MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 43
EVALUASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN COMMUNITY DEVELOPMENT PADA INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS Dody Prayogo Prayogo Depart Departemen emen Sosiologi, Fakul Fakultas tas Ilmu lmu Sosi Sosiaal dan Ilmu lmu Poli Polittik , Univer niver sita sitass Indonesia ndonesia, Depok Depok 16424, 16424 , Indonesia ndonesia E -mail: -mail:
[email protected]
Abstrak Pr ogra ogram m corporate social responsibility (CSR) (CSR) dan community development (C development (CD D) tel telah ah menja menjadi k egiata egiatan n wa jib b jib baagi semua semua k or pora porasi si set setelah elah disahka disahkanny nnyaa UU No. ng Per ser ser oan Ter bata batas. s. Khus bagi indu industr i tamb No. 40 Tahun Tahun 2007 ten tenta tang Khusus ba tambaang dan miga migas, pr pr ogra ogram m ini memilik memilik i posisi strategis trategis guna memba membangu ngun r ela elasi r esipr esipr okal kal antara k or pora porasi si denga dengan pema pemangku ngku k epent epentinga ingan ( stakeholder stakeholder )-ny )-nyaa. Berhasil rhasil atau gagalnya lnya pr pr ogra ogram m ini da pat pat turut menentuka menentukan n ³k ea bsaha bsahan n sosia sosial´ k or pora porasi. si. Untuk i tuk itu diper diper lukan ukan eva evaluasi uasi agar d ar da pat pat menu menunjukka njukkan n k elebiha elebihan n dan k ekurang kurangaan pr pr ogra ogram m CSR d SR dan CD yang telah elah dilakuka dilakukan. n. Evaluasi uasi ini sangat ngat pen pentting dilakuka dil akukan n untuk memb tuk membaangu ngun dan menja menjamin r ela elasi yang b ng baaik an antara k or pora porasi si denga dengan pema pemangku ngku k epent epentinga ingan-nya nya. Untuk i tuk itu, tu, arti artik el el ini mema mema parka parkan n hal hal-hal -hal pok po k ok d k dalam eva eval uasi uasi pr pr ogra ogram, m, be berk rk enaa enaan n denga dengan a pa pa (definisi) definisi) dan ba bagaima iman a (met metode) ode) eva evaluasi uasi pr pr ogra ogram m CSR d SR dan CD harus harus dilakuka dilakukan, n, serta serta b baagaima imana implika implikasi si (signifika signifi kansi nsi)) hasil hasil eva evaluasi uasi secara secara bisnis, bisnis, socia social, dan lega legal.
Evaluation of Corporate Social Responsibility and Community Development Programs in Mining and Oil Industries Abstract Cor porat poratee socia social r esponsibilit esponsibility (CSR) (CSR) and and commu communit nit y development developmen t (CD (CD) pr pr ogra ograms ms ar e now now a lega legal r equ equir ement emen t that should be implement implemented by ed by cor cor porat porations ions af t er the th e ena enact ment ment of UU of UU No. No. 40 Tahun Tahu n 2007 wi w ith the the limit limited lia lia bilit bility compa company. Especia specially for for mining mining and oil cor cor porat porations, ions, CSR and a nd CD pr pr ogra ograms ms ar e strategic trategic and significa significant in or der der to to develop good and r ecipr ecipr oca ocal r elat elations ionsh hips be ips betw tween een cor cor porat poration ion and its stakeholder s. s. The The successes or f r f ailur il ur e of th of thee implementat implementation ion of C of CSR and and CD will dir dir ect ectly influ influence ³socia soci al legit legitima imacy´ of th of thee cor cor porat poration. ion. Hence, eva evaluation uation of th of thee pr pr ogra ogram m implementat implementation ion is strategic trategic in or der der to t o assess the the socia soci al per per for for mance of th of thee cor cor porat porations. ions. The The r esu esult of eva evaluation uation is also importa importan nt to t o ensur ensur e the the r elat el ations ionsh hips be ips betw tween een cor cor porat poration ion and its socia soci al stakeholder s. s. In this this r egar egar d, d, this this article article dea deals with the the mea meaning of ev of evaaluation uat ion (definit defini tion) ion), how to t o condu conduct the th e eva evaluation uation (meth method od)), and what is the the implicat implication ion (significa significance) nce) of C of CSR and and CD pr pr ogra ogram, m, socia soci ally, lega legally and commer commer cia cially. Keywords: evaluation method, corporate social responsibility, community development, corporate social performance, social legitimacy 1.
Pendahuluan
Bag Bagaima imana melihat meli hat r ela elasi antara k or pora porasi si denga dengan para para pema pemangku ngku k epent epentinga ingannya nnya, salah satuny atunyaa da pat pat dit ditinjau injau dar i ba bagaima iman a k iner iner ja ja pr pr ogra ogram m corporate social responsibility (CSR) (CSR) atau tangg tanggu ungjawa ngjawa b b sosia sosial k or pora porasi si dan community development (C development (CD D) atau pengemb anga ngan k omu omunita nitass yang dilakuka dilakukan n k or pora porasi. si. Tinggi r endah endahny nyaa k iner iner ja ja pr pr ogra ogram m CSR d SR dan CD tidak idak mutl utlak menj ak menjaamin b min baaik- b k- buruk uruk nya nya r ela elasi k or pora porasipem sipemaangku ngku k epent epentinga ingan, namun dar i k iner iner ja j a ini ter lihat li hat ba bagaima imana k omit omitmen, k ebijaka ebijakan n dan tindaka indakan n k or pora porasi si terhad rhada p pem p pemaangku ng ku k epent epentinga ing an mer mer eka atau khus khususnya snya terhad rhada p k omu omunita nitass ter dekat dekat (Carr (Carr ol, ol, 1999; Stone, Stone, 2001). 2001). Secara ecara te tek nis, nis, eva evaluasi uasi atas atas k iner iner ja ja pr pr ogra ogram m yang telah elah diimplementa diimplementasi sika kan n meru meru paka pakan n sebuah sebuah k eharus harusan mana jemen guna melihat melihat sebera sebera pa pa tep tepat at tu jua juan n yang akan akan dica dica pa pai dan sebera sebera p paa besar besar cca pa paian yang telah elah diha dihasil silka kan n seba sebagai luaran uaran atau p atau pu un hasil hasil dar i pr pr ogra ogram m (Buc Buchhol hholtz tz,, Allen, & Matthe Matthew 1999, 1999, Murray, Murray, 2004; Warhur st, 2001). 2001). Secara ecara bisnis, bisnis, hasil hasil eva evaluasi uasi p pr r ogra ogram m da pat pat digu digunakan akan seba sebagai salah satu sa jia ji an obyekt obyektif if tenta entang ng social social performance k or pora porasi, si, yang k emu emudia dian menja menj adi sangat ngat be ber r manf aat aat un untuk mening tuk meningkatka katkan n
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 44 corporate image dan baha bahan n pert pertimb imbaanga ng an ba bagi calon
invest investor d r dalam mena menanamkan kan moda modalnya lnya (Or (Or litzk litzk y & John, 2001). 2001). Secara ecara sosia sosial, k iner iner ja ja pr pr ogra ogram m CSR d SR dan CD pa pada gilira giliranny nnyaa da pat pat menentuka menen tukan n sebera sebera p paa besar besar social legitimacy ( pener pener imaa imaan n sosia sosial) para para pem pemaangku ngku k epent epentinga ingan, utam utamanya nya k omu omunita nitass sek sek itar , atas atas k omit omitmen, k ehadi hadira ran n dan tindaka indakan n k or pora porasi si secara secara umu m (Prayogo, Prayogo, 2008c 2008c). Dukung ukungaan atau penol atau penolaka akan n sosia sosial terhad rhada p k ehadi hadira ran n k or pora porasi si salah satuny atunyaa sangat ngat ber ber gantung tung p paada ba bagaima imana k omit omitmen dan tindaka indakan n k or pora porasi si terhad rhada p mer mer eka, ka, yang secara secara obyekt obye ktif if d da pat pat ter cer cer min p min pr r ogra ogram m CSR d SR dan CD. Khus Khususnya snya Pad Pad a indu ind ustr i tamb tambaang dan miga migas, p s, pr r ogra ogram m CSR d SR dan CD menja menjadi semak semak in in pent penting dewa dewassa ini seja sejalan denga deng an semak semak in in kuatny perhatiian terhad kuatnyaa perhat rhada p indu industr i ek straktif, traktif, b baaik kar ena ena al alas an pelestar pelestar ian lingku lingkung ngaan mau pu pun alasan lain sepert sepertii HAM (Hak Asasi Man Manusia) sia) serta serta pe per r lindu lindunga ngan hak-hak e hak-hak ek onomi onomi dan polit politik m k masyarakat syarakat loka lokall (Shar ma, Pa blo, & Vr edenbur edenbur g 1999). 1999) . Citra indu industr i tamb ta mbaang yang r elat elatif if ³ buruk buruk ´ di dal am per per sepsi sepsi para para pegi pegiat at NGO NGO ( Non Non-Gover over nment nment Office) ffice) khus khususnya sny a lingku lingkung ngaan, menja menjadi pert pertimb imbaanga ngan pent pen ting ba bagaima im ana k or pora porasi si sena senantiasa beru beru p paaya memper memper ba baik i citra ci tra mer mer eka. ka. Seba ebagai cont contoh, kas kasus strategi trategi bisnis bisnis ³ bruta brutal´ l´ pe peru russahaan ahaan minyak minyak Shell Sh ell terhad rhada p masyarakat syarakat kawas kawasan di Ogoni, Niger iger ia, mengha menghasil silka kan n citra ci tra sangat ngat b buruk uruk te terhad rhada p Shell Shell di seluruh seluruh dunia nia. Bahkan Bahkan Gr een een Peace menempatka menemp atkan n peru perussahaan sebagai k or pora porasi si miga migas ³te buruk ´ ahaan ini seba ³ter buruk sedu sedunia nia set setelah elah salah seora seorang ng aktivis aktivis lingku lingkung ngaan loka lokall dihuku dihukum m gantung tung oleh oleh r ejim ejim ot otiter Nige Niger r ia ak ibat ibat per per lawan mer eka menu menuntut k erus lingkung ngaan awanan mer rusakan akan lingku yang dilakuka dilakukan n oleh oleh Shell. Shell. Ak ibat ibat pe per r ist istiwa ini, Shell Shell harus harus mengu mengu bah bah p para aradigm digmaa bisnisnya bisnisnya denga dengan memba membangu ngun k emba embali sk enar en ar io bisnis io bisnis mengha menghad da pi peru peru b baha ahan n pa panda ndanga ngan masyarakat syarakat dunia nia (Davis, 2002). 2002). R ela elasi antara k or pora porasi si denga dengan pema pemangku ng ku k epent epen tinga ingan mer mer eka ka ji ka ji ul ang seka sekalig ligu us mer mer eka sesua sesuaiikan kan denga dengan peru peru b baha ahan n sosia sosial- polit politik y k yang ter ja jadi b di baaik lo k loka kall mau pu pun mau p au pu un globa global. Citra k or pora porasi si dalam indu industr i tamb tambaang dan miga migas ber ber beda bed a denga dengan indu industr i ja j asa, perk perk ebu ebunan atau manuf aktur sec aktur secara ara um u mu m. Dilihat Dilihat dar i aspek spek ling lingku kung ngaan dan r ela elasinya sinya denga dengan k omu omunita nitass loka lokal, l, citra citra indu industr i tamb tambaang r elat elatif if ³³lebih lebih buruk buruk ´ dar i indu industr i lainnya innya oveleva, 2005). demi k ian ter ja jadi kar ena ena (Yak (Yak oveleva 2005). Hal Hal demik ek sploita sploitasi si sumber mber al a lam dan prakt prakteek ling k lingku kung ngaan yang dilakuka dilakukan n oleh oleh indu industr i ini b ini baanyak nyak bert berten enta tang ngaan denga deng an tu j tu jua uan n pelestar peles tar ian lingku lingkung ngaan dan k epent epen tinga ingan ek onomi onomi masyarakat syarakat loka lokal. l. Oleh leh kar ena enanya nya, untuk memb tuk membaangu ngun ³citra citra b baaik ´ serta serta ³r ela el asi b si baaik ´ denga dengan pema pemangku ngku k epent epentinga ingan mer mer eka, ka, maka penil aka penilaai an k iner iner ja ja CSR d SR dan CD k or pora porasi si dalam indu industr i tamb tambaang dan miga migas menja menj adi sangat ngat pen pentting dilakuka dil akukan. n. Sela elanjut njutny nyaa k iner iner ja j a sosia sosial k or pora porasi si yang ba baik akan akan meningkatka meningkatkan n pelua pel uang ng invest investor baru baru un untuk men tuk menaanamkan kan moda modalnya lnya serta serta mengura mengurangi ngi r esik esik o k or pora porasi si dalam r ela elasi denga deng an pema pemangku ngku k epent epentinga ingan mer mer eka. ka. Secara ecara lebih lebih foku fokuss eva evaluasi uasi p pr r ogra ogram m ditu ditu j juka ukan n untuk memen tuk memenuh uhii pert pertimb imbaanga ngan ³sosia sosi al´ dan ³ bisnis´ ter sebut sebut,, yak ni ni r ela elasi denga dengan pema pemangku ngku k epent epentinga ingan dan citra citra k or pora porasi, si,
sementara pertimbangan ³tek nis´ atau mana jemen hanya melengka pi dua pertimbangan sebelumnya. Dengan melak sanakan pr ogram CSR dan CD secara baik , maka r esik o bisnis atas tekanan dar i pemangku k epentingan sosial terhada p k or porasi akan semak in r endah. Oleh seba b itu, untuk memastikan k or porasi telah melak sanakan pr ogram CSR dan CD secara baik diper lukan evaluasi terhada p pr ogram ter sebut. 2.
