SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWA KEPERAWATAN TAN OKSIGEN HIPERBARIK HIPERBARIK KE 5 PADA Ny. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST CRANIOTOMY E.C OSTEOMYELITIS DI LAKE LAKESLA SLA Drs. Med. Me d. R. RIJADI S., Phys. Phys. SURABAYA SURABAYA
TANGGAL TA NGGAL 05 s.d 10 MARET 2018
Disusun Oleh : Kelompok 1 Tim 1B 1. Asiadi Asiadi
131723143005 13172314300 5
2. Angg Anggar ar Dwi Untari Untari
13172314 1317 23143010 3010
3. Baiq Baiq Selly Selly Silviani Silviani
13172314 1317 23143028 3028
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan keperawatan oksigen hiperbarik ke 5 pada Ny. E den deng gan di diag agnos nos a medis Post Craniotomy Craniotomy Ec. Oste Osteom omyeli yelitis tis di Lakesla Drs. Med. R. R. Rijadi Rijadi S., S ., Phys. Phys. Surabaya Suraba ya yang yan g tel te lah dilaksa dilaksanaka nakan n mul ulaa i tang tanggal gal 05 s.d 10 Maret 2018 dalam rangka rangka pelaksanaan Profe Profess i Keperawatan Kep erawatan Medikal Me dikal Bedah Bedah di Lem Lembaga baga
Kesehatan Ke sehatan Kelau K elautan tan
TNI Ang Angkatan katan
Laut
(LAKESLA). Telah disetujui untuk dilaks dilaksanaka anakan n Semi S eminar nar Ka Kasus sus di Lembaga Kese K esehatan hatan Ke Kelaut lautaa n TNI Angkatan Angkatan Lau Lautt (LAKESLA) pada hari hari Kami K amis, s, 08 Maret 2018.
Disahkan Di sahkan tangg tanggaa l, 08 Maret 2018
Menyetujui
Pem Pe mbim bimb b ing Akad Akademi emik k
Pembi Pe mbimbin mbing g Ruang Ruangan an
Lail Laily Hidayati, Hidayati, S.Kep., S.K ep., Ns., Ns. , M.Kep. M.K ep. NIP. 19830304052014042002 19830304052014042002
Taukhi Taukhid, S.Pd. S.P d. Serka Rum Rum NRP.69686 N RP.69686
Mengetahui
Kepala Ruangan
Maedi, S.Kep. Mayor Laut (K) NRP.14608/P
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penu pe nuli liss panjatkan panjat kan kehadirat ke hadirat Tuhan Tuhan Yang Ya ng Maha Esa, atas ata s segala berka be rkatt dan rahmat serta ser ta karun kar uniaNya iaNya
sehingga sehingga
penu pe nuli liss
dapat da pat menyelesa enyelesa ika n makalah Sem Se mina r
Keperawatan Kep erawatan pada pad a stase medikal medikal bedah beda h yang yang berjudu ber judull “ASUHAN KEPERAWATAN OKSIGEN HIPERBARIK KE 5 PADA Ny. E DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST CRANIOTOMY EC. OSTEOMYELITIS DI LAKESLA LAKESLA DRS. DR S. MED. R. RIJADI S., PHYS. SURABAYA”.
Dalam penyusu penyusunan nan
mak akalah alah ini ini penul penulis is berpe be rpedoman doman pad padaa materi per perkul kulia iaha ha n,
peng pen gal alam aman, an, dan bimbi bimbing ngan an prakt praktek, ek, ban bantu tuan an serta doron dorong gan mori orill dan materi materill dari berbagai pih pi hak, seh sehiingg ggaa pen penu ulis mam ampu pu men eny yel elee saikanny saikannya. a. Pada kesem kesempatan patan ini pen penu ulis men eng gucap ka n terima kasih kepada: 1. All Allah S.W.T S .W.T dalam perlindunganperlindungan-Nya Nya dan kekuasaan-N kekuasaa n-Nya ya telah membu membuat at penulis penu lis berada saat ini ini dan memperl memperlaa ncar segal segalan any ya. 2. Prof. Dr. Dr. Nursalam, Nursalam, M.Nurs M.N urs (Hons), selaku dekan Fakultas Fakultas Kepera K eperawatan watan Uni Univers ita it a s Airl Airlangga angga Surabaya yang yang telah memberi memberika kan n kesem kese mpatan dan fasili fasilita tass kepada kepa da penulis penu lis untuk mengikuti dan menjalankan pendidikan Program Studi Pendidikan Ners. 3. Kolonel laut laut (K), dr. Herjuni Herjunia nto, Sp.PD Sp. PD MMRS. selaku Kalakesla K alakesla yang yang tela h memberikan emberika n kese k esempatan mpatan kepa ke padak dakami ami untuk untuk menim menimba ba ilmu ilmu di Lakesla. Lake sla. 4. Letkol Laut (K) dr. Jan Arif Arif Kadar K adarm man, Sp. P. selaku selaku Kabag Ka bag Di Diklitba klitbang ng Lakesla Drs. Med. R. Rijadi Rijadi S., Phys. Phys. Surabaya yang yang senantiasa senantiasa memotivas emotivasii mahasiswa ahasiswa untuk untuk belaja r dan memberikan fasilitas semaksimal mungkin. 5. Mayor Laut Laut (K ), Maedi Maed i, S.Kep. S.K ep. selaku selaku kepala kep ala ruangan ruangan dan pembim pembimb b ing yang senantiasa membimbing dan memotivasi mahasiswa dalam penyelesaian makalah ini. 6. Lai Lailly Hi Hidayati, dayati, S.K S.Kep., ep., Ns Ns., ., M.K M.Kep. ep. selaku pembimb pembimb ing akade ak ademi mik k yang telah tela h memberikan emberika n bim b imbingan bingan dan arahan ara han dalam penyelesaian penyelesa ian makalah ini ini.. 7. Serka Ser ka Taukhid, Taukhid, S.Pd S. Pd.. selaku pem pe mbimb bimb ing ruang r uangan an yang memberikan emberika n bimbingan bimbingan dan arahan ara han dalam penyelesia penyelesian n makalah maka lah ini, ini, dan da n 8. Teman-teman Teman-tema n yang telah bekerja beker ja sama dalam penyelesa penyelesa ian tugas tugas ini. ini.
ii
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang dapat membang un agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik. Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara pribadi dan bagi pembaca.
Surabaya, 08 Maret 2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ..............................................................................................................i Kata Pengantar .....................................................................................................................ii Daftar
Isi..............................................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1 1.2 Rumusa n Masalah .............................................................................................. 2 1.3 Tujuan Penulisa n................................................................................................ 2 1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 6
2.1 Konsep Dasar Penyakit ...................................................................................... 4 2.2 Konsep Dasar Terapi Oksigen Hiperbarik ......................................................... 6 2.3 Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik terhadap Penyakit....................................9 2.4 WOC..................................................................................................................12 2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Oksigen Hiperbarik ......................................... 13 BAB 3 TINJAUAN KASUS ........................................................................................... 17
3.1 Pengkajian ........................................................................................................ 17 3.2 Analisa Data.......................................................................................................22 3.3 Diagnosa Keperawatan......................................................................................24 3.4 Intervensi Keperawatan.....................................................................................24 3.5 Implementasi Keperawatan...............................................................................26 3.6 Evaluasi Keperawatan...................................................................................... 28 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 30
4.1 Kesimpulan.................................................................................................... 30 4.2 Saran............................................................................................................... 31 Daftar Pustaka................................................................................................................. 32
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah
satu penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis.
