INOVASI PEMBELAJARAN KELOMPOK II26
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat membuat cara berpikir berbeda, khususnya menyangkut dengan teori pembelajaran telah banyak mendorong dan mengilhami terhadap inovasi di bidang model-model pembelajaran. Pergeseran dari istilah "mengajar, belajar, proses belajar mengajar" kepada "pembelajaran"semestinya tidak hanya di lihat dari sekedar perubahan, akan tetapi mendalam dan harus difahami landasan filosofi dan pergeseran paradigma yang terkandung didalamnya.
Kondisi ideal yang menyebabkan suatu pembaharuan dalam pemblejaran yakni adanya salah satu factor penentu keberhasilan proses belajar mengajar di kelas karena adanya penggunaan model pembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi, dan sarana prasarana yang mendukung. Sehingga apabila model pembelajaran digunakan dengan tepat, maka tujuan pembelajaran pada ranah kognitif, psikomotor akan dapat tercapai.
Sedangkan fakta di lapangan yang tidak sesuai dengan kondisi ideal tersebut menyebabkan hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu factor penyebabnya adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang/tidak tepat serta penggunaan model pembelajaran yang tidak bervariasi. Karena adanya dua hal yang menyebabkan terjadinya fenomena penggunaan model pembelajaran yang tepat dan tidak bervariasi, perlu disajikan pembahasan mengenai berbagai model pembelajaran dengan harapan memberikan tambahan pengetahuan, supaya dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan :
Apa definisi inovasi pembelajaran?
Apa definisi model pembelajaran?
Bagaimana deskripsi macam-macam model pembelajaran inovatif?
TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
Menjabarkan definisi inovasi pembelajaran
Menjabarkan definisi model pembelajaran
Mendekskripsikan model-model pembelajaran inovatif
MANFAAT PENYUSUNAN MAKALAH
Manfaat penyusunan makalah ini adalah :
Menambah pengetahuan penyusun tentang model-model pembelajaran
Dapat dijadikan sebagai referensi tambahan
Memenuhi tugas kuliah Inovasi Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI INOVASI PEMBELAJARAN
Konsep peningkatan kualitas berkelanjutan pendidikan merupakan paradigma baru pengelolaan pendidikan yang perlu mendapat dukungan semua pihak di Indonesia. Beberapa hal penting berkaitan dengana ini adalah adanya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, adanya suasana akademik dan lingkungan kerja yang baik, komitmen dan dukungan kepemimpinan, dukungan pengawasan, sarana dan prasarana dan lain-lain sangat penting dalam pengembangan, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan yang berorientasi pada peningkatan kualitas yang berkelanjutan. Kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi kriteria yang harus dijadikan sebagai tolok ukur dalam kegiatan pengembangan pendidikan dan pembelajaran.
INOVASI PEMBELAJARAN
Inovasi pembelajaran adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran atau untuk memecahkan masalah-masalah dalam pembelajaran.
KARAKTERISTIK INOVASI PEMBELAJARAN
Sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Semakin menguntungkan bagi pihak yang menerima inovasi maka makin cepat suatu inovasi tersebut akan tersebar. Tingkat keuntungan suatu inovasi dapat dilihat dari nilai ekonominya, factor status social (gengsi), kesenangan, kepuasan atau karena memiliki komponen yang sangat penting. Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi:
Compatibility (Kompatibel), yaitu tingkat kesesuaian sebuah inovasi dengan nilai (values), pengalaman masa lalu, dan kebutuhan dari penerima inovasi. Suatu inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Complexity (Kompleksitas), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sulit dimengerti atau sulit untuk digunakan oleh penerimanya akan lambat proses penyebaranny.
Trialability (diujicobakan), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat dari pada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu
Observability (dapat diamati), yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya akan lama diterima oleh masyarakat.
DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN
PENGERTIAN MODEL
Briggs (1979) menjelaskan, model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan pengembangan model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan pengembangan pembelajaran. Hasil akhir dari pengembangan pembelajaran ialah system pembelajaran, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pengembangan pembelajaran ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi perencanaan, pengembangan dan evaluasi terhadap system pembelajaran yang sedang dikembangkan tersebut, sehingga setelah mengalami beberapa perbaikan system pembelajaran tersebut dapat memperoleh suatu hasil yang memuaskan.
PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran dikatakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, dan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. Konsep pembelajaran menurut Corey (Sagala, 2007) adalah suatu proses seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Hakikat pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007).
PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Model pembelajaran ialah pola yang dipergunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Supriono, 2012). Hal ini berarti bahwa setiap model membantu mengarahkan guru secara langsung untuk merancang kegiatan pembelajaran secara sistematis dalam mengorganisasikan suatu rencana pembelajaran untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN
Rangke L Tobing, dkk (1990) mengidentifikasi lima karakterististik suatu model pembelajaran yang baik, yang meliputi berikut ini.
Prosedur Ilmiah
Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu prosedur yang sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.
Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan
Suatu model pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci mengenai penampilan peserta didik.
Spesifikasi lingkungan belajar
Suatu model pembelajaran menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan dimana tanggapan peserta didik diobservasi.
Kriteria penampilan
Suatu model pembelajaran merujuk pada kriteria penerimaaan penampilan yang diharapkan dari para peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku yang diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikannya setelah langkah-langkah mengajar tertentu.
Cara-cara pelaksanaannya
Semua model pembelajaran menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta didik dan interaksinya dengan lingkungan.
MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)
Pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur, 2000).
Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur hasil belajar.
Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Sistem pengolahan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil (Nur, 2000).
Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Lima langkah pembelajaran langsung, yaitu:
Mengkondisikan
Penjelasan/demontrasi
Latihan terbimbing
Umpan balik, dan
Latihan lanjutan yang diperluas (penerapannya).
Dari semua uraian di atas, maka mengambil kesimpulan bahwa Model Direct Instruction dalam pengajaran mempunyai beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut adalah:
Siswa akan lebih aktif, bersemangat, bermutu (berkualitas) dan berdayaguna.
Penguasaan terhadap materi lebih mendalam karena mendapat bimbingan praktek,
Pengajaran dilakukan selangkah demi selangkah untuk menumbuhkan sikap percaya diri, berani, kesungguhan, keberanian serta tanggung jawab terhadap sekolah, keluarga dan masyarakat
Membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja.
Membiasakan siswa untuk tidak sekedar menghafal materi pelajaran tetapi juga harus mampu menerapkan apa yang telah dipelajari sebelumnya.
Selain mempunyai kelebihan-kelebihan, pada setiap model pembelajaran akan ditemukan keterbatasan-keterbatasan. Begitu pula dengan Model Pengakaran Direct Instruction. Keterbatasan-keterbatasan Model Pengajaran Direct Instruction adalah sebagai berikut:
Karena guru memaikan peranan pusat dalam model ini, maka kesuksesan pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
Model Pengajaran Direct Instruction sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang kurang baik cenderung menjadikan pembelajaran yang kurang baik pula.
Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, Model Pengajaran Direct Instruction mungkin tidak dapat memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
Jika terlalu sering digunakan Model Pengajaran Direct Instruction akan membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu siswa sesmua yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pemebelajan siswa itu sendiri.
Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Sayangnya, banyak siswa bukanlah merupakan pengamat yang baik sehingga dapat melewatkan hal-hal yang dimaksudkan oleh guru.
PEMBELAJARAN BERKELOMPOK (COOPERATIVE LEARNING)
Menurut Eggen and Kauchac (dalam Trianto, 2007), Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan. Dengan bekerja secara kolaboratif maka secara tidak langsung siswa telah mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya di luar sekolah. Berkolaborasi berarti bahwa siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang sederajat tapi heterogen dan satu sama lain saling membantu. Selama proses pembelajaran dalam kelompok, siswa bekerja sama dengan baik, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam (Trianto, 2009), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mereka terikat antara satu dengan lainnya. Tolak ukur kesuksesan kelompok bukanlah satu atau dua orang siswa melainkan semua siswa yang menjadi anggota kelompok. Hal ini kemudian akan menumbuhkan perasaan dalam diri siswa bahwa mereka adalah bagian dari kelompok.
Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Interaksi antar siswa yang dimaksudkan adalah adanya kerja sama dalam memecahkan suatu permasalahan. Interaksi dapat berupa tukar-menukar ide ataupun bantuan kepada sesama teman kelompok.
Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual yang dimaksud dalam hal ini adalah membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan siswa diharapkan tidak hanya mengandalkan pekerjaan teman sekelompoknya.
Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Berinteraksi dengan orang lain merupakan bagian dari penumbuhan keterampilan interpersonal bagi diri siswa.
Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak dapat berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota antar anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka mencapai tujuan dan membuat hubungan kerja yang baik.
Di dalam Pembelajaran Kooperatif terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran.
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok–kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresen-
tasikan hasil kerjanya.
Fase-6
Memberikan Penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
(Sumber : Depdiknas, 2005 : 13)
Habrany (1993) mengemukakan Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif di atas, berikut diuraikan satu-per satu:
Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri.