Metode Penelitian
Artik el ini meru pakan sebuah pa paran tentang metode tulisan (cara k er ja) dalam melakukan evaluasi pr ogram CSR dan CD, hasil pengalaman langsung dar i sejumlah evaluasi yang telah penulis lakukan hasil sejumlah studi evaluasi di la pangan. Bebera pa hasil studi ter sebut antara lain: ³Evaluasi pr ogram community development Conoco Phillips, K ecamatan Palmatak dan Ter empa, Ka bu paten Natuna, K epulauan R iau´ (2007), ³Evaluasi K ompr ehensif Pr ogram Community Development Pr emier Oil, Ka bu paten Natuna, K epulauan R iau´ (2008), ³Evaluasi Pr ogram Community Development 2008-2009 Pr emier Oil, Ka bu paten Anambas´ (2010), dan ³Studi Evaluasi dan R encana Pengembangan Pr ogram Community Development K onsor sium Industr i Tambang Granit, Ka bu paten Kar imun, K epulauan R iau´ (2010). Dar i hasil studi evaluasi la pangan ter sebut k emudian dirumuskan k embali langkah-langkah k er ja yang telah dilakukan, mulai dar i studi pustaka, pengembangan disain studi, peneta pan fokus su bstansi evaluasi, cara pengumpulan data, cara analisis data serta penar ikan k esimpulan. Dengan demik ian analisis data dilakukan terhada p hasil-hasil la poran studi di atas dengan membandingkan metode antara hasil penelitian satu dengan yang lain, dan k emudian merumuskan k embali langkah-langkah k er ja k eseluruhan. Analisis dilakukan bukan terhadp data hasil penelitian, melainkan langkah k er ja yang telah dilakukan. Untuk itu, ber ikut ini dipa parkan bagaimana langkah-langkah hasil-hasil studi evaluasi ter sebut.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Evaluasi Program. Secara akademik , metode k er ja evaluasi CD sama dengan r iset ilmiah umumnya, hanya dalam evaluasi diber ikan penekanan aspek praktis secara la bih khusus. Artinya, evaluasi pr ogram lebih ditu jukan untuk menilai ca paian k er ja serta bagaimana menyempur nakan pr ogram selanjutnya. Namun demik ian, masalah objektivitas, netralitas, validitas,
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 45 serta r elia bilitas adalah sama dengan penelitian akademik kar ena hasil evaluasi harus obyektif agar a bsah digunakan sebagai dasar k ebijakan pr ogram selanjutnya. Untuk itu, da pat dipa parkan bahwa secara gar is besar metode k er ja da pat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: pertama, melakukan for mulasi disain evaluasi ter masuk meneta pkan var ia bel, indikator dan ukuran serta metode pengumpulan dan analisis data. K edua, melakukan penelitian la pangan dengan sebelumnya membuat
r encana k er ja, meneta pkan sampel, infor man, objek obser vasi dan data sekunder . K etiga, mempr oses, menyelek si dan mera pikan data, baik data kuantitatif mau pun kualitatif. Pada bagian ini juga dilakukan analisis data dan penulisan la poran. Langkah k er ja seperti ini sangat umum dilakukan dalam penelitian la pangan. Namun per bedaannya, su bstansi dan metode dalam evaluasi dirancang secara khusus untuk member ikan penilaian ³ baik- buruk ´ atau ³ berhasil-gagal´ berk enaan dengan k eadaan atau ca paian k er ja pr ogram. Oleh seba b itu, dalam pr oses penilaian ini sangat ditekankan pentingnya etika dan pendekatan yang terandalkan agar hasil evaluasi benar benar . Pengertian evaluasi (evaluation) k era p dibaurkan dengan k onsep sejenis lain seperti monitoring atau appraisal . Dalam praktek nya, k eseluruhan k onsep ter sebut memang saling berkait-erat, namun akan ber beda jika dikaitkan dengan su bstansi yang hendak diukur . Secara k onseptual Dale (2004) membedakan k onsep-k onsep ter sebut. Evaluasi meru pakan u paya menilai k eseluruhan sejumlah hasil dar i sebuah k egiatan atau pr ogram pembangunan. K onsep monitor ing akan lebih spesifik memfokuskan penilaian pada hal tertentu sa ja seperti k eadaan antar waktu saat pr ogram masih dalam pr oses implementasi. Jika didefinisikan, evaluasi meru pakan u paya bagaimana menilai ca paian tertentu sebuah pr ogram atau k egiatan pembangunan, ´...assessing the value of...´. Menilai hasil atau ca paian k egiatan bisa beru pa k egiatan pr oyek atau pr ogram, baik di pertengahan mau pun di akhir pr ogram. Tu juan utama melakukan evaluasi adalah untuk memastikan bahwa pr ogram yang dilakukan ber jalan sebagaimana r encana yang dibuat serta sesuai dengan tu juan akhir yang hendak dica pai. Kar enanya, var ia bel utama yang per lu dinilai dalam evaluasi mengacu k epada var ia bel tu juan pr ogram atau pr oyek dan k emudian mengukur nya sebera pa jauh ca paian pr ogram menurut indikator tu juan dimak sud. Monitoring meru pakan penilaian saat tertentu sa ja atas pr ogram atau pr oyek yang masih sedang ber jalan, ´frequent assessment of output or outcome...´ (Dale, 2004). Monitor ing meru pakan penilaian berk elanjutan atas pr oyek atau pr ogram yang sedang ber jalan, bisa setia p tr iwulan, semester , atau tahunan, untuk memastikan implementasi dan alokasi resource ber jalan sebagaimana r encana dan jadwal. Ada pun appraisal meru pakan penilaian atas pr oposal atau usulan k egiatan, da pat beru pa pr oyek atau pr ogram, berk enaan dengan a pakah usulan ter sebut layak dik er jakan baik dinilai dar i input-nya mau pun k emungk inan ca paiannya luarannya. 3.2 Bentuk Evaluasi . Berkaitan dengan k onsep evaluasi, da pat dibedakan tiga bentuk evaluasi, yak ni formative evaluation, summative evaluation , dan empowerment evaluation (Dale, 2004). Evaluasi for matif ( formative evaluasi) meru pakan penilaian untuk meningkatkan k iner ja atau k iner ja pr ogram, biasanya dilakukan saat pr ogram masih atau sedang ber jalan. Evaluasi seperti ini banyak dilakukan di pertengahan pr ogram, dimak sudkan untuk memastikan bahwa pr ogram ber jalan sesuai r encana dan jadwal sehingga tu juan da pat ter ca pai tepat
waktu. Evaluasi sumatif ( summative evaluation) adalah evaluasi di akhir pr ogram untuk memastikan bahwa pr ogram yang dijalankan berhasil atau gagal menurut tu juan pr ogram. Penilaian seperti ini diper lukan untuk memastikan bahwa jika pr ogram yang sama ditera pkan di tempat lain yang k ontek snya r elatif sama maka akan diper oleh tingkat k eberhasilan yang sama pula. Oleh seba b itu, dalam evaluasi sumatif, penilaian dilakukan secara menyeluruh terhada p elemen per encanaan dan var ia bel tu juan yang hendak dica pai. Bentuk k etiga, yak ni evaluasi pember dayaan (empowerment evaluation), adalah penilaian untuk melihat tingkat k eberhasilan k egiatan atau pr ogram menurut ukuran ´pember dayaan,´ seperti capacity building , k emampuan mengelol a or ganisasi, peningkatan k esadaran pemanf aat serta aspek lain terkait dengan k onsep pember dayaan. Dengan tu juan pr ogram seperti ini, maka penilaian hasil pr ogram ber beda dengan bentuk evaluasi lainnya, yak ni menilai sebera pa besar ´tingkat k emandir i an´ pener ima jika pr ogram sepenuhnya dilak sanakan mer eka. Per bedaan bentuk- bentuk evaluasi turut ditentukan oleh bagaimana pendekatan pr ogram (CSR dan CD) yang digunakan. Kar ena per bedaan pendekatan pr ogram dipengaruhi oleh per spektif dan pendekatan, k epentingan serta tu juan yang hendak dica pai, maka evaluasi atas k eberhasilan pr ogram harus meru juk pada aspek ter sebut. Tingkat k eberhasilan pr ogram menurut per spektif locality development, misalnya, akan ber beda dengan per pektif social action dan social planning (Botes and R ensbur g, 2000; Gunn & Hazel, 1991).. Kar ena tu juan pr ogram menurut per pektif locality development adalah melakukan pembangunan dengan meningkatkan k emandir ian, maka ukuran k eberhasilannya adalah dera jat ´independency´ k omunitas atau masyarakat terhada p bantuan dan inter vensi luar . Sementara menurut per pektif social action, tu juan pr ogram CSR dan CD adalah membuat peru bahan sosial, meningkatkan posisi tawar k omunitas atau masyarakat terhada p institusi lain sehingga pengukuran k eberhasilan pr ogram akan ditekankan pada tingkat
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 46 ´pember dayaan´ yang dica pai oleh k omunitas ber s angkutan. Menurut pendekatan ini bentuk evaluasi yang k era p digunakan adalah bentuk evaluasi pember dayaan dengan melihat bagaimana capacity building k omunitas dalam melakukan pembangunan atau bahkan gerakan sosial secara mandir i. Pada pendekatan social planning, tu juan utama yang hendak dica pai adalah memecahkan masalah tertentu dalam masyarakat, seperti masalah k emisk inan, pendidikan, k esehatan atau sejenisnya. Untuk tu juan itu maka k eberhasilan pr ogram dilihat dar i sebera pa jauh dera jat pemecahan masalah dimak sud da pat ter ca pai, sehingga bentuk evaluasi yang r elevan digunakan adalah bentuk evaluasi for matif dan sumatif. Kar ena pendekatan pr ogram CSR dan CD lebih mengacu pada social planning , maka bentuk evaluasi pr ogram yang banyak dilakukan adalah bentuk for matif dan sumatif. Evaluasi for matif dimak sudkan untuk menilai ca paian
pr ogram sesuai dengan r encana, sementara sumatif digunakan untuk menjamin bahwa pr ogram ter sebut da pat dia plikasikan di tempat lain. Secara singkat da pat disimpulkan bahwa bentuk evaluasi yang digunakan menyesuaikan dir i²baik isi mau pun metodenya ² dengan pendekatan pr ogram yang digunakan kar ena masing-masing pendekatan memilik i misi dan strategi k er ja yang ber beda. Jika lebih diperta jam, bentuk evaluasi for matif dan sumatif da pat lebih diper inci dengan melihat tu juan atau ca paian yang hendak dica pai dalam dokumen per encanaan. Tu juan atau ca paian ini da pat dilihat pada masing-masing indikator nya. Idealnya memang tu juan dan indikator k eberhasilan pr ogram tertera dalam dokumen per encanaan, namun sebagian besar pr ogram CSR dan CD tidak mencantumkan indikator k eberhasilan, bahkan banyak k or porasi tidak memilik i dokumen per encanaan CSR dan CD. Jika hal ini yang ter jadi maka sebelum melakukan evaluasi ter lebih dahulu harus dik embangkan indikator dan ukuran. Secara struktural, evaluasi k eberhasilan pr ogram secara k eseluruhan da pat dipilah dalam tingkatan pr osesnya, yak ni dar i tu juan langsung yang nyata ( outcome) hingga k e tingkat yang lebih tidak langsung seperti dampak ( impact). Dengan k erangka ini da pat dievaluasi k eadaan mulai dar i tingkat intended objectives hingga k e tingkat development objectives. Pada tingkat intended (ca paian), evaluasi dilakukan terhada p output atau k eluaran pr ogram secara langsung, a pakah k eluaran sesuai dengan yang dir encanakan atau tidak (Ta bel 1). Pada tingkat immediate (langsung), evaluasi da pat dilakukan terhada p peru bahan yang secara langsung dan nyata da pat diidentifikasi (direct change). Pada model per encanaan direct change ini k era p disebut dengan outcome (Maignan & Ferr ell 2004). Pada tingkat effects, evaluasi da pat difokuskan pada bentuk peru bahan lebih Tabel 1. Tingkatan Perencanaan dan Indikator Evaluasi
Per encanaan Evaluasi Intended objectives Outputs Immediate objectives Direct chanmge/outcomes E ffects objectives E ffects Development objectives Impacts Sumber : Dale, 2004.
