
Anasir gigi anatomis anterior
Penyusunan anasir gigi
tiruan agar terlihat natural
terutama dalam hal penampilan (estetik) dan saat gigi tiruan berfungsi (mis. bicara, tertawa, pengunyahan) merupakan penggabungan antara seni dan ilmu pengetahuan. Pada saat pembuatan rekam medis, penting untuk mencatat seluruh fitur pada wajah pasien baik kondisi normal maupun abnormal. Penyusunan anasir gigi tiruan untuk mencapai estetik
yang
diharapkan
umumnya
tergantung
pada
komposisi, ukuran, bentuk dan warna dari ke enam gigi anterior
yang
dipengaruhi
oleh
usia,
jenis
kelamin,
kepribadian pasien, kosmetik dan refleksi artistik. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran dan bentuk gigi anterior antara lain : (1) ukuran wajah; (2) jarak antara maksila mandibula (interarch space) yang tersisa; (3) pengukuran jarak antara distal gigi kaninus sisi kiri hingga
48 | #blok12pdgub
distal gigi kaninus sisi kanan; (4) panjang bibir; (5) ukuran dan relasi rahang. Sedangkan warna gigi dipengaruhi oleh : (1) usia; (2) kebiasaan; (3) kompleksi wajah (complexion); (4) warna pupil mata. Pemilihan warna gigi tiruan dilakukan dengan bantuan panduan warna (shade guide) dengan cara membasahi shade guide dengan air terlebih dahulu kemudian memposisikannya sedikit di dalam rongga mulut pasien yang terbuka dengan bantuan pencahayaan alami. Tahapan penyusunan anasir gigi anterior :
Perhatikan! Gigi harus terletak di puncak residual alveolar
ridge
dan
bidang
labial
galangan
gigit
merupakan bidang labial gigi.
Perhatikan! Sumbu-sumbu masing-masing gigi dari aspek labial dan proksimal dan relasi gigi-gigi anterior rahang atas dengan rahang bawah.
Urutan penyusunan : dimulai dari RA 11-12-13-21-22-2, berlanjut pada RB 41-42-43-31-32-33
Penyusunan gigi insisivus sentral RA: 1. Perhatikan! posisi garis median harus sejajar dengan median wajah. 2. Incisal edge paralel dan menyentuh bidang oklusi atau galangan gigit RB nya (diketahui dengan bite plane table artikulator).
49 | #blok12pdgub
3. Bila dilihat dari aspek labial : sumbu gigi 90° dengan bidang oklusal dan bagian servikal gigi sedikit miring ke distal, sumbu gigi hampir paralel dengan garis median. 4. Permukaan labial I1 diposisikan berada 5-9 mm lebih anterior dari bagian tengah papilla oleh karena pola resorpsi
residual
alveolar
ridge
RA
umumnya
mengarah ke atas dan ke belakang sehingga posisi anasir gigi anterior RA diletakkan lebih ke anterior dan inferior residual alveolar ridge untuk mengisi posisi gigi aslinya. 5. Apabila dilihat dari aspek proksimal : gigi deviasi 8° terhadap bidang vertikal (protrusi) dan permukaan labial gigi sama dengan permukaan labial galangan gigit.
Gbr. 19. Penempatan gigi insisivus sentral RA
50 | #blok12pdgub
Penyusunan gigi insisivus lateral RA: 1. Incisal edge paralel dengan bidang oklusal tetapi permukaannya ± 0,5 mm di atas bidang oklusi (sedikit mengambang) 2. aspek labial terlihat deviasi 10° terhadap garis median, bagian servikal sedikit miring ke arah palatal 3. aspek proksimal ada deviasi 12° terhadap garis median.
Penyusunan gigi kaninus RA: 1. Incisal edge menyentuh bidang oklusi. 2. Aspek labial tampak sumbu gigi bervariasi pada bagian servikalnya, dari tegak hingga sedikit miring ke arah distal. Sisi mesiolabial terlihat dari aspek labial dengan cara memiringkan servikal gigi ke arah distal 3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak dengan 2/3 bagian servikal lebih menonjol ke labial untuk memperlihatkan tonjolan kaninus.
