Asuransi Syariah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perasuransian saat ini telah menjadi gaya hidup bagi sekelompok masyarakat yang sadar akan pentingnya nilai keamanan (proteksi) pada kekayaan, harta benda, kesehatan, dan dan nilai ilai eko kono nom mi dari ari jiw jiwa sese seseo oran rang. Pem Pemaham haman ini ini menam nambah
daft daftar ar
kehidupan
ini
kein ke ingi gina nan n
dengan
manus anusia ia
perangkat
untu untuk k
bantu
meres erespo pon n
yang
dapat
menanggulangi berbagai masalah yang dipastikan akan muncul den dengan gan predi rediks ksii wak aktu tu yang yang tidak idak pasti asti.. Dua hal yang yang para paradik diksio siona nall terja terjadi di dala dalam m ke kehi hidu dupa pan n manu manusia sia,, pertama kepastian adanya berbagai masalah yang membawa kerugian (loss) dan yang
kedua
ketida ketidakpa kpasti stian an kapan kapan muncu munculny lnya a
masal masalah ah terse tersebu but. t. Kond Kondisi isi semac semacam am ini ini dapa dapatt dian dianti tisip sipasi asi melalui model usaha seperti bidang asuransi. Salah satu tujuan utama adanya model asuransi adalah memberikan rasa aman terh terhad adap ap pese peserta rta di dala dalam m meres merespo pon n ke keru rugi gian an yang yang ak akan an diderita. Feno Fe nom mena ena usah usaha a pera perasu sura rans nsia ian n di Indo Indone nesi sia a suda sudah h dike dikena nall sejak sejak lama. lama. Baru Baru pada pada paruh paruh awal awal tahu tahun n 90-a 90-an n di Indonesia
dikenalkan
model
perasuransian
yang
operasionalnya didasarkan pada syariah. Sampai saat ini sudah banyak perusahaan asuransi yang beroperasi sesuai dengan syaria syariah, h, sepe seperti rti Asur Asuran ansi si Taka Takafu ful, l, MAA MAA Insu Insura ranc nce, e, Asura Asurans nsii Mubarakah, Tri Pakarta Syariah, Bumi Putera Syariah, Jasindo Syariah, dll. Secara konseptual, asuransi syariah memadukan antara dua orientasi yang berbeda, yaitu social oriented dan economic Orientasi asi sosial sosial dituju ditujukan kan sebaga sebagaii manife manifestas stasii dari dari oriented . Orient semangat
ta’awun
(tol (tolon ong g
meno menolon long) g),,
salin saling g
memb membant antu u
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |1
Asuransi Syariah (tanashur ), ), dan saling menanggung ( takaful). Di samping itu, asuransi syariah juga dibekali dengan semangat ekonomi dan bisnis. bisnis. Semang Semangat at ekonom ekonomii dan bisnis bisnis terseb tersebut ut terma termanife nifesta stasi si dari dari adan adanya ya orien orienta tasi si ek ekon onom omii ( economic Dalam economic oriented oriented). Dalam orien orienta tasi si ini, ini, asura asurans nsii syari syariah ah ditu ditunt ntut ut untu untuk k memb memberi erika kan n penamp penampilan ilan sebaga sebagaii perusa perusahaa haan n yang yang dapat dapat mengh menghasil asilkan kan keuntungan ( profit ). profit ). Berdasar Berdasarkan kan ko konse nsep p asuran asuransi si syariah syariah terseb tersebut, ut, secara secara oper operas asio iona nall
peru perusa saha haan an
asur asuran ansi si
syar syaria iah h
ditu ditunt ntut ut
untu untuk k
mewu mewuju judk dkan an nila nilaii soci social al (socia dan nilai ilai eko kono nom mi sociall value value) dan (economic secara terpad terpadu u dalam dalam bingka bingkaii manaj manajem emen en economic value) secara organisasi perusahaan yang modern. Sekilas terjadi perbedaan yang yang menco mencolok lok antara antara asurans asuransii konven konvensio sional nal (non (non syariah syariah)) dengan asuransi syariah. Asuransi konvensional lebih banyak mengedepa mengedepankan nkan nilai-nilai nilai-nilai ekonomi-bi ekonomi-bisnis snis dibanding dibanding dengan dengan nilai-nilai sosial. Hal ini dikarenakan oleh sifat dasar asuransi konven konvensio sional nal yang yang menga mengadop dopsi si pemiki pemikiran ran kapita kapitalis lis denga dengan n pencapaian keuntungan ( profit ) yang sebesar-besarnya sebagai landasan landasan operasionaln operasionalnya. ya. Perusahaan Perusahaan asuransi asuransi konvension konvensional al seja sejak k awal awal ment mentah ahbi bisk skan an diri diri seba sebaga gaii
peru perusa saha haan an yang yang