lanjut dar i outcome, adakah dan sebera pa besar pr ogram ber pengaruh terhada p aspek atau k eadaan yang lain. Akhir nya, secara k eseluruhan evaluasi pr ogram da pat dilihat dar i impacts, yak ni dampak k eseluruhan pr ogram terhada p k eadaan masyarakat yang hendak dibangun. Dengan penilaian secara bertingkat seperti ini, maka da pat dilihat hingga tingkat mana k eberhasilan sebuah pr ogram. Namun k elemahan utama dar i cara penilaian seperti ini adalah tidak seluruh dokumen per encanaan pr ogram menyediakan indikator , artinya indikator outputs, outcomes, effects dan impacts, harus dibangun oleh para penilai sebelum melakukan evaluasi. Jika ini yang ter jadi bias da pat ter jadi kar ena evaluator tidak selalu memahami betul ´jiwa´ dar i per encanaan pr ogram yang dimak sud dan hanya melihat pada tu juan dan ca paian akhir dar i pr ogram sa ja. Mungk in sa ja ter da pat ´hidden
agenda´ yang sebenar nya ada dalam pr ogram namun tidak terungka p dalam evaluasi. 3.3 Etika Evaluasi . Metode meru pakan bagian penting dalam pr oses evaluasi kar ena validitas (k ea bsahan) hasil evaluasi ditentukan oleh metode evaluasi ini. Namun selain metode evaluasi, integr itas evaluator sebagai aktor pelak sana sangat menentukan a bsah-tidak nya hasil evaluasi (Denzin & Lincoln, 2000). Ter da pat bebera pa pr insip penting yang per lu ditegaskan, yak ni objektivitas ( ber dasar k enyataan) dan netralitas (tidak ber pihak). Untuk menca pai objektivitas dan netralitas diper lukan integr itas dar i aktor pelak sana evaluasi (evaluator). K era p operasionalisasi instrumen evaluasi dik embangkan oleh evaluator , mulai dar i pengumpulan data, pera pihan dan selek si data, penya jian data, hingga penyimpulan akhir , sehingga integr itas aktor sangat menentukan k eseluruhan hasil evaluasi. K esimpulan akhir evaluasi da pat ber beda jika aktor pelak sananya memilik i k epentingan atas hasil evaluasi. Oleh seba b itu, sangat disarankan pek er jaan evaluasi dilakukan oleh pihak k etiga, bukan oleh pelak sana pr ogram atau penyandang dana atau pember i donor . Dengan posisinya sebagai pihak k etiga ²yang diasumsikan tidak memilik i k epentingan²evaluator da pat melakukan evaluasi secara netral, obyektif dan value free ( bebas nilai). Lebih dar i itu, hasil evaluasi akan lebih da pat diter ima oleh kalangan luas jika dik er jakan oleh lembaga atau aktor yang da pat diper caya integr itasnya. Saat ini, lembaga yang kuat dan da pat diper caya serta diter ima
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 47 oleh semua pihak (legitimasi tinggi) dalam member ikan penilaian pr ogram CSR dan CD k or porasi praktis masih sangat ter batas. Kar enanya dalam evaluasi pr ogram CSR dan CD²sebagaimana k er ja akademik umumnya ²integr itas pelak sana evaluasi menentuan k ea bsahan dan tingkat k eper cayaan pihak terkait atas hasil evaluasi k eseluruhan. Selain masalah etika, pendekatan k er ja dalam evaluasi menentukan tingkat k eterandalan hasil evaluasi k eseluruhan. Secara su bstansial, k egiatan evaluasi meru pakan u paya penilaian atas k iner ja k egiatan pembangunan (CSR dan CD). U paya penilaian seperti ini da pat dilakukan baik secara kuantitatif mau pun kualitatif. Namun untuk menya jikan hasil pengukuran ³tinggi-r endah´ atau ³ baik- buruk ´ atas suatu k eadaan atau ca paian, maka akan lebih da pat dipahami, diter ima dan diper caya pengukurannya jika disa jikan dalam ukuran kuantitatif. Skala pengukuran ini tidak harus dalam skala rasio melainkan da pat juga dalam skala inter val atau bahkan nominal sejauh da pat didefinisikan. Dengan demik ian secara su bstansial k egiatan evaluasi mengisyaratkan pr efer ensi penggunaan pendekatan kuantitatif untuk menunjukan k iner ja atau ca paian pr ogram. Namun hal ini tidak berarti pendekatan kualitatif tidak ber manf aat sama sekali (Patton, 1990). Penjelasan secara kualitatif sangat dibutuhkan guna menerangkan penjelasan lebih mendalam atas sebuah penilaian. Alasan atau seba b lebih jauh tentang sebuah penilaian da pat diper dalam melalui penjelasan secara
kualitatif, a palagi jika berk enaan dengan objek yang intangible, misalnya penilaian tentang tingkat ´k epuasan´, ´per setu juan´ atau ´integrasi sosial´. Namun tidak seluruh su bstansi yang dievaluasi ber skala rasio sehingga per lu dik onver si k e dalam penilaian yang da pat dibaca per bedaan antara satu tingkat dengan lainnya. Secara singkat, da pat disebutkan bahwa pendekatan kuantitatif meru pakan pendekatan yang k era p digunakan dalam evaluasi pr ogram CSR dan CD, namun untuk memper oleh pemahaman lebih dalam diper lukan penilaian dan penjelasan kualitatif untuk melengka pi penilaian kuantitatif ter sebut. 3.4 Langkah Kerja Evaluasi . Metode k er ja evaluasi pr ogram CSR dan CD pada pr insipnya sama dengan metode k er ja r iset tera pan (Wartick , 2002). K etepatan pilihan jenis metode serta bagaimana memilih pr osedur atau langkah k er ja yang tepat akan sangat menentukan k eseluruhan hasil evaluasi. Artinya, hasil evaluasi hanya da pat dipastikan validitasnya jika dijamin oleh metode r iset yang tepat serta dik er jakan dengan pr oses k er ja yang benar secara ilmiah. Peneta pan metode yang benar akan memastikan bahwa data yang dikumpulkan, diolah, dianalisis dan disa jikan adalah akurat kar ena dilakukan dengan cara tepat dalam ukuran akademik (CSRM, 2005; CSRM, 2007). Oleh seba b itu, dalam menampilkan la poran evaluasi pr ogram sangat penting dijelaskan bagaimana metode k er ja yang digunakan. Pilihan dan k etepatan metode k er ja dalam evaluasi pr ogram akan memastikan ³appropriateness´ atau ´fit for purpose´ atas k eseluruhan hasil evaluasi (Denscombe, 2003). Sejatinya, k er ja evaluasi meru pakan u paya menilai tinggi-r endahnya k iner ja atau ca paian suatu k egiatan atau pr ogram, serta meneta pkan nilai hasil atas a pa yang telah dik er jakan. Umumnya peneta pan nilai atas suatu k eadaan akan lebih ber mak na jika disimbolisasikan dalam bentuk angka ( numerical) sehingga akan jelas per bedaan ´tinggi-r endah´, ´baik- buruk ´ atau ´berhasilgagal´ ca paian pr ogram. K onsekuensi metodologis dar i u paya penilaian seperti ini adalah pendekatan yang r elevan untuk digunakan adalah pendekatan deduktif dengan metode r iset kuantitatif (K ing, Lynn, & Car ol, 1987). Dengan pendekatan deduktif, k erangka evaluasi harus difor mulasikan ter lebih dahulu untuk k emudian da pat digunakan sebagai k erangka menilai k iner ja pr ogram. Oleh seba b itu, k onsep atau var ia bel yang akan diukur sangat penting untuk didefinisikan batasannya. K onsep sebagai k omponen pr ogram yang dik er jakan per lu diter jemahkan dan k emudian diela borasi k e dalam indikator-indikator yang da pat diukur tinggi-r endahnya. Jika indikator sudah da pat diteta pkan maka tugas selanjutnya adalah meneta pkan ukuran ³tinggi-r endah´, atau ³ baik- buruk ´ atau ³ berhasil-gagal.´ Walau pun ber gantung pada su bstansi yang hendak diukur , nilai ca paian da pat disu bstitusi k e dalam angka sehingga akan ter lihat per bedaan antara ukuran satu dengan lainnya. Penting dicatat, pengukuran ( measuring) tidak harus selalu ber sif at kuantitatif melainkan da pat juga ber sif at kualitatif (Gauthier , 2005). Namun penilaian kualitatif akan lebih ber mak na
jika disu bstitusi (dik onver sikan) k e dalam satuan numer ikal agar mudah melihat per bedaan ukuran satu dengan lainnya. Untuk itu per lu dibuat definisi dar i masing-masing indikator yang akan digunakan agar k emudian da pat ditentukan ukurannya. Jika pendekatan dan pengukuran sudah cuku p jelas maka penjelasan yang diper lukan selanjutnya adalah mema parkan langkah k er ja evaluasi. Langkah k er ja evaluasi meru pakan pr osedur k er ja yang turut menentukan tinggi-r endahnya validitas hasil evaluasi. Penjelasan tentang metode evaluasi diper lukan agar da pat dipahami dan dijamin bahwa hasil-hasil evaluasi diper oleh dengan pr osedur yang benar secara ilmiah. Secara pr insip, sama dengan r iset umumnya, langkah k er ja evaluasi da pat dipilah k e dalam empat taha p, yak ni pertama, memfor mulasi disain evaluasi; k edua, mengumpulkan data atau penilaian la pangan; k etiga, mera pikan, menya jikan dan menganalisis, dan member i penilaian data; k eempat, membuat la poran dan menga jukan saran dan r ek omendasi untuk per baikan pr ogram selanjutnya. K eseluruhan taha p k er ja ini meru pakan sebuah pr oses yang berk elanjutan, baiktidak nya penger jaan satu taha p menentukan taha p
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 48 ber i kutnya. Dengan pendekatan deduktif, maka taha p for mulasi disain evaluasi sangat menentukan taha p ber i kutnya. Artinya, su bstansi yang akan dievaluasi serta kualitas data yang akan diper oleh ditentukan oleh bagaimana k esempur naan disain evaluasi. Dalam tulisan ini akan dibahas khususnya langkah k er ja bagaimana membuat for mulasi disain. Formulasi S ubstansi Evaluasi . Sebagaimana disinggung sebelumnya, su bstansi evaluasi sangat ditentukan oleh bagaimana per encanaan pr ogram pada waktu dibuat, antara lain tu juan dan pendekatan yang digunakan. Oleh kar enanya, su bstansi evaluasi seharusnya meru juk pada tu juan dan ca paian yang akan dihasilkan dalam per encanaan pr ogram. Untuk memahami lebih jauh tu juan dan ca paian, evaluator per lu memahami pendekatan yang digunakan dalam pr ogram yang biasanya dijelaskan dalam latar- belakang pr ogram, atau secara implisit dan ek splisit tertera dalam tu juan pr ogram. Namun pada banyak pr ogram CSR dan CD yang dilakukan k or porasi tambang dan migas umumnya, tidak tertera secara tegas tu juan dan ca paian yang hendak dica pai oleh pr ogram. Hal demik ian ter jadi kar ena hak ekat pr ogram CD pada k or porasi tambang dan migas umumnya masih ber sif at instrumental, yaitu ³sek edar ´ alat untuk membangun k omunikasi dan r elasi, dan belum menyatu dalam paradigma bisnis mer eka. Selain itu, filosofi bisnis industr i ini adalah ³ek sploitasi´ sumber alam, sehingga mungk in sulit bagi industr i ini untuk menempatkan CSR dan CD k e dalam pr oses pr oduk si mer eka. Kar enanya, pr ogram CSR dan CD meru pakan ³filantr opi´ sa ja, sek edar ³ good will´ k or porasi terhada p lingkungan sosial sek itar , belum menjadi ³ social obligation´ secara etik (Hennigfeld, Manf r ed & Nick , 2006; Gr iffin, 2000). Pada banyak k or porasi tambang dan migas sulit ditemukan sebuah