51 | #blok12pdgub
Gbr. 20. Posisi inklinasi gigi anterior RA terhadap sumbu gigi (long axis) dilihat dari aspek proksimal (Grant, 1993) A
Gbr.21. (A)Sumbu gigi, incisal edge dan kesejajaran fasial untuk keperluan estetik;
52 | #blok12pdgub
(B) inklinasi gigi anterior RA sesuai dengan bentuk anasir gigi tiruan
Gbr.22. Penyusunan gigi anterior RA dalam artikulator
Sebelum menyusun gigi-gigi anterior rahang bawah, perhatikan dahulu relasi gigi RA dan RB. Overbite (vertical overlap) yaitu jarak antara insisal gigi anterior
53 | #blok12pdgub
RA terhadap insisal gigi anterior RB, ± 1 mm. Sedangkan overjet (horizontal overlap) yaitu jarak antara permukaan palatal gigi anterior RA terhadap permukaan labial gigi anterior RB, ± 2 mm. Permukaan labial gigi anterior RB tidak menyentuh permukaan lingual gigi anterior RA saat relasi sentris untuk menghindari masalah yang timbul (mis. kontak prematur yang dapat menyebabkan gigi tidak stabil) saat
pergerakan eksentris rahang yang
dapat berakibat ketidakstabilan gigi tiruan.
penyusunan gigi insisivus sentral RB: 1. Incisal edge berada 1 mm di atas bidang oklusal. 2. Aspek labial terlihat sumbu gigi pararel dengan garis median. 3. Aspek proksimal terlihat sumbu gigi condong 5° ke lateral dan terletak di puncak residual alveolar ridge.
penyusunan gigi insisivus lateral RB: 1. Incisal edge disesuaikan dengan incisal edge gigi 31 dan 41. 2. Aspek labial tampak sumbu gigi pararel dengan garis median. 3. Aspek proksimal tampak gigi tegak atau condong sedikit ke labial.
54 | #blok12pdgub
Penyusunan gigi kaninus RB: 1. Incisal edge sejajar dengan gigi insisivus sentral dan lateral. 2. Aspek labial tampak sumbu gigi sedikit miring. 3. Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak atau condong ke lingual dan bagian servikal sedikit menonjol.
A
B
Gbr.23. (A) sumbu gigi, incisal edge dan kesejajaran fasial gigi anterior RB; (B) inklinasi gigi anterior RB dilihat dari aspek proksimal
55 | #blok12pdgub
Gbr.24. penyusunan gigi anterior RB dalam artikulator
Gbr.25. overjet dan overbite
56 | #blok12pdgub
6. PENYUSUNAN ANASIR GIGI POSTERIOR TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan penyusunan anasir gigi posterior RA dan RB untuk pembuatan gigi tiruan lepasan ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Macam-macam stone
Bunsen Burner
Anasir gigi anatomis posterior
Anasir gigi posterior RA dan RB disusun pada posisi oklusi sentrik. Penyusunan berpedoman pada curve of Wilson sebagai kurva kompensasi transversal, curve of spee sebagai kurva kompensasi sagital dan optimal intercuspidasi antara gigi geliginya. Curve of Wilson merupakan garis kompensasi transversal yang menyentuh ujung cusp dari gigi-gigi posterior. Curve of Spee merupakan garis kompensasi sagital
A
57 | #blok12pdgub
B Gbr.26. (A) curve of Wilson; (B) curve of Spee Tahapan penyusunan anasir gigi posterior :
Perhatikan! Gigi harus terletak di puncak residual alveolar
ridge
dan
bidang
bukal
galangan
gigit
merupakan bidang bukal gigi.
Perhatikan! Sumbu-sumbu masing-masing gigi dari aspek bukal dan proksimal serta relasi gigi-gigi posterior rahang atas dengan rahang bawah.
Urutan penyusunan gigi: pada rahang atas dimulai dari gigi premolar pertama hingga molar kedua ( P1 – P2 – M1 – M2) sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya, sedangkan pada rahang bawah dimulai dari gigi molar pertama kemudian molar kedua lalu berlanjut ke gigi premolar kedua dan pertama (M2 – M1 – P2 – P1) pada sisi kanan dan kiri.
58 | #blok12pdgub
Penyusunan gigi premolar pertama rahang atas: Cusp bukal menyentuh bidang oklusi. Cusp palatinal berada ±0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus.
Penyusunan gigi premolar kedua rahang atas: Cusp bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus.
Penyusunan gigi molar pertama rahang atas: Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi. Cusp mesio bukal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 0,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 5° terhadap garis vertikal.
Penyusunan gigi molar kedua rahang atas: Cusp mesio palatinal ± 1 mm di atas bidang oklusi. Cusp mesio bukal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto bukal ± 2 mm di atas bidang oklusi. Cusp disto palatinal ± 1,5 mm di atas bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 15° terhadap garis vertikal.
Catatan : cusp palatinal gigi premolar dan molar pertama dan kedua
terletak pada
garis
yang
ditarik dari
retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus pada galangan gigit rahang bawah. Garis tersebut merupakan
59 | #blok12pdgub
tempat kedudukan fissura gigi-gigi posterior rahang bawah.
