BAB I PENDAHULUAN Trauma mata dapat disebabkan masuknya benda asing ke mata. Terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Bulu mata, debu, kuku, dan partikal lewat udara dapat kontak dengan konjungtiva atau kornea dan menyebabkan iritasi atau abrasi. Pada benda asing di mata, umumnya pasien mengeluh adanya sensasi benda asing (merasa ada sesuatu di mata) atau penglihatan kabur. Nyeri terjadi jika epitel kornea cedera karna kornea mengandung saraf sensori berada dibawah epitel. Pasien juga bisa mengalami epifora dan fotofobia. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Macam-macam bentuk trauma: Fisik atau Mekanik (trauma tumpul, misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock, membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel), trauma tajam misalnya pisau dapur, gunting, garpu, bahkan peralatan pertukangan, trauma peluru merupakan kombinasi antara trauma tumpul dan trauma tajam, terkadang peluru masih tertinggal didalam bola mata misalnya peluru senapan angin dan peluru karet. Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, sampo, bahan pembersih lantai, kapur,lem (perekat), trauma kimia asam misalkan cuka, bahan asam-asam dilaboratorium, gas air mata. Trauma fisis diantaranya trauma termal, misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari. Trauma bahan radioaktif, misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi. Gejala yang ditimbulkan tergantung jenis trauma serta berat dan ringannya trauma. (1) Trauma tajam selain menimbulkan perlukaan dapat juga disertai tertinggalnya benda. asing didalam mata. Benda asing yang tertinggal dapat bersifat tidak beracun dan beracun. Benda beracun contohnya logam besi, tembaga serta bahan dari tumbuhan misalnya potongan kayu. Bahan tidak beracun seperti pasir, kaca. Bahan tidak beracun dapat pula menimbulkan infeksi jika tercemar oleh kuman. Benda asing di kornea adalah adanya benda asing di kornea, dapat berupa logam, kaca, bahan organik dll. Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih
1
juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada COA dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kornea 2.1.1. Anatomi Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan, berukuran 11-12 mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan kontribusi 74 % atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata manusia. Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkaulsi limbus. Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 μm, diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm. (2,3)
2.1.2. Histologi Secara histologis, lapisan sel kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. Permukaan anterior kornea ditutupi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan tanpa papil. Di bawah epitel kornea terdapat membran limitans anterior (membran Bowman) yang berasal dari stroma kornea (substansi propia). Stroma kornea terdiri atas berkas serat kolagen paralel yang membentuk lamella tipis dan lapisan-lapisan fibroblas gepeng dan bercabang (Eroschenko, 2003). Permukaan posterior kornea ditutupi epitel kuboid rendah dan epitel posterior yang 3
juga merupakan endotel kornea. Membran Descemet merupakan membran basal epitel kornea (Eroschenko, 2003) dan memiliki resistensi yang tinggi, tipis tetapi lentur sekali (Hollwich, 1993).
Epitel Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan berbentuk
epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini.Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut.
Membran Bowman Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis
yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.
Stroma Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen
yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70%. Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh. (3,4)
4
Membran Descement Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening,
terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
Endotel Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan
kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan jumlah endotel berkurang.Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi oleh nervus 2.1.3. Perdarahan dan Persarafan Kornea mendapat nutrisi dari pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aqueous, dan air mata. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari cabang pertama (ophthalmichus) dan nervus kranialis trigeminus. Saraf trigeminus ini memberikan sensitivitas tinggi terhadap nyeri bila kornea disentuh (Hollwich, 1993). 2.1.4. Fisiologi Kornea Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel. Kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air mata tersebut. Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. Penetrasi kornea utuh oleh obat bersifat 5
bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Agar dapat melalui kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan membran Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur (Biswell, 2010). (4)
2.1.5 Trauma Kornea Trauma kornea bisa disebabkan oleh trauma tumpul, luka penetrasi atau perforasi benda asing. Kemungkinan kontaminasi jamur atau bakteri harus diingat dengan kultur untuk bakteri dan jamur diambil pada saat pemeriksaan pertama jika memungkinkan. Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan aberasi, edema, robeknya membran Descemet dan laserasi korneoskleral di limbus (5). Trauma penetrasi merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena pada keadaan ini kuman akan mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat mengakibatkan kerusakan susunan anatomik dan fungsional jaringan intraokular (Ilyas, 2009). Perforasi benda asing yang terdapat pada kornea dapat menimbulkan gejala berupa rasa pedas dan sakit pada mata. Keluhan ini mungkin terjadi akibat sudah terdapatnya keratitis atau tukak pada mata tersebut (1). 2.1.6 Benda Asing (Corpus Alienum) pada Kornea Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab cedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu korpus alienum masuk ke dalam bola mata maka biasanya terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata.
