Diferensiasi magma Diferensiasi magma Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku. Yang termasuk dalam diferensiasi magma antara lain: 1. Crystal fractionation 2. Inward Crystallization 3. Liquid Immiscibility 1. Fraksinasi Kristal Komposisi cairan magma dapat berubah sebagai hasil dari Kristal dan magma tersebut pada saat Kristal terbentuk. Kondisi ini terjadi dalam semua kasus kecuali pada komposisi eutetik, kristalisasi mengakibatkan komposisi magma berubah dan jika Kristal dipindahkan oleh suatu proses maka akan muncul komposisi magma baru yang berbeda dengan parent magma. Dan mineral yang dihasilkan merupakan mineral baru atau mineral solid solution yang telah mengalami perubahan. Kristal fraction juga dapat menghasilkan komposisi larutan yang berbeda dari kristalisasi normal yang dilakukan oleh magma parent. Mekanisme dari fraksinasi kristal Untuk menghasilkan fraksinasi Kristal dibutuhkan suatu mekanisme alami. Yang dapat memisahkan Kristal dari magma atau memisahkan Kristal tersebut sehingga tidak lagi bereaksi dengan magma. Mekanisme yang terjadi secara alami antara lain: Crystal Setling,umumnya Kristal yang terbentuk dari suatu magma akan mempunyai densitas yang berbeda dengan larutannya, antara lain: a. garvity settling: Kristal-kristal yang mempunyai densitas lebaih besar dari larutan akan tenggelam dan membentuk lapisan pada bagian bawah tubuh magma (textur kumulat atau tekdtur berlapis pada batuan beku).
b. Crystal floating: Kristal-kristal yang mempunyai densitas lebih rendah dari larutan akan mengambang dan membentuk lapisan pada bagian atas tubuh magma, Kristalkristal tersebut kaya akan unsur silik. Filter pressing: suatu mekanisme yang digunakan untuk memisahkan larutan dari larutan Kristal. Dalam filter settling Kristal dengan konsentrasi cairan yang tinggi, cairannya akan dipaksa keluar dari ruang antar Kristal, hal ini dapat dicontohkan ketika kita sedang meremas spons yang berisi air. Mekanisme ini sulit untuk diketahui karena: a. Tidak seperti spons matriks Kristal getas dan tidak dapat mengubah bentuk dengan mudah untuk menekan cairan keluar. b. Dibutuhkan retakan pada Kristal untuk memindahkan cairan. Filter settling adalah suatu metode umum yang digunakan dalam memnisahkan Kristal dari larutan pada proses-proses industri tetapi belum ditemukannya yang terjadi secara alami. 2. Inward crystallization Seperti yang kita ketahui tubuh magma mempunyai temperature yang sangat tinggi dibandingkan dengan country rock yang menyelimutinya. Hal akan menyebabkan panas dari tubuh magma lari ke country rock kemudian temperatur tubuh magma akan menurun. Dan penurunan temperatur bejalan bersamaan dengan pembentukan Kristal, jadi pada lapisan pertama Kristal lebih dahulu terbentuk dan mempunyai ukuran yang relative lebih kecil dari pada Kristal yang terbentuk di dalam inti tubuh magma. 3. Liquid immiscibility Liquid immiscibility : merupakan percampuran larutan magma yang tidak dapat menyatu, seperti halnya yang terjadi pada saat kita mencampurkan minyak dan air Dua point penting dari hal ini : 1.larutan dalam kondisi padatan yang sama tetapi tidak dapat bercampur satu sama lain. 2.komposisi larutan tersebut harus dalam temperatur yang sama Assimilasi Magma
Proses asimilasi magma terjadi bila ada material asing dalam tubuh magma. Ada batuan disekitar magma, yang masuk dan bereaksi dengan magma induk , adanyan penambahan material asing ini menjadikan komposisi magma induk berubah. Komposisi barunya tergantung dari batuan yang bereaksi dengan magma induk.dari batuan beku yang dihasilkan berbeda.