bergerak bergerak dengan dengan mengusun mengusung g semangat semangat untuk untuk mendapatk mendapatkan an keuntungan bagi perusahaan (pemegang saham). Begitu pula deng dengan an para para pese peserta rta asura asuransi nsi yang yang ikut ikut berga bergabu bung ng dala dalam m sebuah sebuah perusa perusahaa haan n asuran asuransi si ko konve nvensio nsional nal dari awal awal sudah sudah berp berpik ikir ir
untu untuk k
menda endapa patk tkan an
keun ke untu tung ngan an
yang yang
sebe sebesa sarr-
besarnya dari perusahaan. Kondisi tersebut akan diminimalisasi oleh model asuransi syaria syariah h deng dengan an memb memberi erika kan n muat muatan an peny penyeim eimba bang ng dala dalam m bent bentuk uk pene penerap rapan an fung fungsi si sosia sosiall pada pada tingk tingkat at opera operasio siona nal. l. Bahkan fungsi sosial tersebut merupakan landasan utama dari asurans asuransii syariah syariah.. Penerap Penerapan an fungsi fungsi sosial sosial dalam dalam perusa perusahaa haan n asura asurans nsii syar syariah iah terli terliha hatt deng dengan an adan adanya ya mode modell reke rekeni ning ng tabarru’ . Rekening tabarru’ adalah rekening yang bersumber
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |2
Asuransi Syariah dari hasil pembayaran premi peserta yang sejak awal diniatkan untu untuk k membant antu dan dan menolo nolong ng pese pesert rta a yang yang lain lain jik jika mengalami musibah atau kerugian. B. Maksud Maksud dan Tujuan Tujuan
Adap Adapun un maks maksud ud dari dari pemb pembua uata tan n maka makalah lah meng mengen enai ai Asuransi Syariah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan serta penyajian makalah pada Mata Kuliah Fiqh Kontemporer, dengan dengan demikia demikian n indika indikator tor materi materi perkul perkuliah iahan an pun tercapa tercapai. i. Sed Sedangk angkan an
tuju tujua annya nnya
adal adalah ah
agar gar
maha ahasisw siswa a
mampu ampu
memahami pengertian Asuransi Syariah, serta praktik asuransi Syariah yang ada di Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN A. Penge Pengertia rtian n Asuran Asuransi si
Men Menurut urut Undan ndang g-Und -Undan ang g No No.. 2 Tahu Tahun n 199 1992, yang yang dim dimak aksu sud d
deng dengan an
asur asuran ansi si
atau atau
pert pertan angg ggun unga gan n
adal adalah ah
perjanj perjanjian ian antara antara dua pihak pihak atau atau lebih, lebih, dengan dengan mana mana pihak pihak pena penang nggu gung ng meng mengika ikatk tkan an diri diri pada pada terta tertang nggu gung ng,, deng dengan an menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian pada terta tertang nggu gung ng ka kare rena na ke keru rugi gian an,, ke keru rusak sakan an atau atau ke kehil hilan anga gan n keuntu keuntunga ngan n yang yang diharap diharapkan kan,, atau atau tangg tanggung ung jawab jawab hukum hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberi berika kan n
suat suatu u
pem pembayar ayaran an
yang ang
did didasar asarka kan n
ata atas
meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan bahwa asuransi iala ialah h
jam jaminan inan atau atau
pen penangg anggun ung g
pert pertan angg ggun unga gan n
(bias biasan anya ya
kanto antorr
yang yang dibe diberi rika kan n
asur asuran ansi si))
kepa ke pada da
oleh oleh yang ang
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |3
Asuransi Syariah tertanggung untuk risiko kerugian sebagai yang ditetapkan dalam surat perjanjian ( polis) bila terjadi kebakaran, kecurian, kerusakan, dan sebagainya ataupun mengenai kehilangan jiwa (kematian) atau kecelakaan lainnya, dengan yang tertanggung membayar
premi
sebanyak
yang
ditentukan
kepada
penanggung tiap-tiap bulan. Secara umum ada dua pengertian mengenai asuransi, yaitu : a) Auransi
adalah
sebuah
akad
yang
mengharuskan
perusahaan asuransi (muammin) untuk memberikan kepada nasabah/kliennya
(muamman)
sejumlah
harta
sebagai
konsekuensi dari akad itu, baik itu berbentuk imbalan, gaji, atau ganti rugi barang dalam bentuk apapun ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau terbuktinya sebuah bahaya
sebagaimana
tertera
dalam
akad
(transaksi),
sebagai imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dan berkala atau secara kontan dari nasabah/kliennya tersebut
(muamman)
kepada
perusahaan
asuransi
(muammin). b) Suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi. A. Abbas Salim memberi pengertian, bahwa asuransi ialah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai ( substitusi) kerugiankerugian besar yang belum pasti. B. Sejarah Asuransi
Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak jaman sebelum masehi
