Vitamin dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu yang larut di dalam air dan lemak. Contoh vitamin yang larut di dalam air adalah B kompleks dan C, sedangkan yang larut lemak vitamin A, D, E, dan K. Dari semua vitamin tersebut, vitamin A paling banyak menimbulkan masalah. Salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi penduduk Indonesia dewasa ini adalah kekurangan vitamin A (KVA). Vitamin A merupakan vitamin yang paling tua dipelajari, terutama dalam hubungannya dengan masalah kebutaan. Multimanfaat
Secara garis besar, manfaat vitamin A adalah sebagai berikut: 1.
Proses penglihatan. Vitamin A dalam bentuk retinal akan bergabung dengan opsin (suatu protein) membentuk rhodopsin, yang merupakan pigmen penglihatan. Adanya rhodopsin itulah yang memungkinkan kita dapat melihat. Rendahnya konsumsi menyebabkan menurunnya simpanan vitamin A di dalam hati dan kadarnya di dalam darah. Akibat lebih lanjut adalah berkurangnya vitamin A yang tersedia untuk retina.
2.
Mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas). Sistem kekebalan membantu mencegah atau melawan infeksi dengan cara membuat sel darah putih yang dapat menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya. Vitamin A dapat membantu limposit (salah satu tipe sel darah putih) untuk berfungsi lebih efektif dala m melawan infeksi.
3.
Mencegah kebutaan. Defisiensi vitamin A menyebabkan kelenjar tidak mampu mengeluarkan air mata, sehingga film yang menutupi kornea mengering. Selanjutnya kornea mengalami keratinisasi dan pengelupasan, sehingga menjadi pecah. Infeksi tersebut menyebabkan mata mengeluarkan nanah dan darah. Dampak lebih lanjut adalah munculnya titik bitot (putih pada bagian hitam h itam mata) serta terjadi gangguan yang disebut xerosis conjunctiva, xerophthalmia, dan buta permanen.
4.
Menangkal radikal bebas. Vitamin A dan betakaroten terbukti merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit kronis, seperti jantung dan kanker.
5.
Memicu pertumbuhan. Defisiensi vitamin A menyebabkan terhambatnya pertumbuhan karena gangguan pada sintesis protein. Gejala ini sering tampak pada anak balita. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa proses pertumbuhan akan terhenti jika kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi.
6.
Memelihara kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan. Defisiensi atau kekurangan vitamin A menyebabkan sel-sel epitel tidak mampu mengeluarkan mucus (lendir) dan membentuk cilia (semacam rambut) untuk mencegah akumulasi bahan asing pada permukaan sel. Karena itu, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
7.
Membentuk dan memelihara pertumbuhan tulang dan gigi. Defisiensi vitamin A terbukti dapat menghambat pemanjangan tulang dan terbentuknya gigi yang sehat. Karena itu, kecukupan konsumsi vitamin A sangat penting diperhatikan untuk anak-anak yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
8.
Memelihara kesehatan kulit dan rambut. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kulit dan rambut menjadi kasar dan kering.
9.
Mendukung proses reproduksi. Vitamin A diperlukan dalam produktivitas hormon steroid (hormon seks) dan proses spermatogenesis (pembentukan sel sperma) yang sangat vital dalam proses pembuahan sel telur untuk menghasilkan keturunan. Karena itu, defisiensi vitamin A menyebabkan kemandulan.