Gbr.27. Cek susunan gigi posterior RA dengan bite plane table
Penyusunan gigi posterior rahang bawah perlu diperhatikan : a. Aspek bukal : relasi molar kelas 1 yaitu cusp mesio bukal M1 RA terletak pada fissura bukal (mesio bukal – developmental groove) M1 RB. b. Aspek proksimal : cusp palatinal gigi RA terletak pada fissura gigi RB c. Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekati puncak ridge) ke arah posterior sedangkan pada RB mengikuti lengkung RA d. Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus rahang bawah merupakan tempat kedudukan fissura gigi RB.
60 | #blok12pdgub
e. Penyusunan gigi-gigi posterior harus mengikuti garis anteroposterior curve/ curve of spee/ garis kompensasi sagital untuk tercapai stabilitas gigi tiruan; garis lateral curve/curve of wilson/garis
kompensasi
lateral untuk mengikuti
gerakan mandibula saat mengunyah (cusp palatinal menyentuh bidang oklusi)
61 | #blok12pdgub
Gbr.28. penyusunan gigi posterior RB
Gbr. 29. Penyusunan gigi sejajar dengan garis puncak ridge
62 | #blok12pdgub
Periksa susunan gigi dalam artikulator : a. Oklusi sentrik : lihat overbite dan overjet pada gigi anterior dan teliti kontak antara gigi posterior RA dan RB b. Gerakan protrusi mandibula : apabila mandibula digerakkan ke arah anterior maka gigianterior akan berada pada posisi edge to edge dan gigi-gigi posterior akan berada pada posisi cusp to cusp. Pada artikulator
free-plane,
yang
dilakukan
adalah
memundurkan rahang atas agar tercapai gerakan protrusi mandibula. c. Artikulasi : periksa working side (sisi kerja) yang digunakan untuk mengunyah dan balancing side (sisi keseimbangan)
untuk keseimbangan agar
tidak
terjadi
prematur
pada
kontak
yang
mengarah
traumatik oklusi dan ketidak stabilan GTP. Sesuaikan dengan oklusi dinamik ideal GTP (bilateral balancing occlusion/BBO) Perlu diperhatikan! Dalam posisi oklusi sentrik, gerakan protrusi mandibula dan artikulasi, pin vertikal artikulator tetap menyentuh incisal guide table. Catatan : Untuk melihat kesejajaran gigi gunakan occlusal bite plate. Aspek bukal gigi kaninus dan premolar serta mesial cusp bukal molar pertama harus menyentuh occlusal bite plate sedangkan cusp distobukal
63 | #blok12pdgub
molar pertama tidak menyentuh (gbr.30 (A)). Untuk kesejajaran gigi posterior RA, ke empat cusp bukal gigi molar 1 dan 2 menyentuh occlusal bite plate sedangkan gigi premolarnya tidak menyentuh (gbr. 30 (B))
A
B
Gbr.30. Periksa ulang (A) kesejajaran aspek bukal C-PM1;(B) kesejajaran aspek bukal M
64 | #blok12pdgub
7. KONTUR GINGIVA TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan tahapan kontur gingiva untuk GTP ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Bunsen Burner
Malam merah
Sikat gigi berbulu kaku
Bentuk kontur gingiva pada GTP penting untuk menunjang retensi dan stabilitas GTP serta kenyamanan pasien terhadap GTP nya. Buat batasan tepi lempeng gigit sesuai dengan outline gigi tiruan yang telah dibuat sebelumnya. 1. Ketebalan malam model sesuaikan dengan jaringan lunak pasien yang hilang akibat resorpsi dan kontur wajah pasien dan tidak terlalu tipis. Usahakan dibuat sesuai aslinya dan terlihat sealamiah mungkin. 2. Pada rahang atas : Buatlah bentukan rugae dan raphe palatina pada daerah palatum yang mempunyai ketebalan maksimal 2,5 mm. Ketebalan malam model pada daerah labial ± 2 mm untuk memperbaiki kontur fasial yang hilang akibat pencabutan gigi-gigi anterior (mis. lip support), sedangkan pada gigi-gigi posterior ketebalan malam model mencapai ± 3 mm. Tepi malam model dibuat landai/membulat.