dimana manusia pada
masa
itu
telah
menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, antara lain Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |4
Asuransi Syariah kekurangan bahan makanan. Salah satu cerita mengenai kekurangan bahan makanan terjadi pada jaman Mesir Kuno semasa Raja Fir’aun berkuasa. Suatu hari sang raja bermimpi yang diartikan oleh Nabi Yusuf bahwa selama 7 tahun negeri Mesir akan mengalami panen yang berlimpah dan kemudian diikuti oleh masa paceklik selama 7 tahun berikutnya. Untuk berjaga-jaga terhadap bencana kelaparan tersebut Raja Fir’aun mengikuti saran Nabi Yusuf dengan menyisihkan sebagian dari hasil panen pada 7 tahun pertama sebagai cadangan bahan makanan pada masa paceklik. Dengan demikian pada masa 7 tahun paceklik rakyat Mesir terhindar dari risiko bencana kelaparan hebat yang melanda seluruh negeri. Pada tahun 2000 sebelum masehi para saudagar dan aktor di Italia membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang bertujuan membantu para janda dan anak-anak
yatim
dari
para
anggota
yang
meninggal.
Perkumpulan serupa yaitu Collegia Nititum, kemudian berdiri dengan beranggotakan para budak belian yang diperbanatukan pada ketentaraan kerajaan Roma (Rahman, Afzalur). Konsep auransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat primitif yang berkelompok. Dalam masyarakat primitif, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan-kebutuhannya
dipenuhi
dan
dilindungi
melalui
kerjasama dan saling membantu. Oleh karena itu mereka merasa tidak memerlukan suatu asuransi karena semua resiko sepenuhnya dilindungi oleh masyarakat. Pada waktu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah-pindah secara teori keluarga tersebut mulai menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya.
Saat itulah mulai
dirasakan
perlunya
perlindungan terhadap ancaman tersebut sebagai unsur awal munculnya asuransi. Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |5
Asuransi Syariah Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lloyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif, hukum alami dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan. Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk , yaitu pengalihan (transfer)
resiko
Asuransi sebagai
dari
tertanggung
mekanisme
kepada
penanggung.
pemindahan resiko
dimana
individu atau business memindahkan sebagian ketidakpastian sebagai imbalan pembayaran premi. Definisi resiko disini adalah ketidakpastian terjadi atau tidaknya suatu kerugian ( the uncertainty of loss).
Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Untuk
memenuhi
kebutuhan
jaminan
terhadap
keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi. Perkembangan industri asuransi di Indonesia sempat vakum selama masa penjajahan Jepang.
C. Macam-macam Asuransi
Di Indonesia ini
kita kenal
ada bermacam-macam
asuransi dan sebagai contoh dikemukakan di bawah ini, diantaranya : 1.
Asuransi Beasiswa
Asuransi beasiswa mempunyai dasar dwiguna. Pertama jangka
pertanggungan
dapat
5-20 tahun,
disesuaikan
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |6
Asuransi Syariah dengan usia dan rencana sekolah anak; kedua, jika ayah (tertanggung) meninggal dunia sebelum habis kontrak, pertanggungan menjadi bebas premi sampai habis kontrak polisnya. Tetapi jika anak yang ditanggung meninggal, maka alternatifnya ialah mengganti dengan anak yang lainnya, mengubah kontrak pada bentuk lainnya, menerima uang secara tunai, bila polisnya telah berjalan tiga tahun lebih, atau membatalkan perjanjian (sebelum tiga tahun belum ada harga tunai). 2.
Asuransi Dwiguna
Asuransi dwiguna dapat diambil dalam jangka 10-15-2530 tahun dan mempunya dua guna : a.
Perlindungan
tertanggung
bagi
meninggal
keluarga,
dunia
dalam
bilamana
jangka waktu
pertanggungan. b.
Tabungan
tertanggung
bagi
tetap
tertanggung,
hidup
pada
akhir
bilamana jangka
pertanggungan. 3.
Asuransi Jiwa
Asuransi
Jiwa
adalah
asuransi
yang
bertujuan
menanggung orang terhadap kerugian finansial yang tidak terduga yang disebabkan seseorang meninggal terlalu cepat atau hidupnya terlalu lama. Jadi ada dua hal yang menjadi tujuan asuransi jiwa ini, yaitu menjamin biaya hidup anak atau keluarga yang ditinggalkan, bila pemegang polis meninggal dunia atau untuk memenuhi keperluan hidupnya dan keluarganya, bila ditakdirkan usianya lanjut sesudah masa kontrak berakhir. 4.