Dapat merangsang motivasi belajar
Ada tempat bertanya
Kesempatan melakukan resitasi oral
Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok
Bisa menjadi tempat mengobrol atau gossip.
Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Bisa terjadi kesalahan kelompok
PEMBELAJARAN KUANTUM (QUANTUM TEACHING)
Pembelajaran kuantum, memberdayakan seluruh potensi dan lingkungan belajar yang ada, sehingga proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. Untuk dapat mengarah kepada yang dimaksud, ada beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1) optimalkan minat pada diri, 2) bertanggung jawab pada diri, sehingga anda akan memulai mengupayakan segalanya terlaksana, dan 3) hargailah segala tugas yang telah selesai (Howard Gardner, dalam DePorter, 2002).
Pembelajaran kuantum memiliki lima karakteristik (Bobby DePorter, l992) sebagai berikut:
Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, ini
Berbicara membawa pesan-pesan belajar bagi siswa.
Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkatagorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini penting agar iswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran.
Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan fan peningkatan hasil belajar berikutnya.
Selanjutnya Bobby DePorter (l992), mengembangkan model pembelajaran kuantum melalui istilah TANDUR, yaitu:
Tumbuhkan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).
Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.
Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya.
Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya.
Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasakan langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa.
Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional.
Kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Quantum
Kelebihan
Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.
Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri
Karena model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya.
Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.
Kelemahan Model Pembelajaran Quantum :
Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
Karena dalam model ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll. Maka dapat mengganggu kelas lain.
Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING LEARNING)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005). Pembelajaran kompetensi merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistik (menyeluruh), terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait, apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya (Sukmadinata, 2004).
Berdasarkan pengertian pembelajaran kontekstual, terdapat lima karakteristik penting dalam menggunakan proses pembelajaran kontekstual yaitu:
Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada.
Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru
Pemahaman pengetahuan
Memperaktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran kontekstual, antara lain:
Tahap invitasi
Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematik tentang fenomena kehidupan sehari-hari melalui kaitan konsep-konsep yang di bahas tadi dengan pendapat yang mereka miliki. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut.
Tahap eksplorasi
Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasikan data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang masalah yang ia bahas. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keinginantahuan siswa tentang fenomena kehidupan lingkungan sekelilingnya.
Tahap penjelasan dan solusi
Saat siswa memberikan penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat rangkuman dan ringkasan.
Tahapan pengambilan tindakan
Siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.
Kelebihan Dan Kelemahan
Kelebihan dari model pembelajaran CTL yakni:
Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM.
Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
Kelemahan dari model pembelajaran CTL :
Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa.
Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PBM
Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki
Kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak ercaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.
Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya.
Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi.
PEMBELAJARAN INKUIRI (INQUIRY)
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dari Schmidt (Ahmadi & Amri, 2010).
Metode inkuiri ditempuh dengan menerapkan tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchack (Trianto, 2007), adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:
Tabe 2.1 Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri
Fase
Ke-
Indikator
Peran guru
1.
Menyajikan
pertanyaan atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan di tuliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
2.
Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis yang akan digunakan untuk dijadikan prioritas penyelidikan.
3.
Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
4.
Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalaui percobaan
5.
Mengumpulkan dan menganalisis data hipotesis
Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
6.
Membuat kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.
(Trianto, 2007)
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran inkuiri diuraikan Sudirman, dkk (Cahyadi, 2008) adalah sebagai berikut:
Kelebihan
Model pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi menjadi pengolahan informasi.
Pengajaran berubah dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Guru lebih banyak bersifat membimbing.
Dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri pada diri siswa.
Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga tahan lama dalam ingatan.
Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
Menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal).
Kekurangan
Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya menjadi belajar mandiri dan kelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun.
Guru dituntut mengubah kemasan mengajar yang umumnya sebagai penyaji informasi menjadi fasilitator dan motivator. Hal ini merupakan pekerjaan yang tidak gampang, karena umumnya guru merasa belum mengajar dan belum puas apabila tidak menyampaikan informasi (ceramah).
Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu tersedia.
Metode ini tidak efisien khususnya untuk mengajar siswa dalam jumlah besar, sedangkan jumlah guru terbatas.
PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME (CONTRUCTIVISME)
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Suparno, 1997).
Karakteristik model pembelajaran kontruktivisme yakni :
Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar.
Menggalakkan idea yang dimulakan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid
Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
Tahap-tahapan dalam model pembelajaran kontruktivisme yaitu :
Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi.
Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa.
Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta konsep.
Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut untuk menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana yang salah dan mana yang miskonsepsi.
Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran. Sedangkan strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk modul.
Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi. Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman belajar, (b)menggali ide-ide siswa, (c) restrukturisasi ide-ide.
Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah diterapkan.
Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan analisis terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas maupun yang resisten.
Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi pengubahan konsepsi siswa dalam bentuk modul.
Kelebihan dan Kekurangan model Pembelajaran Kontruktivisme
Kelebihan Model kontruktivisme
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Kelemahan Model Konstruktivisme
Membutuhkan waktu yang lama
Mengharuskan menyiapkan bahan ajar
Kurangnya refleksi yang diberikan oleh guru
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
Pembelajaran berbasis masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Karakteristik Pembelajaran berbasis masalah
strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika memaparkan 6 langkah dalam pembelajaran berbasis masalah ini :
Merumuskan masalah. Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan masalah tersebut.
Menganalisis masalah. Langkah peserta didik meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
Merumuskan hipotesis. Langkah peserta didik merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
Mengumpulkan data. Langkah peserta didik mencari dan menggambarkan berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
Pengujian hipotesis. Langkah peserta didik dalam merumuskan dan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Langkah peserta didik menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sebagai suatu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa keunggulan diantaranya :
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar.
kekurangan
Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER
Pada umumnya dalam bidang pendidikan, penggunaan teknologi berbasis komputer merupakan cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro prosesor, di mana informasi atau materi yang disampaikan disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan. Berbagai jenis aplikasi teknologi komputer dalam pendidikan umumnya dikenal dengan istilah "Computer Asissted Instruction (CAI)" atau Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK)".
Dalam pembelajaran berbantuan komputer, peserta didik berhadapan dan berinteraksi secara langsung dengan komputer. Interaksi antara komputer dengan peserta didik ini terjadi secara individual, sehingga apa yang dialami oleh seorang peserta didik akan berbeda dengan apa yang dialami oleh peserta didik yang lainnya. Pembelajaran dengan berbantuan komputer"Computer Assisted Instruction" (CAI) telah dikembangkan akhir-akhir ini dan telah membuktikan manfaatnya untuk membantu guru dalam mengajar dan membantu peserta didik dalam belajar. Komputer dapat sekaligus membantu puluhan peserta didik dan di masa yang akan datang, diharapkan dapat membantu ribuan peserta didik sekaligus.
Criswell (Munir, 2001) mendefinisikan CAI (Computer Assisted Instruction) sebagai penggunaan komputer dalam menyampaikan bahan pengajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif serta membolehkan umpan balik. Disamping sebagai CAI pemanfaatan komputer dapat berupa CBI (Computer Based instruction) yaitu Pembelajaran Berbasis Komputer.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis computer model tutorial ini adalah sebagia berikut;
Penyajian informasi (presentation of information), yaitu berupa materi pelajaran yang akan dipelajari
Pertanyaan dan respons (question of responses), yaitu berupa soal-soal latihan yang harus dikerjakan.
Penilaian respon (judging of responses), yaitu computer akan memberi respons terhadap kinerja dan jawaban siswa.
Pemberian balikan respons (providing feedback about responses) yaitu setelah selesai, program akan memberikan balikan. Apakah telah sukses/berhasil atau harus mengulang.
Pengulangan (remediation).
Segmen pengaturan pelajaran (sequencing lesson segment).
Heinich dkk. (1986) mengemukakan sejumlah kelebihan dan juga kelemahan yang ada pada komputer. Aplikasi komputer sebagai alat bantu proses belajar memberikan beberapa keuntungan antara lain:
Kelebihan
Komputer memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya dalam memahami pengetahuan dan informasi yang ditanyangkan.
Penggunaan komputer dalam proses belajar membuat siswa dapat melakukan kontrol terhadap aktivitas belajarnya.
Penggunaan komputer dalam lembaga pendidikan memberikan keleluasaan terhadap siswa untuk menentukan kecepatan belajar dan memilih urutan kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan.
Kemampuan komputer untuk menayangkan kembali informasi yang diperlukan oleh pemakainya, yang diistilahkan dengan "kesabaran komputer", dapat membantu siswa yang memiliki kecepatan belajar lambat. Dengan kata lain, komputer dapat menciptakan iklim belajar yang efektif bagi msiswa yang lambat (slow learner), tetapi juga dapat memacu efektivitas belajar bagi siswa yang lebih cepat (fast learner).
Disamping itu, komputer dapat diprogram agar mampu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar dan memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan kemampuan komputer untuk merekam hasil belajar pemakainya (record keeping), komputer dapat diprogram untuk memeriksa dan memberikan skor hasil belajar secara otomatis.
Komputer juga dapat dirancang agar dapat memberikan preskripsi atau saran bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar tertentu.