65 | #blok12pdgub
3. Pada rahang bawah : Permukaan labial tidak boleh terlalu menonjol agar tekanan yang diaplikasikan bibir bawah terhadap gigi tiruan berkurang (stabilitas). Pada permukaan bukal dibuat landai, ketebalan sayap pada daerah premolar maksimal 2 mm dan pada daerah molar melebar sesuai dengan outline gigi tiruan hingga mencapai daerah retromolar pad. Permukaan lingual diperluas ke area retromylohyoid dan sedikit konkaf agar lidah dapat berada dalam posisi istirahat untuk kestabilan gigi tiruan. 4. Pada daerah attached gingiva dibuat stippling dengan cara memukulkan sikat gigi yang berbulu kaku pada daerah leher gigi. Umumnya terlihat lebih prominen di daerah interproksimal gigi dibandingkan pada daerah akar gigi. 5. Gunakan nyala api bunsen burner untuk memanaskan permukaan malam model, tetapi berhati-hatilah agar tidak terlalu panas supaya kontur gingiva tidak rusak. Malam model harus melekat dengan baik pada permukaan model kerja dan tidak dapat dilepas. 6. Haluskan permukaan malam model menggunakan kapas ataupun kain yang dibasahi dengan air sabun.
66 | #blok12pdgub
Catatan : masalah yang biasanya dihadapi saat tahapan ini antara lain terlalu banyak bagian gigi yang tertutup oleh malam model, gagal membentuk kontur anatomi gingiva seperti yang diharapkan dan perubahan warna pada malam model akibat terlalu panas (overheating). Hal-hal tersebut di atas kurang mendukung estetik gigi tiruan, oleh karena itu harus dihindari. Tambahkan malam model secukupnya dan potong sisa-sisa malam model yang berlebih dengan pisau model terutama pada daerah margin gingiva. Hati-hati untuk tidak overheating malam model dengan bunsen burner supaya warna dan kontur gingiva tidak berubah.
Gbr.31. Kontur akhir model malam gigi tiruan
67 | #blok12pdgub
7. FLASKING TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan penanaman model dalam kuvet ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Kuvet
Mangkuk karet
Spatula cetak
Alat press
Flasking merupakan proses penanaman model kerja beserta malam model gigi tiruan ke dalam kuvet untuk membuat cetakan (sectional mold) yang digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan akrilik. Tahapan penanaman model dalam kuvet : 1. Setelah kontur gingiva selesai, rendam model kerja dan artikulator dalam air selama beberapa menit. Kemudian model kerja dilepas dari artikulator. Basis gips keras (plaster mounting) pada artikulator jangan sampai rusak karena akan digunakan kembali untuk mereposisi model kerja dalam artikulator (remounting) setelah gigi tiruan selesai diproses. 2. Ulasi dasar model dengan bahan separasi (vaselin) secukupnya. 3. Model ditanam dalam kuvet bawah yang terlebih dahulu di isi dengan gips tipe I dengan ketentuan sebagai berikut : a. Letakkan model kerja di posisi tengah kuvet dan untuk model rahang atas bagian anteriornya lebih tinggi
68 | #blok12pdgub
dibandingkan
bagian
posterior
(tilting
posterior)
sedangkan model rahang bawah sejajar. Jarak antara oklusal gigi terhadap tutup kuvet atas ± 1 cm. b. Perhatikan jarak antara dinding kuvet agar cukup untuk menempatkan gips tipe I. c.
Isi kuvet dengan gips tipe I setinggi model kerja.
d. Haluskan permukaan gips dan hilangkan semua undercut supaya memudahkan pelepasan ring kuvet atas dari kuvet bawah setelah dilakukan perebusan. e. Biarkan gips mengeras kemudian ulasi dengan bahan separasi seluruh permukaannya. f.
Isi permukaan gigi dan malam model yang telah dikontur dengan gips tipe II untuk fiksasi gigi dan mempertahankan kontur gigi tiruan.
g. Permukaan oklusal gigi harus TAMPAK dan tidak tertutup gips keras hingga bagian servikal gigi. h. Setelah gips mulai mengeras, pasang kuvet atas lalu isi dengan gips lunak sampai penuh kemudian ditutup dan pres dengan alat pres besar/pres hidrolik. Lalu pindahkan kuvet ke dalam pres kecil
69 | #blok12pdgub
8. BUANG MALAM (WAX ELIMINATION) TUJUAN :
Mahasiswa mampu melakukan proses
pembuangan malam untuk persiapan packing akrilik ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Kuvet
Panci dan Kompor
Alat press
Tahapan Buang malam (wax elimination) : 1.
Siapkan sebuah panci air mendidih, masukkan kuvet beserta alat press sebagai pemegang kuvet, ke dalam panci tersebut selama ± 10 menit
2.
Pisahkan kuvet bawah dan atas secara bersamaan
kemudian malam yang telah melunak diambil
dan
sisanya
dibersihkan
dengan
cara
menuangkan kembali air panas pada sisa malam tersebut. Lalu bersihkan dengan kuas/sikat berbulu halus dan air sabun 3.
Dinginkan kuvet.
Gbr.32. Setelah buang malam
70 | #blok12pdgub
9.