Osteomielit is
merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang disebabkan oleh invasi mikroorganis me (Solomon, 2001). Di
negara-negara
berkembang
osteomielitis
masih
merupakan
masalah
dalam
bidang orthopedi. Di Indonesia osteomielitis masih merupakan masalah karena tingkat higie nis yang masih rendah, diagnosis yang terlambat, tinggi,
pengobatan osteomielitis
angka kejadian tuberkulosis yang masih
memerlukan waktu lama dan biaya yang tinggi, serta
banyak pasien dengan fraktur terbuka yang datang terlambat dan sudah menjadi osteomyelit is (Ladd A., 2003). Terapi hiperbarik oksigen (HBO2) adalah pengobatan dimana seseorang bernafas dengan 100% O2 saat terkena tekanan atmosfir yang meningkat. Pengobatan HBO 2 dilakuk an di mono chamber (single person) atau multi chamber (biasanya 2 sampai 14 pasien). Tekanan yang diterapkan saat berada di dalam ruang biasanya 2 sampai 3 atmosfir absolut (ATA) , jumlah tekanan atmosfir (1 ATA) ditambah tekanan hidrostatik tambahan yang setara dengan satu atau dua atmosfir (1 atmosfir = tekanan 14,7 pound per inci persegi atau 101 kPa) (Midlands and Unit, 2012). Oksigen di dalam jaringan berperan penting dalam menurunkan faktor penyulit dar i penyembuhan fraktur dan osteomyelitis. Pada pemberian kadar oksigen yang bervariasi telah terbukti terdapat perubahan pembentukan kartilago pada jaringan tulang yang mengala mi hipoksia (Basset, 1961). Salah satu upaya vascular control yang sedang dikembangkan untuk mengatas i osteomyelitis tersebut yaitu dengan pemberian terapi hiperbarik oksigen (HBO). Terapi hiperbarik
oksigen adalah terapi dimana penderita harus berada dalam suatu ruangan
bertekanan tinggi dan berbapas dengan oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar daripada udara atmosfir normal, yaitu sebesar 1 ATA (Atmosfer Absolut) sama denga n 760mmHg. Pemberian oksigen tekanan tinggi unuk terapi dilaksanakan dalam chamber atau RUBT (Ruang Udara Bertekanan Tinggi) (Lakesla, 2009).
1
Terapi
HBO dapat meningkatkan
proses penyembuhan
osteomyelitis
dengan
menurunkan tingat penyebaran infeksi sehingga mencegah timbulnya proses inflama s i kemudian pembentukan pembuluh darah baru dan peningkatan aktivitas osteoclust dapat menginisiasi pencegahan iskemi dan nekrosis pada jaringan tulang dan daerah sekitar lesi sehingga proses penyembuhan luka, penyambungan integritas jaringan kulit serta remodelling jaringan tulang baru dapat terjadi. Berdasarkan mekanisme tersebut, penulis ingin melakuk an asuhan keperawatan pada Asuhan Keperawatan Oksigen Hiperbarik Ke 5 Pada Ny. E Dengan Diagnosa Medis Post Craniotomy e.c Osteomyelitis Di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi S., Phys. Surabaya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana
asuhan keperawatan pada Ny. E dengan diagnosa
medis Post
Craniotomy e.c Osteomyelitis dengan terapi HBO
1.3 Tujuan 1.3.1
Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien Post Craniotomy e.c Osteomyelitis melalui pendekatan proses keperawatan dengan terapi hiperbarik Di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi S., Phys. Surabaya. 1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien Post Craniotomy e.c Osteomyelitis. 2. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan yang sesuai pada pasien Post Craniotomy e.c Osteomyelitis. 3. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien Post Craniotomy e.c Osteomyelitis. 4. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pada pasie n Post Craniotomy e.c Osteomyelitis. 5. Mahasiswa mampu memahami pengaruh terapi hiperbarik terhadap Post Craniotomy e.c Osteomyelitis pada Ny. E
2
1.4 Manfaat 1.4.1
Manfaat teoritis
Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjelaska n pengaruh terapi hiperba rik terhadap Osteomyelitis pada Ny. E sehingga dapat mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah yang berhubungan
dengan intervensi
keperawatan terhadap pasien
Osteomyelitis. 1.4.2
Manfaat praktis
1. Penulis Asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai informasi bahwa terapi hiperbarik sebagai terapi komplementer yang memiliki tingkat keefektifan terhadap vaskularisasi Post Craniotomy e.c Osteomyelitis. 2. Lakesla Asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai kumpulan informasi tenta ng kondisi pasien Post Craniotomy e.c Osteomyelitis yang diberikan terapi hiperbarik.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit 2.1.1
Osteomyelitis Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh) (Reeves, 2001). Menurut Ros (1997), osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Osteomyelitis
biasanya
merupakan infeksi bakteri, tetap i
mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan
osteomyelitis
jika merek a
menginvasi tulang. Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh infeks i lokal
akut atau trauma
tulang,
biasanya
disebabkan
oleh
escherichia
coli,
staphylococcus aureus, atau streptococcus pyogenes (Tucker, 1998). Jadi pengertian osteomyelitis yang paling mendasar adalah infeksi jaringan tulang yang mencakup sumsum atau kortek tulang yang disebabkan oleh bakteri piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani dengan baik (Price, 1995) 2.1.2
Klasifikasi Osteomyelitis Ada dua macam infeksi tulang menurut Robbins dan Kumar (1995) yaitu :
1. Osteomyelitis piogenik hematogen Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik hematogen terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh bacillus colli. Kecuali salmonela, osteomyelitis hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai suatu penyakit demam sistemik akut yang disertai dengan gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan dan pembengkakan. 2. Osteomyelitis tuberkulosis Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga sendi. Daera h yang sering kena adalah tulang-tulang panjang dari ekstremitas dan tulang belakang. Osteomyelitis tuberkulosis dapat menyebabkan deformitas yang
4
serius (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan perubahan sumbu tulang belakang dari posisi normalnya. 2.1.3
Etiologi Penyebab paling sering adalah Staphylococcus aerus (70% - 80%). Organis me
penyebab yang lain adalah Salmonela streptococcus dan Pneumococcus (Overdoff, 2002). Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan denga n keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupak an akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebab ka n traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena faktor penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001). 2.1.4
Tanda dan Gejala Gejala umum akut seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada tempat tulang yang
terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah yang tertekan kemudian terdapat tanda-tanda abses dengan pembengkakan (Overdoff,2002). 2.1.5
Patofisiologi Osteomyelitis paling sering disebabkan oleh staphylococcus aureus. Organis me
penyebab yang lain yaitu salmonella, streptococcus, danpneumococcus. Metafisis tulang terkena dan seluruh tulang mungkin terkena. Tulang terinfeks i oleh bakteri melalui 3 jalur : hematogen, melalui infeksi didekatnya atau scara langsung selama pembedahan. Reaksi inflamasi awal menyebabkan trombosis, iskemia dan nekrosis tulang. Pus mungkin menyebar ke bawah ke dalam rongga medula atau menyebabkan abses superiosteal. Suquestra tulang yang mati terbentuk. Pembentukan tulang baru dibawah perioteum yang terangkan diatas dan disekitar jaringan granulasi, berlubang oleh sinus-sinus yang memungkinkan pus keluar (Overdoff, 2002, Rose,1997). 2.1.6
Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium
a. Peningkatan laju endap eritrosit b. Lukosit dan LED meningkat 2. Rontgen Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai dua minggu kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikas i pada batang tulang, yang kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan involukrom (Overdoff, 2002). 3. Scan tulang, biasanya sebelum rontgen 5
4. Biopsi tulang, mengidentifikasi organisme penyebab 2.1.7
Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi adalah abses tulang, abses paravertebral/epid ura l,
bakteremia, fraktur, selulitis jaringan lunak, sinus jaringan lunak. 2.1.8
Penatalaksanaan Menurut Boghman
(2000), sasaran awal penatalaksanaan
osteomyelitis
adala h
mengontrol dan memusnahkan proses infeksi. 1.