Asuransi Kebakaran
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |7
Asuransi Syariah Asuransi kebakaran bertujuan untuk mengganti kerugian yang disebabkan oleh kebakaran. Dalam hal ini pihak perusahaan asuransi menjamin risiko yang terjadi karena kebakaran. Oleh karena itu perlu dibuat suatu kontrak (perjanjian) antara pemegang polis (pembeli asuransi) dengan perusahaan asuransi. Perjanjian dibuat sedemikian rupa, agar kedua belah pihak tidak merasa dirugikan.
D. Tujuan dan Fungsi Asuransi
Asuransi mempunyai tujuan sebagai berikut:
Memberikan
jaminan
perlindungan
dari
risiko-risiko
kerugian yang diderita satu pihak.
Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus
mengadakan
pengamanan
dan
pengawasan
untuk
memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.
Pemerataan
biaya,
yaitu
cukup
hanya
dengan
mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.
Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena
bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada
pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.
Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan
usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja). Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |8
Asuransi Syariah Ditinjau dari beberapa sudut, maka asuransi mempunyai tujuan dan teknik pemecahan yang bermacam-macam, antara lain: 1. Dari segi Ekonomi , maka : Tujuannya : mengurangi ketidak pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan dalam
rangka
memenuhi
kebutuhan
atau
mencapai tujuan. Tekniknya : dengan cara mengalihkan risiko pada pihak lain dan pihak lain mengkombinasikan sejumlah risiko
yang
diperkirakan
cukup dengan
besar, lebih
sehingga tepat
dapat
besarnya
kemungkinan terjadinya kerugian. 2. Dari segi Hukum, maka : Tujuannya : memindahkan risiko yang dihadapi oleh suatu obyek atau suatu kegiatan bisnis kepada pihak lain. Tekniknya : melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam kontrak ganti rugi (polis asuransi), maka risiko beralih kepada penanggung. 3. Dari segi Tata Niaga, maka : Tujuannya : membagi risiko yang dihadapi kepada semua peserta program asuransi. Tekniknya : memindahkan risiko dari individu / perusahaan ke lembaga keuangan yang bergerak dalam pengelolaan risiko (perusahaan asuransi), yang akan membagi risiko kepada seluruh peserta asuransi yang ditanganinya. 4. Dari segi Kemasyarakatan, maka : Tujuannya : menanggung kerugian secara bersama-sama antar semua peserta program asuransi. Tekniknya : semua anggota kelompok (kelompok anggota) program asuransi memberikan kontribusinya Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |9
Asuransi Syariah (berupa premi )untuk menyantuni kerugian yang diderita oleh seorang / beberapa orang anggotanya. 5. Dari segi Matematis, maka : Tujuannya : meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya risiko dan hasil ramalan itu dipakai dasar untuk membagi
risiko
kepada
semua
peserta
(sekelompok peserta) program asuransi. Tekniknya : menghitung besarnya kemungkinan berdasarkan teori kemungkinan ("Probability Theory"), yang dilakukan oleh aktuaris maupun oleh underwriter. Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan risiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan risiko dari satu pihak (tertanggung) kepada pihak lain
(penanggung).
Pengalihan
menghilangkan kemungkinan
risiko
ini
tidak
berarti
misfortune, melainkan pihak
penanggung menyediakan pengamanan finansial ( financial security ) serta ketenangan ( peace of mind) bagi tertanggung.
Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya (Morton:1999).
E. Hukum Asuransi
Ada empat perbedaan pendapat dikalangan ulama dan cendekiawan muslim mengenai hukum asuransi, yaitu : 1. Mengharamkan asuransi dengan segala macam dan bentuknya sekarang ini, termasuk asuransi jiwa
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |10
Asuransi Syariah Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah alQalqili (mufti Yordania), Yusuf Qardhawi, dan Muhammad Bakhil al-Muth’i (mufti Mesir). Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah : a.
Asuransi sama dengan judi.
b.
Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti.
c.
Asuransi mengandung riba/rente.
d.
Asuransi
pemegang
polis,
mengandung apabila
pemerasan,
tidak
bisa
karena
melanjutkan
preminya, akan hilang premi yang sudah dibayar atau dikurangi. e.
Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar
dalam praktik riba. f.
Asuransi termasuk jual-beli atau tukar-menukar
mata uang tidak tunai. g.
Hidup dan mati manusia dijadikan obyek bisnis,
dan sama halnya dengan mendahului takdir Allah.
