BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Kata disleksia berasal dari kata “dys” yang berarti gangguan atau ketidakmampuan, dan kata “lexis” yang menunjuk kepada kata -kata atau berbahasa. Dari asal katanya disleksia berarti gangguan/ketidakmampuan dalam berbahasa dan mengeja kata. Disleksia bukan disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar, kerusakan indera, atau kondisi lingkungan. Disleksia disebabkan karena adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang memengaruhi persepsi visual anak terhadap objek huruf, angka, atau kata. Anak dengan disleksia mengalami kesulitan dalam membaca, membaca, menulis, menulis, mengeja, mengeja, menyimak , dan berhitung . Disleksia termasuk dalam kategori kesulitan belajar spesifik/khusus ( specific specific learning disabilities). disabilities).1 Disleksia mengenai sekitar 3-5% anak. Gangguan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, namun biasanya ganguan ini kurang dikenali pada anak perempuan. Disleksia cenderung menurun dalam keluarga.2 Disleksia dapat mempengaruhi orang secara berbeda. Hal ini tergantung, sebagian atau seberapa besar tingkat keparahan dari kesulitan belajar dan keberhasilan dari metode pembelajaran alternatif. Pada beberapa orang dengan disleksia dapat mengalami masalah dengan membaca dan mengeja, sementara yang lain berjuang untuk menulis bisa dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Beberapa anak menunjukkan sedikit tanda-tanda kesulitan pada awal membaca dan menulis. Tapi kemudian, mereka mungkin mengalami kendala pada keterampilan bahasa yang kompleks, seperti tata bahasa, pemahaman bacaan dan penulisan yang lebih mendalam.3
I.2. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Menginformasikan kepada para orang tua di poliklinik Ilmu Kesehatan Anak tentang disleksia. 2. Menginformasikan kepada para orang tua di poliklinik Ilmu Kesehatan Anak tentang cara terapi untuk disleksia.
1
I.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diberikan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat, khususnya orang tua mengenai disleksia. 2. Memberikan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan kepada penulis mengenai disleksia.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Definisi
Disleksia adalah hilangnya kemampuan untuk membaca dan menulis. Hilangnya kemampuan untuk membaca disebut Aleksia dan hilangnya kemampuan untuk menulis disebut Agrafia. Disleksia merupakan sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti masalah penglihatan, tetapi mengarah pada otak yang telah mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca. 4
II.2. Etiologi Disleksia
Penyebab disleksia itu bisa dikelompokkan menjadi tiga kategori faktor utama, yaitu faktor pendidikan, psikologis, dan biologis, namun penyebab utamanya adalah otak. Faktor-faktor tersebut antara lain:4 1. Faktor pendidikan Disleksia disebabkan oleh metode yang digunakan dalam mengajarkan membaca, terutama metode “whole-word” yang mengajarkan kata-kata sebagai satu kesatuan daripada mengajarkan kata sebagai bentuk bunyi dari suatu tulisan. Contoh, Jika anak dalam tahap belum bisa membedakan huruf-huruf yang mirip seperti b dan d, maka cara pengajaran yang perlu dilakukan adalah mempelajari hurufnya satu per satu. Misalnya fokuskan pengajaran kali ini pada huruf b. Tulislah huruf b dalam ukuran yang besar kemudian mintalah anak untuk mengucapkan sembari tangannya mengikuti alur huruf b atau membuat kode tertentu oleh tangan. Anak dilatih terus menerus sampai ia bisa menguasainya, setelah itu mulailah beranjak ke huruf d. Mereka berpikir bahwa metode fonetik, yang mengajarkan anak nama-nama huruf berdasarkan bunyinya, memberikan fondasi yang baik untuk membaca. Mereka mengklaim bahwa anak yang belajar membaca dengan metode fonetik akan lebih mudah dalam mempelajari kata-kata baru. Dan untuk mengenali kata-kata asing secara tertulis sebagaimana mereka mengeja tulisan kata itu setelah mendengar pelafalannya. Sementara ahli lain meyakini bahwa dengan mengkombinasikan pendekatan “kata utuh” dan metode fonetik merupakan cara paling efektif dalam pengajaran membaca. Dengan menggunakan kedua metode tersebut, selain mengenali kata sebagai satu 3