Imobilisasi area yang sakit Lakukan rendam salin noral hangat selama 20 menit beberapa kali sehari.
2.
Kultur darah Lakukan smear cairan abses untuk mengidentifikasi organisme dan memili h antibiotik.
3.
Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu
4.
Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol: teruskan selama 3 bulan
5.
Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik. Pertahank an terapi antibiotik tambahan.
2.2 Konsep Das ar Terapi Oksigen Hiperbarik 2.2.1
Terapi Oksigen Hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik atau hyperbaric oxygen therapy adalah terapi medis dimana pasien berada dalam suatu ruangan udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber) dan menghirup 100% oksigen yang mana tekanan oksigen tersebut lebih tinggi daripada tekanan udara atmosfir (hingga mencapai 3 ATA) (Oktaria, 2009). Pasien akan terpapar dengan 100% oksigen dalam keadaan tekanan 2 sampai 3 kali atmosphere absolute (ATA), sehingga jaringan terinfeksi dan luka akan terpapar dengan oksigen berkonsentrasi tinggi. Terapi oksigen hiperbarik mempunyai 2 mekanisme
utama,
yaitu
hiperoksigenasi
dan
penurunan
ukuran
gelembung.
Hiperoksigenasi merupakan aplikasi hukum Henry dan hasil peningkatan oksigen terlarut plasma berupa tekanan parsial oksigen arterial. Penurunan ukuran gelembung merupakan aplikasi hukum Boyle bahwa volume gelembung akan turun seband ing dengan meningkatnya tekanan; prinsip ini digunaka n pada tatalaksana ganggua n dekompresi dan emboli gas arteri.
6
Terapi oksigen hiperbarik dilakukan pada ruang hiperbarik yang dibedakan menjadi 2, yaitu ruang hiperbarik monoplace dan multiplace. Ruang monoplace digunaka n untuk terapi satu pasien saja, sedangkan ruang multiplace dapat digunak a n untuk beberapa pasien pada saat bersamaan. Di ruang multiplace, pasien mengguna ka n masker atau penutup kepala untuk memberikan oksigen ke pasien. Di ruang monoplace, pasien tidak perlu menggunakan masker atau penutup kepala karena oksigen langsu ng dialirkan ke ruangan. Protokol paling umum pada tatalaksana kaki diabetes melitus adalah 100% oksigen bertekanan 2-3 atmosfer dalam ruangan hiperbarik selama 90 menit, 20 sampai 30 kali. 2.2.2 Mekanisme
Mekanisme TOHB melalui dua mekanisme yang berbeda. Pertama, bernafas dengan oksigen murni dalam ruang udara bertekanan tinggi (hyperbaric chamber ) yang tekanannya lebih tinggi dibandingkan tekanan atmosfer, tekanan tersebut dapat menekan saturasi hemoglobin, yang merupakan bagian dari sel darah merah yang berfungsi mentransport oksigen yang secara kimiawi dilepaskan dari paru ke jaringan. Bernafas dengan oksigen 100% pada atmosfer yang normal tidak efek pada saturasi hemoglobin. Kedua, di bawah tekanan atmosfer, lebih banyak oksigen gas terlarut dala m plasma. Meskipun dalam kondisi normal transport oksigen terlarut dalam plasma jauh lebih signifikan transportasi
daripada transport oleh hemoglobin, dengan TOHB kontribus i
plasma
untuk
jaringan
oksigenasi
sangat
meningkat.
Sebenarnya,
menghirup oksigen murni pada tiga kali yang normal atmosfer. Hasil tekanan dala m peningkatan 15 kali lipat dalam konsentrasi oksigen terlarut dalam plasma. Itu adalah konsentrasi yang cukup untuk memasok kebutuhan tubuh saat istirahat bahkan dalam total tidak adanya hemoglobin. Sistem kerja TOHB, pasien dimasukkan dalam ruangan dengan tekanan lebih dari 1 atm, setelah mencapai kedalaman tertentu disalurka n oksigen murni (100%) kedalam ruang tersebut. Ketika kita bernapas dalam keadaan normal, udara yang kita hirup komposisinya terdiri dari hanya sekitar 20% adalah oksigen dan 80%nya adalah nitrogen. Pada TOHB, tekanan udara meningkat sampai dengan 2 kali keadaan nomal dan pasien bernapas dengan oksigen 100%. Pemberian oksigen 100% dalam tekanan tinggi, menyebabkan tekanan yang akan melarutkan oksigen kedalam darah serta jaringan dan
7
cairan tubuh lainnya hingga mencapai peningkatan konsentrasi 20 kali lebih tinggi dar i normal. Oksigenasi
ini
dapat memobilisasi
penyembuhan
alami
jaringan,
ha l
ini merupakan anti inflamasi kuat yang merangsang perkembangan pembuluh darah baru, dapat membunuh bakteri dan mengurangi pembengkakan. 2.2.3 Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik
1. Kelainan atau penyakit penyelaman Terapi HBO digunaka n
untuk
kelainan
atau penyakit
penyelaman
seperti
dekompresi, emboli gas dan keracunan gas. 2. Luka penderita kencing manis Luka pada penderita kencing manis merupakan salah satu komplikas i yang paling ditakuti karena sulit disembuhkan. Paling sering terjadi pada kaki dan disebabk an oleh bakteri anaerob. Pemberian terapi HBO dapat membunuh bakteri tersebut dan mempercepat penyembuhan luka. 3. Sudden Deafness Sudden Deafness adalah penyakit tiba-tiba tuli atau tidak mendengar, hal ini bisaterjadi karena infeksi (panas terlebih dahulu), bunyi-bunyian
yang keras
atau penyebab lain yang tidak diketahui. Dengan melakukan terapi hiperbarik oksigendapat segera sembuh atau terhindar dari tuli permanen. 2.2.4 Indikasi
Hiperbarik dapat memiliki beberapa manfaat untuk mengobati penyakit akibat penyelaman dan kegiatan kelautan: -
Penyakit Dekompresi
-
Emboli udara
-
Luka bakar
-
Crush Injury
-
Keracunan gas karbon monoksida (CO)
Terdapat beberapa pengobatan tambahan, yaitu: -
Gas gangren
-
Komplikasi diabetes mellitus (gangren diabeticum)
-
Eritema nodosum
-
Osteomyelitis
-
Buerger’ s diseases
-
Morbus Hansen 8
penyakit -
-
Psoriasis vulgaris
-
Edema serebral
-
Scleroderma
-
Lupus eritematosus (SLE)
-
Rheumatoid artritis
Terdapat pula pengobatan pilihan, yaitu: -
Pelayanan kesehatan dan kebugaran
-
Pelayanan kesehatan olahraga
-
Pasien lanjut usia (geriatri)
-
Dermatologi dan kecantikan
2.2.5 Kontraindikasi
Kontraindikasi Kontraindikasi
TOHB
absolut yaitu
terdiri penyakit
dari
kontraindikasi
pneumothora x
absolut dan
yang
relatif.