Orang berpendapat bahwa magma itu mempunyai susunan basal dan kemudian karena proses diferensiasi dan asimilasi didapat susunan magma yang berbeda-beda dan membeku menjadi batuan yang berbeda susunannya. Jikalau magma tadi tiba di bagian yang lebih tinggi dalam kerak bumi maka magma itu akan mendingin dan mulailah terjadi kristalisasi atau penghabluran menjadi mineral.
Mineral yang pertama terbentuk ialah mineral yang berat jenisnya besar, yaitu mineral yang berwarna tua. Oleh karena berat jenisnya yang besar dibandingkan dengan massa di sekelilingnya maka mineral itu tenggelam kembali dalam magma yang masih cair. Karena kristalisasi ini maka susunan magma akan berubah, mineral yang tenggelam tadi akan larut kembali, akan tetapi jenis itu akan tetap tinggal di bagian bawah dari magma. Di bagian atas terkumpul mineral yang ringan, kaya akan SiO2 sehingga dengan demikian terjadilah pemisahan atau diferensiasi yaitu magma asam (kaya SiO2) di atas dan magma basa dibawah. Yang dimaksud dengan proses asimilasi adalah penelanan batuan di sekelilingnya oleh magma yang sedang menuju
ke atas. Proses asimilasi ini adalah suatu teori untuk menerangkan terjadinya magma dengan susnan kimia yang berbeda-beda. Batuan beku atau Igneous Rock berasal dari bahasa latin, Inis yang berarti api. Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan material yang kental yang berasal dari bumi (magma). Magma yang panas bergerak dari dalam bumi ke permukaan bumi makin lama makin dingin dan akhirnya membek, sehingga dikenal dengan batuan beku dalam (intrusi) atau batuan Plutonis (Pluto = Dewa dunia bawah). Ada juga yang membeku setelah mencapai permukaan bumi yang dikenal dengan nama batuan beku luar atau ekstrusi atau batuan Vulkanis (Vulkanus = dewa api).
A. Tekstur
Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineralmineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh 4 hal yang penting, yaitu : 1. Derajat Kristalisasi/Kristalinitas Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka yang terbentuk adalah tekstur gelas (non mineral). Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu: a. Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. b. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
c. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
2. Granularitas/Besar Butir Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu: a. Fanerik Suatu batuan dikatakan memiliki tekstur fanerik jika kristalnya dapat dilihat jelas dengan mata biasa. Kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi: o Halus (fine), ukuran diameter butir kurang dari 1 mm. o Sedang (medium), ukuran diameter butir antara 1 - 5 mm. o Kasar (coarse), ukuran diameter butir antara 5 - 30 mm. o Sangat kasar (very coarse), ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.
b. Afanitik Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat dibedakan: o Mikrokristalin, ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm. o Kriptokristalin, Ukuran butiran berkisar antara 0,01 – 0,002 mm. o Holohialin, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
3. Bentuk Kristal Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan 2 dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:
a. Euhedral, bentuk kristal sempurna/lengkap, dibatasi oleh idang kristal yang ideal (jelas, tegas & teratur). b. Subhedral, bentuk kristal kurang sempurna sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi. c. Anhedral, bentuk kristal tidak beraturan sama sekali, sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan 3 dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu: a. Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang. b. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain. c. Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain. d. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
4. Keseragaman butir/hubungan antar kristal Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu: o Panidiomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineralmineral yang euhedral. o Hipidiomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineralmineral yang subhedral. o Allotriomorfik granular, apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineralmineral yang anhedral.
b. Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas. Oleh karena kristalnya tidak sama besar maka terdapat tekstur khusus: o Porfiritik,
Kristal-kristal
yang
lebih
besar(fenokris)
tertanam
dalam
massa
dasar(groundmass) kristal yang lebih halus. Jika massa dasar berukuran fanerik disebut faneroporfiritik,
namun
jika
massa
dasar
berukuran
afanitik
disebut porfiroafanitik. o Vitrovirik: Tekstur dimana mineral penyusun secara dominan adalah gelas, kedang kristalnya hanya sedikit(<10%) o Felsoferik: Apabila fenokris tertanam dalam massa dasar terdiri dari kuarsa dan feldspar.