Kelebihan komputer yang lain adalah kemampuan dalam mengintegrasikan komponen warna, musik dan animasi grafik (graphic animation).
Kekurangan
Tingginya biaya pengadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran.
Masalah lain adalah compatability dan incompability antara hardware dan software. Penggunaan sebuah program komputer biasanya memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai. Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada komputer yang spesifikasinya tidak sama.
Merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis komputer (computer based instruction) merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program komputer merupakan kegiatan intensif yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus.
CONTOH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
Pembelajaran Berbasis Komputer
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Morisson, Ross dan O'Dell (1991) (dalam Wena, 2011) juga menemukan bahwa pembelajaran model pembelajaran berbasis computer lebih efektif dibanding dengan metode pembelajaran tradisional. Dengan metode pembelajaran berbasis computer, siswa akan lebih mudah melakukan control belajar, memilih urutan pembelajaran, memudahkan mengerjakan tugas-tugas dan melakukan evaluasi secara mandiri.
Pembelajaran Kuantum
Hasil Peneltian Zainur dan Sudarisman (2011) Mengaitkan model pembelajaran kuantum dengan penggunaan media animasi menjadi lebih efektif ketika dalam pembelajaran dipadukan dengan kegiatan peserta didik. Strategi TANDUR dalam pembelajaran kuantum dapat memunculkan ketarampilan proses sains dan mengakomodasi media komik dan animasi menjadi sebuah media yang interaktif dapat berperan sebagai bahan belajar maupun sebagai alat bantu belajar. Artinya peserta didik dalam pembelajaran juga melakukan interaksi dengan media yang digunakan. Selama kegiatan pembelajaran, peserta didik berinteraksi dengan media sebagai karakteristik pembelajaran kuantum dengan cara mengamati, menemukan pesan belajar yang terkandung di dalam media, mencoba dalam situasi yang berbeda, terlibat didalamnya secara nyata, dan memecahkan permasalahan terkait dengan isi media komik dan animasi. Pembelajaran kuantum sebagai payung strategi pembelajaran menjadikan peserta didik mulai dapat berinteraksi dengan media komik dan animasi yang digunakan. Peran media komik dan animasi dalam hal ini adalah dapat sebagai sumber belajar serta sebagai sarana untuk membantu pembelajaran mengahadirkan benda yang sukar diamati secara langsung.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan :
Inovasi Pembelajaran adalah perubahan atau pengembangan suatu sistem yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran melalui model-model pembelajaran yang inovatif.
Model Pembelajaran adalah merupakan tahapan pembelajaran secara sistematis dan saling berhubungan pada setiap tahapannya yang dapat memberikan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar yang berguna bagi guru dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran.
Terdapat model pembelajaran yang inovatif antara lain :
Pembelajaran Langsung
Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran Kontruktivisme
Pembelajaran Berbasis Masalam
Pembelajaran Berbasis Komputer
Saran
DAFTAR PUSTAKA
A.Tabrani Rusyan, 1994.Pendektan dalam Proses belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja Rosdakrya.
Amri, dkk. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Bobby Deporter .(2002). Quantum Learning( translated by Ary Nilandari).: Unleasinhing The The Genius In You. New York: Dell Publishing
Cahyadi, M. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial riddle Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMK Kelas XI. Skripsi S1 FPMIPA.Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Munir. 2009.Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Alfabeta: Bandung .
Nur, M dan Kardi, S. 2000. Pengajaran Langsung. Pusdat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana. UNESA.Rogers, Everett M. 1983. Diffussion of Innovation. Canada: The Free Press of Macmillan Publishing Co.
Sagala, S. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis. Jakarta: Prenada Media Group.
Sukmadinata, Nana Syaodih, (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.
Suparno, P. 1997. Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.Supriono, A. 2012. Cooperative Learrning. Surabaya : Pustaka Pelajar.
Tobing, Rangke L , Setia Adi, Hinduan, 1990, Model-Model mengajar Metodik Khusus Pendidikan Ilmu pengetahuan Alam Sekolah Dasar, makalah dalam penataran Calon Penatar Dosen Pendidikan Guru SD (Program D-II).
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi Kontrutivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Innovative Kontemporer, Suatu Tinjuan Konseptual Operasional, PT Bumi Aksara, Jakarta Timur.
Zaiunur dan Sudarisman. 2011. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Biologi Dengan Model Kuantum Menggunakan Media Komik Dan Media Animasi Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik. Prosiding Seminar Nasional Penelitian (Biologi, Sains, Lingkungan dan Pembelajarannya menuju Pembangunan Karakter). Pendidikan Biologi FKIP Universitas Negeri Solo.