PACKING AKRILIK (PENGISIAN AKRILIK) DAN PEMROSESAN AKRILIK TUJUAN : Mahasiswa
mampu melakukan tahapan
packing akrilik dan pemrosesannya
untuk gigi tiruan
penuh ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Kuvet
Panci dan Kompor
Resin akrilik heat cured QC20
Alat press
Tahapan polimerisasi resin akrilik meliputi : a. Sandy-stage
: terlihat seperti pasir basah
b. Stringy-stage
: bila disentuh, melekat pada jari dan
terlihat bentukan serabut-serabut tipis c.
Dough-stage
: bila disentuh, tidak melekat pada
jari dan seperti adonan d. Rubbery-stage
: konsistnesi kenyal seperti karet
e. Stiff-stage
: konsistensi keras
Tahapan packing (pengisian) akrilik : 1. Ulasi seluruh permukaan gips kecuali pada permukaan gigi akriliknya dengan sodium alginate/CMS dan menggunakan kuas, merata ke satu arah agar tidak menggumpal.Lalu biarkan hingga mengering.
71 | #blok12pdgub
2. Siapkan monomer dan polimer akrilik sesuai ukuran yang telah ditetapkan. Manipulasi resin akrilik ke dalam pot porselen
yang
digetarkan
tidak
hingga
tembus
seluruh
cahaya
monomer
sambil
sedikit
terserap
oleh
polimernya. 3. Aduk
dengan
menggunakan
spatula
logam
hingga
homogen lalu tutup bibir pot porselen dan tunggu hingga mencapai dough-stage. 4. Ambil adonan akrilik dari pot lalu letakkan pada selembar plastik tipis/ cellophane dan bentuk adonan akrilik tersebut menyerupai bola (pada RA) dan gulungan (pada RB). 5. Pengisian akrilik pada RA maupun RB selalu diletakkan pada kuvet yang bergigi 6. Letakkan adonan akrilik tersebut dalam kuvet dan diantara kuvet atas dan kuvet bawah beri 2 lapis plastik kemudian kuvet ditutup dan dipres perlahan-lahan dengan alat pres besar hingga akrilik mengalir keluardari kuvet (pres pertama) 7. Buka kuvet dan lepaskan plastik. Lalu sisa akrilik yang berlebih dipotong menggunakan pisau model sesuai outline gigi tiruan. Ulasi permukaan akrilik dengan sedikit monomer.
72 | #blok12pdgub
8. Lakukan pres kedua sama seperti cara pres pertama, kemudian buka kuvet dan potong kelebihan akrilik sesuai outline gigi tiruan, ulasi dengan sedikit monomer dan kuvet ditutup tanpa memberi lapisan plastik dan lakukan pres ketiga. 9. Pindahkan kuvet pada pres kecil dan rendam dalam air dengan temperatur kamar selama ± minimum 30 menit supaya terjadi polimerisasi awal. Perhatikan! Semua bagian kuvet harus terendam dalam air min. 7-10 cm di atas kuvet. 10. Lakukan proses perebusan akrilik ± 45 menit mulai dari air mendidih (cara sama dengan buang malam). Kemudian matikan
api
dan
biarkan
sampai
dingin.
Proses
pendinginan dapat dibantu dipercepat dengan merendam kuvet dalam seember air dingin.
73 | #blok12pdgub
10. MELEPAS MODEL DARI KUVET (DEFLASKING) TUJUAN : Mahasiswa
mampu melakukan tahapan
melepas model dari kuvet setelah proses polimerisasi akrilik selesai dan mendapatkan model kasar akrilik. ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Kuvet
Tahapan melepas model dari kuvet :
Lepaskan
tutup
kuvet
dengan
cara
diungkit
menggunakan bantuan pisau gips
Lepaskan kuvet atas dan bawah sehingga didapatkan model yang masih tertutup oleh gips keras (model kasar akrilik)
Pisahkan model dan gigi tiruan akrilik dari gips keras dengan pisau atau gergaji secara hati-hati agar model dan gigi tiruan akrilik tidak rusak. Bersihkan sisa gips yang menempel.