B. Struktur Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya: 1. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal. 2. Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan(hand speciment sample), yaitu: 1. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
2. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur. 3. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur. 4. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineralmineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat. 5. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
C. Komposisi Mineral 1. Mineral Primer, Adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma, dalam jumlah yang melimpah sehingga kehadirannya sangat menentukan nama batuan beku. berdasarkan warnanya dibagi menjadi 2: a. Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit. b. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen, amphibol dan olivin.
2. Mineral Sekunder, Adalah mineral hasil ubahan dari mineral primer, baik karena pelapka, reaksi hidrothermal, atau metamorfisme. Jadi tidak terbentuk langsung dari pembekuan magma. Namun begitu keberadaannya melimpah, dapat mempengaruhi penamaan batuan. Contohnya: kalsit, klorit, limonit, mineral lempung. 3. Mineral Aksesoris, Adalah mineral yang terbentuk langsung dari pembekuan magma namun jumlahnya sangat sedikit sekali, sehingga tidak mempengaruhi penamaan betuan. Contohnya: Kromit, magnetit, ilmenit, rutil, dan zirkon.
D. Warna
Warna segar batuan beku dapat bervariasi, dari hitam, abu-abu sampai putih cerah. Warna ini sangat dipengaruhi oleh komposisi meneral penyusun batuannya (rock forming minerals). Apabila terjadi pencampuran antara mineral gelap dengan terang maka warna batuan beku dapat hitam berbintik-bintik putih, abu-abu bercak putih, atau putih bercak hitam, tergantung warna mineral mana yang dominan.
Hubungan Batuan dan Geologi Dalam ilmu petrologi, kita kenal penganut teori magma yang menganggap bahwa semua batuan beku itu terbentuk dari magma karena membekunya lelehan silikat yang pijar-pijar ini. Magma yang cair-pijar tadi semula berada dalam bumi dan oleh kekuatan gas yang larut di dalamnya naik ke atas mencari tempat-tempat yang lemah (juga tekanan rendah) dalam kerak bumi, seperti daerah patahan atau rekahan. Magma akan keluar mencapai permukaan bumi melalui pipa gunung api dan disebut lava, akan tetapi ada pula magma yang membeku jauh di dalam bumi dan dikenal dengan anama batuan beku dalam. Batuan (rock) dalam pengertian petrologi tidak selalu merupakan massa yang padat, tetapi pasir yang lepas, batubara yang ringan ataupun lempung yang gembur dalam ilmu geologi dimasukkan ke dalam istilah batuan. Jadi segala sesuatu yang menjadi bahan pembentuk kerak bumi adalah batuan. Salah satu cabang dari ilmu geologi yang membahas dan meneliti batuan adalah Petrologi (ilmu batuan), mengartikan batuan adalah terdiri dari satu atau lebih macam mineral yang membentuk satuan kecil dari kerak bumi dan mempunyai komposisi kimia dan mineral yang tetap, sehingga dengan jelas dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
- Batuan Beku Selanjutnya orang berpendapat bahwa magma asal itu mempunyai susunan basal dan kemudian karena proses diferensiasi dan asimilasi didapat susunan magma yang berbeda-beda dan membeku menjadi batuan yang
berbeda susunannya. Jikalau magma tadi tiba di bagian yang lebih tinggi dalam kerak bumi maka magma itu akan mendingin dan mulailah terjadi kristalisasi atau penghabluran menjadi mineral. Mineral yan g pertama terbentuk ialah mineral yang berat jenisnya besar, yaitu mineral yang berwarna tua. Oleh karena berat jenisnya yang besar dibandingkan dengan massa di sekelilingnya maka mineral itu tenggelam kembali dalam magma yang masih cair. Karena kristalisasi ini maka susunan magma akan berubah, mineral yang tenggelam tadi akan larut kembali, akan tetapi jenis itu akan tetap tinggal di bagian bawah dari magma. Di bagian atas terkumpul mineral yang ringan, kaya akan SiO2 sehingga dengan demikian terjadilah pemisahan atau diferensiasi yaitu magma asam (kaya SiO2) di atas dan magma basa dibawah. Yang dimaksud dengan proses asimilasi adalah penelanan batuan di sekelilingnya oleh magma yang sedang menuju ke atas. Proses asimilasi ini adalah suatu teori untuk menerangkan terjadinya magma dengan susnan kimia yang berbeda-beda. Batuan beku atau Igneous Rock berasal dari bahasa latin, Inis = api. Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan material yang kental yang berasal dari bumi (magma). Magma yang panas bergerak dari dalam bumi ke permukaan bumi
makin lama makin dingin dan akhirnya membek,
sehingga dikenal dengan batuan beku dalam (intrusi) atau batuan Plutonis (Pluto = Dewa dunia bawah). Ada juga yang membeku setelah mencapai permukaan bumi yang dikenal dengan nama batuan beku luar atau ekstrusi atau batuan Vulkanis (Vulkanus = dewa api).
