DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN, LINGKUNGAN, KEBUDAYAAN, DAN DARI ASPEK SOSIAL, SERTA DALAM BIDANG POLITIK Dampak Pariwisata terhadap Perekonomi
Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian Industri pariwisata menghasilkan manfaat ekonomi yang besar baik bagi Negara tuan rumah, maupun Negara asal para turis. Salah satu motivasi utama sebuah Negara mempromosikan dirinya sebagai Negara dengan tujuan wisata adalah timbul kemajuan dalam ekonomi, terutama bagi Negara-negara berkembang. Bersamaan dengan dampak lainnya, peningkatan ekonomi yang begitu pesat juga terjadi dengan berbagai keuntungan dan kerugian. Dapak besar pariwisata terlihat dari data World Tourism Organization, pada tahun 2000, 698 juta orang melakukan perjalanan ke luar negeri dan menghabiskan lebih dari 478 juta US dollar. Gabungan dari pendapatan pariwisata internasioanl dengan pendapatan transportasi maka menghasilkan lebih dari 575 juta US dollar, yang membuat pariwisata menjadi penghasil ekspor terbesar di dunia diikuti oleh produk otomotif, bahan kimia, minyak bumi, dan makanan. Namun, banyak kerugian tersembunyi dari pariwisata yaitu, adanya dampakdampak pada ekonomi yang tidak diharapkan oleh penduduk setempat. Seringkali keuntungan pariwisata sebuah Negara maju lebih tinggi dari Negara berkembang. Padahal Negara berkembang lebih membutuhkan pendapatan tambahan, pekerjaan, dan peningkatan standar hidup lewat pariwisata. Berdasarkan kenyataan tersebut, berbagai alasan muncul antara lain, karena adanya transfer besar-besaran pendapatan pariwisata dari Negara tuan rumah, kemudian kurang diperhatikannya bisnis dan produk dalam negeri. Dampak Positifnya
1. Membuka lapangan kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata seperti : tour guide, waiter, bell boy, dan lain-lain. 2. Dibangunnya fasilitas dan infrastruktur yang lebih baik demi kenyamanan para wisatawan yang juga secara langsung dan tidak langsung bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula. Seperti : tempat rekreasi, mall, dan lain-lain. 3. Mendapatkan devisa (national balance payment) melalui pertukaran mata uang asing (foreign exchange). 4. Mendorong seseorang untuk berwiraswasta / wirausaha, contoh : pedagang kerajinan, penyewaan papan selancar, pemasok bahan makanan dan bunga ke hotel,dan lain-lain. 5. Meningkatkan pendapatan masyarakat masyarakat dan juga pendapatan pemerintah. 6. Memberikan keuntungan ekonomi kepada hotel dan restaurant. Contohnya, wisatawan yang pergi berwisata bersama keluarganya memerlukan kamar yang besar dan makanan yang lebih banyak. Dampak ekonomi tidak langsung dapat dirasakan oleh pedagang-pedagang di pasar karena permintaan terhadap barang/bahan makanan akan bertambah. Dampak negatifnya 1. Bahaya ketergantungan yang sangat mendalam terhadap pariwisata. 2. Meningkatkan inflasi dan harga jual tanah menjadi mahal. 3. Meningkatkan impor barang dari luar negri, terutama alat-alat teknologi modern yang digunakan untuk memberikan pelayanan bermutu pada wisatawan dan juga biaya-biaya pemeliharaan fasilitas-fasilitas fasilitas-fasilitas yang ada.