Gbr.33 Model kasar akrilik
74 | #blok12pdgub
11. REMOUNTING I (MEMASANG KEMBALI MODEL DALAM ARTIKULATOR) DAN REMOUNT JIG TUJUAN : Mahasiswa
mampu melakukan tahapan
memasang kembali model dalam artikulator dan membuat remount jig. ALAT DAN BAHAN : Model kasar akrilik
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Mangkuk karet
Spatula cetak
Gips tipe I
Remounting adalah pemasangan kembali gigi tiruan ke posisi semula (mounting) secara tepat dalam artikulator. Tahapan remounting dilakukan sesaat setelah pemrosesan akrilik (remounting I) yaitu mengembalikan gigi tiruan kasar dan model kerja ke posisi mounting. Tujuannya untuk melihat adanya kesalahan laboran selama packing dan pemrosesan akrilik (mis. terjadi peninggian gigit bila proses press saat packing akrilik kurang). Tahapan remounting I : 1. Model kasar akrilik RA dan RB yang telah dibersihkan dari sisa
gips
artikulator
yang sesuai
menempel, dengan
dipasang keadaan
kembali
semula,
pada
dengan
bantuan 3 cekungan (index groove) lalu fiksasi dengan malam perekat 2. Perhatikan oklusi sentrik dan posisi pin vertikal dan meja insisal (incisal table), ada atau tidak peninggian gigitan.
75 | #blok12pdgub
3. Peninggian gigit yang terjadi harus dikoreksi dengan melakukan pengasahan (selective grinding) hingga pin vertikal menyentuh meja insisal (incisal table). Peninggian gigitan disebabkan: a. Saat melakukan penekanan pada press kurang sempurna (mis. kuvet atas dan kuvet bawah tidak menutup rapat) sehingga basis gigi tiruan akrilik menjadi lebih tebal dan berakibat pada bertambahnya tinggi gigit. b. Saat menanam model dalam kuvet, adonan gips terlalu lunak atau encer, sehingga gips kurang padat. Berakibat pada saat penekanan kuvet selama pengisian akrilik, gips ikut tertekan menjadi lebih padat, sehingga tinggi gigit bertambah
dan
model
dalam
kuvet
akan
berubah
posisinya.
Remount Jig merupakan kunci gigit dari gips keras pada artikulator
yang
berguna
sebagai
tempat
kedudukan
permukaan bidang oklusal gigi tiruan lepasan rahang atas. Tahapan pembuatan remount jig : 1. Lepaskan model kasar gigi tiruan rahang bawah dari dasar artikulator. Model kasar akrilik RA tetap melekat pada artikulator. 2. Ulasi seluruh permukaan gigi tiruan rahang atas dan permukaan dasar artikulator dengan bahan separasi (vaseline).
76 | #blok12pdgub
3. Letakkan adonan gips tipe I (warna putih) pada dasar artikulator (tempat melekatnya gigi tiruan rahang bawah) tersebut setinggi permukaan bidang oklusal gigi tiruan rahang atas. 4. Katupkan
artikulator
hingga
pin
vertikal
menyentuh
permukaan incisor guide table. 5. Adonan gips tipe I harus menutupi seluruh bidang palatal dan pada bidang oklusal/insisal anasir gigi tiruan tertutup ± 2 mm untuk mendapatkan cetakan permukaan oklusal gigi tiruan rahang atas. 6. Fiksasi dengan tali rafia dan tunggulah hingga gips mengeras (setting) ± 30 menit. Kemudian artikulator dibuka. 7. Periksa jig pada artikulator, apakah permukaan palatum dan oklusal gigi tiruan telah tercetak dengan baik. Bila tidak, ulangi tahapan di atas.
77 | #blok12pdgub
12. MELEPAS GTP AKRILIK DARI MODEL KASAR DAN REMOUNTING II TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan tahapan pelepasan gigi tiruan lepasan akrilik dari model kerja, memasang kembali gigi tiruan akrilik dalam artikulator serta membuat remount jig ALAT DAN BAHAN : Model kasar akrilik
Pisau Gips
Pisau model
Artikulator
Pisau malam
Mangkuk karet
Free
Plane Spatula cetak
Gips tipe I
Tahapan pelepasan GT akrilik dari model kerja : 1. Lepaskan model kasar akrilik gigi tiruan dari artikulator. 2. Lepaskan gigi tiruan akrilik RA dan RB dari model kerja dengan cara memotong model kerja menggunakan gergaji 3. Setelah terlepas dari model kerja, bersihkan dan rapikan gigi tiruan dari sisa-sisa gips yang menempel dengan bantuan fraser dan stone (hijau lalu merah muda) Untuk tahap remounting II, dilakukan setelah tahapan
interocclusal record gigi tiruan dalam mulut penderita dengan bantuan remounting jig. Tujuannya untuk melihat adanya salah
letak
gigit
dan
tinggi
gigit
serta
kontak
dan
keseimbangan oklusi-artikulasi gigi tiruan sebelum gigi tiruan diinsersikan ke pasien.
78 | #blok12pdgub
Apabila terjadi permasalahan dengan oklusi sentrik dan eksentrik gigi tiruan, maka dilakukan penyesuaian oklusi (selective grinding) pada gigi tiruan.