Penyakit Infeksi
Gejala awal dari defisiensi vitamin A adalah anak tidak lagi dapat melihat dengan jelas di sore hari, disebut sebagai buta senja. Tahapan selanjutnya jika defisiensi vitamin A terus berlanjut adalah xerosis konjungtiva (bagian putih mata kering, kusam, tidak bersinar), bercak bitot (bercak seperti busa sabun), xerosis kornea (bagian hitam mata kering, kusam, dan tidak bersinar), keratomalasia (sebagian dari hitam mata melunak seperti bubur), ulserasi kornea (seluruh bagian hitam mata melunak seperti bubur), xeroftalmia scars (bola mata mengecil atau mengempis), dan akhirnya menjurus buta permanen Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebuta an kedua terbesar setelah katarak. Defisiensi vitamin A tingkat sedang dapat menghambat pertumbuhan dan menurunkan sistem imunitas (kekebalan) terhadap serangan penyakit infeksi. Di dunia, sekarang ini sekitar 40 juta anak-anak menderita defisiensi vitamin A dan 13 juta anak menunjukkan gejala klinis gangguan pada mata. Sekitar sepertiga kematian anak-anak juga disebabkan oleh kekurangan vitamin A. Di Indonesia, sekitar separuh anak balita menunju kkan defisiensi vitamin A subklinis (Malaspina, 1998). Selain itu, paling sedikit tiga juta anak di seluruh dunia menderita
xeropthalmia yang dapat merusak kornea mata, dan 250.000 sampai 500.000 menderita buta setiap tahunnya akibat defisiensi vitamin A. Kebanyakan penderita tinggal di negara-negara sedang berkembang. Dari berbagai studi terungkap bahwa kekurangan vitamin A menyebabkan seperempat dari kematian anak di negara berkembang. Di dunia, tidak kurang dari dua juta anak meninggal setiap tahun karena kekurangan vitamin A. Hal tersebut terjadi karena selain menyebabkan kebutaan, kekurangan vitamin A juga menurunkan daya pertahanan tubuh. Dengan kondisi seperti itu, anak-anak akan mudah terserang penyakit infeksi, seperti campak, diare, dan tuberkulosa paru. Padahal, konsumsi vitamin A yang cukup akan meningkatkan sistem imun tubuh, sehingga terhindar dari penyakit tersebut. Penyebab utama defisiensi vitamin A adalah konsumsi yang kurang pada makanan sehari-hari. Penyebab lainnya adalah meningkatnya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi pada kondisi fisiologis tertentu (seperti ketika sedang hamil dan menyusui), terganggunya proses penyerapan (malabsorpsi), atau diare dan penyakit liver kronis. Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A dapat dibedakan atas preformed vitamin A (vitamin A bentuk jadi) dan provitamin A (bahan baku vitamin A). Vitamin A bentuk jadi atau retinol bersumber dari pangan hewani, seperti daging, susu dan olahannya (mentega dan keju), kuning telur, hati ternak dan ikan, minyak ikan (cod, halibut, hiu). Provitamin A atau korotenoid umumnya bersumber pada sayuran berdaun hijau gelap (bayam, singkong, sawi hijau), wortel, waluh (labu parang), ubi jalar kuning atau merah, buah-buahan berwarna kuning (pepaya, mangga, apricot, peach), serta minyak sawit merah. Sayangnya, pada proses pengolahan lebih lanjut, banyak betakaroten yang hilang, sehingga kadarnya han ya tinggal sedikit pada minyak goreng. Betakaroten merupakan provitamin A yang paling efektif diubah oleh tubuh menjadi retinol (bentuk aktif vitamin A). Karotenoid lainnya, seperti lycopene (tomat dan semangka), xanthopyl (kuning telur dan jagung), zeaxanthin (jagung), serta lutein, walaupun memiliki aktivitas untuk peningkatan kesehatan, bukan merupakan sumber vitamin A.
Tergantung Lemak
Tingkat penyerapan vitamin A oleh tubuh, antara lain dipengaruhi oleh konsumsi lemak dan sumber bahan pangannya. Dalam kondisi konsumsi lemak yang tepat, tingkat penyerapan vitamin A asal hewani dapat mencapai sekitar 80 persen. Kemampuan penyerapan karotenoid sangat tergantung pada keberadaan garam empedu, umumnya mencapai sekitar separuh dari penyerapan vitamin A asal hewani. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber vitamin A hewani jauh lebih baik daripada nabati. Mengingat tingkat penyerapan vitamin A sangat tergantung pada kecukupan konsumsi lemak, upaya pengolahan sayuran menjadi sayur bersantan (sayur bobor atau lodeh) dan yang ditumis dengan sedikit minyak (oseng-oseng) akan jauh lebih baik dibandingkan dengan sayur bening atau lalap. Diet rendah lemak yang terlalu ketat, karena alasan takut kegemukan atau untuk menghindari penyakit jantung, perlu ditinjau ulang. Kehadiran lemak dalam makanan sehari-hari tetap diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Yang perlu diperhatikan adalah jenis dan jumlah lemak dalam menu harian. Lemak dengan kandungan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA), lebih bermanfaat bagi kesehatan daripada lemak dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi.