4. Produksi yang bersifat musiman menyebabkan rendahnya tingkat pengembalian modal awal 5. Terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya kesenjangan pendapatan antara beberapa kelompok masyarakat. 6. Hilangnya kontrol masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi. Naisbitt dalam “Global Paradox” menjelaskan bahwa pariwisata merupakan penyumbang
bagi ekonomi global yang tidak ada tandingannya di masa yang akan datang. Adapun pertimbangannya adalah: 1. Pariwisata memperkerjakan 204 juta orang diseluruh dunia atau satu dari setiap Sembilan pekerja, yaitu 10,6 persen dari angkatan kerja. 2. Pariwisata adalah penyumbangan ekonomi terkemuka di dunia, yang menghasilkan 10,2 persen produk domestic bruto dunia . 3. Pariwisata adalah produsen terkemuka untuk mendapatkan pajak sebesar $ 55 miliar. Global ekonomi dan perluasan pasar dunia merupakan dua fenomena yang keberadaannya menyejarah. Pada saat ini globalisasi ekonomi dan perluasan pasar memiliki kekuatan, cakupan dan kecepatan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Secara konkirt globalisasi ekonomi ditandai dengan perubahan mode of production masyarakat, yaitu dari subsistensi ke orientasi pasar-pasar regional, seperti APEC, NAFTA, AFTA dsb. Secara kelembagaan menjelma dalam percepatan komersial. Dampak yang ditimbulkan adalah terjadinya perubahan sosial, seperti merebaknya tindakan individu yang lebih didasarkan pada rasionalitas ekonomi (Heru Nugroho, 1996). Akibatnya terjadi akselerasi tindakan komersial di segala penjuru masyarakat capital dengan leluasa dapat bergerak tanpa memiliki “bendera: dan menembus setiap batas teritori Negara.
Investasi modal yang dilakukan oleh perusahaan trans-nasional tumbuh dan berkembang melanda setiap penjuru dunia sehingga membentuk konfigurasi perekonomian global. Didorong oleh motif mengejar keuntungan global. Didorong oleh motif mengejar keuntungan global maka telah tumbuh tiga kawasan megamarket dunia (Heru Nugroho, 1996). Yaitu Uni Eropa, Amerika utara dan Asia Timur dan Tenggara. Pertumbuhan ekonomi dunia diperngaruhi life style terutama dalam memanfaatkan waktu luang sehingga wajar kalau frekuensi mobilitas penduduk dunia tinggi. Sarana pariwisata seperti hotel, restoran, perusahaan perjalanan adalah merupakan usahausaha yang dapat karya (labour intersive). Selain itu pariwisata juga menciptakan tidak langsung berhubungan dengan pariwisata misalnya bidang konstruksi bangunan, jalan dan lain-lain. Disisi lain dengan pembangunan pariwisata meningkatkan usaha sector informal, juga menimbulkan menjamurnya pedagang asongan. Khusus untuk pedangan asongan ini di beberapa kelemahan antara lain:
Dilakukan oleh anak-anak dibawah umur, mereka cenderung mengutamakan uang dari pada sekolah.
Maraknya pedagang asongan membuat kenyamanan wisatawan terganggu, karena ada unsur pemaksaan dari mereka. Beralihnya tenaga kerja sector produksi pertania ke perdagangan.
Dampak Pariwisata terhadap Llingkungan
Industri pariwisata memiliki hubungan erat dan kuat dengan lingkungan fisik. Lingkungan alam merupakan aset pariwisata dan mendapatkan dampak karena sifat lingkungan fisik tersebut yang rapuh (fragile), dan tak terpisahkan (Inseparability). Bersifat rapuh karena lingkungan alam merupakan ciptaan Tuhan yang jika dirusak belum tentu akan tumbuh atau kembali seperti sediakala. Bersifat tidak terpisahkan karena manusia harus mendatangi lingkungan alam untuk dapat menikmatinya. Lingkungan fisik adalah daya tarik utama kegiatan wisata. Lingkungan fisik meliputi lingkungan alam (flora dan fauna, bentangan alam, dan gejala alam) dan lingkungan buatan (situs kebudayaan, wilayah perkotaan, wilayah pedesaan, dan peninggalan sejarah). Secara teori, hubungan lingkungan alam dengan pariwisata harus mutual dan bermanfaat. Wisatawan menikmati keindahan alam dan pendapatan yang dibayarkan wisatawan digunakan untuk melindungi dan memelihara alam guna keberlangsungan pariwisata. Hubungan lingkungan dan pariwisata tidak selamanya simbiosa yang mendukung dan menguntungkan sehingga