buku pr ogram CSR dan CD yang lengka p menya jikan secara tegas dan strategis mengenai tu juan dan ca paian yang hendak diwu judkan dalam lima tahun k egiatan pr ogram. K eadaan mungk in akan beru bah setelah tekanan pu blik terhada p industr i ini semak in kuat, khususnya berk enaan dengan dampak dan manf aat industr i terhada p masyarakat lokal di sek itar nya. Ber beda dengan pr ogram CSR dan CD pada industr i manuf aktur dan agr ibisnis, k eberadaan k omunitas sek itar meru pakan bagian dar i pr oses pr oduk si yang sulit dipisahkan. Bahkan bebera pa k or porasi perk ebunan sudah menyatukan pr insip dan tata-k elola CSR dan CD k e dalam moda pr oduk si mer eka, seperti ter lihat pada model Perk ebunan Inti-Rak yat (PIR), atau seperti model perk ebunan teh di Pangalengan, Jawa Barat. Kar ena k etiadaan per encanaan pr ogram maka jika hendak dievaluasi, su bstansi CSR dan CD harus difor mulasikan ter lebih dahulu agar sungguh-sungguh r elevan dengan su bstansi yang hendak dinilai. Pelingku pan su bstansi ini da pat difokuskan pada k egiatan pr ogram yang sudah dilakukan. Namun selain itu, untuk memahami lebih dalam su bstansi dan pelak s anaan pr ogtam, diper lukan pemahaman tentang tipologi k omunitas serta tipologi desa dimana pr ogram diimplementasikan. Deskr ipsi tipologi desa dan k omunitas harus secara langsung dikaitkan dengan pr ogram CSR dan CD. Selain itu, berkaitan dengan berhasil-tidak nya pr ogram CSR dan CD, per lu dipahami bagaimana potensi k omunitas dan desa yang ber s angkutan, berk enaan dengan k eter sediaan sumber daya, or ganisasi sosial, peluang pasar serta hal terkait lain. Secara gar is besar setidak nya da pat dipetakan tiga dimensi su bstansi penting dalam evaluasi pr ogram CSR dan CD, yak ni: 1) pr ogram CSR dan CD terkait dengan var ia bel yang hendak dinilai; 2) pemetaan tipologi desa dan k omunitas dikaitkan dengan pr ogram CSR dan CD; dan 3) pemetaan potensi desa dan k omunitas untuk pengemb angan pr ogram yang r elevan (Ta bel 2). Selain tiga dimensi ini, su bstansi evaluasi da pat diper luas dimensi dan var ia belnya ber gantung k epada caku pan dan k ebutuhan penilaian. Secara su bstansial dan or ganisasional, k eberhasilan pr ogram CSR dan CD ditentukan oleh k eadaan pemangku k epentingan pener ima. Pada pr ogram CSR dan CD yang ditu jukan k epada k omunitas lokal, tipologi desa/wilayah dan k omunitas serta potensi lokal sangat signifikan menetukan berhasil-tidak pr ogram (Prayogo dkk ., 2007 dan 2008a). Oleh seba b itu, k eberhasilan pr ogram ditentukan oleh banyak f aktor , antara lain per encanaan pr ogram, or ganisasi dan budget. Sejumlah hasil evaluasi yang telah penulis lakukan menunjukkan bahwa sebagian per masalahan dalam pr ogram CSR dan CD ter letak pada k eadaan k omunitas itu sendir i, serta bagaimana potensi yang ada pada wilayah (desa) dan k omunitas ter sebut. Oleh kar enanya, dengan melihat dan mempertimbangkan k eadaan wilayah dan k omunitas serta potensi yang ada pada k omunitas, maka sebuah evaluasi pr ogram CSR dan CD akan menjadi lebih lengka p, utuh dan obyektif kar ena dilihat dar i caku pan yang lebih k ompr ehensif.
Selain caku pan su btansi, caku pan wilayah dan waktu sangat penting didefinisikan di muka. Pr ogram CSR dan CD industr i tambang dan migas biasanya ditera pkan pada wilayah yang luas dan ter sebar , serta dalam kurun waktu sudah lama atau mungk in baru sa ja dimulai. Ber dasarkan pengalaman penulis hingga sek itar akhir tahun 1990an, jarang sekali dilakukan evaluasi terhada p pr ogram CSR dan CD. Hal demik ian ter jadi kar ena pr ogram CSR dan CD belum banyak dik er jakan, terutama ditu jukan lebih kar ena alasan bisnis dan k eamanan, atau sebagai r espons atas tekanan dan per mintaan masyarakat lokal serta k elompok k epentingan. Pr ogram seperti ini lebih sebagai ³charity´ dar ipada ³responsibility´ k or porasi terhada p masyarakat di sek elilingnya. Oleh seba b itu evaluasi
Penetapan C akupan W ilayah d an W aktu.
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 49 Tabel 2. Substansi Evaluasi Dimensi Var ia bel Su bjek Tipologi Wilayah dan K omunitas Geografi Data sekunder/monograf statistik Demografi Data sekunder/monograf statistik Ek onomi Data sekunder/monograf statistik Tipologi Desa Inf rastruktur pu blik Data sekunder/monograf statistik Struktur sosial Masyarakat umum, tok oh infor mal dan for mal Kultur sosial Masyarakat umum, tok oh infor mal dan for mal Tipologi K omunitas Dinamika hu bungan sosial- politik Masyarakat umum, tok oh infor mal dan for mal Manf aat Pemanf aat dan non- pemanf aat, tok oh masyarakat, a parat pemda/desa, staf pelak sana CD, su bjek r elevan lain K esesuaian Pemanf aat dan non- pemanf aat, tok oh masyarakat, a parat pemda/desa, staf pelak sana CD, su bjek r elevan lain K eber lanjutan Pemanf aat dan non- pemanf aat, tok oh masyarakat, a parat pemda/desa, staf pelak sana CD, su bjek r elevan lain Dampak Pemanf aat dan non- pemanf aat, tok oh masyarakat, a parat pemda/desa, staf pelak sana CD, su bjek r elevan lain Or ganisasi Pemanf aat dan non- pemanf aat, tok oh masyarakat, a parat pemda/desa, staf pelak sana CD, su bjek r elevan lain Pr ogram CSR dan CD Dan lain-lain ( jika diper lukan) Pemanf aat dan non- pemanf aat, tok oh masyarakat, a parat pemda/desa, staf pelak sana CD, su bjek r elevan lain Sumber alam Data sekunder , tok oh for mal dan infor mal Sumber daya manusia Data sekunder , tok oh for mal dan infor mal Or ganisasi Tok oh for mal dan infor mal Ak ses Data sekunder , tok oh for mal dan infor mal Potensi Dan lain-lain ( jika diper lukan) Data sekunder , tok oh for mal dan infor mal Dimensi dan var ia bel lain (da pat dik embangkan ber gantung pada tu juan, isi dan pendekatan pr ogram)
k iner ja dan k iner ja pr ogram tidak penting dilakukan kar ena mana jemen tidak memer lukan hasil a pakah pr ogam ber jalan baik dan tepat sasaran. Sejauh pr ogram da pat menghilangkan atau mengurangi ³tekanan sosial´, maka secara umum dinilai berhasil terutama dar i sudut k epentingan dan k eamanan k or porasi. Dar i uraian ini da pat disimpulkan bahwa diper lukan batasan wilayah yang pasti untuk menentukan luasan daerah yang akan dievaluasi, misalnya desa, k ecamatan atau ka bu paten kar ena batasan wilayah turut menentukan k iner ja pr ogram. Jika ter lalu luas dan banyak , maka wilayah pr ogram per lu dipilah k e dalam bebera pa kategor i, dan selanjutnya evaluasi da pat
dilakukan terhada p sampel wilayah tertentu sa ja yang mewak ili masing-masing kategor i. Peneta pan batasan wilayah akan memilik i implikasi langsung terhada p lama penelitian, jumlah peneliti yang dibutuhkan serta tentunya biaya penelitian. Demik i an pula dengan batasan waktu. Per lu pembatasan caku pan waktu pr ogram yang akan dievaluasi kar ena hal ini akan menentukan su bstansi, pola mana jemen serta sumber daya yang diinvestasikan. Biasanya caku pan waktu pr ogram yang akan dievaluasi pada posisi waktu 2-3 tahun sedang ber jalan, atau pada posisi waktu tahun k e-5 di akhir pr ogram. Asumsi ini diambil kar ena pr ogram biasanya ber durasi sek itar 5 tahun. Pada posisi 2-3 tahun da pat dilakukan evaluasi pertengahan pr ogram dan pada posisi 5 tahun dilakukan evaluasi akhir pr ogram. Namun umumnya, evaluasi dilakukan pada akhir pr ogram sebagai bentuk evaluasi sumatif untuk da pat ditera pkan pada lokasi lain. Jika dilakukan pada posisi 2-3 tahun, evaluasi da pat dik elompokan sebagai evaluasi for matif yang ditu jukan untuk penyemp ur naan pr ogram yang sama pada waktu ber i kutnya. Teknik Pengumpulan d an A nalisis Data. Jika pengumpulan data telah dilakukan dan data ³mentah´ ( raw data) sudah terkumpul maka pek er jaan ber ikut adalah mera pihkan, menselek si, mengelompokkan, menya jikan dan menginter pr etasi (membaca) data (Cr esswell, 1997). Sama seperti pengumpulan data, pr oses ini da pat dik lasifikasi menurut sif at datanya (Ta bel 3, Ta bel 4). Masing-masing sif at data memilik i k ekuatan ter sendir i atas infor masi yang dikandungnya. K ekuatan data hasil indepth-interview ter letak pada peran dan posisi pember i infor masi (infor man). Semak in r elevan peran dan posisi infor man dengan infor masi yang dimak sud maka semak in kuat datanya. K ekuatan data hasil obser vasi ter letak pada objek objektivitas dan k etelitian dar i k eadaan atau k ejadian yang dicatat dan difoto. Terkadang memang
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 50 Tabel 3. Pengumpulan Data Tu juan Indepth Data Pr Oimbesr e r vasi Sur vei Data Sekunder Mencari data berkenaan dengan tipologi desa dan komunitas Alat: pedoman wawancara. Su bstansi: seluruh infor masi berkaitan struktur , kultur , dinamika sosial. Infor man: tok oh masyarakat (infor mal dan for mal): ulama, guru, adat, kades, karang taruna, asosiasi usaha, polisi, NGO, per s, k or porasi, dan infor man lain yang terkait. Pemilihan infor man: pur posif dan snow ball. Alat: pedoman obser vasi, dan foto. Cara k er ja: catat dan foto k egiatan, k ejadian dan bukti fisik terkait. Su bstansi: infor masi lain yang r e levan dengan tipologi desa dan k omunitas.