Interocclusal record merupakan catatan relasi antara permukaan oklusal gigi tiruan rahang atas dan rahang bawah saat posisi mandibula terletak paling posterior dan dalam keadaan relasi sentris, yang dibuat saat tahapan pasang coba (try-in) gigi tiruan. Material yang digunakan elastomer ( putty) atau material elastomer khusus untuk bite registration. Tujuannya untuk melihat apakah terjadi kesalahan oklusi saat tahap penetapan gigit. Tahapan interocclusal record : Tahapan ini seharusnya dilakukan pada pasien, tidak dapat dilakukan dengan phantom karena operator diharuskan melatih oklusi sentrik pasien dan memposisikan mandibula paling posterior. Namun untuk kebutuhan kegiatan skill’s laba, maka
diupayakan untuk
dilakukan simulasi pembuatan
interocclusal record menggunakan head phantom. 1. Posisikan head phantom pada posisi berbaring karena diharapkan saat posisi ini, kondile pasien akan berada paling posterior. 2. Insersikan gigi tiruan akrilik RA dan RB pada model rahang phantom. 3. Manipulasi bahan base-katalyst elastomer putty.
79 | #blok12pdgub
4. Letakkan adonan putty pada regio premolar-molar sisi kanan dan kiri rahang. 5. Oklusikan head phantom hingga terbentuk kunci gigitan pada putty (seperti membuat catatan gigitdari malam merah). 6. Setelah mengeras, keluarkan interocclusal record dari rongga mulut. Tahapan Remounting II : 1. Ulasi seluruh permukaan gigi tiruan akrilik RA dan RB menggunakan vaseline. 2. Kembalikan gigi tiruan akrilik RA ke posisi sesuai dengan kunci gigitan gisp (remount jig). 3. Manipulasi bubuk gips tipe I dan air sesuai takaran pabrik lalu aplikasikan adonan gips tersebut pada permukaan palatum gigi tiruan akrilik RA hingga memenuhi ruangan dan split cast plate. 4. Katupkan
artikulator
dan
fiksasi
dengan
tali
rafia.
Tunggulah hingga mengeras ± 30 menit. Hasilnya akan didapat gigi tiruan akrilik melekat pada bagian atas artikulator. 5. Setelah gips mengeras, buka kembali artikulator. Lalu lepaskan kunci gigitan gips (remount jig) dari dasar artikulator. 6. Baliklah posisi artikulator (bagian atas menjadi di bawah), kemudian pasang interocclusal record pada gigi tiruan
80 | #blok12pdgub
akrilik RA dan RB. Pastikan terfiksasi dengan baik dan tidak berubah posisi. Perlu diperhatikan, posisi gigi tiruan akrilik RA berada di bawah, begitu juga sebaliknya untuk RB berada di atas. 7. Manipulasi bubuk gips tipe I dan air sesuai takaran pabrik lalu aplikasikan adonan gips tersebut pada permukaan lingual gigi tiruan akrilik RB hingga memenuhi seluruh ruang yang ada. 8. Katupkan
artikulator
dan
fiksasi
dengan
tali
rafia.
Bersihkan sisa-sisa gips dan rapikan kelebihan gips di daerah lingual gigi tiruan akrilik RB dan ruang lidah (harus dalam kondisi halus dan datar). Tunggulah hingga mengeras ± 30 menit.
81 | #blok12pdgub
13. SELECTIVE GRINDING TUJUAN : Mahasiswa
mampu melakukan tahapan
penyesuaian oklusi (selective grinding) pada gigi tiruan lepasan ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Artikulating paper
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Macam-macam stone
Pisau model
Fraser
Selective
Grinding
atau
disebut
juga
occlusal
reshaping/adjustment merupakan tindakan yang sengaja dilakukan untuk mengubah bentuk permukaan oklusal gigi, pada gigi tiruan menggunakan hukum BULL (Buccal Upper Lingual Lower). Tujuannya adalah memperbaiki oklusi dan dimensi vertikal serta menghilangkan kontak prematur gigi geligi. Pada tahapan pembuatan gigi tiruan penuh, dilakukan tahapan selective grinding I (SG I) setelah tahapan remounting I (model kasar akrilik dipasang kembali dalam artikulator) kemudian dilakukan pemeriksaan oklusi sentrik dengan bantuan articulating
paper. Apabila terdapat kontak prematur, yang ditandai dengan spot paling tebal pada oklusal gigi, maka dilakukan pengasahan pada gigi dengan cara mengurangi bidang miring pada cusp bukal atau palatal/lingual rahang atas dan bawah tanpa mengurangi tinggi cusp, serta memperdalam dan memperluas fossa.