upaya konservasi, apresiasi, dan pendidikan dilakukan agar hubungan keduanya berkelanjutan, tetapi kenyataan yang ada hubungan keduanya justru memunculkan konflik. Pariwisata lebih sering mengeksploitasi lingkungan alam. Dampak pariwisata terhadap lingkungan fisik merupakan dampak yang mudah diidentifikasi karena nyata. Pariwisata memberikan keuntungan dan kerugian, sebagai berikut : 1. Air Air mendapatkan polusi dari pembuangan limbah cair (detergen pencucian linen hotel) dan limbah padat(sisa makanan tamu). Limbah-limbah itu mencemari laut, danau dan sungai. Air juga mendapatkan polusidari buangan bahan bakar minyak alat transportasi air seperti dari kapal pesiar.Akibat dari pembuangan limbah, maka lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, nilai estetika perairan berkurang (seperti warna laut berubah dari warnabiru menjadi warna hitam) dan badan air beracun sehingga makanan laut (seafood) menjadi berbahaya.Wisatawan menjadi tidak dapat mandi dan berenang karena air di laut, danau dan sungai tercemar.Masyarakat dan wisatawan saling menjaga kebersihan perairan.Guna mengurangi polusi air, alat transportasi air yang digunakan, yakni angkutan yang ramah lingkungan, seperti : perahu dayung, kayak, dan kano. 2. Atmosfir Perjalanan menggunakan alat transportasi udadra sangat nyaman dan cepat. Namun, angkutan udara berpotensi merusak atmosfir bumi. Hasil buangan emisinya dilepas di udara yang menyebabkan atmosfir tercemar dan gemuruh mesin pesawat menyebabkan polusi suara. Selain itu, udara tercemar kibat emisi kendaraan darat (mobil, bus) dan bunyi deru mesin kendaraan menyebabkan kebisingan. Akibat polusi udara dan polisi suara, maka nilai wisata berkurang, pengalaman menjadi tidak menyenangkan dan memberikandampak negatif bagi vegetasi dan hewan.Inovasi kendaraan ramah lingkungan dan angkutan udara berpenumpang massal (seperti pesawat Airbus380 dengan kapasitas 500 penumpang) dilakukan guna menekan polusi udara dan
suara. Anjuran untukmengurangi kendaraan bermotor juga dilakukan dan kampanye berwisata sepeda ditingkatkan. 3. Pantai dan pulau Pantai dan pulau menjadi pilihan destinasi wisata bagi wisatawan. Namun, pantai dan pulau sering menjaditempat yang mendapatkan dampak negatif dari pariwisata. Pembangunan fasilitas wisata di pantai dan pulau, pendirian prasarana (jalan, listrik, air), pembangunan infrastruktur (bandara, pelabuhan) mempengaruhi kapasitas pantai dan pulau.Lingkungan tepian pantai rusak (contoh pembabatan hutan bakau untuk pendirian akomodasi tepi pantai),kerusakan karang laut, hilangnya peruntukan lahan pantai tradisional dan erosi pantai menjadi beberapaakibat pembangunan pariwisata.Preservasi dan konservasi pantai dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan taman laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah lingkungan. Beberapa pengelola pulau (contoh pengelola Taman NasionalKepulauan Seribu) menawarkan paket perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan menanam bakau di laut. 4. Pegunungan dan area liar Wisatawan asal daerah bermusim panas memilih berwisata ke pegunungan untuk berganti suasana. Aktivitas di pegunungan berpotensi merusak gunung dan area liarnya. Pembukaan jalur pendakian, pendirian hotel di kaki bukit, pembangunan gondola (cable car), dan pembangunan fasilitas lainnya merupakanbeberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan area liar. Akibatnya terjadi tanahlongsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan (yang bisa menjadi paru-paru masyarakat) ,potensi polusi visual dan banjir yang berlebihan karena gunung tidak mampu menyerap air hujan. Reboisasi (penanaman kembali pepohonan di pegunungan) dan peremajaan pegunungan dilakukan sebagai upaya pencegahan kerusakan pegunungan dan area liar. 5. Vegetasi Pembalakan liar, pembabatan pepohonan, bahaya kebakaran hutan (akibat api unggun di perkemahan),koleksi bunga, tumbuhan dan jamur untuk kebutuhan wisatawan merupakan beberapa kegiatan yang merusak vegetasi. Akibatnya, terjadi degradasi hutan (berpotensi