belum ditanga ni.
Kontraindikasi relatif meliputi keadaan umum lemah, tekanan darah sistolik lebih dari 170 mmHg atau kurang dari 90 mmHg, diastole lebih dari 110 mmHg atau kurang dari 60 mmHg, demam tinggi lebih dari 38 o C, ISPA, sinusitis, Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup), penyakit asma, emfisema dan retensi C O2, infeksi virus, infeks i kuman aerob seperti TBC, lepra, riwayat kejang, riwayat neuritis optik, riwayat operasi thorax dan telinga,
wanita
hamil,
penderita
sedang kemoterapi seperti
terap i
adriamycin, bleomycin.
2.3 Pengaruh Oksigen Hiperbarik terhadap Penyakit
Berdasarkan penelitian tahun 1960-an, penelitian dan kenyataan klinis menyatakan bahwa pada luka selalu terdapat hipoksia, dan bahwa adanya oksigen merupakan faktor yang menentukan dalam proses penyembuhan luka dan factor penting dalam pertahanan terhadap infeksi. Pembentukan
jaringan kolagen oleh fibroblast
merupakan dasar dari proses
penyembuhan jaringan, karena kolagen adalah protein penghubung (connective protein) yang mengikat jaringan-jaringan yang terpisah menjadi satu. Apabila sel dibiark an anoksik, maka suatu polipeptida precursor kolagen menumpuk di dalam sel, namun tak ada kolagen yang dilepaskan. Bilamana oksigen diberikan lagi, maka kolagen dibentuk dalam kecepatan tinggi. Selain itu jika suplai oksigen meningkat rasio RNA / DNA dalam jaringan
meningkat
menunjukkan
adanya
penambahan
pembentukan
“rough
endoplasmic reticulum” dari sel-sel luka dan differensiasi sel makin tinggi tingkatnya. 9
Namun, peningkatan tekanan oksigen local dalam waktu yang lama melebihi batas optimum menghambat penyembuhan yang kemungkinan disebabkan efek toksik oksigen maka dari itu diberikan tekanan oksigen yang tidak melebihi 3 ATA. 2.3.1 Pengaruh Terapi Hiperbarik terhadap Osteomyelitis
Beberapa penulis mengataka n bahwa oksigen di dalam jaringan berperan penting
dalam
menurunkan
faktor
penyulit
dari penyembuhan
fraktur
dan
osteomyelitis. Pada pemberian kadar oksigen yang bervariasi telah terbukti terdapat perubahan pembentukan kartilago pada jaringan tulang yang mengalami hipoksia (Basset, 1961). Pengurangan tekanan barometrik ke 375 mmHg menyebabkan penguranga n tekanan parsial O2 ambien, dari 159 mmHg menjadi
79 mmHg menyebabkan
penurunan penyembuhan fraktur pada tikus. Kemudian, terjadi penurunan sinte sis matriks kolagen begitu juga dengan mineralisasi yang disebabkan oleh hipok sia jaringan. Hasil serupa ditunjukkan dengan cara autoradiografi, di mana tikus mener ima oksigen hiperbarik (HBO) menunjukkan peningkatan pada semua fase perbaika n fraktur (Andel, 1998). Chen et.al mengataka n bahwa HBO memiliki
manfaat
yang bermakna
disamping tindakan debridemen bedah yang memadai dan pilihan antibiotik yang tepat untuk osteomielitis kronis pada femur. Rangkaian kasus mereka terdiri dari 13 pasie n yang menjalani rata- rata 4.6 operasi, berusia rata-rata 40 tahun (kisaran: 21- 61 tahun). Dari kasus yang diamati menunjukkan bahwa pada pasien yang memiliki tingkat keberhasilan bedah yang rendah, mungkin mendapat manfaat dari terapi awal HBO, sehingga
pengobatan
HBO bermanfaat
sebagai alat untuk
menunda
tindakan
pembedahan (Chen et.al , 2003) Penelitian Ahmed et.al pada pasien dengan osteomyelitis tulang belakang yang menjalani terapi HBO dan memiliki banyak faktor risiko penyembuhan yang buruk menunjukan penyembuhan infeksi pada lima dari enam pasien. Mereka menyimpulk a n bahwa terapi HBO mungkin merupakan modalitas yang efektif sebagai pengobatan tambahan terhadap terapi medis dan tindakan bedah pada pasien dengan osteomielit is tulang belakang yang kambuh (Ahmed et.al , 2009). Yu et.al juga meneliti penggunaan HBO sebagai pengobatan tambahan untuk infeksi sternal dan osteomielitis setelah operasi sternotomi dan kardiotoraks. Analis is retrospektif ini membandingkan enam pasien yang menjalani HBO dengan enam yang tidak. Mereka melaporkan tidak ada komplikasi terkait pengobatan HBO. Perbandinga n 10
data antara dua kelompok studi menunjukkan bahwa lama tinggal di ICU (8,7 ± 2,7 hari vs 48,8 ± 10,5 hari, p <0,05), durasi invasif (4 ± 1,5 hari vs 34,8 ± 8,3 hari, p < 0,05) dan ventilasi tekanan non-invasif (4 ± 1,9 hari vs 22,3 ± 6,2 hari, p <0,05), secara signifikan lebih rendah pada pasien dengan terapi HBO2 tambahan, dibandingk a n dengan pasien tanpa terapi HBO2. Kematian di rumah sakit juga secara signifikan lebih rendah pada pasien yang menerima terapi HBO2 (p <0,05), dibandingkan dengan pasien tanpa terapi HBO2 (Yu et.al , 2011). Berdasarkan penelitian Chen (2003), terapi HBO meningkatkan tekanan oksigen di jaringan dan meningkatkan proses penyembuhan tulang dan juga soft tissue yang telah mengalami iskemik. Mikroorganisme yang paling banyak menular adalah Staphylococcus aureus. Infeksi campuran biasanya ditemukan pada pasien dengan fraktur terbuka. Jumlah operasi rata- rata sebelum terapi HBO adalah 5,4 termasuk jaringan lunak rekonstruksi pada 11 pasien. Jumlah rata-rata perawatan HBO adalah 33,6 kali. Tidak ada komplikasi terkait HBO. Tidak kambuh Infeksi terjadi pada 11 pasien,
yang menghasilkan
tingkat
keberhasilan
79%. Mekanisme
yang telah
menyebabkan proses ini antara lain: 1. HBO dapat meningkatkan kadar oksigen di jaringan 2. HBO meningkatka n kemampuan fagositos is leukosit di tulang dan luka yang memiliki kadar oksigen yang rendah 3. Kadar oksigen yang optimal meningkatkan proses osteogenesis dan angiogenes is untuk mengisi dead space dengan pembuluh darah atau jaringan tulang 4. HBO meningkatkan aktivitas osteoclast untuk menghilangkan debris dari tulang yang mengalami nekrosis dan menghambat pertumbuhan organisme anaerob pada jaringan yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Terapi HBO dapat meningkatkan proses penyembuhan osteomyelitis dengan menurunkan tingat penyebaran infeksi sehingga mencegah timbulnya proses inflama s i kemudian pembentukan pembuluh darah baru dan peningkatan aktivitas osteoclust dapat menginisiasi pencegahan iskemi dan nekrosis pada jaringan tulang dan daera h sekitar lesi sehingga proses penyembuhan luka, penyambungan integritas jaringan kulit serta remodelling jaringan tulang baru dapat terjadi.