kesatuan (unit) anak pun akan belajar cara menerapkan aturan fonetik pada kata- kata baru.4 2. Faktor Psikologis Beberapa periset memasukkan disleksia ke dalam gangguan psikologis atau emosional sebagai akibat dari tindakan kurang disiplin, tidak memiliki orangtua, sering pindah sekolah, kurangnya kerja sama dengan guru, atau penyebab lain. Memang, anak yang kurang ceria, sedang marah-marah, atau memiliki hubungan yang kurang baik dengan orangtua atau dengan anak lain kemungkinan memiliki masalah belajar. Stress mungkin juga mengakibatkan disleksia, namun yang jelas stress dapat memperburuk masalah belajar.4 3. Faktor Biologis Sejumlah
peneliti
meyakini
bahwa
disleksia
merupakan
akibat
dari
penyimpangan fungsi bagian-bagian tertentu dari otak. Diyakini bahwa area-area tertentu dari otak anak disleksia perkembangannya lebih lambat dibanding anak-anak normal. Di samping itu kematangan otaknya pun lambat. Teori memang dulu banyak diperdebatkan, namun bukti-bukti mutakhir mengindikasikan bahwa teori itu memiliki validitas. Teori lainnya menyatakan bahwa disleksia disebabkan oleh gangguan pada struktur otak. Beberapa peneliti menerima bahwa teori ini masih diyakini sampai saat diadakan penelitian penelaahan otak manusia disleksia yang meninggal. Penelaahan otak ini telah menyingkap karakteristik perkembangan otak. Dari situ diperoleh gambaran bahwa gangguan struktur otak mungkin mengakibatkan sejumlah kasus penting disleksia berat. Faktor genetik juga diperkirakan turut berperan. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa 50 persen atau lebih anak disleksia memiliki riwayat orangtua yang disleksia atau gangguan lain yang berkaitan. Ternyata, lebih banyak anak laki-laki yang disleksia daripada anak perempuan.4 4. Kecelekaan Gangguan kemampuan membaca atau mengenali huruf serta simbol huruf akibat kerusakan saraf otak atau selaput otak, sehingga otak kiri korteks oksipital (bagian belakang) terganggu. Kerusakan ini disebabkan infeksi atau kecelakaan. Karena kerusakan ini, otak tidak berfungsi mengenali semua citra (image) yang ditangkap indra penglihatan karena ada gangguan sambungan otak kiri dan kanan. Ada yang berpendapat gangguan itu disebut disleksia, ada juga yang berpendapat gangguan itu disebut aleksia. 4 4
II.3. Gejala Klinis Disleksia
Gejala Disleksia bisa sulit untuk dikenali sebelum anak Anda masuk sekolah, tetapi beberapa petunjuk awal mungkin menunjukkan adanya masalah. Setelah anak Anda mencapai usia sekolah, guru anak Anda mungkin menjadi yang pertama untuk melihat masalah. Kondisi ini sering menjadi jelas saat seorang anak mulai belajar membaca.5 1. Sebelum Sekolah a. Terlambat berbicara b. Lambat dalam belajar kata-kata baru c. Kesulita berima 2. Usia Sekolah Setelah anak anda masuk sekolah, tanda dan gejala disleksia mungkin menjadi lebih jelas, termasuk: a. Keahliahan membaca pada tingkat jauh di bawah tingkat yang diharapkan untuk usia anak Anda b. Kesulitan dalam memproses dan memahami apa yang dia dengar c. Kesulitan memahami instruksi yang cepat d. Kesulitan mengikuti lebih dari satu perintah pada waktu yang bersamaan e. Kesulitan mengingat urutan kejadian suatu hal f.
Kesulitan melihat (dan kadang-kadang mendengar) persamaan dan perbedaan dalam huruf dan kata
g. Ketidakmampuan untuk menjajaki pengucapan sebuah kata as ing h. Melihat huruf atau kata-kata secara terbalik ("b" untuk "d" atau "melihat" untuk "adalah," misalnya) - ini adalah umum pada anak-anak, tetapi akan lebih terasa pada anak-anak dengan disleksia i.
kesulitan dalam meng-eja
j.