2. Asuransi diperbolehkan dalam praktik seperti sekarang Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khallaf, Mustafa Ahmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada Fakultas Syari’ah Universitas Syiria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Islam pada Universitas Cairo Mesir), dan Abd. Rahman Isa (pengarang kitab al-Muamalah al-Haditsah wa Ahkamuha). Mereka beralasan : a.
Tidak ada nash (Alquran dan Sunnah) yang
melarang asuransi. b.
Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah
pihak.
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |11
Asuransi Syariah c.
Saling menguntungkan kedua belah pihak.
d.
Asuransi
umum,
dapat
sebab
menanggulangi
premi-premi
yang
kepentingan terkumpul
dapat/diinvestasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan pembangunan. e.
Asuransi termasuk akad mudharabah (bagi hasil).
f.
Asuransi
termasuk
koperasi
(Syirkah
Ta’awuniyah). g.
Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem
pensiun, seperti taspen. 3. Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat komersial diharamkan
Pendapat ketiga ini dianut anata lain oleh Muhammad Abu Zahrah (guru besar Hukum Islam pada Universitas Cairo). Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh). 4. Asuransi dianggap syubhat
Alasan yang mengatakan syubhat adalah karena tidak ada dalil yang tegas menjelaskan haram atau tidak haramnya asuransi itu.
F. Asuransi Syariah 1. Pengertian Asuransi Syariah
“Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara sejumlah orang, melalui investasi Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |12
Asuransi Syariah dalam bentuk aset dan / atau Tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian
untuk
menghadapi
risiko
tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah” Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Asuransi Syariah adalah sebuah sistem di mana para peserta
mendonasikan
sebagian
atau
seluruh
kontribusi/premi yang mereka bayar yang digunakan untuk membayar klaim atas musibah yang dialami oleh peserta yang lain. 2. Sejarah Asuransi Syariah
Pada jaman Nabi Muhammad SAW, konsep asuransi syariah sudah dikenal dengan sebutan Al-Aqila. Saat itu suku arab terdiri atas berbagai suku besar dan suku kecil. Sebagaimana kita ketahui, Rasulullah adalah keturunan suku Quraisy, salah satu suku yang terbesar. Menurut dictionary of islam, yang ditulis Thomas Patrick, jika ada
salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lainnya, sebagai kompensasi, keluarga terdekat dari si pembunuh akan membayar sejumlah uang, darah atau diyat kepada pewaris Qurban. Al’aql adalah denda, sedangkan makna al’aqil adalah
orang yang menbayar denda. Beberapa ketentuan system Aqilah
yang
merupakan
bagian
dari
asuransi
sosial
dituangkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam piagam madina yang merupakan konstitusi pertama setelah Nabi hijrah ke Madina. Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah, Rasullulah membuat ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa jika tawanan tertahan oleh musuh karena perang, pihak
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |13
Asuransi Syariah tawanan harus membayar tebusan pada musuh untuk membebaskannya. 3.
Dalil mengenai Asuransi Syariah
Alquran tidak menyebutkan secara tegas ayat yang menjelaskan tentang praktik asuransi syariah seperti yang ada
pada
saat ini. Hal
ini
terindikasi
dengan
tidak
munculnya istilah asuransi atau al’ta’min secara nyata dalam
Alquran.
Walaupun
begitu
Alquran
masih
mengakomodir ayat-ayat yang mempunyai muatan nilainilai dasar yang ada dalam praktik asuransi, seperti nilai dasar tolong menolong, kerja sama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap peristiwa kerugian ( peril) di masa mendatang. Diantara ayat-ayat Alquran yang mempunyai muatan nilai-nilai yang ada dalam praktik asuransi adalah : a) Surat al-Maidah [5]: 2 اتقوا ال ان ال انعدا ثمى ا وا تع قوا رب ا واتع ۖ
ۚ
ۖ
۲ : ئدة ا﴿ عق﴾ شديد ا “…Tolong
menolonglah
kamu
dalam
(mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaNya”. (QS. al-Maidah [5]: 2)
Ayat ini memuat perintah ( amr ) tolong menolong antar sesama manusia. Dalam bisnis asuransi, nilai ini terlihat
dalam
praktik
kerelaan anggota
(nasabah)
perusahaan asuransi untuk menyisihkan dananya agar
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |14
ۘ
Asuransi Syariah digunakan sebagai dana sosial (tabarru’). Dana sosial ini berbentuk rekening tabarru’ pada perusahaan asuransi dan difungsikan untuk menolong salah satu anggota (nasabah) yang sedang mengalami musibah ( peril). b) Surat al-Baqarah [2]: 185 ١٨٥ : ﴿البقرة... العسر كم يريد و رسال كم ا يريد ﴾ “…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS. al-Baqarah [2]:
185) Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa kemudahan adalah sesuatu yang dikehendaki oleh-Nya, dan sebaliknya kesukaran adlah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh-Nya. Maka dari itu, manusia dituntun oleh Allah SWT. agar dalam setiap langkah kehidupannya selalu dalam bingkai kemudahan dan tidak mempersulit diri sendiri. Dalam konteks bisnis asuransi, ayat tersebut dapat dipahami bahwa dengan adanya lembaga asuransi, seseorang dapat memudahkan untuk menyiapkan dan merencanakan kehidupannya di masa mendatang dan dapat melindungi kepentingan ekonominya dari sebuah kerugian yang tidak disengaja. 4. Konsep Asuransi Syariah
Dalam
Asuransi
Syariah ada
istilah Tabarru’
yang
merupakan sumbangan (dalam definisi Islam = Hibah - Dana Kebajikan). Ada beberapa perbedaan istilah antara Asuransi Syariah dengan asuransi konvensional. Pada Asuransi Syariah peserta asuransi melakukan risk sharing (berbagi risiko) dengan peserta yang lainnya.