11
2.4 WOC Proses penuaan, luka tekan, trauma jaringan lunak, trauma luka tembus, nekose berhubu gan dengan keganasan,terapi raddiasi serta
Fraktur, Prosedur operasi, luka tusuk yang melukai tulang
luka bakar
Straphylococcus aureus
Kuman masuk
Metafisis tulang
Reaksi Inflamasi Pengobatan dengan terapi oksigen hiperbarik
Pertahanan tubuh menurun
Operasi/pembedahan
Kerusakan jaringan tulang
Infeksi berlebihan Abses tulang Nekrosis tulang, pembentukan squest rum Perubahan bentuk Fungsi tulang menurun Kemampuan melakukan gerakan menurun
Terputusnya kontinuitas jaringan
Insisi pembedahan
Gerak terbatas
Merangsang saraf mieline
Kuman masuk
Imobilisasi
Nyeri
Pertahanan sekunder menurun
Gangguan mobilitas fisik
Kurang pengetahuan Masuk ruang sempit bertekanan
anxietas
MK: Nyeri
Masuk runag udara bertekanan t inggi
Perubahan tekanan udara pada ruangan Resiko barotrauma
Kadar O2 dalam jaringan Proses osteogenesis dan angiogenesis Pengisian dead space oleh pembuluh darah atau jaringan tulang
Abses
Aktivitas ost eoclast
MK: Risiko Infeksi
Pertumbuhan organisme anaerob pada jaringan
12
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Terapi Oksigen Hiperbarik 2.5.1 Pengkajian
1. Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, no. RM, dan diagnosa medis. 2. Keluhan utama Keluhan yang muncul merupakan keluhan klinis osteomyelitis, alasan mengguna ka n terapi hiperbarik. Biasanya klien mengeluh nyeri pada tulang atau sendi yang terluka. Keluar pus atau nanah pada luka. 3. Riwayat penyakit sekarang Mengkaji perjalanan penyakit secara detail mulai dari kapan terjadinya osteomyelit is, hingga dilakukan terapi hiperbarik oksigen, serta berapa kali ke hiperbarik dan apak ah melakukan kunjungan hiperbarik secara rutin dan berkala. 4. Riwayat penyakit dahulu Mengkaji penyakit yang pernah dialami klien yang mungkin menjadi kontraindik as i terapi HBO. 5. Pemeriksaan fisik a. Status kesehatan umum
Keadaan umum
Tanda-tanda vital
b. ROS (Review of System)
B1 (Breath)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
6. Pengkajian pra HBO a. Observasi tanda-tanda vital b. Auskultasi paru-paru c. Kaji adanya tanda-tanda flu d. Tes pada pasien keracunan CO/ Oksigen. e. Uji ketajaman penglihatan. f. Observasi cedera tulang umum dalam luka trauma.
13
g. Kaji tingkat nyeri h. Kaji status nutrisi i. Semua zat yang mengandung minyak/alkohol (kosmetik, hair spray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne, parfum) dilarang karena berpotensi memicu bahaya kebakaran dalam ruang oksigen hiperbarik. j. Pasien harus melepas semua perhiasan, lensa kontak, alat bantu dengar k. Menggunakan pakaian berbahan katun 100% untuk mencegah timbulnya listrik statik ketika bergesekan l. Untuk antisipasi claustrophobia, premedikasi dengan obat- obatan anti kecemasa n diberikan minimal 30 menit sebelum memulai pengobatan. 7. Pengkajian intra HBO a. Pantau adanya tanda-tanda dan gejala barotrauma, keracunan oksigen dan komplikas i/efek samping yang biasa ditemui dalam HBOT. b. Mendorong pasien untuk menggunaka n teknik valsava maneuver yang paling nyaman. c. Mengingatka n pasien bahwa valsava maneuver hanya digunakan pada saat proses dekompresi, setelahnya pasien hanya perlu bernapas normal (tidak menahan napas). d. Jika pasien mengalami nyeri ringan sampai sedang, hentikan dekompresi hingga nyeri reda. Jika nyeri ringan sampai sedang tidak mereda, pasien harus dikeluarkan dari ruang dan diperiksa oleh dokter THT. e. Untuk mencegah barotrauma GI, ajarkan pasien bernafas secara normal (janga n menelan udara). f. Pantau adanya claustrophobia. g. Segera periksa gula darah jika terdapat tanda-tanda hypoglycemia 8. Pengkajian post HBO a. Untuk pasien dengan tanda-tanda barotrauma, lakukan uji ontologis. b. Tes gula darah pada pasien IDDM. c. Lakukan penilaian status neurovaskular dan luka pada pasien d. Pasien
yang
mengkonsumsi
obat
anti
ansietas
selama
mengemudikan alat transportasi atau menghidupkan mesin. e. Dokumentasikan tindakan dan kondisi pasien pasca HBOT
14
terapi
dilarang
2.5.2
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik. 2. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir meningkat. 3. Resiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan peralatan , kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis 2.5.3
Intervensi Keperawatan
1. Resiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik. Tujuan & Kriteria Hasil Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam, pasien tidak mengalami barotrauma telinga, sinus gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral Kriteria hasil: 1. Pasien tidak mengeluh nyeri pada telinga, sinus gigi dan paru paru 2. Tidak ada tanda-tanda barotrauma
1.
2. 3. 4. 5.
6. 7.