erosi lahan), perubahan struktur tanaman(misalnya pohon yang seharusnya berbuah setiap tiga bulan berubah menjadi setiap enam bulan, bahkanmenjadi tidak berbuah), hilangnya spesies tanaman langka dan kerusakan habitat tumbuhan. Ekosistemvegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang. 6. Kehidupan satwa liar Kehidupan satwa liar menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Wisatawan terpesona dengan pola hiduphewan. namun, kegiatan wisata mengganggu kehidupan satwa-satwa tersebut. Komposisi fauna berubahakibat:pemburuan hewan sebagai cinderamata, pelecehan satwa liar untuk fotografi, eksploitasi hewan untuk pertunjukan, gangguan reproduksi hewan (berkembang biak), perubahan insting hewan (contohhewan komodo yang dahulunya hewan ganas menjadi hewan jinak yang dilindungi), migrasi hewan (ketempat yang lebih baik). Jumlah hewan liar berkurang, akibatnya ketika wisatawan mengunjungi daerah wisata, ia tidak lagi mudah menemukan satwa-satwa tersebut
7. Situs sejarah, budaya, dan keagamaan Penggunaan yang berlebihan untuk kunjungan wisata menyebabkan situs sejarah, budaya dan keagamaanmudah rusak. Kepadatan di daerah wisata, alterasi fungsi awal situs, komersialisasi daerah wisasta menjadi beberapa contoh dampak negatif kegiatan wisata terhadap lingkungan fisik. Situs keagamaan didatangi oleh banyak wisatawan sehingga mengganggu fungsi utama sebagai tempat ibadah yang suci. Situs budaya digunakan secara komersial sehingga dieksploitasi secara berlebihan (contoh Candi menampung jumlah wisatawan yang melebihi kapasitas). Kapasitas daya tampung situs sejarah, budaya dan keagamaan dpat diperkirakan dan dikendalikan melalui manajemen pengunjung sebagai upaya mengurangi kerusakan pada situs sejarah, budaya dan keagamaan. Upaya konservasi dan preservasi serta renovasi dapat dilakukan untuk memperpanjang usia situs-situs tersebut. 8. Wilayah perkotaan dan pedesaan Pendirian hotel, restoran, fasilitas wisata, toko cinderamata dan bangunan lain dibutuhkan di daerah tujuanwisata. Seiring dengan pembangunan itu, jumlah kunjungan wisatawan, jumlah kendaraan dan kepadatan lalu lintas jadi meningkat. Hal ini bukan hanya menyebabkan tekanan terhadap lahan, melainkan juga perubahan fungsi lahan tempat tinggal menjadi lahan komersil, kemacetan lalu lintas, polusi udara dan polusi estetika (terutama ketika bangunan didirikan tanpa aturan penataan yang benar). Dampak buruk itu dapatdiatasi dengan melakukan manajemen pengunjung dan penataan wilayah kota atau desa serta membedayakan masyarakat untuk mengambil andil yang besar dalam pembangunan.
Dampak Pariwisata terhadap Kebudayaan
Dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kebudayaan tidak terlepas dari pola interaksi di antaranya yang cenderung bersifat dinamika dan positif. Dinamika tersebut berkembang, karena kebudayaan memegang peranan yang penting bagi pembangunan berkelanjutan pariwisata dan sebaliknya pariwisata memberikan peranan dalam merevitalisasi kebudayaan. Ciri positif dinamika tersebut diperlihatkan dengan pola kebudayaan mampu meningkatkan pariwisata dan pariwisata juga mampu memajukan kebudayaan. (Geriya, 1996: 49). Dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan seperti disebutkan di atas sejalan dengan pemikiran Sihite (2000: 76) yang menyebutkan secara garis besar dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan dapat dilihat pada hal-hal berikut: 1. Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya yang dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan. 2. Merupakan dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali beberapa pola budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik, upacara-upacara adat, dan pakaian. 3. Memberikan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidup yang bersih dan menarik. 4. Terjadinya tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat lokal. Misalnya, wisatawan dapat lebih banyak mengenal kebudayaan serta lingkungan yang lain dan penduduk lokal juga mengetahui tempat-tempat lain dari cerita wisatawan.