Vitamin dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu yang larut di dalam air dan lemak. Contoh vitamin yang larut di dalam air adalah B kompleks dan C, sedangkan yang larut lemak vitamin A, D, E, dan K. Dari semua vitamin tersebut, vitamin A paling banyak menimbulkan masalah. Salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi penduduk Indonesia dewasa ini adalah kekurangan vitamin A (KVA). Vitamin A merupakan vitamin yang paling tua dipelajari, terutama dalam hubungannya dengan masalah kebutaan.
Kekurangan & Kelebihan Vitamin A DEFINISI Vitamin A (retinol) terutama terdapat pada minyak ikan, hati, kuning telur, mentega dan krim. Sayuran berdaun hijau dan sayuran berwarna kuning mengandung karoten (misalnya betakarotin), yang secara perlahan akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A. Sumber vitamin A Sebagian besar vitamin A disimpan di hati. Salah satu bentuk dari vitamin A (retinal) merupakan komponen dari fotoreseptor (sel -sel saraf yang peka terhadap cahaya) dalam retina mata. Bentuk lain dari vitamin A (asam retinoat) berperan dalam menjaga kesehatan kulit, lapisan paru-paru, usus dan saluran kemih. Obat-obatan yang berhubungan dengan vitamin A (retinoid), digunakan untuk mengobati jerawat yang parah dan masih dalam penelitian untuk mengobati jenis kanker tertentu. Fungsi vitamin A
KEKURANGAN VITAMIN A Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara, dimana padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan makanan pokok. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A. Penyakit tersebut adalah: - Penyakit Seliak - Fibrosa kistik - Penyumbatan saluran empedu. Pembedahan pada usus atau pankreas juga akan memberikan efek yang sama. Gejala pertama dari kekurangan vitamin A biasanya adalah rabun senja. Kemudian akan timbul pengendapan berbusa (bintik Bitot) dalam bagian putih mata (sklera) dan kornea bisa mengeras dan membentuk jaringan parut (xeroftalmia), yang bisa menyebabkan kebutaan yang menetap. Malnutrisi pada masa kanak-kanan (marasmus dan kwashiorkor), sering disertai dengan xeroftalmia; bukan karena kurangnya vitamin A dalam makanan, tetapi juga karena kekurangan kalori dan protein menghambat pengangkutan vitamin A. Kulit dan lapisan paru-paru, usus dan saluran kemih bisa mengeras.
Kekurangan vitamin A juga menyebabkan peradangan kulit (dermatitis) dan meningkatkan kemungkinan terkena infeksi. Beberapa penderita mengalami anemia. Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah menurun sampai kurang dari 15 mikrogram/100 mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100 mL). Kekurangan vitamin A diobati dengan pemberian vitamin A tambahan sebanyak 20 kali dosis harian yang dianjurkan selama 3 hari. Lalu diikuti dengan pemberian sebanyak 3 kali dosis harian yang dianjurkan selama 1 bul an. Setelah itu diharapkan semua gejala sudah hilang. Penderita yang gejala-gejalanya tidak hilang dalam 2 bulan setelah pengobatan, harus segera dievaluasi untuk mengetahui kemungkinan adanya malnutrisi.
Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dibutuhkan antara lain vitamin. Vitamin vitamin ini selain dapat diperoleh dari makanan dapat juga diperoleh melalui suplemen-suplemen yang mengandung vitamin. Salah satu jenis vitamin yang dibutuhkan adalah vitamin A atau yang disebut juga retinol. Vitamin A berfungsi antara lain menjaga kelembaban dan kejernihan selaput lendir, memungkinkan mata dapat melihat dengan baik dalam keadaan kurang cahaya (sore atau senja hari), serta pada ibu nifas akan meningkatkan mutu vitamin A dalam ASI, sehingga bayi akan mendapatkan vitamin A yang cukup dari ASI. Vitamin A dapat diperoleh pada minyak hati ikan, kuning telur, mentega, krim dan margarin yang telah diperkaya dengan vitamin A. Sedangkan provitamin A dapat diperoleh dari sayur-sayuran berdaun hijau gelap dan buah-buahan berwarna kuning atau merah s erta minyak kelapa. Akibat dari kekurangan vitamin A ini bermacam-macam antara lain terhambatnya pertumbuhan, gangguan pada kemampuan mata dalam menerima cahaya, � kelainan-kelainan pada mata seperti xerosis dan xerophthalmia, serta meningkatnya kemungkinan menderita penyakit infeksi. Bahkan pada anak yang mengalami kekurangan vitamin A berat angka kematian meningkat sampai 50%. Kekurangan vitamin A terjadi terutama karena kurangnya asupan vitamin A yang diperoleh dari ma kanan sehari-hari. Pada anak yang mengalami kekurangan energi dan protein, kekurangan vitamin A terjadi selain karena kurangnya asupan vitamin A itu sendiri juga karena penyimpanan dan transpor vitamin A pada tubuh yang terganggu. Tanda-tanda khas pada mata karena kekurangan vitamin A dimulai dari rabun senja (XN) dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari ba hkan tidak dapat melihat dilingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini penglihatan akan membaik dalam waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila dibiarkan d apat berkembang menjadi xerosis konjungtiva (X1A). Selaput lendir atau bagian putih bola mata tampak kering, berkeriput, dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan permukaan terlihat kasar dan kusam. Xerosis konjungtiva akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam waktu 2 minggu dengan pemberian kapsu l vitamin A yang benar. Bila tidak ditangani akan tampak bercak putih seperti busa sabun atau keju yang disebut bercak Bitot (X1B) terutama di daerah celah mata sisi luar. Pada keadaan berat akan tampak kekeringan pada seluruh permukaan konjungtiva atau bagian putih mata, serta konjungtiva tampak menebal,
berlipat-lipat dan berkerut-kerut. Bila tidak segera diberi vitamin A, dapat terjadi kebutaan dalam waktu yang sangat cepat. Tetapi dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar dan dengan pengobatan yang benar bercak Bitot akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam 2 minggu. Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea (X2) dimana kekeringan akan berlanjut sampai kornea atau bagian hitam mata. Kornea tampak suram dan kering dan permukaannya tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk dan mengalami gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA, diare. Pemberian kapsul vitamin A dan pengobatan akan menyebabkan keadaan kornea membaik setelah 2-5 hari dan kelainan mata sembuh setelah 2-3 minggu. Bila tahap ini berlanjut terus dan tidak segera diobati akan terjadi keratomalasia (X3A) atau kornea melunak seperti bubur d an ulserasi kornea (X3B) atau perlukaan. Selain itu keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini kornea dapat pecah. Kebutaan yang terjadi bila sudah mencapai tahap ini tidak bisa disembuhkan. Selanjutnya akan terjadi jaringan parut pada kornea yang d isebut xeroftalmia scars (XS) sehingga kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis. Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun Puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A. Memperhatikan akibat kekurangan vitamin A seperti yang telah disebutkan di atas maka untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin A di Posyandu atau Puskesmas pada setiap bulan Februari dan Agustus seluruh bayi usia 6-11 bulan, harus mendapat 1 kapsul vitamin A biru dan seluruh anak balita usia 12-59 bulan mendapat kapsul vitamin A warna merah. Sedangkan untuk ibu nifas sampai 30 hari setelah melahirkan mendapat 1 kapsul vitamin A warna mera h. Untuk mengobati anak dengan gejala buta senja (XN) hingga xerosis kornea (X2), dimana penglihatan masih dapat disembuhkan, diberikan kapsul vitamin A pada har i pertama pengobatan sebanyak � (50.000 SI) kapsul biru untuk bayi berusia kurang atau sama dengan 5 bulan, 1 kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi berusia 6 sampai 11 bulan � atau 1 kapsul merah (200.000 SI) untuk anak 12-59 bulan. Pada hari kedua diberikan 1 kapsul vitamin A sesuai umur d an dua minggu kemudian diberi lagi 1 kapsul vitamin A juga sesuai umur.
VITAMIN DAN DEFISIENSI VITAMIN Viitamin merupakan bahan makanan organik yang dalam jumlah kecil diperlukan untuk pertumbuhan normal dan kesehatan tubuh. Jumlah yang diperlukan sehari-hari demikian kecilnya, sehingga dapat diperkirakan bahwa vitamin bekerja sebagai katalisator. Telah dapat dibuktikan bahwa beberapa vitamin merupakan bahan esensial pada sistem oksidasi karbohidrat, protein dan lemak. Tubuh tidak dapat membuat vitamin akan tetapi harus memilikinya. Terutama organ yang sedang tumbuh sangat rentan akan defisiensi vitamin. Oleh karena itu gejala defisiensi suatu vitamin sangat penting dalam Ilmu Kesehatan Anak. Lebih penting pula ialah mengetahui bentuk laten dan bentuk dini dari penyakitnya. Kecurigaan akan hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksaaan biokimia. Anamnesis makanan yang cermat dapat menolong dugaan kemungkinan penyakit defisiensi. Sebaliknya dengan munculnya banyak pabrik farmasi yang menyodorkan bermacam-macam vitamin kepada rakyat, maka kemungkinan timbulnya hipervitaminosis tidak dapat diabaikan pula. Biasanya vitamin digolongkan dalam 2 golongan, yaitu: 1. 2.