Sementara
pada
asuransi
konvensional,
para
peserta
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |15
Asuransi Syariah melakukan risk transfer (transfer risiko) kepada perusahaan asuransi. Maka, jika nasabah Asuransi Syariah mengajukan klaim, dana klaim berasal dari rekening tabarru’ (kebajikan) seluruh
peserta.
Berbeda
dengan
klaim
asuransi
konvensional yang berasal dari perusahaan asuransinya. 5. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah a.
Asuransi syariah harus dibangun atas dasar
ta’awun (kerja sama), tolong menolong, saling menjamin, tidak berorientasi bisnis, atau keuntungan materi semata. b.
Asuransi syariah tidak bersifat mu’awadhah,
tetapi tabarru’ atau mudharabah. c.
Sumbangan
(tabarru’)
sama
dengan
hibah
(pemberian), oleh karena itu haram hukumnya ditarik kembali.
Kalau
terjadi
peristiwa
maka
diselesaikan
menurut syariat. d.
Setiap
anggota
yang
menyetor
uangnya
menurut jumlah yang telah ditentukan, harus disertai dengan
niat
membantu
demi
menegakkan
prinsip
ukhuwah. Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambillah sejumlah uang guna membantu orang yang sangat memerlukan. e. sejumlah
Tidak kecil
dibenarkan uangnya
seseorang dengan tujuan
menyetorkan supaya
ia
mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akan tetapi ia diberi uang jama’ah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oleh jama’ah. f.
Apabila uang itu akan dikembangkan, maka
harus dijalankan menurut aturan syar’i. 6. Ciri-ciri Asuransi Syariah
a.
Akad
asuransi
syariah
adalah
bersifat
tabarru’, sumbangan yang telah diberikan tidak boleh Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |16
Asuransi Syariah ditarik kembali. Atau jika tidak tabarru’, maka andil yang dibayarkan akan berupa tabungan yang akan diterima jika terjadi peristiwa, atau akan diambil jika akad berhenti sesuai dengan kesepakatan, dengan tidak kurang dan tidak lebih. Atau jika lebih maka kelebihan itu adalah keuntungan hasil mudharabah bukan riba. b.
Akad
asuransi
ini
bukan
akad
mulzim
(perjanjian yang wajib dilaksanakan) bagi kedua belah pihak.
Karena
pihak
anggota
ketika
memberikana
sumbangan tidak bertujuan untuk mendapat imbalan, dan kalau ada imbalan, sesungguhnya imbalan tersebut didapat melalui izin yang diberikan oleh jama’ah (seluruh peserta asuransi atau pengurus yang ditunjuk bersama). c.
Dalam asuransi syariah tidak ada pihak yang
lebih kuat karena semua keputusan dan aturan-aturan diambil mennurut izin jama’ah. d.
Akad asuransi syariah bersih dari gharar dan
riba. e.
Asuransi syariah bernuansa kekeluargaan
yang kental.
7. Manfaat Asuransi Syariah
a. Tumbuhnya
rasa
persaudaraan
dan
rasa
sepenanggungan diantara anggota. b. Implementasi dari anjuran Rasulullah SAW. agar umat Islam saling tolong menolong. c. Jauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariat d. Secara
umum
dapat
memberikan
perlindungan-
perlindungan dari risiko kerugian yang diderita satu pihak.
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |17
Asuransi Syariah e. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan
dan
pengawasan
memberikan
perlindungan
yang
memakan
untuk banyak
tenaga, waktu, dan biaya. f. Pemerataan
biaya,
yaitu
cukup
hanya
dengan
mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu, dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tertentu dan tidak pasti. g. Sebagai tabungan, karena jumlahnya yang dibayar pada pihak asuransi akan dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad.