Intervensi Sebelum terapi dimulai ajarkan pada pasien tentang teknik valsava maneuver dengan cara menelan ludah, mengunyah, minum, atau menutup hidung lalu hembuskan. Kaji kemampuan pasien melakukan teknik valsava maneuver. Ingatkan pasien untuk bernapas dengan normal selama perubahan tekanan, Anjurkan pasien untuk melapor jika merasakan sakit di telinga Beritahukan operator ruang multiplace jika ada pasien yang tidak dapat menyesuaik a n persamaan tekanan. Monitor tanda-tanda dan gejala barotrauma hingga terapi selesai Dokumentasikan hasil pengkajian
2. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir meningkat. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Tujuan: 1. Kaji kondisi pasien sebelum terapi Setelah dilakukan tindak an 2. Pantau kondisi pasien saat terapi berlangsung keperawatan selama 1 x 2 jam, dan dokumentasikan tanda dan gejala dari diharapkan tidak terjadi keracunan oksigen pada sistem saraf pusat keracunan oksigen 3. Beritahukan kepada dokter hiperbarik jika Kriteria hasil: terdapat tanda-tanda keracunan oksigen pada 1. Pasien tidak mengeluh pasien pusing 2. Pasien tidak mengatakan penglihatan kabur 3. Tidak ada mual
15
3. Resiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis Tujuan & Kriteria Hasil Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam, pasien terhindar dari cidera Kriteria hasil: 1. Tidak terjadi kebakaran 2. Pasien keluar chamber dengan kondisi aman 3. Tidak ditemuka n cidera pada tubuh pasien
Intervensi
1. Bantu pasien masuk dan keluar dari ruang dengan tepat 2. Jelaskan prosedur pencegahan kebakaran sesuai kebijakan yang ditentukan dan prosedur 3. Beritahukan kepada pasien terkait barang-barang yang tidak boleh dibawa ke dalam chamber 4. Amankan peralatan di dalam ruang sesuai dengan kebijakan dan prosedur 5. Pantau peralatan untuk perubahan tekanan dan volume 6. Monitor adanya udara di IV linedan tekanan tub ing line invasif. udara semua harus dikeluarkan dar i tabung, jika ada. 7. Dokumentasikan bahwa semua lini invasif terbebas dari udara terutama saat chamber diberikan tekanan dan setelah diberikan tekanan
16
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1
Pengkajian
Tanggal Pendaftaran
: 01-03-2018
Jam Pendaftaran : 09.05 WIB
Tanggal Pengkajian
: 06-03-2018
No. RM
Jam Pengkajian
: 09.15 WIB
Diagnosa Masuk : Post Craniotomy ec Osteomyelitis
Terapi HBO Ke
:5
:xxxxx
Identitas
1. Nama Pasien : Ny. E 2. Umur
: 44 Tahun
3. Suku/Bangsa
: Jawa
4. Pendidikan
: SLTA
5. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
6. Alamat
: Wiyung
Keluhan Utama
DCS
:-
Klinis
: Terdapat jahitan post craniotomy dibagian kepala sebelah kiri dan mengeluarkan cairan.
Kebugaran
:-
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien rujukan dari bedah saraf post craniotomy tanggal 13 februari 2018 . Luka operas i mengeluarka n cairan nanah, cairan keluar terus menerus dengan jumlah pengeluara n ±2
17
cc tanpa mengeluarka n bau khas pus. Kemudian dibawa ke LAKESLA Surabaya untuk terapi hiperbarik. Pasien rutin mela kukan perawatan luka di LAKESLA Surabaya dan juga minum obat secara teratur sesuai advis dokter. Saat ini pasien melakukan terapi hiperbarik ke- 5, mengalami perubahan berupa berkurangnya pengeluaran cairan pada luka operasi di terapi ke-4. Terapi pertama dilakukan pada tanggal 01 Maret 2018. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Terapi HBO Pernah Dirawat
:
Ya
Tidak
Kapan : -
Keluhan Saat Itu
: DCS
Klinis
Kebugaran
2. Riwayat Penyakit Kontraindikasi Absolut Pneumothoraks
:
Sudah Diterapi
Belum Diterapi
Keterangan: Relatif ISPA
Keterangan: -
Sinusitis Kronis
Keterangan: -
Kejang
Keterangan: -
Emphisema + Retensi O2
Keterangan: -
Panas Tinggi
Keterangan: -
Pneumothorak Spontan
Keterangan: -
Operasi Dada
Keterangan: -
Operasi Telinga
Keterangan: -
Kerusakan Paru Asimptomatik Keterangan: Infeksi Virus
Keterangan: -
18
Spherositosis Kongenital
Keterangan: -
Neuritis Optik
Keterangan: -
Pemerikasaan Fisik 1. Keadaan Umum
Kesadaran :
Composmentis
Apatis
Somnolen
Sopor
Koma 2. Tanda-Tanda Vital
S: 36,5◦C
N :86
TD:110/70 mmHg
RR : 20x/menit
3. Keadaan Fisik
Kepala
: Terdapat luka post craniotomy di kepala sebelah kiri
Mata
: Tidak ada gangguan penglihatan
Telinga
: Tidak ada gangguan pendengaran
Hidung
: Tidak ada gangguan penciuman
Tenggorokan
: Tidak ada gangguan menelan
4. Sistem Neurologis
GCS
:Mata: 4
Verbal: 5
Keluhan Pusing
: Ya
Tidak
P
:-
Q
:-
R
:-
S
:-
T
:-
Lain-Lain
:-
Psikomotor: 6
5. Sistem Pernapasan
Keluhan
: Sesak
Nyeri Waktu Nafas
19
Orthopnea
Batuk
: Produktif
Tidak Produktif
Sekret
:-
Konsistensi
:-
Warna
:-
Bau
:-
Irama Nafas
: Teratur
Tidak Teratur
Alat Bantu Nafas
:
Ya
Tidak
Keterangan : -
Penggunaan WSD
:
Ya
Tidak
Keterangan : -
Tracheostmi
:
Ya
Tidak
Keterangan : -
Lain-Lain
:-
6. Sistem Kardiovaskuler
Irama jantung
:
CRT
:< 2 detik
Akral
: Hangat Pucat
Nyeri Dada
: Ya
Lain-Lain
:-
Reguler
Ireguler
Kering
Merah
Basah
Panas
Dingin
Tidak
Keterangan : -
7. Sistem Pencernaan
Mulut
:
Bersih
Kotor
Berbau
Membran Mukosa
:
Lembab
Kering
Stomatitis
Tenggorokan
: Sakit Menelan
Sulit Menelan
Peristaltik
:
BAB
: Terakhir Tanggal
Konsistensi
: Keras
Lunak
Cair
Diit
: Padat
Lunak
Cair
Nafsu Makan
: Baik
Menurun
Frekuensi
Porsi Makan
: Habis
Tidak
Keterangan
Pembesaran Tonsil
: 06- 03- 2018
20
Lendir/Darah
: 3x/hari :-
Lain-Lain
:-
8. Sistem Perkemihan
Keluhan Kencing :
Ada
Tidak Keterangan
Perkemihan
:
Spontan
Produksi Urine
: ± 300 ml/hari
Lain-Lain
:-
Alat bantu
:Sebutkan
Warna: Kuning Bau :
:-
9. Sistem Muskuloskletal
Pergerakan sendi : Kekuatan Otot
Bebas
:
Terbatas
5 5 5 5
Kelainan Ektremitas :
Ya
Tidak Keterangan : -
Spalk/Gips
Ya
Tidak Keterangan : -
Lain-Lain
: :-
10. Sistem Integumen
Pitting Edema
: Ada
Tidak Grade :
Luka Ganggren
:
Tidak
Ada
Jenis :
Lama
Luas
: cm
Kedalaman : cm
Lain-Lain
:-
21
:
Warna : putih Infeksi :
Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Ekg, Usg, dll)
-
Tidak terdapat data
Tabel KindWall
DATA TAMBAHAN LAIN
Tidak terdapat data 3.2
Analisis Data Data
Etiologi
DS :
Insisi pembedahan
Terdapat
luka
craniotomy
di
post bagia n
Kuman masuk
kepala sebelah kiri. Luka mengeluarkan
cairan
tetapi
sudah
sekarang
berkurang.