Alat: kuesioner . Su bstansi: berk enaan dengan data demografi dan ek onomi, digunakan sebagai data penunjang. Sampel: random war ga umum, atau pur posif terhada p war ga k elompok tertentu. Alat: list k ebutuhan data sekunder . Su bstansi: data-data monograf, baik berk enaan geografi, demografi, inf rastruktur; mau pun tentang k omunitas lokal. Sumber : per s lokal, dinas statistik , k or porasi, k ecamatan dan kantor desa. Mencari data berkenaan dengan program CSR dan CD Alat: pedoman wawancara. Su bstansi: seluruh infor masi berkaitan dengan var i a bel k iner ja k egiatan CSR dan CD. Infor man: pemanf aat, tok oh masyarakat, institusi r elevan, staf CD, NGO. Pemilihan infor man: pur posif dan snow ball. Alat: pedoman obser vasi, dan foto. Cara k er ja: catat dan foto k egiatan, k ejadian dan bukti fisik terkait. Su bstansi: infor masi lain yang r e levan dengan pr ogram CSR dan CD. Alat: kuesioner . Su bstansi: berk enaan dengan var i a bel pr ogram CSR dan CD yang dievaluasi. Sampel: random pemanf aat dan nonpemanf aat. Alat: list k ebutuhan data sekunder . Su bstansi: data-data penunjang berk enaan k egiatan CSR dan CD. Sumber : kantor CD k or porasi, kantor desa dan k ecamatan. Mencari data berkenaan dengan potensi CSR dan CD Alat: pedoman wawancara. Su bstansi: seluruh infor masi terkait dengan potensi lokal untuk CSR dan CD. Infor man: tok oh masyarakat for mal dan infor mal, staf CD, per s dan NGO. Pemilihan infor man: pur posif dan snow ball. Alat: pedoman obser vasi, dan foto. Cara k er ja: catat dan foto k egiatan dan bukti fisik terkait dengan potensi lokal untuk CSR dan CD.
Su bstansi: infor masi lain yang r e levan dengan pr ogram CSR dan CD. Alat: kuesioner Su bstansi: berk enaan dengan potensi yang dipik irkan r esponden. Sampel: random war ga pemanf aat dan nonpemanf aat. Alat: list k ebutuhan data sekunder . Su bstansi: data-data penunjang berk enaan potensi CSR dan CD. Sumber : kantor CD k or porasi, kantor desa dan k ecamatan.
Sumber : Ada ptasi dar i Prayogo, 2008 b. Tabel 4. Analisis Data Hasil Tek nik Data Pr imer Hasil Indepth Hasil O bser vasi Hasil Sur vei Data Dekunder Alat K er ja Matr i k dengan mer ingkas su bstansi pok ok hasil wawancara dan memasukanya k e dalam sel matr i k s. Matr ik s dan ta bulasi hasil catatan obser vasi serta pengelompokan foto terkait dengan masingmasing var i a bel evaluasi. Pr ogram SPSS, Excel serta pr ogram terkait yang diper lukan. Matr ik s dan ta bel hasil ta bulasi angka, serta untuk k esimpulan penting data sekunder kualitatif. Cara K er ja For mulasi matr ik hasil wawancara dengan melakukan silang secara r ingkas antara infor man dengan var i a bel atau su bstansi hasil wawancara. Mer ingkas dan memilah ber dasarkan su bstansi hasil catatan obser vasi dan foto. Pr oses statistik dengan SPSS, ta bulasi dan pr esentasi data. Memilah, selek si, kategor isasi, k l asifikasi dan ta bulasi data terkumpul. Cara memahami data Melihat penonjolan infor masi jawa ban infor man. K ekuatan dan kualitas data infor masi ditentukan oleh posisi dan peran infor man. Melihat catatan dan hasil foto dengan mengkaitkan dengan var i a bel yang dimak sud. Data hasil obser vasi da pat diper lakukan sebagai hard evidence. Menilai k ecenderungan numer ikal dar i penonjolan median, modus serta kakuatan hu bungan antar var i a bel ( jika dilakukan silang data). Secara kuantitatif hasil SPSS sudah menuntun penonjolan data untuk k esimpulan penilaian.
Inter pr etasi penonjolan infor masi dan mengkaitkan dengan data lain ( pr imer dan sekunder).
diper lukan inter pr etasi hasil catatan obser vasi kar ena data tidak ber sif at fisik melainkan per ilaku. Data hasil sur vei sangat kuat pada penonjolan angka ( per sentase jika deskr iptif ) dan penonjolan numer i kal secara statistik , misalnya per sentase, modus, mean dan k ekuatan hu bungan ( Neuman, 1994). Data hasil sur vei pada dasar nya sudah menuntun k epada k esimpulan hasil penelitian kar ena penonjolan angka pada sampel menunjukan k eadaan pada populasi yang diteliti (infer ensi). Sementara pada data sekunder , khususnya data kuantitatif, k ekuatannya ter letak pada agr egasi dan penonjolan angka setelah dilakukan selek si, k l asifikasi dan ta bulasi data. Penonjolan per sentase atau angka a bsolut menunjukan k eadaan pada wilayah atau populasi
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 51 dimak sud. Untuk data sekunder kualitatif, k ekuatannya ter letak pada infor masi ber ita dan opini dar i infor man yang peran dan statusnya paling tepat untuk infor masi dimak sud (Patton, 1990). Dengan cara analisis dan inter pr etasi data seperti ini maka objektivitas hasil evaluasi da pat dipertahankan, tentunya netralitas dalam pemahaman data diper lukan dar i evaluator . Dengan cara dan pr osedur pengumpulan dan analisis data seperti di atas maka da pat dipastikan bahwa metode dan pr osedur pengumpulan dan analisis data adalah benar secara ilmiah. Pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, peran peneliti (evaluator) lebih sebagai ³operator ´ kar ena instrumen penelitian sudah didisain secara ter struktur dan detil. K esalahan dan k elemahan pada kualitas dan validitas ter letak lebih pada instrumennya bukan peneliti. Sementara pada pengumpulan data kualitatif, walau pun dibuat instrumen, peran peneliti sangat besar , baik terhada p sumber , su bstansi mau pun inter pr etasi data. Peran peneliti lebih sebagai instrumen sekaligus analisator terhada p data. Oleh seba b itu untuk melakukan pengumpulan data kualitatif diper lukan peneliti cuku p senior untuk melakukanya. Secara k eseluruhan, jika metode dan pr osedur di atas sudah da pat dilak sanakan sebagaimana mestinya maka data untuk penilaian dalam evaluasi sudah memenuhi kualitas dan validitas sebagai dasar peneta pan penilaian ber i kutnya. Penetapan S ampel, I nforman, Obj ek O bser vasi d an Data Sekunder . Salah satu hal yang cuku p penting dirumuskan dalam disain evaluasi adalah meneta pkan su bjek su bjek dan objek objek evaluasi. Untuk memenuhi k eharusan ilmiah dan menjamin validitas hasil evaluasi maka per lu dilakukan: 1) perumusan sampel untuk sur vei, 2) peneta pan infor man untuk depth interview, 3) peneta pan objek objek untuk obser vasi, 4) peneta pan data sekunder yang dibutuhkan. Pertama, khususnya untuk penar ikan sampel r esponden dalam sur vei, peneta pan sampling sangat menentukan validitas dan kualitas data. Peneta pan jumlah sampel biasa menggunakan rumus statistik yang ditar ik dar i jumlah
populasi. Namun dar i pengalaman la pangan penulis perumusan jumlah sampel secara statistik seperti ini sulit dilakukan kar ena jumlah sampel harus disesuaikan dengan k omposisi jenis dan jumlah pr ogram, serta disesuaikan dengan lokasi populasi yang ter sebar pada sejumlah desa, k ecamatan, ka bu paten bahkan pr opinsi. Pertimbangan lain yang per lu dimasukan adalah waktu dan dana untuk studi la pangan yang tentunya ada batasnya. Menimbang tentangan seperti ini maka jumlah sampel diu payakan tidak ter lalu besar namun masih cuku p pr opor sional dengan jumlah populasi pemanf aat pr ogram, serta memadai untuk dilakukan analisis statistik . Untuk itu jumlah sampel pemanf aat da pat diteta pkan minimum 75 r esponden dan mak simum 300 r esponden, disesuaikan dengan besar-k ecilnya caku pan pr ogram dan jumlah populasi. Selanjutnya, hal paling penting dalam penar ikan sampel adalah menentukan bagaimana tek nik sampling . Secara statistik tek nik random (acak) adalah cara yang mutlak dilakukan guna menjamin bahwa setia p anggota populasi memilik i pr oba bilita yang sama untuk dijadikan sampel (member i kan penilaian) ( Neuman, 1994). Artinya, tek nik sampling dengan random ditu jukan untuk menghasilkan infer ensi sampel terhada p populasi secara optimum. Sampel adalah miniatur dar i populasi, dan jika dilakukan sur vei penilaian pr ogram maka penilaian sampel secara statistik per sis sama dengan penilaian populasi. Namun k endala di la pangan k era p memak sa peneliti menggunakan tek nik lain, kar ena memang tidak ter sedia data populasi pemanf aat pr ogram, sehingga tek nik random tidak da pat dilakukan. Cara lain yang da pat digunakan adalah dengan menggunakan tek nik purposive dan snowball . Secara statistik cara ini kurang disarankan untuk menjamin pr insip infer ensi, namun kar ena k eadaan la pangan kadang ter pak sa dilakukan. Dengan cara ini pr insip pr oba bilita berkurang namun sur vei untuk penilaian masih teta p da pat dilakukan. Jika cara k edua ini yang dilakukan maka harus djelaskan dalam metodologi sebagai k elemahan metodologi sehingga tidak menimbulkan per debatan dan k eraguan atas hasil evaluasi lebih lanjut. K edua, peneta pan infor man untuk wawancara mendalam lebih mudah dar ipada melakukan peneta pan sampel. Hal pok ok yang per lu ditegaskan dalam peneta pan infor man adalah kr iter ia infor man kunci sebagaimana yang dibutuhkan agar peneliti memper oleh infor masi yang dimak sud. Peneta pan kr i ter ia ini akan meru juk pada peran dan posisi infor man yang dibutuhkan untuk wawancara mendalam. Misalnya untuk mengetahui pemanf aatan pr ogram da pat diwawancarai pemanf aat yang paling aktif dalam pr ogram, k etua k elompok , k epala desa serta staf pelak s ana pr ogram di la pangan. Selanjutnya, setelah kr iter ia infor man diteta pkan maka da pat dibuat daf tar infor man yang akan diwawancarai. Pada pr insipnya peran dan posisi infor man tidak da pat diwak ili, sehingga jika infor man yang dimak sud sulit ditemui maka harus diu payakan untuk da pat ditemui dan diwawancara, misalnya melalui telepon atau media lain. K ekuatan
infor masi dar i wawancara mendalam adalah pada k ompetensi infor manya, yak ni semak in a bsah dan dekat posisi su bjek dengan infor masi yang dibutuhkan maka semak in valid dan kuat data yang terkumpul (Patton, 1990). K etiga, obser vasi per lu dilakukan baik terhada p k egiatan, objek fisik atau momen per istiwa yang berkaitan dengan fokus evaluasi. Untuk mengumpulkan data ini da pat dilakukan per encanaan sebelumnya dengan meneta pkan k eadaan, k egiatan dan per istiwa a pa yang per lu dir ekam dan ditatat, serta bagaimana tek nik obser vasi dilakukan. Misalnya, untuk membuktikan bahwa pr ogram air ber sih ber jalan baik maka da pat diobser vasi k egiatan masyarakat yang terkait dengan pr ogram ini, mer ekamnya dalam video atau foto serta mencatat hal-hal penting, yang k emudian da pat menjadi data evaluasi pr ogram dimak sud. Hasil obser vasi
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 52 meru pakan hard evidence, bukti nyata yang mendukung hasil-hasil evaluasi. Per nyataan tentang ada-tidak , baik buruk , dan berhasil-gagal salah satunya da pat ditunjukan oleh data-data hasil ober vasi. Data hasil sur vei dan wawancara mendalam memang memilik i ³mak na´ penting namun masih meru pakan ungka pan su bjek , dan akan lebih kuat jika per nyataan atau penda pat ter sebut didukung oleh hard evidence hasil obser vasi (Cr esswell, 1997). Untuk itu yang per lu diper sia pkan untuk melakukan obser vasi dengan membuat k erangka obser vasi, ber isi daf tar objek , k egiatan atau per istiwa yang penting diamati, ka pan waktunya serta bagaimana melakukannya. K eempat, data sekunder da pat diper lakukan sebagai data awal dan data pendukung yang sangat penting. Sebelum evaluasi la pangan dilakukan, evaluator harus mengumukan data sekunder sebagai data yang da pat menuntunnya dalam membuat disain evaluasi. Selanjutnya, data sekunder da pat dikumpulkan saat penelitian la pangan untuk digunakan sebagai data pembuktian dan memperkuat penilaian peneliti. Data sekunder yang diper lukan, selain tentunya berk enaan dengan pr ogram yang akan dievaluasi, juga berk enaan dengan k eadaan masyarakat lokasi pr ogram. Khusus data sekunder pr ogram, penting dikumpulkan data tentang per encanaan atau disain pr ogram, la poran tahunan, r ealisasi dan hasil monitor ing, or ganisasi, budget, staf yang ter libat. Data ini secara k eseluruhan turut member i infor masi tentang visi dan misi, tu juan, ca paian, dampak dihara pkan, hasil pelak sanaan, hasil ca paian, mana jemen, serta ca paian-ca paian pr ogram yang berhasil dicatat. Data sekunder tentang desa dan masyarakat setempat yang per lu dikumpulkan berk enaan dengan data demografi, ek onomi, inf rastruktur , serta geografi secara ter batas. Untuk melengka pi data ini jika dimungk inkan penting pula dikumpulkan artik el ka jian atau ulasan yang mungk in per nah diter bitkan dalam jur nal atau media adalah data yang berkaitan dengan pr ogram yang dievaluasi. Penetapan S ubj ek Penilai. Masalah penting lain per l u dibahas adalah sia pa atau pihak mana yang memilik i