Kesulitan belajar bahasa asing
3. Remaja dan Dewasa Gejala Disleksia pada remaja dan orang dewasa adalah sama dengan yang pada anak-anak. Meskipun intervensi awal akan bermanfaat untuk pengobatan disleksia, tidak pernah terlalu terlambat untuk mencari bantuan untuk disleksia. Beberapa gejala disleksia umum pada remaja dan orang dewasa meliputi: a. kesulitan membaca b. Kesulitan memahami lelucon atau idiom 5
c. membaca dengan suara keras d. Kesulitan dalam mengatur waktu e. Kesulitan meringkas cerita f. Kesulitan belajar bahasa asing g. kesulitan menghafal Disleksia ditandai dengan keterlambatan dalam usia di mana seorang anak mulai membaca. Kebanyakan anak sudah siap untuk belajar membaca saat TK atau kelas satu, tetapi anak-anak dengan disleksia sering tidak dapat memahami dasar-dasar membaca pada saat itu. Ketika disleksia tidak terdiagnosis dan tidak diobati, kesulitan membaca anak terus terjadi walaupun pada usia dewasa. 5
II.4. Diagnosis Disleksia
Orang-orang dengan disleksia biasanya mencari cara untuk mengatasi gangguan yang dialaminya, sehingga tidak ada orang yang mengetahui bahwa mereka memiliki gangguan. sebagian besar kasus terdiagnosa saat masi kecil, tetapi ada juga yang baru terdiagnosa saat remaja atau bahkan dewasa. Diagnosa didasarkan dari gejala-gejala yang ada. dugaan adanya disleksia dari temuan-temuan berikut: a. kemampuan membaca yang buruk, tetapi memiliki kecerdasan yang normal b. kemampuan mengeja dan menulis yang buruk c. kesulitan untuk menyelesaikan tugas dan ujian tepat waktu d. kesulitan untuk mengingat nama yang benar untuk benda e. kesulitan mengingat daftar tulis f. kesulitan memahami petunjuk (mengatakan kanan kiri atau atas bawah) atau membaca peta g. kesulitan untuk mengikuti kelas bahasa asing Jika seseorang memiliki salah satu tanda ini, tidak berarti ia mengalami disleksia. tetapi jika seorang memiliki beberapa tanda ini, maka ia perlu diperiksa apakah mengalami disleksia Pemeriksaan fisik harus dilakukan untuk menyingkirkan gangguan medis lainnnya, misalnya pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pemeriksaan gangguan pendengaran. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan standar untuk mengukur
6
kemampuan berbahasa, membaca, mengeja, dan menulis, terkadang dilakukan pemeriksaan IQ. Perlu juga diketahui riwayat perkembangan dan kesehatan anak, serta riwat medis dalam keluarga.2
II.5. Pengobatan Disleksia
Disleksia umumnya tidak diobati dengan obat. Namun, jika anak Anda memiliki kondisi lain yang terjadi bersamaan dengan disleksia, seperti gangguan attention-deficit/hyperactivity tersebut (ADHD), ia mungkin diresepkan obat-obatan. Disleksia diobati melalui pendidikan, dan diintervensi secara cepat akan semakin baik. Tes psikologi akan membantu guru anak Anda mengembangkan program pengajaran yang sesuai.5
II.6. Komplikasi Disleksia
Disleksia dapat menyebabkan sejumlah masalah, termasuk: a. Kesulitan belajar. Karena membaca adalah keterampilan dasar untuk sebagian besar mata pelajaran sekolah, anak yang memiliki disleksia kesulitan pada sebagian besar kelas dan mungkin juga mengalami kesulitan dalam me ngikuti rekan-rekannya. b. Masalah-masalah sosial. Jika tidak diobati, disleksia dapat menyebabkan rendah diri, masalah perilaku, kecemasan, agresi, dan penarikan diri dari teman, orang tua dan guru. c. Masalah sebagai orang dewasa. Ketidakmampuan untuk membaca dan memahami sesuatu dapat mencegah anak dari menggali potensi dirinya. Hal ini dapat memiliki konsekuensi pada pendidikan jangka panjang, sosial dan ekonomi. Anak-anak yang memiliki disleksia sangat berisiko mengalami gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD), dan sebaliknya. ADHD dapat menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan perhatian, hiperaktif, dan perilaku yang impulsif, yang dapat membuat disleksia sulit untuk mengobati. 5
7
II.7. Pencegahan Disleksia