5. Mendorong pendidikan di bidang kepariwisataan untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia di bidang kepariwisataan yang handal Perkembangan pariwisata yang sangat pesat dan terkosentrasi dapat menimbulkan berbagai dampak. Secara umum dampak yang ditimbulkan adalah dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari pengembangan pariwisata meliputi; 1. memperluas lapangan kerja 2. bertambahnya kesempatan berusaha 3. meningkatkan pendapatan 4. terpeliharanya kebudayaan setempat 5. dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan. Sedangkan dampak negatifnya dari pariwisata tersebut akan menyebabkan; 1. terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerah 2. timbulnya komersialisasi 3. berkembangnya pola hidup konsumtif 4. terganggunya lingkungan 5. semakin terbatasnya lahan pertanian 6. pencernaan budaya 7. terdesaknya masyarakat setempat Dampak positif dari kegiatan pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal antara lain; munculnya kreativitas dan inovasi budaya, akulturasi budaya, dan revitalisasi budaya. Sedangkan dampak negatif yang sering dikawatirkan terdapat budaya masyarakat lokal antara lain; proses komodifikasi, peniruan, dan profanisasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dampak pariwisata terhadap budaya masyarakat lokal sebagaimana tersebut di atas disebabkan oleh tiga hal yakni: (1) masyarakat lokal ingin memberikan hasil karya seni atau kerajinan yang bermutu tinggi kepada pembeli (wisatawan); (2) untuk menjaga citra dan menunjukkan identitas budaya masyarakat lokal kepada dunia luar; (3) masyarakat ingin memperoleh uang akibat meningkatnya komersialisasi . Adanya dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan menunjukkan adanya keselarasan ungkapan yang mengatakan “Pariwisata untuk Kebudayaan”. Artinya, pengembangan pariwisata
benar-benar memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan kebudayaan dalam arti yang luas. Ini artinya, perkembangan pariwisata secara positif dapat memperkokoh kebudayaan Indonesia. Di samping memberikan dampak yang positif, pengembangan pariwisata juga dapat menimbulkan masalah. Di samping pariwisata dapat mengembangkan dan melestarikan kebudayaan, sering juga terjadi sebaliknya yaitu tereksploitasinya kebudayaan secara berlebihan demi kepentingan pariwisata. Tentu hal ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan kebudayaan. Ini sering terjadi akibat adanya komersialisasi kebudayaan dalam pariwisata. Artinya, memfungsikan pola-pola kebudayaan seperti kesenian, tempat-tempat sejarah, adat istiadat, dan monumen-monumen di luar fungsi utamanya demi kepentingan pariwisata. Inilah suatu masalah yang dihadapi sekaligus tantangan dalam pengembangan pariwisata budaya. Hal ini juga dialami oleh Bali sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia.