k ompetensi pember i penilaian dalam evaluasi. Telah disinggung bahwa bias bisa ter jadi pada semua pihak yang ter libat dalam pr ogram dan penelitian evaluasi, bisa ter jadi pada evaluator , pelak sana pr ogram, pemanf aat ( beneficiaries), perancang serta penyedia dana. Khususnya pada su bstansi penilaian pr ogram CSR dan CD, tentu akan ada banyak pertimbangan yang patut diperhitungkan kar ena masing-masing pember i nilai memilik i k epentingan dan per sepsi secara su bjektif terhada p objek yang dinilainya (Mahon, 2002; Wartick , 2002). Oleh kar enanya pr insip tr iangulasi per lu dia plikasikan dalam evaluasi pr ogram. Teta pi kar ena tidak seluruh su bjek memilik i pengetahuan mendalam tentang pr ogram yang akan dievaluasi, maka pemilihan su bjek penilai harus dilakukan secara sek sama. Untuk menca pai objektivitas penilaian yang optimum, maka penilaian multi pemangku k epentingan per lu dilakukan. Setidak nya ter da pat tiga pemangku k epentingan penting yang penilaiannya dalam sur vei kuantitaif, yak ni 1) pemanf aat, 2) pelak sana pr ogram dan 3) peneliti atau evaluator . Selebihnya, pemangku k epentingan lain seperti non- pemanf aat, pemer intah daerah, per s, NGO, atau pemangku k epentingan lain da pat diak omodasi opininya melalui wawancara mendalam. Pemanf aat pr ogram meru pakan penilai k eberhasilan pr ogram yang mutlak harus dimasukan dalam k elompok penilai khususnya dalam sur vei. Da pat dikatakan pemanf aat pr ogram meru pakan pemangku k epentingan utama yang memilik i k ea bsahan paling tinggi untuk member i nilai pr ogram yang diter imanya. Penilaian pemanf aat dalam sur vei da pat digunakan sebagai ukuran utama tentang berhasil-tidak nya atau baik- buruk nya pr ogram. Namun demik ian teta p sa ja k era p muncul su bjektivitas pemanf aat kar ena per bedaan k epentingan, hara pan serta ukuran su bjektif tentang nilai pr ogram. Misalnya tentang ³dampak³ pr ogram, k era p pemanf aat tidak memilik i pemahaman memadai tentang var ia bel ini sehingga a pa arti dampak dan bagaimana ia da pat member i nilai atas var ia bel ini tidak memadai dan obyektif. Bias, baik kar ena k etidaktahuan mau pun sarat akan k epentingan su bjek , da pat ter jadi pada para pemanf aat. Bahkan k era p pemanf aat memilik i hara pan dan ek spektasi ter lalu besar terhada p pr ogram sehingga nilai yang diber ikan terhada p k iner ja pr ogram menjadi r endah walau pun secara obyektif pr ogram sudah dijalankan secara baik . Sebalik nya pada su bjek per encana dan pelak sana pr ogram, kar ena berk epentingan terhada p k iner ja dan pr estasi k er ja mer eka, bias penilaian da pat ter jadi dengan member i nilai ter lalu tinggi terhada p a pa yan telah mer eka lakukan. Jika ada k elemahan maka cederung ditempatkan k epada k elompok pener ima atau institusi lain. Memang ada sebagian kasus per encana dan pelak sana pr ogram beru paya untuk ber sika p netral dan obyektif terhada p pr ogram kar ena mer eka berk epentingan untuk memper baik i pr ogram untuk sik lus k egiatan ber i kutnya. Pada satu sisi, per encana dan pelak s ana pr ogram meru pakan pihak yang paling memahami visi, misi, tu juan dan bahkan ³hidden agenda³ di balik pr ogram ( jika ada). Oleh seba b itu,
k epentingan mer eka da pat muncul dalam pelak sanaan pr ogram sehingga da pat ter jadi bias dalam evaluasi. Untuk mengimbangi bias dar i dua institusi yang da pat ³ ber seberangan³ penilaiannya ²per encana dan pelak sana pr ogram ver sus pemanf aat pr ogram²diper lukan penilai k etiga yak ni evaluator itu sendir i. Evaluator , dengan integr itas moral dan pengetahuannya, akan beru paya member i penilaian seobyektif mungk in terhada p pr ogram sebagai objek evaluasi. Jika ter jadi per bedaan ta jam dalam penilaian antara pemanf aat dan pelak s ana pr ogram, maka posisi evaluator lebih da pat diter ima sebagai pihak netral. Namun k elemahan
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 53 evaluator adalah, pegalaman emosional dan pemahaman mendalam mer eka tentang latar- belakang disain pr ogram serta pr oses pelak sanaan pr ogram tidak lah sama dengan per encana dan pelak sana pr ogram serta pemanf aat pr ogram. E motional involvement evaluator lebih dangkal dibanding k eduanya sehingga k era p dipandang kurang memahami mak n a pr ogram. Evaluator mungk in tidak mengetahui ³hidden agenda³ dibanding per encana pr ogram. Selanjutnya evaluator tidak memilik i hara pan dan k einginan sebagaimana pemanf aat pr ogram. Lebih dar i itu, posisi evaluator memang harus ³mengambil jarak³ dengan objek dan su bjek yang dievaluasi sehingga dalam ka pasitas ini penilaian evaluator lebih ³ bebas nilai³ dan ³ bebas emosional³. Untuk itu guna menca pai titik objektivitas penilaian optimum k etiga pihak ini per lu dilibatkan sebagai pember i nilai dalam evaluasi pr ogram. Hal lain yang per lu dipertimbangkan adalah pemangku k epentingan lain yang terkait dengan pr ogram. Penda pat dan aspirasi k omunitas, seperti tok oh masyarakat, staf pemer intah, NGO, per s dan masyarakat umum penting pula diliput guna memperkaya pemahaman tentang k omunitas dan saran bagi per baikan pr ogram selanjutnya. Penda pat mer eka memang hanya da pat diak omodasi berk enaan dengan aspek secara umum sa ja dar i pr ogram, seperti bagaimana k einginan dan k emampuan war ga, saran dan pemecahan masalah dar i sisi k omunitas, potensi dan k elemahan k omunitas, atau hal lain yang da pat memperkaya pemahaman peneliti tentang k omunitas dan pr ogram yang dievaluasi. Oleh kar enanya, penda pat k omunitas lain per lu diliput secara selektif dan melalui wawancara kualitatif. Penilaian k omunitas secara kuantitatif terhada p pr ogram sulit dilakukan kar ena umumnya mer eka tidak mengetahui detil dar i pr ogram sehingga ber esik o untuk ter jadi bias dalam penilaian. C ara Pengukuran d alam Evaluasi . Pengukuran ( measurement) meru pakan bagian sangat penting dalam k egiatan evaluasi. Per bedaan dalam ukuran yang digunakan oleh masing-masing evaluator akan memunculkan hasil penilaian tingkat k eberhasilan yang ber beda. Demik ian pula bagi pembaca atau pengguna hasil evaluasi, sanggahan da pat muncul terhada p hasil evaluasi kar ena ter da pat per bedaan dalam pengukuran k iner ja pr ogram. Selain itu masing-masing pihak memilik i metode ber beda tentang bagaimana mengukur
suatu k eadaan atau ca paian k er ja. Oleh seba b itu, sebelum hasil penilaian disa jikan, per lu dijelaskan ter lebih dahulu bagaimana cara pengukuran yang digunakan oleh evaluator . Hal ini penting untuk membangun per sepsi yang sama antara evaluator ( penulis) dan pengguna ( pembaca) terhada p hasil evaluasi. Per debatan biasanya muncul bukan pada nilai hasil evaluasi, melainkan tentang metode dan pengukuran yang digunakan oleh evaluator . Nilai pr ogram meru pakan hasil akhir dar i bagaimana metode dan ukuran yang digunakan, meru pakan hasil dar i sebuah pr oses. Oleh kar enanya, per lu dijelaskan pr oses, khususnya tentang ukuran yang digunakan untuk menjamin validitas dan objektivitas guna menghasilkan legitimasi mak simum dar i kalangan luas. Khusus untuk pemanf aat sebagai penilai dalam sur vei, penilaian mer eka, misalnya tentang ³manf aat´ pr ogram, harus disesuaikan dengan pengalaman mer eka sejalan dengan a pa yang mer eka rasakan dan pik irkan tentang k onsep ³manf aat´ dalam pemahaman k esehar ian mer eka. Akan sulit untuk memak s a ukuran k onsep ³manf aat´ dar i pemanf aat k e dalam ukuran peneliti. Ukuran tinggi-r endah tingkat ³manf aat´ pr ogram dalam per pektif pemanf aat harus disederhanakan dengan k embali meru juk k epada pengalaman mer eka sehar ihar i. Cara yang paling mudah memper oleh nilai dar i pemanf aat adalah menanyakan k epada mer eka dengan cara meminta mer eka member i nilai dalam angka, misalnya angka 1-10. Cara ini jauh lebih mudah digunakan dar ipada ³memak sakan´ pemanf aat mengatakan ³sangat buruk ´ atau ³sangat baik ´. K emudian angka yang disebutkan, misalnya 8 dar i r entang 1-10, k emudian da pat dik onver sikan k e dalam r entang nilai 1 hingga 5, sehingga masuk k e dalam kategor i angka 4. Dalam r entang penilaian ini, nilai 1 da pat digunakan sebagai su bstitusi dar i k ondisi ³sangat buruk ´, nilai 2 sebagai ³ buruk ´, nilai 3 sebagai ³cuku p´, nilai 4 sebagai ³ baik ´ dan nilai 5 sebagai ³sangat baik ´. Dengan demik ian, maka nilai 8 dar i ³manf aat´ pr ogram menurut seorang r esponden adalah sama dengan kategor i ³ baik ´. Su bstitisi nilai dalam skala nominal seperti ini, dar i angka menjadi kategor i kualitatif atau sebalik nya, da pat digunakan untuk menjelaskan ³k eadaan´ dar i objek yang dinilai sejalan dengan stock of knowledge yang dimilik i pemanf aat sebagai r ea ponden sur vei. Selanjutnya, ukuran 1-5 sebagai su bstitusi dar i nilai ³sangat buruk ´ hingga ³sangat baik ´ da pat digunakan untuk penilaian oleh su bjek yang lain seperti peneliti dan staf CD ( per encana dan pelak sana). Jika pemanf aat member i nilai dengan meru juk k epada pengalaman mer eka, maka evaluator menilai k eberhasilan melalui kategor i yang dibangun sebelumnya dan membandingkannya dengan data yang diper oleh. Data diper oleh sebagai dasar penilaian adalah data hasil wawancara mendalam, obser vasi dan data sekunder yang mungk in turut menunjang. Data hasil sur vei sepenuhnya digunakan sebagai hasil penilaian pemanf aat, sehingga tidak per lu lagi digunakan oleh peneliti untuk member i penilaian lebih lanjut. Kategor i ini da pat ber bentuk ukuran lebih numer ikal dengan
memperk irakan pr osentase k elompok yang menik mati pr ogram. Contoh kategor i penilaian peneliti tertera pada Ta bel 5. Pengukuran peneliti (evaluator) mendasarkan penilaiannya pada data hasil wawancara dan obser vasi (utamanya) melalui u paya kuantifikasi tingkat ³manf aat´ pr ogram. Cara ini tentunya ber beda dar i cara pengkuran yang digunakan pemanf aat. Walau pun hanya sebuah contoh, logika pengukuran ini sangat disarankan digunakan dalam melakukan penilaian evaluasi, yak ni melakukan su bstitusi sehingga k iner ja tingkat
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 54 Tabel 5. Contoh Kriteria Penilaian Peneliti
Da pat didefinisikan bahwa, tingkat manf aat pr ogram adalah sebera pa jauh pr ogram yang dilak sanakan da pat mer ingankan beban masyarakat atau sebera pa jauh pr ogram ter sebut da pat diper gunakan oleh masyarakat dalam ber bagai aktivitas mer eka sehar i -har i. Kr iter ia penilaian tingkat manf aat dilihat dar i bebera pa hal, yaitu: 1) Lebih dar i 50% pr ogram/ bantuan da pat digunakan pada aktivitas masyarakat atau da pat mer ingankan beban pemanf aat sehar i-har i. Ada pun untuk pr ogram pember dayaan ek onomi da pat menjadi sumber penda patan alter natif k eluar ga. 2) Lebih dar i 50% pr ogram/ bantuan da pat dirasakan langsung manf aatnya oleh pener ima. 3) Jumlah pemanf aat langsung lebih dar i 50% pener ima pr ogram/ bantuan. 4) Lebih dar i 50% pr ogram/ bantuan dimanf aatkan oleh k omunitas yang heter ogen (tidak hanya dinik mati oleh golongan/k elompok masyarakat tertentu. 5) Jumlah pr ogram yang diakui adanya manf aat oleh k elompok masyarakat non- pemanf aat ber jumlah lebih dar i 50% dar i jumlah pr ogram/ bantuan. Sumber : Ir van dalam Prayogo dkk . (2008) Tabel 6. Indeks Nilai Capaian
CD Index meru pakan penjumlahan nilai dar i empat indikator (var ia bel manf aat, k esesuaian, k eber lanjutan dan dampak) dan dibagi 4. Sk or mak simal adalah 5 x 4 (20), dan sk or minimal adalah 1 x 4 (4), dengan kategor i nilai ´sangat baik ´, ´baik ´, ´cuku p´, ´kurang´, dan ´sangat kurang´; maka inter valnya adalah (20 ± 4) : 5 = 3,19. CD Index ini menggunakan asumsi seluruh peneliti telah mengga bungkan penilaian menjadi satu nilai yang disepakati. Sk or total, inter val, dan r entang penilaian akan ber beda bila masing-masing peneliti belum mengga bungkan nilai yang diber ikan k epada tia p-tia p indikator . Sumber : Ir van dalam Prayogo dkk . (2008ª) Tabel 7. Contoh Penetapan Indeks Kinerja Program Pr ogram B Manf aat R BK esesuaianR KBe ber lanjutRan B Dampak R B Rata-rata R Pendidikan 4 4 4 4 3 5 4 5 3 .75 4.50 K esehatan 3 3 5 4 4 5 4 4 4 .00 4.00 Ek onomi 4 4 3 3 3 4 3 3 3.25 3.50 Inf rastruktur 3 4 4 5 4 3 4 4 3 .75 4.00 Lingkungan 2 4 3 4 3 4 3 3 2 .75 3.75 Donasi 5 3 4 3 2 3 2 2 3 .25 2.75 Total Mean 3.5 3.6 3.8 3.8 3.2 4 3.3 3.5 3.45 3.75 = nilai rata-rata yang diber ikan pemanf aat; R = nilai rata-rata yang diber ikan peneliti; nilai hanya ber sif at contoh sa ja.