G. Perbedaan Asuransi Syariah Dengan Konvensional
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan ( al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong ( akad takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga
besar yang saling menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai sharing of risk , sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun
dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan). Firman Allah dalam surat al-Baqarah 188, ' Dan janganlah kalian memakan harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu." Hadist
Nabi Muhammad SAW, " Mukmin terhadap mukmin yang lain Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |18
Asuransi Syariah seperti suatu bangunan memperkuat satu sama lain," Dan
"Orang-orang mukmin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila satu anggota badan menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.
Dalam transfer
of
asuransi risk
konvensional, yaitu
asuransi
pemindahan
merupakan risiko
dari
peserta/tertanggung ke perusahaan/ penanggung sehingga terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekwensi maka kepemilikan dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan ausransi. Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di antaranya adalah sebagai berikut: 1.
Akad (Perjanjian) Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang
menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong ( takaful). Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu
perjanjian jual beli didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam
perjanjian
yang
diterapkan
dalam
asuransi
konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh peserta asuransi
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |19
Asuransi Syariah untuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan kita meninggal. Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan akan untung namun apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi. Dengan demikian menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar ) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis (pada produk saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang polis (pada produk non-saving). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, seorang ulama salaf ternama dalam kitabnya " Majmu Fatwa" menyatakan bahwa akad
dalam
Islam
dibangun atas dasar
mewujudkan
keadilan dan menjauhkan penganiayaan. Harta seorang muslim yang lain tidak halal, kecuali dipindahkan haknya kepada yang disukainya. Keadilan dapat diketahui dengan akalnya, seperti pembeli wajib menyatakan harganya dan penjual menyerahkan barang jualannya kepada pembeli. Dilarang menipu, berkhianat, dan jika berhutang harus dilunasi. Jika kita mengadakan suatu perjanjian dalam suatu transaksi bisnis
secara
tidak
tunai
maka
kita
wajib
melakukan hal-hal berikut: I% Menuliskan bentuk perjanjian (seperti adanya SP dan polis). I% Bentuk perjanjian harus jelas dimengerti oleh pihak-pihak yang bertransaksi (akad tadabuli atau akad takafuli). I% Adanya saksi dari kedua
belah pihak. I% Para saksi harus cakap dan bersedia secara hukum jika suatu saat diminta kewajibannya. (Penulis
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |20
Asuransi Syariah simpulkan dari firman Allah SWT, surat al-Baqarah ayat 282). 2.
Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafi’i adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling kita takuti. Gharar /ketidakjelasan
konvensional,
itu
dikarenakan
terjadi
tidak
pada
adanya
asuransi
batas
waktu
pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan
Yang
tertanggung
Mahakuasa. membayar
Jika
premi
baru
sekali
ditakdirkan
seorang
meninggal,
perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa untung
secara
materi.
Jika
tertanggung
dipanjangkan
usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak menjalankan
transaksi
tersebut.
Ketidakjelasan
jangka
waktu pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar . Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual
beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum. Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu niat tolong-menolong sesama peserta
apabila
ada
yang
ditakdirkan
mendapat
musibah.
Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik muamalah yang gharar .
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |21
Asuransi Syariah Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib)
tidak
bisa
mengklaim
menjadi
milik
perusahaan. 3.
Tabarru’ dan Tabungan Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan,
yang
artinya
menyumbang
sumbangan disebut
atau
mutabarri
derma.
Orang
yang
(dermawan).
Niat
bertabbaru bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling menolong. Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena musibah sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat balasan yang sangat besar di hadapan Allah,
sebagaimana
digambarkan
dalam
hadist
Nabi
SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu
Daud). Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving maka dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur
dana tabungan
investasi
oleh
yang
perusahaan.
digunakan Sementara
sebagai
dana
investasi
pada
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |22
Asuransi Syariah asuransi kerugian syariah menggunakan dana
tabarru
karena tidak ada unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara penuh. 4.
Maisir (Judi) Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90," Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya khamar, maisir, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan."
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya menimbulkan qimar . Sedangkan al qimar sama dengan al maisir . Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi konvensional karena adanya unsur gharar , terutama
dalam kasus asuransi jiwa.
Apabila
pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia sebelum periode akhir polis preminya
sebagian,
asuransinya dan telah membayar maka
ahliwaris
akan
menerima
sejumlah uang tertentu. Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi
mengandalkan
banyak/sedikitnya
klaim
yang
dibayar. Sebab keuntungan perusahaan asuransi sangat Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |23
Asuransi Syariah dipengaruhi
oleh
banyak
/sedikitnya
klaim
yang
dibayarkannya. 5.
