Contoh Seminar Kasus : Retensio Placenta 06 Nov
3 Votes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang permasalahan Morbiditas dan mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal ya ng berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Masalah kematian ibu adalah masalah yang kompleks, meliputi hal-hal yang bersifat nonteknis seperti status wanita dan pend idikan. Walaupun masalah tersebut perlu diperbaiki sejak awa l, namun kurang realistis bila mengharapkan perubahan drastis drast is dalam tempo singkat. Karena diperlukan intervensi yang mempunyai dampak nyata dalam waktu relatif pendek (Manuaba, 2002). Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 2001, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil dan bersalin. Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, Retensio placenta dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pasca persalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibuibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri. Dan Retensio plasenta merupakan salah satu masalah yang masih menjadi penyebab terbesar terjadinya perdarahan post partum dan kematian maternal. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta p lasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena: a). Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva); b). Plasenta melekat erat pada p ada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus ut erus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio (inkarserasio plasenta). Sehingga dilakukan tindakan manual plasenta. B. Tujuan 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan menerapkan ilmu yang didapatkan tentang asuhan kebidanan pada ibu dengan kasus retensio plasenta di RSUD Majenang Cilacap Jawa Tengah 2009. 2. Tujuan Khusus a. Untuk menerapkan ilmu yang didapatkan mengenai pelaksanaan data subjektif pada ibu dengan retensio plasenta. b. Untuk menerapkan ilmu yang didapatkan mengenai data objektif pada ibu dengan retensio plasenta. c. Untuk menerapkan ilmu yang didapatkan dan melaksanakan pengumpulan data subjektif dan data objektif sehingga dapat diambil diagnose pada ibu dengan kasus retensio plasenta. d. Untuk menerapkan ilmu yang didapatkan dan melaksanakan rencana asuhan, kemudian mengevaluasi setiap rencana yang telah diberikan pada ibu dengan kasus retensio plasenta. C. Manfaat penulisan 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang dapat menambah wawasan khususnya mengenai penyebeb kejadian pada ibu dengan retensio plasenta. 2. Manfaat praktis a. Bagi RSUD Majenang Diharapkan berguna sebagai bahan perencanaan dan evaluasi permasalahan yang ada khususnya permasalahan pada ibu dengan kasus retensio plasenta. b. Bagi institusi pendidikan Diharapkan baerguna sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya STIKes Muhammadiyah Tasikmalaya dalam meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai asuhan pada ibu dengan retensio plasenta. c. Bagi penulis Di harapkan dapat meningkatkan kemampuan mahasisiwa dan menggali wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan tentang penatalaksanaan retensio plasenta agar dapat merencanakan dan melakukan evaluasi permasalahan dan pemecahan masalah terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada kasus retensio plasenta. D. Ruang Lingkup 1. Lingkup masalah Lingkup masalah dalam laporan ini adalah asuhan kebidanan pada ibu dengan kasus retensio plasenta. 2. Lingkup metode Adapun metode dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis menggunakan metoda deskriptif dengan pendekatan study kasus. Adapun metode teknik dan pengumpulan data data diperoleh : 1. Wawancara Teknik ini dilakukan melalui komunikasi secara langsung dengan ibu (klien), keluarga, dan tim kesehatan lainnya untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan ibu yang akan di jadikan kasus sehingga diperoleh data yang lebih akurat dan lebih real. 2. Pemeriksaan fisik Kelompok melaksanakan pemeriksaan fisik pada klien dengan teknik inspeksi, palpasi. 3. Pemeriksaan aktif Untuk mengikuti perkembangan ibu dari hasil asuhan kelompok yang dilakukan pada ibu dengan kasus retensio plasenta sehingga kelompok dapat melakukan evaluasi mengenai tingkat
keberhasilan kelompok dalam melakukan asuhan terhadap ibu dengan kasus retensio plasenta. 4. Study dokumentasi Sebagian data diperoleh penyusun dari dokumentasi klien diruang medis. 5. Study kepustakaan Hasil dari membeca serta berusaha mempelajari buku ± buku sumber yang dapat diajukan dan dapar dijadikan referensi kuat atas dasar data teoritis yang berhubungan dengan kasus yang diambil yaitu mengenai retensio plasenta. 6. Lingkup sasaran Adapun sasaran dalam penyusunan kasus adalah ibu dengan retensio plasenta yang ada di RSUD Majenang Kabupaten Cilacap Jawa Tengah 2009. 7. Tempat dan waktu Penyusunan laporan kasus ini bertempat diruang Mawar RSUD Majenang Kabupaten Cilacap Jawa Tengah 2010, tanggal 28 Desember 2009 BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR TEORI 1. Definisi Retensio plasenta adalah plasenta tidak lahir spontan maksimal 30 menit. (Petrus Andriano, 1999), Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga sebagian masih melekat pada tempat implantsi, menyebabkan terganggunya retraksi dan kontraksi otot uterus, sehingga sebagian pembuluh darah tetapi terbuka serta menimbulkan perdarahan. (Manuaba,2002). Retensio plasenta yaitu plasenta dianggap ret ensi bila belum dilahirkan dalam batas waktutertentu setelah bayi lahir (dalam waktu 30 menit setelah penatalasanaan aktif). Retensio plasenta adalah tertahan atau belum lahirnya palsenta hingga melebihi 30 menit setelah bayi lahir (Sarwanto, 2002). 2. Etiologi A. Etiologi dasar meliputi : 1. Faktor maternal a. Gravida berusia lanjut b. Multiparitas 2. Faktor uterus a. Bekas sectio caesaria, sering plasenta t ertanam pada jaringan cicatrix uterus b. Bekas pembedahan uterus c. Anorrali dan uterus d. Tidak efektif kontraksi uterus e. Pembentukan contraction ring f. Bekas curetage uterus, yang terutama dilakukan setelah abortus g. Bekas pengeluaran plasenta secara maual h. Bekas ondometritis 3. Faktor plasenta a. Plasenta previa b. Implantasi cornual c. Plasenta akreta d. Kelainan bentuk plasenta