Pertahanan sekunder menurun Abses
DO : -
Luka berlubang di
MK: Risiko Infeks i
bagian luka bekas operasi. -
Balutan luka tampak sedikit basah
22
Masalah Keperawatan
MK : Risiko Infeksi
Data
DS : -
Etiologi
Masalah Keperawatan
Terapi HBO
MK : Risiko barotrauma
DO : - peningkatan tekanan diatas 1 ATA
ke telinga, sinus, gigi, Peningkatan tekanan diatas 1 ATA
dan paru-paru, atau gas emboli serebral
- TD 110/70 mmHg Perubahan tekanan udara di dalam RUBT
Risiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral DS : DO : - Pemberian oksigen
Terapi HBO Peningkatan tekanan diatas
MK : Risiko keracunan oksigen
1 ATA
murni 100% selama ±90 menit
Pemberian oksigen 100%
- TD 110/70 mmHg Risiko keracunan oksigen DS: -
Terapi HBO
DO: -
Klien masuk dalam ruang bertekanan > 1 ATA
-
Ruang bertekanan tinggi dan memiliki kadar oksigen tinggi
Ruang terapi hiperbarik memiliki
Memicu percikan api,
kadar oksigen tinggi
ledakan/kebakaran
hingga sensitive terhadap percikan api
Risiko Cidera
3.3 Diagnosa Keperawatan
23
Risiko Cidera
1. Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder menurun 2. Risiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik. 3. Risiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir meningkat. 4. Risiko cidera berhubungan dengan ledakan peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis 3.4 Intervensi Keperawatan No.
1
2
Diagnosa Keperawatan (Tujuan, Kriteria Hasil) Risiko Infeksi berhubungan denga n pertahanan sekunder menurun. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 2 jam, risiko infeks i dapat terkontrol dengan kriteria hasil : - Tidak ada tanda-tanda infeks i seperti tumor, calor, dolor, rubor, functiolaesa. - Tanda-tanda vital dalam batas normal (TD : ≤120/≤80 mmHg, Suhu: 36 o C -37,5o C,) - Leukosit dalam batas normal (4000-10.000/mm3 ) Risiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 2 jam, pasien tidak mengalami barotrauma telinga, sinus gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral Kriteria hasil: 1. Pasien tidak mengeluh nyeri pada telinga, sinus gigi dan paru-paru 2. Tidak ada tanda-tanda barotrauma
24
Intervensi
1. Observasi tanda dan gejala infeksi 2. Pertahankan lingkungan tetap bersih 3. Anjurkan klien mengkons ums i nutrisi yang tepat 4. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka: menjaga luka tetap kering, tidak terkena air. 5. Anjurkan klien untuk rutin kontrol melakukan perawatan luka
1. Sebelum terapi dimulai ajarkan pada pasien tentang teknik valsava maneuver dengan cara menelan ludah, mengunyah, minum, atau menutup hidung lalu hembuskan. 2. Kaji kemampuan pasien melakukan teknik valsava maneuver. 3. Ingatkan pasien untuk bernapas dengan normal selama perubahan tekanan, 4. Anjurkan pasien untuk melapor jika merasakan sakit di telinga 5. Beritahukan operator ruang multiplace jika ada pasien yang
No.
3
4
Diagnosa Keperawatan (Tujuan, Kriteria Hasil)
Intervensi
tidak dapat menyesuaikan persamaan tekanan. 6. Monitor tanda-tanda dan gejala barotrauma hingga terapi selesai 7. Dokumentasikan hasil pengkajian Risiko keracunan oksigen b/d 1. Kaji kondisi pasien sebelum pemberian oksigen 100% selama terapi tekanan atmosfir meningkat 2. Pantau kondisi pasien saat terapi Tujuan: berlangsung dan Setelah dilakukan tindakan dokumentasikan tanda dan keperawatan 1 x 2 jam, diharapkan gejala dari keracunan oksigen tidak terjadi keracunan oksigen pada sistem saraf pusat Kriteria hasil: 3. Beritahukan kepada dokter 1. Pasien tidak mengeluh pusing hiperbarik jika terdapat tanda2. Pasien tidak mengatakan tanda keracunan oksigen pada penglihatan kabur pasien 3. Tidak ada mual Risiko cidera yang b/d ledakan peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x2 jam , pasien terhindar dari cidera Kriteria hasil: 1. Tidak terjadi kebakaran 2. Pasien keluar chamber dengan kondisi aman 3. Tidak ditemukan cidera pada tubuh pasien
25
1. Bantu pasien masuk dan keluar dari ruang dengan tepat 2. Jelaskan prosedur pencegahan kebakaran sesuai kebijakan yang ditentukan dan prosedur 3. Beritahukan kepada pasien terkait barang-barang yang tidak boleh dibawa ke dalam chamber 4. Amankan peralatan di dalam ruang sesuai dengan kebijakan dan prosedur 5. Pantau peralatan untuk perubahan tekanan dan volume 6. Monitor adanya udara di IV linedan tekanan tubing line invasif. udara semua harus dikeluarkan dari tabung, jika ada. 7. Dokumentasikan bahwa semua lini invasif terbebas dari udara terutama saat chamber diberikan tekanan dan setelah diberikan tekanan
3.3
Implementasi Keperawatan Hari/ Tanggal Selasa,
No Dx.
06
1
1. Mempertahankan lingkungan tetap bersih
Maret
1,2,3,4
2. Membina hubungan saling percaya dengan
Jam
09.00
2018
Tindakan Keperawatan
Pre HBO
pasien 1,2
3. Mengkaji kondisi pasien sebelum terapi
1,2
4. Melakukan observasi tekanan darah pasien
2
5. mengajarkan pasien tentang teknik valsava maneuver dengan cara menelan ludah, mengunyah, minum, atau menutup hidung lalu hembuskan.