- Batuan Sedimen Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi (di daratan ataupun lautan), dan telah mengalami proses angkutan dari satu kawasan ke kawasan yang lain. Air dan angin merupakan agen pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras akan menjadi batuan sedimen. Kajian berkenaan dengan sedimen dan batu sedimen ini disebut dengan sedimentologi. Di antara sedimen yang ada ialah lumpur, pasir, kelikir dan
sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batu sedimen apabila mengalami proses pengerasan. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil akumulasi materialmaterial yang telah mengalami perombakan terlebih dahulu atau hasil pengendapan akibat proses kimia dan biologi dan kemudian mengalami proses pembatuan (lithifikasi). Batuan sedimen diendapkan lapisan demi lapisan dipermukaan litosfer, dalam temperatur dan tekanan yang relatif rendah. Sebaliknya, kebanyakan batuan beku dan metamorf terjadi di bawah permukaan bumi, dalam temperatur dan tekanan tinggi. Lapisan demi lapisan batuan sedimen terendapkan secara kontinu sepanjang waktu geologi dan berasal dari batuan yang telah ada lebih dulu, seperti batuan beku, batuan metamorf, atau batuan sedimen yang lain. Oleh proses pelapukan, gaya-gaya air
dan pengikisan oleh angin, batuan-batuan
tersebut dihancurkan, diangkut dan kemudian diendapkan ditempat-tempat yang rendah letaknya, misalnya di laut, di samudra-samudra dan di danaudanau, rawa-rawa. Mula-mula sedimen-sedimen ini adalah batuan yang lunak, tetapi karena makin bertambah tebalnya lapisan-lapisan sedimen itu, temperatur dan tekanannya makin bertambah, dan oleh proses diagenesis maka sedimen-sedimen yang lunak akan menjadi keras, sehingga sifat-sifat fisika kimia dari batuan itu berada dari ketika batuan itu mulai diendapkan. Material atau komponen penyususun batuan sedimen : 1. Material detritus ( Allogenik ), sebagai hasil rombakan yang terbentuk dari luar daerah sedimentasi, terdiri dari : - Fragmen mineral atau kristal, seperti mineral silikat, yaitu kwarsa, feldspar, mineral lempung, dll. - Fragmen batuan yang berukuran kasar hingga halus. 2. Material Autogenik, terbentuk di daerah sedimentasi atau cekungan sebagai hasil proses kimiawi atau biokimia, seperti kalsit, gypsum, halit, glaukonit, oksida besi, dll.
- Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme terjadi pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi dan pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori batuan yang pada
umumnya
mengandung
ion
terlarut
akan
mempercepat
proses
metamorfisme. Batuan
metamorf
memiliki
beragam
karakteristik.