Latar belakang keaadaan yang nampaknya umum terjadi pada semua kondisi penyebab adalah defisiensi endometrium dan desisua. Diantaranya adalah : 1. Desidua yang melapisi jaringan cicatrix bekas sectio caesar kurang memadai 2. Pada wanita yang pernah mengalami plasenta previa, pengembangan desidua pada segmen bawah rahim relatif jelek 3. Desidua pada cornu uterina biasanya hipoplastik 4. Pada banyak wanita dengan meningkatnya usia dan paritas terjadi penurunan Kecukupan desidua secara progresif 5. Bekas curetage atau pengeluaran plasenta secara manual merupakan indikasi bahwa perlekatan plasenta yang abnormal menjadi alasan diperlukannya prosedur tersebut. B. Etiologi berdasar abnormalitas pada tingkata kala III, meliputi : 1. Plasenta belum lahir dari dinding uterus, ini terjadi karena : a. Kontraksi uterus kurang kuatutk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva) b. Plasenta melekat erat pada dinding uterus, oleh sebab : a) Implantasi jonjot corion plasenta hingga memasuki sebagian lepisan miometrium (plasenta acreta) b) Implantasi jonjot corion plasenta hingga mencapa i mikrometrium (plasenta increta) c) Implantasi jonjot corion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus 2. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan, ini terjadi karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III sehingga terjadi lingkaran kontraksi pada bagian bawah uterus yang akan menghalangi keliarnya plasenta (plasenta incarserata) 3. Pathofisiologi Dalam keadaan normal, desidua basalis terletak diantara miometium dan plasenta Lempeng pembelahan bagi pemisahan palsenta berada dalam lapisan desidua basalis yang mirip spons. Pada plasenta acreta, desidua basilis tidak ada sebagian atau seluruhnya, sehingga plasenta melekat langsung pada miometrium, villi tersebut bisa t etap supervisiailspd otot uterus atau dapat menembus lebih dalam. Keadaan ini bukan terjadi karena sifat invasif trofoblast yang abnormal, melainkan karena adanya efek pada desisdua. 4. Gambaran klinis a. Waktu hamil 1) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal 2) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya menyertai plasenta previa 3) Terjadi persainan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh perdarahan 4) Kadang terjadi ruptur uteri b. Persalinan kala I dan II Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal c. Persalinan kala III 1) Retresio plasenta menjadi ciri utama 2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara manual 3) Komplikasi yang serius tetapi jarang dijumpai ya itu invertio uteri, keadaan ini dapat tejadi
spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-usaha untuk mengeluarkan plasenta 4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta B.KONSEP DASAR ASUHAN Plasenta Manual Plasenta manual adalah tindakan untuk melepaskan plasenta secara manual (menggunakan tangan) dr tempat implastasinya dan kemudian melahirkannya keluar dari kavum uteri. Prosedur Plasenta Manual Persiapan : Pasang set dan cairan infus Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan Lakukan anestesia verbal atau analgesia per rektal Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi Komplikasi a) Syok naemorargic b) Sepsis c) Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perjusi organ Pencegahan Pencegahan resiko plasenta adalah dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan talipusat terkendali. Usaha ini disebut juga penata laksanaan aktif kala III dengan mengamati dan melihat kontraksi uterus Pengelolaan Retensia Palcenta Plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua. Periksa kandung kemih, jika ternyata penuh, gunakan teknik aseptin untuk memasukkan kateter nelaton disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk mengosongkan kandung kemih. Ulangi kembali penegangan talipusat dan t ekanan dorso-kranial seperti yang diuraikan diatas. Nasehati keluarga bahwa rujukan mungkin diperlukan jika plasenta tetap tidak lahir, rujuk segera. I ngat, apabila plasenta tidak lahir setelah 30 menit, jangan mencoba untuk melepaskan dan segera rujukan. Pehatikan : jika sebelum plsenta lahir kemudian mendadak terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri. Jika setelah manual masih terjadi perdarahan dan tidak kontraksi, maka lakukan manajemen atonia uteri. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri: 1. Perhatikan kandung kemih dalam keadaan kosong 2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai 3. Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat 4. Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asinten / penolong lain untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk memindahkan fundus uteri 5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta 6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat.