Dampak Pariwisata dari Aspek Sosial
Pada sejumlah Negara yang sedang membangunan, pengenalan yang terlalu dini pada pemikiran dan teknologi Barat dapat menciptakan beragam masalah sosial. Pengenalan di sector pariwisata misalnya, bagi sebuah kawan baru pada akhirnya mengubah gaya hidup sehari-hari penduduknya. Perkembangan pariwisata yang terlalu cepat dapat meningkatakan angka kejahatan dan sekaligus memperkanalkan perjudian, materialism, serta keserakahan (Denis L. Foster, 2000). Lebih lanjut dikatakan bahwa pemerintah Negara yang sedang berkembang seringkali mengkhawatirkan akibat pariwisata pada karakter bangsa. Dengan secara menyolok menempatkan wisatawan yang makmur di tengan-tengan penduduk local yang miskin, pariwisata seringkali menimbulkan kegelisahan. Kegiatan pariwisata cenderung mengarah kepada kegiatan dari aksi sosial, dalam artian bahwa kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan tingkah laku tiap individu, kelompok dalam melakukan perjalanan wisata serta pengaruh kegiatan pariwisata dalam masyarakat. Dengan berkembangnya pariwisata orang-orang bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lain, dari lingkungan yang satu ke lingkungan lain yang sama sekali berbeda bangsa dan agama. Orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata tersebut akan saling berhubungan langsung dengan orang-orang yang berkebangsaan dan lingkungan lain ditempat tujuannya, dan memperkenalkan adat kebiasaan, tingkah laku dan keinginan yang kebiasaan, tingkah laku dan keinginan yang berbeda-beda bahkan bertolak belakang dengan tata cara hidup (the way of life) masyarakat yang dikunjungi. Gejala ini dapat membuat sector pariwisata menjadi suatu yang dianggap peka yang dapat mempengaruhi hubungan antar bangsa. Oleh sebab itu pariwisata menciptakan kontak sosial antar sesama. Kontak sosial ini mengandung makna : 1. Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk saling mengenal kebudayaan masing-masing dalam batas-batas tertentu. 2. Memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengenal sikap dasar yang dimiliki dalam pergaulan. Kenyataan bahwa pariwisata meliputi kegiatan perpindahan tempat sejumlah orang yang sedang melakukan perjalan secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Pariwisata menjadi suatu manifestasi lintas budaya yang penting, karena kegiatan ini menjadi kancah pertemuan warga dari berbagai bangsa dengan latar belakang yang berlainan, lingkungan sosial beragam. Dalam bentuk interaksi antara wisatawan dengan masyaraka setempat wisatawan menghabisakan waktunya di tempat-tempat yang exlusive, mewah, bersenang-senang menurut caranya masing-masing. Mereka bermalas-malas dipantai, menyantap makanan yang mewah dan berlimpah. Sementara penduduk setempat yang melayani sebagai pelayan restoran, tukang cuci piring, bagian keamanan dan lain-lain. (Yohanes Sulistyadi. 1999) Sebagai akibat berkembangnya tingkah laku masyarakat yang berorientasi pada konsumsi semata dan pengaruh penyakit masyarakat itu, maka munculah; pelacuran, kecanduan obat, perdagangan obat bius. Mabuk-mabukan dan ketidakpatuhan terhadap undang-undang yang berlaku.
Namun demikian segi positip dari kepariwisataan cukup banyak. Hal itu dapat dilihat di lapangan seperti hal-hal berikut: 1.
Struktur sosial Sebagai akibat pengembangan pariwisata, terjadi:
Transaksi kesempatan kerja dari sector pertanian ke sector pelayanan.
Modernisasi dalam cara-cara pertanian dan penjualan hasil panen.
Pemerataan pendapatan masyarakat di DTW yang dikunjungi wisatawan.
Berkurangnya perbedaan dalam pendidikan dan kesempatan berusaha atau pekerjaan.
2.
Modernisasi keluarga
Kaum wanita memperoleh status baru dari petani tradisionil berubah menjadi pedagang acungan, pemilik took cendera mata, restoran atau bekerja pada kerajinan tangan dan karyawan hotel.
Terjadi kelonggaran perlakuan orang tua terhadap anak-anak dari disiplin ketat menjadi anak yang bebas memilih sesuai dengan yang dicita-citakannya
Peningkatan dalam wawasan masyarakat
Terjadinya perubahan tingkah laku kearah yang positif, terutama dalam etiket dan cara komunikiasi antar sesama.
Dapat menghilangkan prasangka-prasangka negative terhadap etnis lain
Dan terdapat juga Dampak Periwisata terhadap Sosial Budaya. Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan Pariwisata disuatu daerah terhadap Sosial Budaya
sangat terasa apalagi daerah tersebut menerima pengaruh dengan cepat tanpa ada penyaringan yang ketat terhadap kedatangan wisatawan.. Salah satu hal adalah dimana daerah yang dituju merupakan daerah yang lemah dalam bidang ekonomi, dengan sendirinya akan mengikuti Perkembangan dan merubah tatanan perekonomian sendiri salah satu contoh mengubah mata pencaharian
semula
yang
mereka
lakukan
secara
tradisional
menjadi
lebih
modern.