k eberhasilan pr ogram da pat ditunjukan secara lebih tegas per bedaan antara kategor i satu dengan lainya. Dengan penya jian seperti ini maka pengguna atau pembaca evaluasi akan lebih mudah memahami nilai dan dera jat tinggi-r endah k iner ja pr ogram jika terhada pnya diber ikan penilaian numer i kal. Untuk lebih memperkuat penilaian peneliti da pat dibuat indek s penilaian dengan mengga bungkan dan mengeluarkan nilai rata-rata dar i k eseluruhan indikator atau var ia bel yang digunakan (lihat Ta bel 6). Misalnya dengan menggunakan empat indikator ²yak ni manf aat, k esesuaian, k eber lanjutan dan dampak ²dar i hasil penialan peneliti da pat dihasilkan indek s k iner ja pr ogram secara k eseluruhan. Nilai indek s meru pakan nilai ga bungan dar i empat indikator hasil penilaian k eseluruhan evaluator . Nilai evaluator meru pakan nilai
rata-rata k eseluruhan yang diber ikan masing-masing peneliti yang turut dalam penelitian la pangan sehingga memahami f akta obyektif di la pangan. Cara yang sama da pat dilakukan terhada p hasil sur vei pemanf aat. Nilai indek s penilaian pemanf aat meru pakan nilai total ga bungan dar i empat indikator yang disur vei. Nilai indek s pemanf aat da pat diper bandingkan dengan nilai peneliti, sehingga akan ter lihat bagaimana per bedaan penilaian. Untuk mencar i nilai secara umum da pat dihitung bera pa nilai ga bungan rata-rata antara nilai yang diber ikan r esponden dan peneliti (lihat contoh Ta bel 7). Pada contoh Ta bel 7 ter lihat per bedaan penilaian antara pemanf aat dengan peneliti. Secara k eseluruhan nilai rata-rata yang diber ikan peneliti lebih tinggi dar ipada nilai rata-rata yan diber i kan pemanf aat. Ber bagai alasan da pat mendasar i per bedaan ini baik kar ena per bedaan stock of knowledge mau pun per bedaan k epentingan atau hara pan. Dengan per bedaan angka ini pengguna ( pembaca) da pat melihat var iasi ter sebut sehingga da pat
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 55 memahami secara lebih obyektif. Namun dengan adanya dua penilaian ini maka objektivitas penilaian lebih tinggi dar ipada jika hanya digunakan satu penilaian sa ja. Bias masing-masing penilai da pat dikurangi dengan menya jikan per bandingan dengan indek s nilai yang ber beda. K emudian, mengenai penilaian staf per encana dan pelak sana pr ogram, penilaian mer eka da pat ditambahkan secara khusus menjadi penilaian k etiga. Jika penilaian pelak sana dan per encana da pat dimunculkan maka akan memperkaya sekaligus mengurangi k emungk inan bias masing-masing pihak . Namun kar ena umumnya jumlah staf pr ogram tidak banyak , maka penilaian mer feka hanya da pat ditanyakan secara kualitatif sa ja, dan hasil penilaian ini da pat dirata-ratakan dan dimasukan k e dalam k olom k etiga. Jika nilai staf da pat dimasukan maka penilaian akan lebih obyektif dan pr insip tr iangulasi untuk netralitas da pat diwu judkan. 3.5 Penyimpulan Hasil Evaluasi . Jika pengumpulan dan analisis data sudah dilakukan dan hasil penilaian telah difor mulasikan maka tugas penting ber ikutnya adalah merumuskan k esimpulan evaluasi serta member ikan r ek omendasi bagi per baikan pr ogram selanjutnya. Penar ikan k esimpulan harus dilakukan secara hati-hati dan rasional. Ter da pat tiga hal penting yang per lu diperhatikan dalam melakukan penyimpulan: pertama , k esimpulan meru pakan per nyataan hasil umum dan pok ok; k edua, penjelasan tentang k esimpulan harus logis; dan paling penting, k etiga, penjelasan didukung oleh data yang kuat. Dengan demik ian, k esimpulan hasil evaluasi meru pakan intisar i dar i temuan hasil penelitian. Secara kuantitatif k esimpulan penilaian da pat dilihat dar i ta bel indek s k iner ja pr ogram (Ta bel 7). Dar i ta bel ini da pat ditar ik k esimpulan pok ok , seperti (hanya sek edar contoh) ³dar i k eenam bidang pr ogram, menurut pemanf aat, pr ogram k esehatan adalah bidang yang paling baik k iner janya; sementara menurut evaluator , yang ter baik adalah pr ogram pendidikan´. Selain itu,
jika diperhatikan ta bel yang sama, ³ pr ogram lingkungan adalah yang ter buruk k iner janya menurut pemanf aat; sementara menurut evaluator adalah pr ogram donasi´. K esimpulan ini diteta pkan ber d asarkan data yang tertera dalam indek s nilai. Selanjutnya, untuk memastikan bahwa k esimpulan ter sebut benar dan kuat, penjelasan logis diper lukan untuk menjelaskan menga pa ada pr ogram dengan dinilai ter baik dan menga pa ter jadi per bedaan penilaian. Penjelasan logis harus didukung oleh data, meru juk k epada hasil wawancara mendalam, obser vasi dan data sekunder , a pakah k eseluruhannya mendukung atau tidak k esimpulan ter sebut. Dengan cara ini maka ter da pat kaitan erat antara k esimpulan penilaian, penjelasan logis dan data sebagai dasar penar ikan k esimpulan. Selanjutnya r ek omendasi da pat dibangun dar i hasil k esimpulan ter sebut. Hasil data yang lain (wawancara, obser vasi dan data sekunder) menjelaskan menga pa ter jadi penilaian demik ian, sekaligus data-data ini juga menjelaskan berhasil-tidak nya pr ogram ter sebut. Penjelasan baik- buruk dan berhasil-tidak dengan sendir inya sudah mengungka pkan k ekuatan dan k elemahan pr ogram. Ber dasarkan identifikasi penilaian pr ogram maka r ek omendasi per baikan da pat dik embangkan dengan meru juk k embali k epada tu juan dan model ideal bagaimana CSR dan CD dir encanakan. R ek omendasi meru pakan saran per baikan yang per lu dilakukan, bisa sangat detil jika penting sekali, atau cuku p secara umum sa ja, guna per baikan pr ogram selanjutnya. Pada taha pan ini, evaluasi telah berhasil menunjukan bagamana k iner ja ca paian pr ogram, membandingkan k embali dengan tu juan dan tar get pr ogram, serta memper lihatkan k ekuatan dan k elemahan pr ogram. Dar i pa paran ini da pat dibuat identifikasi per masalahan tentang k elemahan (dan k ekuatan agar seimbang) pr ogram yang ada, misalnya bagaimana per masalahan penting yang ter da pat pada pr ogram ter sebut. Contoh dalam Ta bel 8 hanya contoh sederhana sa ja. Dar i gambaran ter sebut, untuk menghasilkan r ek omendasi yang baik dan ber manf aat penting diperhatikan bagaimana evaluator merumuskan per masalahan yang melekat pada pr ogram ter sebut. Per masalahan muncul bisa kar ena isi pr ogram kurang sesuai, mana jemen tidak tepat, k er jasama antar lembaga lemah, partisipasi war ga k omunitas kurang, atau masalah lainnya. Oleh seba b itu, perumusan masalah harus sempur na dan fokus agar r ek omendasi da pat dibangun secara tepat dan mudah diimplementasikan. Guna melengka pi r ek omendasi detil seperti di atas, da pat dibuat r ek omendasi umum mencaku p saran-saran penting dan utama sif atnya yang per lu dilakukan, khususnya berk enaan dengan k eadaan inter nal k or porasi untuk menyempur nakan pr ogram CSR dan CD mer eka. Berhasil-gagalnya pr ogram CSR dan CD ditentukan oleh banyak f aktor , bisa kar ena f aktor inter nal k or porasi yang kurang ser ius dengan pr ogram ini, f aktor ek ster nal pada institusi atau masyarakat pener ima yang memilik i banyak masalah di dalamnya, atau f aktor ek ster nal pemer intah yang tidak mendukung pr ogram ter sebut. Khusus untuk k or porasi, per baikan terhada p k endala
inter nal lebih mudah dilakukan dar ipada membenahi k endala ek ster nal. Oleh seba b itu, per baikan da pat dimulai dar i dalam k or porasi dengan melihat k embali visi dan misi k or porasi, a pakah sudah mengak omodasi f ungsi sosial k or porasi. Lebih khusus lagi da pat dilihat k embali k ebijakan, or ganisasi, pr ogram dan strategi, budget serta k omunikasi antar bagian dalam k or porasi, a pakah sudah memadai untuk pengemb angan pr ogram CSR dan CD menyika pi tantangan bisnis yang semak in k omplek s (Ife, 1995; Ife and Tesor ier o, 2003). Dilihat dar i visi dan misi sebagian besar k or porasi tambang dan migas sudah mulai meru bah cara pandang terhada p pemangku k epentingan sosial mer eka. Namun implementasi visi dan misi pada taha p k ebijakan, or ganisasi dan budget k era p masih banyak
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 56 Tabel 8. Contoh Masalah dan Rekomendasi Pr ogram Masalah R ek omendasi Pembangunan Jalan 1) pembangunan belum selesai; 2) kualitas jalan dinilai buruk; 3) k ontr ol terhada p k ontraktor lemah. 1) K or porasi per lu k er jasama lebih for mal dan ter struktur dengan Pemda dan masyarakat agar sumber daya da pat disatukan dan penyelesaian pembangunan da pat diper cepat; 2) Meneta pkan standar kualitas jalan yang ingin dibangun; 3) melakukan k ontr ol secara berkala terhada p pek er jaan yang dilakukan oleh k ontraktor . Pembangunan Prasarana Air Ber sih 1) k eter libatan masyarakat kurang; 2) Pembangunan tidak diarahkan k epada pencar ian sumber air baru yang lebih baik . 1) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pr oses pembangunan, misalnya membentuk or ganisasi dan sistem pengelolaan air ber sih ber basis masyarakat; 2) Bek er jasama dengan Pemda dalam mengusahakan sumber air baru dan menambah sumber air yang telah ada.
k ekurangannya. Untuk itu per baikan inter nal secara ser ius per lu dilakukan guna menunjang pr ogram CSR dan CD yang semak in signifikan perannya. Memang peran aktor (CEO) dan senior mana jer sangat penting, ber d asar pengalaman, pr ogram CSR dan CD lebih dominan ditentukan oleh cara pandang aktor dar ipada visi dan misi k or porasi. 4.