Pada dasarnya ada berbagai variasi tipe disleksia. Penemuan para ahli memperlihatkan bahwa perbedaan variasi itu begitu nyata, hingga tidak ada satu pola baku atau kriteria yang betul-betul cocok semuanya terhadap ciri-ciri seorang anak disleksia. "Misalnya, ada anak disleksia yang bermasalah dengan kemampuan mengingat jangka pendeknya, sebaliknya ada pula yang ingatannya justru baik sekali. Lalu, ada yang punya kemampuan matematis yang baik, tapi ada pula yang parah. Untuk itulah bantuan ahli (psikolog) sangat diperlukan untuk menemukan pemecahan yang tepat.” Sebagai gambaran, para ahli akan membantu mereka dengan menggunakan berbagai metode berikut: 1. Metode multi-sensory Dengan metode yang terintegrasi, anak akan diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan). Dalam prakteknya, mereka diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf. 2. Membangun rasa percaya diri Gangguan disleksia pada anak-anak sering tidak Dipahami atau diketahui lingkungannya, termasuk orang tuanya sendiri. Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan lamban dalam belajar karena tidak bisa membaca dan menulis dengan benar seperti kebanyakan anak-anak lain. Oleh karena itu mereka sering dilecehkan, diejek atau pun mendapatkan perlakuan negatif, sementara kesulitan itu bukan disebabkan kemalasan. Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan, tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari proses pengenalan dan pemahaman fonem sederhana, hingga permainan kata dan kalimat dalam buku-buku cerita sederhana. Penguasaan anak terhadap bahan-bahan tersebut, dalam proses yang bertahap, dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa amannya. Jadi, berkat usaha dan ketekunan mereka, para penyandang disleksia ini dapat juga menguasai 8
kemampuan membaca dan menulis. Orang tua dan guru serta pendamping lainnya mungkin melihat dan menemukan adanya kelebihan dari anak-anak seperti ini. Menurut penelitian, mereka cenderung mempunyai kelebihan dalam hal koordinasi fisik, kreativitas, dan berempati pada orang lain. Untuk membangun rasa percaya dirinya, ajaklah mereka mengevaluasi dan memahami diri sendiri, disertai kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Tujuannya agar mereka dapat melihat secara objektif dan tidak hanya terfokus pada kekurangannya sebagai anak dengan gangguan disleksia. Anak-anak tersebut perlu diajak mencari dan mencatat semua kelebihan dan kekurangannya, untuk kemudian dibahas bersama satu demi satu. Misalnya, anak melihat bahwa dirinya bukan orang yang mampu menulis dan mengarang dengan baik, tapi di lain pihak ia adalah seorang pemain basket yang handal dan sekaligus perenang yang tangguh. Bisa juga, dia melihat dirinya tidak bisa mengeja dengan benar, tapi dia juga lucu, humoris dan menarik hingga banyak orang suka padanya. Intinya, bantulah mereka menemukan keunggulan diri, agar bisa merasa bangga dan tidak pesimis terhadap hambatan yang saat ini sedang diatasi. Kalau perlu, jelaskan pada mereka figur-figur orang terkenal yang mampu mengatasi problem disleksianya dan melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat. 3
9
BAB III KESIMPULAN
1. Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti masalah penglihatan, tetapi mengarah pada otak yang telah mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca 2. Disleksia disebabkan oleh banyak faktor, contohnya faktor pendidika, psikologis, biologis dan kecelakaan. Sedangkan untuk insidensinya lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan.
10
DAFTAR PUSTAKA
1.
Disleksia Akses dari: Http://Cae-Indonesia.Com/Disleksia/ Tgl. 14 April 2014
2.
Disleksia (Gangguan Membaca) Akses dari: http://medicastore.com/penyakit/ 3058/Disleksia_(Gangguan_Membaca).html Tgl. 14 April 2014
3.
What
is
Dyslexia
Akses
dari:
Http://Www.Ncld.Org/Types-Learning-
Disabilities/Dyslexia/What-Is-Dyslexia Tgl. 14 April 2014 4.
Lidwina, Soeisniwati, Disleksia Berpengaruh Pada Kemampuan Membaca Dan Menulis, Jurnal Stie Semarang, Vol 4, No 3, Edisi Oktober 2012 (Issn : 22527826)
5.
Dyslexia
Akses
dari:
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/
dyslexia/basics/definition/con-20021904 Tgl. 15 April 2014
11