Masalah tentang dampak Pariwisata terhadap sosial budaya selama ini lebih cenderung mengasumsikan bahwa akan terjadi perubahan sosial-budaya akibat kedatangan wisatawan, dengan tiga asumsi yang umum, yaitu: (Martin, 1998:171): a. perubahan dibawa sebagai akibat adanya intrusi dari luar, umumnya dari sistem sosialbudaya yang superordinat terhadap budaya penerima yang lebih lemah; b. perubahan tersebut umumnya destruktif bagi budaya indigenous; c.
perubahan tersebut akan membawa pada homogenisasi budaya, dimana identitas etnik lokal akan tenggelam dalam bayangan sistem industri dengan teknologi barat, birokrasi nasional dan multinasional, a consumer-oriented economy, dan jet-age lifestyles.
Dalam perubahan yang diakibatkan oleh Pariwisata Secara teoritis, Cohen (1984) mengelompokkan dampak Pariwisata terhadap sosial budaya ke dalam sepuluh kelompok besar, yaitu: a. dampak terhadap keterkaitan dan keterlibatan antara masyarakat setempat dengan masyarakat yang lebih luas, termasuk tingkat otonomi atau ketergantungannya;
b. dampak terhadap hubungan interpersonal antara anggota masyarakat; c. dampak terhadap dasar-dasar organisasi/kelembagaan sosial; d. dampak terhadap migrasi dari dan ke daerah pariwisata; e. dampak terhadap ritme kehidupan sosial masyarakat; f. dampak terhadap pola pembagian kerja; g. dampak terhadap stratifikasi dan mobilitas sosial; h. dampak terhadap distribusi pengaruh dan kekuasaan; i. j.
dampak terhadap meningkatnya penyimpangan-penyimpangan sosial; dan dampak terhadap bidang kesenian dan adat istiadat. Dari pendapat Cohen tersebut diatas mengenai dampak pariwisata dapat disimpulan, bahwa
daerah tujuan wisata akan merasakan pengaruh yang luar biasa dari wisatawan yang datang yaitu dari mengenai unsur kebudayaan universal di daerah. Sebagai mana yang di kemukan oleh C.Kluckhohn dalam Koentjaraningrat merumuskan 7 unsur Kebudayaan . a. Sistem Bahasa Bahasa yang digunakan pada daerah ini adalah Sunda dengan dialek yang sama dengan sunda lainnya, Bahasa yang dibunakan oleh masyarakat setempat baik berupa lisan maupun tulisan atau berbentuk symbol simbol b. Sistem mata Pencaharian Untuk menunjang hidup sehari hari, setiap masyarakat pasti memiliki mata pencaharian utama yang berbeda ditiap daerah, sehingga terdapat suku bangsa memiliki mata pencaharian yang khas dibandingkan dengan dengan suku bangsa lain. c. Sistem Teknologi Teknologi atau peralatan hidup lain yang dimiliki oleh setiap masyarakat mungkin berbeda beda tergantung dimana masyarakat itu berada. d. Sistem Organisasi Sosial Suku bangsa yang merupakan kelompok mayarakat besar akan memiliki system kemasyarakatannya yang mungkin berbeda dengan suku bangsa lain: misalnya suku bangsa sunda dan jawa. e. Sistem Pengetahuan Masyarakat memilki pengetahuan yang digunakan dalam kehidupan sehari hari baik dalam bidang agriris maupun dalam bidang pengobatan. f. Sistem Kesenian Masyarakat atau suku bangsa memiliki persaan yang dituangkan kedalam bentuk benci, sedih, gembira, jengkel, bahagia dan sebagainya.perasaan timul dari setiap individu atau masyarakat dalat dilakukan de dalam bentuk seni atau perasaan dapat muncul karena seni. g. Sistem Religi Kepercayaan ditiap daerah itu berbeda merupakan warisan masa lampau dari perjalanan hidup masyarakat bersangkutan sebagai warisan budayanya. Keyakinan setempat yang diyakini masyarakatnya wajib dihormati oleh masyarakat lain, begitu pula dalam upacara ritual yang berhubungan dengan keyakinan.