82 | #blok12pdgub
Selective grinding II (SG II) dilakukan setelah tahapan remounting II (gigi tiruan dipasang kembali dalam artikulator setelah dilakukan interocclusal record dalam mulut pasien, dengan bantuan remount jig). Pada tahap ini perlu diperhatikan adanya kesalahan letak gigit dan tinggi gigit, adanya kontak prematur saat oklusi eksentrik (pada sisi kerja dan keseimbangan). Tahapan selective grinding : 1. Letakkan kertas artikulasi (articulating paper) di antara bidang oklusal. Gunakan kertas artikulasi yang berbentuk tapal kuda. 2. SG I : Lakukan gerakan oklusi sentrik. Lihat ketebalan spot bidang oklusal. Asahlah spot yang tebal dengan stone warna hijau atau merah muda. 3. SG II : Lakukan gerakan oklusi eksentrik. Lihat ketebalan spot bidang oklusal. Asahlah spot yang tebal dengan stone warna hijau atau merah muda, dengan panduan HUKUM BULL untuk sisi kerja (Buccal Upper Lingual Lower) dan HUKUM ANTI BULL untuk sisi keseimbangan (Lingual Upper Buccal Lower). 4. Perhatikan: Oklusi ideal GTP adalah Bilateral Balanced Occlusion. 5. Bersihkan sisa-sisa pengasahan dan spot pada permukaan gigi menggunakan contra angle-brush dan kryte
83 | #blok12pdgub
6. POLISHING TUJUAN : Mahasiswa mampu melakukan pemolesan
(polishing) gigi tiruan ALAT DAN BAHAN : Model kerja RA dan RB
Pisau Gips
Artikulating paper
Artikulator Free Plane
Pisau malam
Macam-macam stone & rubber
Gergaji kecil
Pisau model
Fraser
Tahapan Polishing GTP : 1. Poles gigi tiruan menggunakan mesin pemoles : brush dan pumice, cone dan kryte (cara basah) atau gunakan rubber hijau, abu-abu dan kuning secara berurutan (cara kering) hingga permukaan gigi tiruan tampak halus dan mengkilap.
84 | #blok12pdgub
BAB IV PEDOMAN PENILAIAN SKILL’S LAB Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Gigi FKUB menerapkan kurikulum berbasis kompetensi dengan berlandaskan pada keputusan
KKI
No.
23/KKI/XI/2006
mengenai
Standar
Kompetensi Dokter Gigi. Kompetensi yang ditetapkan oleh KKI berisikan kompetensi utama dan penunjang yang minimal harus dicapai oleh setiap lulusan institusi pendidikan dokter gigi di Indonesia agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan kualitas yang hampir sama. Adapun aspek-aspek yang harus dipenuhi untuk mencapai kompetensi meliputi
aspek
kognitif
(kemampuan
memahami teori/ilmu pengetahuan), perilaku
selama
proses
berpikir
dalam
afektif (sikap
pembelajaran)
dan
dan
psikomotor
(ketrampilan dan kemampuan mengaplikasikan teori/ilmu pengetahuan yang dimiliki). Oleh karena itu, penilaian skill’s lab Prostodonsia II (Gigi Tiruan Lepasan dan Problema Pasca Insersi) mengacu pada ketetapan yang tersebut di atas, meliputi penilaian :
85 | #blok12pdgub
A. PROSES PEMBELAJARAN : BOBOT PROSENTASE 70 % ASPEK KOMPETENSI
RINCIAN PENILAIAN
BOBOT PROSENTASE
Pre-Test** (Tertulis); KOGNITIF
Pemahaman
Materi
15 %
(Oral) Motivasi; Kedisiplinan; AFEKTIF
Tanggung
jawab;
Kebersihan dan Sopan
10 %
Santun Ketrampilan PSIKOMOTOR
tiap
tahapan kerja skill’s
75 %
lab (hasil pekerjaan) ** tidak ada remidi B. UJIAN SKILL’S LAB : BOBOT PROSENTASE 30 % Ujian dilaksanakan pada akhir kegiatan skill’s lab dan apabila mahasiswa tidak memenuhi nilai minimal kelulusan maka diberikan kesempatan untuk mengikuti ujian perbaikan/ remidi skill’s lab. Nilai yang diperhitungkan adalah nilai yang terbaik. NILAI AKHIR SKILL’S LAB : NILAI PROSES (70 %) + NILAI UJIAN (30 %)
86 | #blok12pdgub
C. KRITERIA KELULUSAN Mahasiswa
dinyatakan
lulus
dan
mencapai
kompetensi apabila nilai akhir minimal kelulusan skill’s lab Prostodonsia II adalah nilai 75 (B+)
87 | #blok12pdgub