2
6. Mengkaji kemampuan pasien melakukan teknik valsava maneuver.
4
7. Menjelaskan prosedur pencegahan kebakaran sesuai kebijakan yang ditentukan dan prosedur
4
8. Memberitahukan kepada pasien terkait barang-barang yang tidak boleh dibawa ke dalam chamber
4
9. Membantu pasien masuk ke chamber dengan hati-hati
26
Hari/ Tanggal
No Dx. 4
Jam
09.30
Tindakan Keperawatan
Intra HBO 1. Mengingatkan kembali kepada pasien terkait barang-barang yang tidak boleh
2
dibawa ke dalam chamber 2. Mengingatkan pasien untuk bernapas dengan normal selama perubahan
2
tekanan, 3. Mengingatkan melaksanakan
2
kembali valsava
manuver
untuk ketika
tekanan chamber dinaikkan 4. Menganjurkan pasien untuk melapor jika
2
merasakan sakit di telinga 5. Memberitahukan operator ruang multiplace jika ada pasien yang tidak
2
dapat menyesuaikan persamaan tekanan. 6. Memonitor tanda-tanda dan gejala
4
barotrauma hingga terapi selesai 7. Mengamankan peralatan di dalam ruang
4
sesuai dengan kebijakan dan prosedur 8. Memantau peralatan untuk perubahan tekanan dan volume
4
11.30
Post HBO 1. Membantu pasien keluar dari chamber dengan hati-hati
27
Hari/ Tanggal
No Dx. 2
Jam
Tindakan Keperawatan
2. Mendokumentas ikan tanda dan gejala dari barotrauma dan keracunan oksigen pada pasien
3
3. Memberitahukan kepada dokter hiperbarik jika terdapat tanda-tanda keracunan oksigen pada pasien
1
4. Menganjurkan
klien
mengkons ums i
nutrisi yang tepat 1
5. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mencegah timbulnya infeksi pada luka: menjaga luka tetap kering, tidak terke na air.
1
6. Menganjurkan klien untuk rutin kontrol melakukan perawatan luka.
3.4
Evaluasi Keperawatan Selasa, 06 Maret 2018, Pukul 11.30 WIB Diagnosa keperawatan
Risiko berhubungan pertahanan menurun.
Evaluasi Sumatif
Infeksi S : pasien mengatakan pengeluara n cairan pada dengan sekunde r
lokasi jahitan post craniotomy berkurang O : tampak luka jahitan pada bagian temporal sinistra dibalut, dan tampak balutan basah di area pengeluaran cairan. A: risiko infeks i terkontrol
28
Diagnosa keperawatan
Evaluasi Sumatif
P : intervensi dilakukan (rutin dilakukan rawat luka)
dan lanjutkan
terapi
HBO
pada
hari
berikutnya Risiko telinga,
barotrauma sinus,
gigi,
ke S: Pasien mengatakan tidak mengalami nyeri pada dan
bagian telinga
paru-paru, atau gas emboli O: pasien tampak rileks serebral
b/d
perubahan Tidak ada keluar darah pada telinga
tekanan udara di dalam A: Masalah barotrauma tidak terjadi ruang oksigen hiperbarik.
P: Lanjutkan terapi HBO pada hari berikutnya
Risiko keracunan oksigen
S: Pasien mengatakan tidak mengalami pusing, dan
b/d 100%
pemberian selama
atmosfir meningkat
oksigen mual tekanan O: pasien tidak mengalami gangguan pernafas an, tampak pasien rileks, dan tidak mengala mi kejang A: Masalah keracunan gas tidak terjadi P: Lanjutkan terapi HBO pada hari berikutnya
Risiko cidera yang S: berhubungan dengan ledakan peralatan, O: Tidak terjadi ledakan/kebakaran, pasien tidak kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis mengalami cidera fisik, pasien keluar chamber dalam keadaan aman A: Masalah cidera tidak terjadi P: Lanjutkan terapi HBO pada hari berikutnya
29
BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Klien Ny. E (44 tahun) mengalami post craniotomy ec osteomyelitis sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, luka jahitan operasi mengeluarka n cairan nanah. Klien telah menjalani terap i hiperbarik oksigen sejak 01 Maret 2018. Klien telah menjalani terapi oksigen hiperbarik selama 5x. Selama terapi ke 4 mulai ada perubahan, pengeluaran cairan pada luka operasi sudah berkurang. Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada kasus Ny. E (44 tahun) didapatkan diagnosa keperawatan Risiko Infeksi, risiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral, dan resiko keracunan oksigen. Implementasi yang telah dilakukan untuk mengatas i masalah keperawatan tersebut meliputi pre THBO, intra THBO, dan post THBO. Untuk tindakan pada saat pre THBO antara lain mempertahankan lingkunga n tetap bersih, membina hubungan saling percaya dengan pasien, mengkaji kondisi pasie n sebelum terapi, melakukan observasi tekanan darah pasien 90/70 mmHg, mengajarka n pasie n tentang teknik valsava maneuver dengan cara menelan ludah, mengunyah, minum, ata u menutup hidung lalu hembuskan, mengkaji
kemampuan pasien melakukan teknik valsava
maneuver, menjelaskan prosedur pencegahan kebakaran sesuai kebijakan yang ditentukan dan prosedur, memberitahukan kepada pasien terkait barang-barang yang tidak boleh dibawa ke dalam chamber, membantu
pasien masuk ke chamber dengan hati-hati.
Selama terapi
berlangsung tidak ada muncul tanda barotrauma, risiko cidera tidak terjadi, tidak terjadi keracunan oksigen, dan kline keluar chamber dengan aman. Berdasarkan pengalaman Ny.E selama mengikuti terapi dan saat ini terapi yang ke 5 banyak perubahan yang dirasakan. Setelah mengikuti TOHB ke 5 dapat disimpulkan bahwa Ny. E sudah mengalami perubahan yang baik dari sebelumnya saat mulai awal TOHB, yaitu
30
dengan berkurangnya pengeluaran cairan dibagian luka operasi. Terapi OHB pada penderita osteomyelitis
dapat meningkatkan
proses penyembuhan
dengan
menurunkan
tingka t
penyebaran infeksi sehingga mencegah terjadinya proses inflamasi, kemudian pembentukan pembuluh darah baru dan peningkatan aktifitas osteoclast
dapat menginisiasi pencegaha n
iskemi dan nekrosis pada jaringan tulang dan daerah sekitar lesi sehingga proses penyembuha n luka, penyambungan integritas jaringan kulit serta remodeling jaringan tulang baru dapat terjadi. 4.2 Saran
Hasil pengamatan selama praktik profesi di Lakesla Drs. Med. R. Rijadi S., Phys. Surabaya, pada kesempatan ini kami akan menyampaika n beberapa saran untuk perbaika n Lakesla agar kedepannya lebih baik lagi. Adapun saran – saran tersebut, yakni: 1. Bagi Lakesla Drs. Med. R. Rijadi S., Phys. Surabaya 1) Diharapkan menyediakan hand rub dan mengajarkan cuci tangan 6 langkah kepada klien sebelum masuk chamber. 2) Perawat diharapkan
membuat
catatan perkembangan
di Rekam Medis untuk
melengkapi dokumentasi. 3) Kurang tersedianya tempat sampah terdekat di sekitar area hiperbarik. 2. Bagi Mahasiswa Praktik Profesi Universitas Airlangga Diharapkan meningkatkan kompetensinya pada tindakan yang harus dilakukan selama terapi hiperbarik.
31