Simpulan
Seperti telah disinggung di depan, pr ogram CSR dan CD memilik i f ungsi penting tidak hanya bagi k or porasi melainkan bagi pemangku k epentingan mer eka. Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa k iner ja pr ogram CSR dan CD sebuah k or porasi sangat baik maka hasil ini akan meningkatkan posisi k or porasi terhada p pemangku k epentingan mer eka (Gauthier , 2005). Setidak nya ter da pat tiga aspek penting terkait dengan hasil evaluasi pr ogram CSR dan CD yang baik , yak ni pertama, berk enaan dengan business performance; k edua, berk enaan dengan social legitimacy; dan k etiga, legal compliance. K etiga aspek ini sangat penting bagi k eberhasilan baik k or porasi secara khusus mau pun industr i tambang dan migas secara umum. Dalam aspek k iner ja bisnis ter da pat dua hal penting, yak ni corporate
social performance, k iner ja yang berkait-erat dengan per ilaku k or porasi terhada p pemangku k epentingan sosial seperti terhada p k omunitas lokal dan masyarakat umum, namun penting bagi pemangku k epentingan bisnis mer eka. Semak in baik k iner ja CSR dan CD maka akan meningkatkan social performance k or porasi ter sebut sehingga akan semak in baik pula corporate image, baik terhada p k onsumen mau pun terhada p investor . Khususnya bagi k onsumen, k esadaran k onsumen atas per ilaku k or porasi terhada p pelanggaran hak asasi manusia, dampak lingkungan, k oru psi atau secara umum good governance akhir-akhir ini semak in tinggi. Pelanggaran terhada p hal-hal ter sebut da pat mengak ibatkan boik ot pr oduk , sebagaimana per nah dialami oleh perusahaan minyak Shell pada k onsumen di Er opa atas kasus pelanggaran HAM di Ogoni, Niger i a. Bagi investor , k iner ja sosial akan menambah dan menar ik minat kar ena da pat menjamin investasi mer eka, bahwa investasi mer eka secara sosial aman dar i pelanggaran hukum dan etika, serta bebas dar i tekanan pu blik . Oleh seba b itu, secara bisnis hasil pr ogram CSR dan CD da pat ber manf aat untuk memperk ecil r esik o politik bisnis ber sangkutan. Secara sosial, pr ogram CSR dan CD yang berhasil akan meningkatkan ³ social legitimacy´ atau ³k ea bsahan sosial´ atas k eberadaan dan operasi k or porasi di lingkungan sosial tertentu, khususnya k omunitas lokal. Legitimasi sosial berk enaan dengan bagaimana war ga k omunitas dalam lingkungan operasi tambang dan migas mener ima k ehadiran dan k egiatan ek sploitasi sumber alam. Hal ini memang terkait dengan bagaimana manf aat ek onomi k egiatan dan hasil tambang, a pakah menguntungkan war ga setempat atau sebalik nya. Salah satu u paya meningkatkan manf aat ek onomi da pat dilakukan melalui pr ogram CSR dan CD. Oleh seba b itu k iner ja CSR dan CD meruka pan media penting untuk meningkatkan r elasi k or porasi dengan k omunitas lokal, sekaligus sebagai strategi bagaimana membangun r elasi k or porasi dengan k omunitas secara saling mendukung. Dar i sejumlah penelitian penulis, terungka p bahwa ter da pat k ecederungan positif bahwa ³semak in besar dana dan or ganisasi untuk pr ogram CSR dan CD maka semak in menurun kasus-kasus k onflik antara k or porasi dengan k omunitas lokal´ (Dody Prayogo, 2008 b). Artinya, da pat diter jemahkan bahwa semak in baik k iner ja pr ogram CSR dan CD maka semak in baik legitimasi sosial k or porasi ber sangkutan di hada pan k omunitas lokal. Dar i aspek legal, pelak sanaan pr ogram CSR di Indonesia khususnya akan menunjukkan sebuah ³k epatuhan hukum´ serta memenuhi ³tuntutan pu blik ´ bagi ter ciptanya good corporate governance secara global. Khususnya di Indonesia, salah satu pasal dalam UU pendir i an per ser oan yang baru mengharuskan k or porasi melak sanakan pr ogram CSR sebagai salah satu bagian dar i k egiatan k or porasi (UU No. 40, 2007, tentang Per ser oan Ter batas). Dengan dasar legal ini maka pelak s anaan CSR menjadi salah satu prasyarat memenuhi ³legal compliance´ k or porasi untuk seluruh
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58
57 industr i. Walau pun sempat k ontr over sial dan ditolak oleh sebagian kalangan, UU ini telah disahkan dan berarti k ewa jiban k or porasi untuk melak sanakan pr ogram CSR sudah ber jalan. Lebih luas lagi, ISO 26000 dalam waktu dekat akan segera disepakati dan secara ber sama dan menjadi acuan dalam praktek CSR secara global. Oleh kar enanya tekanan legal, baik secara nasional mau pun global, mengharuskan k or porasi untuk melak sanakan CSR . K iner ja pelak sanaan CSR akan menunjukan tinggi-r endahnya ³legal compliance´ k or porasi terhada p aturan dan etika dalam menjalankan bisnis. Lebih jauh lagi, tinggi-r endahnya ³legal compliance´ akan menentukan baik- buruk nya sika p dan tindakan negara dan pu blik terhada p k or porasi serta pr oduk yang dihasilkannya (Prayogo, 2010). Dengan dasar pertimbangan ini maka k iner ja pr ogram CSR dan CD memilik i implikasi sangat penting dan luas baik terhada p k or porasi, negara mau pun masyarakat.
Daftar Acuan Botes, L. & van R ensbur g, D (Januar y 2000). Community participation in development: nine plagues and twelve commandments. Community Development Journal , 35 (1), 41-58. Buchholtz, A.K ., Allen C.A., Matthew A.R . (1999). Beyond R esour ces: The mediating effect of top management discr etion and values on cor porate philanthr opy. Business and Society, 38 (2), 167-187. CSRM (2005). Developing a community impacts monitor ing and management strategy: A guidance document for Australian Coal Mining O peration. Br isbane: Univer sity of Queensland. CSRM (2007). Assessing and managing the socioeconomic impacts of pr ojects, A r eview of curr ent mining industr y practice. Br isbane: Univer sity of Queensland. Cr esswell, J.C. (1997) Research design, qualitative and quantitative approach. London: Sage Pu blications. Dale, R . (2004). E valuating development programs and projects. London: Sage Pu blications. Davis, G. (2002). Scenarios: E xploring societal problems, Pa per was pr esented at IUC N Futur es Dialogues, Johanesbur g, South Af ri ca. Denzin, N.K ., & Yvonna S.L. (2000). Handbook of qualitative research (2nd ed.). London: Sage Pu blications. Denscombe, M. (2003), The good research guide for small scale social research project . Wiscounsin: O pen Univer sity Pr ess. Gauthier , C. (2005). Measur ing cor porate social and envir onmental per for mance: The extended life-cycle assessment. Journal of Business E thics, 59, 199-206. Gr iffin, J.J. (2000). Cor porate social per for mance: R esear ch dir ection for 21st centur y. Business and Society, 39 (4), 479-491. Gunn, C., & Hazel, DG. (1991). Reclaiming capital, democratic initiatives and community development . Ithaca: Univer sity Pr ess.Cor nell Hennigfeld, J., Manf re d, P., & Nick , T. (2006). The ICCA handbook on corporate social responsibility.
West Sussex: John Wiley and Sons. Ife, J. (1995). Community development, creating alternatives, vision, analysis and practice. Melbour ne: Longman. Ife, J., & Frank , T. (2003). Community development, alternatif pengembangan masyarakat di era globalisasi (3r d ed.). Yogyakarta: Pustaka Pela jar . ISO 26000 (2007), Work ing Draf t 4.1, ISO/TMB/WGSR IDTF N050. K ing, J.A., Lynn, L,M., & Car ol, T.F. (1987). How to assess program implementation. London: Sage Pu blication. Mahon, J.F. (2002). Cor porate r eputation, A r esear ch agenda using strategy and stak eholder literatur e. Business and Society, 41 (4), 415-445. Maignan, I., & O.C. Ferr ell (2004). Cor porate social r esponsibility and mark eting: An integrative a ppr oach. Journal of Academy of Marketing Science, 32 (1), 3-19. Murray, J. (2004). Cor porate social r esponsibility discussion pa per . Global Social Policy, 4 (2), 171-195. Neuman, W.L. (1994). Social research methods, qualitative and quantitative approaches. New York : Allyn & Bacon. Or litzk y, M., & John D.B. (2001). Cor porate social per for mance and fir m r isk : A meta-analytic r eview. Business and Society, 40 (4), 369-396. Patton, M.Q. (1990). Qualitative evaluation and research methods. London: Sage Pu blication. Prayogo, D., et al. (2007). Evaluasi pr ogram community development Conoco Phillips, K ecamatan Palmatak dan Ter empa, Ka bu paten Natuna, K epulauan R iau´, La poran Penelitian, Depok : La bSosio UI. Prayogo, D., et al. (2008a), ³Evaluasi k ompr ehensif pr ogram community development Pr emier Oil,
MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 15, NO. 1, JULI 2011: 43-58 58 Ka bu paten Natuna, K epulauan R iau,´ La poran Penelitian, Depok : La bSosio UI. Prayogo, D., et al. 2008 b), Konflik antara Korporasi dengan komunitas lokal, Sebuah kasus empirik pada industri geotermal di Jawa Barat , Depok : FISIP UI Pr ess. Prayogo, D., et al. (2008c), ³Cor porate cocial r esponsibility, social justice dan distr ibutive welf ar e dalam industr i tambang dan migas di Indonesia,´ Galang , Vol. 3 No. 3, 57-74. Prayogo, D., et al. (2010). Anatomi k onflik antara k or porasi dengan k omunitas lokal pada industr i geoter mal di Jawa Barat. Makara ser i Sosial Humaniora, 14 (1), 25-34 Prayogo, D., et al. (2010) ³Studi Evaluasi dan R encana Pengembangan Pr ogram Community Development Industr i Tambang Granit, Ka bu paten Kar imun, K epulauan R iau´, La poran Penelitian, Depok : La bSosio UI. Shar ma, S., Amy L.P., & Vr edenbur g, H. (1999). Cor porate envir onmental r esponsiveness strategies, the importance of issue inter pr etation and or ganizational context. The Journal of Applied Behavioral Science , 35 (1), 87-108.
Stone, B.A. (2001). Cor porate social r esponsibility and institutional investment. Business and Society, 40 (1), 112-117. Undang-Undang No. 40 (2007), tentang Per ser oan Ter batas. Wartick , S.L., (2002). Measur ing cor porate r eputation, definition and data. Business and Society, 41 (4), 371392. Warhur st, A. (2001). Cor porate citizenship and cor porate social investment, dr iver s of tr i-sector partner ship. JCC . Yak oveleva, N. (2005), Corporate social responsibility in the mining industries. London: Ashgat.