Golongan yang larut dalam air, misal: vitamin B kompleks dan vitamin C Golongan yang larut dalam lemak, misal: vitamin A, D, E dan K.
Defisiensi vitamin A (Xeroftalmia) Defisiensi vitamin A dalam diet seseorang yang berlangsung lama akan menimbulkan penyakit yang disebut defisiensi vitamin A atau xeroftalmia. Bersama-sama dengan penyakit Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit tersebut merupakan penyakit yang sangat penting di antara penyakit gangguan gizi di Indonesia dan di banyak negeri yang sedang berkembang. Ia mempunyai peranan yang penting sebagai penyebab kebutaan. Faktor etiologis Gejala defisiensi vitamin A akan timbul bilamana: 1. 2. 3. 4. 5.
Dalam jangka waktu yang lama dalam diet terdapat kekurangan vitamin A at au provitamin A. Terdapat gangguan resorpsi vitamin A atau provitamin A. Terdapat gangguan konversi provitamin A menjadi vitamin A. Kerusakan hati. Kelainan kelenjar tiroidea.
Peranan vitamin A pada fungsi penglihatan Telah dapat ditentukan bahwa retina mata yang normal mengandung pigmen yang dikenal sebagai rodopsinatau visual puple. Pigmen tersebut mengandung vitamin A yang terikat pada protein. Jika mata menerima cahaya maka akan terjadi konversi rodopsin menjadi visual yellow dan kemudian visual white. Pada konversi demikian akan menghilang sebagai vitamin A. Regenerasi visual purple hanya akan terjadi bila tersedia vitamin A. Tanpa regenerasi maka penglihatan pada cahaya remang setelah mata menerima cahaya yang terang akan terganggu. Patologi Pada defisiensi vitamin A, kelainan yang dapt timbul pada manusia ialah: 1.
Buta senja. Kelainan sebagai akibat dari gangguan regenerasi rodopsin. Merupakan gejala pertama defisiensi vitamin A dan timbul sebelum gejala lainnya tampak.
2.
Xeroftalmia Dimulai dengan timbulnya perubahan pada jaringan epitel yang menjadi kering dan keras. Kadang-kadang terlihat bercak Bitot yang merupakan bercak putih berbuih dan berbentuk segitiga, terdapat di daerah nasal atau temporal dari k ornea mata. Fotofobia dan konjungtivitis timbul lebih dahulu disusul oleh pigmentasi coklat muda dari konjungtiva. Perubahan jaringan epitel konjungtiva dapat menjalar ke kornea dan disusul oleh ulserasi, perforasi dan destruksi total mata (keratomalasia). Kerusakan demikian dapat timbul dengan cepat, sehingga diagnosis dini dari tanda-tanda defisiensi tersebut sangat penting.
3.
Kelainan kulit Dapat ditemukan kelainan berupa hiperkeratosis folikularis dan biasanya terdapat pada bagian lateral dari lengan, tungkai bawah dan bokong.
4. 5.
Metaplasia jaringan epitel di bagian tubuh l ain seperti di trakea, pelvis renalis, kelenjar ludah, ureter dan sebagainya. Konsentrasi vitamin A dan karotin dalam plasma rendah (normal 30-50 mikrogram per-100 ml untuk vitamin A dan 60-240 gama untuk karotin).
Kebutuhan akan vitamin A. Oleh Food and Nutrition Board of te National Research Council of the United States of America dianjurkan pemberian vitamin A dalam diet sebagai berikut:
Bayi : 1.500 SI Umur 1 – 3 tahun : 2.000 SI Umur 4 – 6 tahun : 2.500 SI Umur 7 – 9 tahun : 3.500 SI Umur 10 – 12 tahun : 4.500 SI Umur 13 – 19 tahun : 5.000 SI