Riba
Dalam
hal
riba,
semua
asuransi
konvensional
menginvestasikan dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan
menghitung
keuntungan
di
depan.
Investasi
asuransi konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam
peraturan
pemerintah
dan
KMK
dilakukan
berdasarkan sistem bunga. Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu
mendapatkan
keberuntungan."
Hadist,
"Rasulullah mengutuk pemakaian riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim) 6.
Dana Hangus
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |24
Asuransi Syariah Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika
seorang
peserta
terpaksa mengundurkan
karena diri
suatu
sebelum
sebab masa
tertentu reversing
period. Sementara ia telah beberapa kali membayar premi
atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan. Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional
akan
menimbulkan
ketidakadilan
dan
merugikan peserta asuransi terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan, sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang merugikan dan
dirugikan). Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi.
Bagi
peserta yang baru
masuk karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan si awal
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |25
Asuransi Syariah perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus).
Jumlahnya
sangat
tergantung
dari
hasil
investasinya. 7.
Konsep Taawun Dalam Asuransi Syariah
Sebagian para ahli syariah meyamakan sistem asuransi syariah dengan sistem aqilah pada zaman Rasulullah SAW. Dr. Satria Effendi M.Zein dalam makalahnya mendefinisikan takaful dengan at takmin, at taawun atau at takaful
(asuransi bersifat tolong menolong), yang dikelola oleh suatu badan, dan terjadi kesepakatan dari anggota untuk bersama -sama memikul suatu kerugian atau penderitaan yang mungkin terjadi pada anggotanya. Untuk kepentingan itu
masing-masing
anggota
membayar
iuran
berkala
(premi). Dana
yang
terkumpul
akan
terus
dikembangkan,
sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk kepentingan di atas, bukan untuk kepentingan badan pengelola (asuransi syariah). Dengan demikian badan tersebut tidak dengan sengaja mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri. Disini sifat yang paling menonjol adalah tolong-menolong seperti yang diajarkan Islam. 8.
Dewan Pengawas Syariah
Pada asuransi syariah seluruh aktivitas kegiatannya diawasi
oleh
Dewan
Pengawas
Syariah
(DPS)
yang
merupakan bagian dari Dewan Syariah Nasional (DSN), baik dari segi operational perusahaan, investasi maupun SDM. Kedudukan DPS dalam Struktur oraganisasi perusahaan setara dengan dewan komisaris. Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |26
Asuransi Syariah Itulah beberapa hal yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Apabila dilihat dari sisi perbedaannya, baik dari sisi ekonomi, kemanuasiaan atau syariahnya, maka sistem asuransi syariah adalah yang terbaik dari seluruh sistem asuransi yang ada.
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |27
Asuransi Syariah
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
1. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan
pihak
penanggung
mengikatkan
tertanggung, dengan menerima
premi
diri
pada
asuransi untuk
memberikan penggantian pada tertanggung. 2. Di Indonesia ini telah di kenal ada bermacam-macam asuransi misalnya asuransi beasiswa, asuransi dwiguna, asuransi jiwa, dan asuransi kebakaran.
3. Asuransi mempunyai tujuan sebagai perlindungan dari risiko-risiko
kerugian
meningkatkan
yang
efisiensi,
diderita
pemerataan
satu biaya,
pihak, sebagai
tabungan, menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha pada saat ia tidak dapat berfungsi (bekerja). 4. Ada empat perbedaan pendapat dikalangan ulama dan cendekiawan muslim mengenai hukum asuransi, yaitu : a.
Mengharamkan asuransi dengan segala macam
dan bentuknya sekarang ini, termasuk asuransi jiwa. b.
Asuransi
diperbolehkan
dalam
praktik
seperti
sekarang.
c.
Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan
yang bersifat komersial diharamkan.
d.
Asuransi dianggap syubhat .
5. Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah a.
Harus dibangun atas dasar ta’awun (kerja sama),
tolong menolong. b.
Asuransi syariah tidak bersifat mu’awadhah.
c.
Sumbangan
(tabarru’)
sama
dengan
hibah
(pemberian).
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |28
Asuransi Syariah d.
Uang yang diberikan harus diniatkan tolong-
menolong 6. Perbedaan asuransi syariah dengan konvensional terletak pada Akad (Perjanjian), gharar (Ketidakjelasan), tabarru’ dan tabungan, maisir (Judi), riba, dana hangus, konsep taawun dalam asuransi syariah, dewan pengawas syariah. B. Saran
Tak ada gading yang tak retak, seperti itu pula dengan makalah yang penyusun buat yang masih jauh dari sempurna. Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dipenulisan selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Kelompok 12 / Fiqh Kontemporer / Biologi 2B |29