Melepas plasenta dari dinding uterus 7. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah. Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetapt di sebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan di antara plasenta dan dinding uterfus dimana punggung tangan menghadap ke bawah (posterior ibu) Bila dikorpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas talipusat dan sisipkan ujung jari jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas (Anterior ibu). 8. Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus, maka perluasan perlepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu, hingga semua perlekatan p lasenta terlepas dari dinding uterus). Catatan : Bila tepi plasenta tidak teraba atau plasenta berada pada dataran yang sma tinggi dengan dinding uterus maka hentikan upaya plasentamanual karena hal itu menunjukkan plasenta inkreta (tertanam dalam miometrium) Bila hanya sebagian dari implantasi plasenta dapat dilepaskan dan bagian lainnya melekat erat maka hentikan pula plasenta manual karena hal tersebut adalah plasenta akreta. Untuk keadaan itu sebaiknya ibu diberi uterotonika tambahan (misoprostal 600 mcg per rektal) sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Mengeluarkan Plasenta 9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk meilai tidak ada plasenta yang tertinggal 10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfis (tahan segmen bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/ penolong untuk menarik ta li pusat sambil tangan dalam membawaplasenta keluar (hindari terjadinya percikan darah) 11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis) uterus ke arah dorsokranial setelah plasenta dilahorkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah disediakan Pencegahan Infeksi Pascatindakan 12. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang digunakan 13. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 14. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir 15. Keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering Pemantauan Pascatindakan 16. Periksa kembali tanda vital ibu 17. Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan 18. Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukkan dan asuhan lanjutan 19. Beritahukan kepada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih memerlukan pemantauan dan asuhan tambahan 20. Lanjutan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindah ke ruang rawat gabung.
Tentang
Irma handayani
aku adalah seorang yang haus ilmu...sekarang sedang menimba ilmu kebidanan dan aku bercitacita menjadi bidan yang pro fessional.. View all posts by Irma handayani » Leave a comment Posted by Irma handayani pada 6 November 2010 in Ilmu Kebidanan
Toksoplasma Gondii Obat-Obatan Dalam Kehamilan Suka Be the first to like this post. Tinggalkan
Balasan
http://irma1985.wordpress.com/2010/11/06/contoh-seminar-kasus-retensio-placenta/
Retensio Plasenta Posted on August 15, 2010 by Obgin Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta : 1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya : a. Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam. b. Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua endometrium sampai ke miometrium. c. Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa. d. Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus sero sa atau peritoneum dinding rahim. 2. Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian p lasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan. Penanganan retensio plasenta berupa pengeluaran plasenta dilakukan apabila plasenta belum lahir dalam 1/2-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi apabila disertai perdarahan. Tindakan
penanganan retensio plasenta : 1. Coba 1-2 kali dengan perasat Crede. 2. Mengeluarkan plasenta dengan tangan (manual plasenta). 3. Memberikan transfusi darah bila perdarahan banyak. 4. Memberikan obat-obatan misalnya uterotonika dan antibiotik. Manual plasenta : 1. Memasang infus cairan dekstrose 5%. 2. Ibu posisi litotomi dengan narkosa dengan segala sesuatunya dalam keadaan suci hama. 3. Teknik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan dalam rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun. Tepi plasenta dilepas ± disisihkan dengan tepi jari-jari tangan ± bila sudah lepas ditarik keluar. Lakukan eksplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa plasenta dan bersihkanlah. Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi robekan jalan lahir (uterus) dan membawa infeksi.
Related Post: y
Komplikasi tindakan operasi kebidanan Komplikasi ringan pada ibu adalah luka episiotomi atau ruptura perineum dan perlukaan pada portio. Seluruh komplikasi persalinan spontan belakang kepala (B) dapat diatasi, sehingga tidak mengganggu fungsi alat vital. Berbeda dengan komplikasi tindakan operasi kebidanan menimbulkan bahaya berkelanjut...
y
Peranan Bidan dalam Sistem Kesehatan Nasional Peranan bidan dalam m asyarakat sebagai tenaga terlatih pada Sistem Kesehatan Nasional a dalah memberi pelayanan sebagai tenaga terlatih, meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat, meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana, memberi pendidikan "dukun beranak", dan meningkatkan sistem rujuk...
y
Kehamilan Kembar (Ganda) Jenis hamil ganda (kembar) 1. Monozigot a. Homolog-uniovuler. b. Jenis seks sama. c. 2 amnion dan 1 korion. d. 1 plasenta dengan aliran darah bersama. 2. Dizigot a. 2 amnion-2 korion dan 2 plasenta dengan aliran darah berbeda. b. Jenis seks berbeda atau dapat juga sama. c. Kejadian hamil...
http://obstetriginekologi.com/retensio-plasenta