Dampak pariwisata dalam bidang politik
Untuk lebih memahami dampak dari pariwisata di bidang politik , kita perlu mengetahui definisi dari politik . politik berasal dari bahasa yunani (politikos) yang berarti kota wilayah, atau yang berkaitan dengan warga Negara politik merupakanproses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berupa proses pembuatan keputusan , khususnya dalam Negara. Definisi ini adalah gabungan dari berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik juga merupakan suatu seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan konstitusional maupun nonkonstitusional. berikut beberapa definisi dari politik :
Politik adalah usaha yang ditempuh warga Negara untuk mewujudkan kebaikan bersama(aristoteles)
Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelengaraan pemerintahan dan Negara. Politik merupakan kegiatan yang diarah kan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dimasyarakat. Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik. Politik memiliki definisi yang luas , kegiatan politik tidak hanya sekedar mencakup
mempertahankan dan mendapatkan kekuasaan saja , tetapi politik juga mencakup pengaruh ideologi dan peranan suatu negara dalam bidang ekonomi, sosial budaya . sehingga munculah istilah HI atau hubungan internasional . HI merupakan salah satu cabang ilmu dari
ilmu
politik yang
memuat
hubungan
antar
Negara
baik
secara
birateral,
dan multilateral. Dalam berbagai aspek seperti ekonomi , politik , psriwisata, budaya , pendidikan ,dan lain lain. Kejasama antar Negara sering dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan di negaranya, kesamaan nasib , kesamaan geografis, ketergantungan Negara lain ,dan untuk menunjukan keunggulan Negara. Secara tidak langsung Negara Negara tersebut sudah melakkan kegiatan politik . dengan kemajuan teknologi dan globalisasi dunia hubungan kerjasama antar Negara sangat sering dilakukan dan membentuk organisasi organisasi multinasional seperti APEC, ASEAN , UNI EUROPA dan lian-lain . organisasi organisasi ini sering melakukan konfrensi di suatu Negara , sehingga dapat meningkatkan pamor dari Negara itu sendiri . sehingga memajukan perkembangan industri, terutama industri pariwisata Negara tersebut. Dampak positif pariwisata dalam bidang politik
Terjalinnya hubungan baik dengan negara-negara lain. Saling berkunjung dan saling mengenal antar penduduk sehingga dapat memper erat kesatuan dan persatuan Lebih banyak mengenal keindaha dan kekayaan tanah air , melalui kunjungan wisata sehingga memunculkan keinginan untuk memelihara, menjaga dan rasa cinta terhadap tanah air
Terjaganya hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata mancanegara, sehingga terjadi saling kunjung antar bangsa sebagai wisatawan . sebagaimana halnya dalam pariwisata pada poin pertama
Terjadi kontak kontak langsung yang akan menumbuhkan rasa saling pengertian terhadap perbedaan
Akan menimbulkan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan rasa saling menghormati.
Pemerintah mendapat defisa tambahan non migas
Adanya pemberlakuan kebijakanbebas visa terhadap Negara tertentu, untuk menarik wisatawan untuk berkunjung
Dampak negatif pariwisata dalam bidang politik
Kebijakan dari pemerintah sangat mempengaruhi kondisi pariwisata , seperti kenaikan bbm, kenaikan pajak usaha pariwisata . dan lain lain
Banyak terjadi kasus kkn pada pemerintahan di tempat daerah wisata itu .
Adanya ketimpangan pembangunan fasilitas umum antara desa dan kota(daerah wisata)
Adanya perebutan kekuasaan
Contoh: bali merupakan destinasi yang aman dan terkenal di dunia , karena budaya , alam ,dan keramah tamahan penduduknya sehingga bali sering menjadi tuan rumah dari kegiatan politik nasional dan internasional seperti: konfrensi apec , ktt asean, munas partai golkar dan l ain-lain .