Karakteristik
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut : -
Komposisi mineral batuan asal
-
Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
-
Pengaruh gaya tektonik
ini
-
Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : - Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme. - Non-foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran mineral-mineral dalam batuan tersebut. Pembagian Batuan Metamorf Berdasarkan proses pembentukannya, batuan metamorf dibedakan atas : v Metamorfosa regional, terjadi akibat adanya peningkatan tekanan dan temperatur, namun dalam hal ini unsur tekanan lebih dominan dalam proses pembentukannya. Sebagai dampak dari dominasi tekanan dalam proses diagenesanya, maka struktur yang dijumpai pada batuan metamorf tipe metamorfosa regional adalah skistose dan filitik. Tipe metamorfosa ini terjadi dalam daerah yang sangat luas sehingga memungkinkan terjadinya konsentrasi atau dominasi tekanan dalam proses pembentukan batuan metamorf itu sendiri. v
Metamorfosa beban, terjadi akibat dominasi tekanan dalam proses
pembentukannya, namun dalam tipe didapati tektur batuan asal yang tidak mengalami perubahan dan hal inilah yang membedakan tipe ini dengan tipe metamorfosa regional. Disamping itu, pada tipe ini juga didapati perubahan komposisi mineral batuan asal secara dominan, sehingga dapat diasumsikan bahwa
tekanan
dan
luas
daerah
yang
berlangsung
dalam
proses
pembentukan batuan pada tipe ini sangatlah jauh beda jika dibanding dengan proses pembentukan batuan metamorf tipe regional. v
Metamorfosa
termal/kontak,
terjadi
akibat
adanya
peningkatan
temperatur dan umumnya terjadi di daerah sekitar intrusi batuan plutonik. Sebagai dampak dari dominasi temperatur dalam proses pembentukan
batuan pada tipe ini, maka struktur yang dijumpai adalah berupa struktur non foliasi dengan tekstur granoblastik dan hornfelsik. v Metamorfosa kataklastik, terjadi di daerah/zona sesar sehingga sering juga disebut metamorfosa dislokasi atau kinematik. Struktur yang dijumpai dalam tipe metamorfosa ini adalah milonitikdan filonitik.
- Batuan Piroklastik Piroklastik
berasal
dari
bahasa
Yunani, pyro yang
berarti
api
(fire)
dan clastic yang berarti hancuran (broken). Piroklastik (pyroclastics) adalah batuan yang tertransport dari akibat letusan gunung berapi dan memiliki komposisi
material-material
vulkanik.
Menurut William(1982)
batuan
piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan material
asal
yang
berbeda,
dimana
material
penyusun
tersebut
terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (“rewarking”) oleh air atau es. Pada kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil lelehan yang merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifikasikan ke dalam batuan beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat fragmental dari semua bentuk cair, gas atau padat yang dikeluarkan dengan jalan erupsi.
Dengan kata lain, batuan piroklastik berasal dan berhubungan dengan gunung api. Dari cara transport-nya batuan piroklastik pada dasarnya dibedakan menjadi tiga yaitu : 1. Pyroclastic fall adalah batuan piroklastik yang material penyusunnya tertransport melalui udara (terbang). Sehingga dapat diasumsikan bahwa material penyusun batuan piroklastik jenis ini adalah material yang ringan semisal material debu vulkanik. 2. Pyroclastic surge adalah batuan piroklastik yang material penyusunnya tertransport melalui permukaan tanah tetapi terjadi proses spin (menggelinding atau berputar) sehingga akibat proses spinini, material penyusunnya cenderung membulat (rounded). 3. Pyroclastic flow adalah batuan piroklastik yang material penyusunnya tertransport melalui permukaan tanah dengan cara mengalir (flow). Biasanya antar fragmen dalam batuan jenis ini membentuk ikatan terbuka, hampir tidak terjadi kontak antar fragmen. Material-material penyusun batuan piroklastik tersebut hadir dalam bentuk fragmen-fragmen (piroklas) dari letusan gunung api secara langsung. Fragmen
piroklastik
berdasarkan
ukuran
butirnya
oleh Fisher
(1961) dan Schmid (1981) dibedakan atas tiga, yaitu : - Bom dan Blok, fragmen piroklastik berukuran > 64 mm. - Lapilli, fragmen piroklastik berukuran 2 – 64 mm, dapat berupa juvenil, cognate, maupun accidentil. - Ash, fragmen piroklastik berukuran 2 – 1/256 mm. Dalam pendiskripsian batuan piroklastik, komposisi batuannya berdasarkan proporsi ukuran butir penyusun batuan dibedakan atas :
Butiran,
merupakan
fragmen
yang
berukuran
relatif
lebih
kasar
dapat
berupa juvenil,cognate maupun accidentil.
Matrik
(massa
dasar),
merupakan
fragmen
berupa juvenil,cognate maupun accidentil.
yang
berukuran
lebih
halus
dapat