(3,6)
Karena itu perlu cepat mengenali benda asing tersebut dan menentukan
lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya. Benda asing yang dapat masuk ke dalam mata dibagi dalam beberapa kelompok:
Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah hitam, besi tembaga. Terbagi menjadi benda logam magnit dan bukan magnit.
Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan tumbuh-tumbuhan, bahan pakaian.
6
Benda inert, yaitu benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata, kalau terjadi reaksipun hanya ringan saja dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh: emas, platina batu, kaca, dan porselin.
Benda reaktif : terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, aluminium, tembaga, bulu ulat. Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya
corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri. Bila ini berada pada segmen depan dari bola mata, hal ini kurang berbahaya jika dibandingkan dengan bila benda ini terdapat di dalam segmen belakang. Jika suatu benda masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi salah satu dari ketiga perubahan berikut : 1. Mechanical effect Benda yang masuk ke dalam bola mata dapat melalui kornea ataupun sclera. Setelah benda ini menembus kornea maka ia masuk ke dalam kamera oculi anterior dan mengendap ke dasar. Bila kecil sekali dapat mengendap di dalam sudut bilik mata. Bila benda ini terus, maka ia akan menembus iris dan kalau mengenai lensa mata akan terjadi katarak traumatik. Benda ini bisa juga tinggal di dalam corpus vitreus. Bila benda ini melekat di retina biasanya kelihatan sebagai bagian yang dikelilingi oleh eksudat yang berwarna putih serta adanya endapan sel – sel darah merah, akhirnya terjadi degenerasi retina. 2. Permulaan terjadinya proses infeksi Dengan masuknya benda asing ke dalam bola mata, maka kemungkinan besar akan timbul infeksi dengan pembentukan jaringan granulasi. Corpus vitreus dan lensa dapat merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman sehingga sering timbul infeksi supuratif dan bisa juga terjadi iridocyclitis, endoftalmitis bahkan panoftalmitis. Jika sudah terjadi panoftalmitis akan menunjukkan gejala kemunduran tajam penglihatan, rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak, konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan refleks putih didalam fundus dan okuli sehingga dapat berahir dengan kebutaan pada mata. 3. Terjadi perubahan – perubahan spesifik pada jaringan mata karena proses kimiawi (reaction of ocular tissue)
7
Reaksi bola mata terhadap corpus alienum bermacam-macam dan ini ditentukan oleh sifat kimia dari benda tersebut. Non organized-material dapat menimbulkan proliferasi dan infeksi dengan pembentukan jaringan granulasi. Benda asing yang masuk ke dalam corpus vitreus akan mengendap kedasar dan menimbulkan perubahan-perubahan degenerasi sehingga corpus vitreus akan menjadi encer. Apabila corpus alienum adalah besi, maka akan terjadi dissosiasi elektrolit dengan corpus vitreus, dimana besi akan disebarkan ke dalam jaringan dan akan bereaksi dengan protein sel, mematikan sel dan terjadi atropi. Keadaan ini disebut siderosis dan jika disebabkan karena tembaga disebut kalkosis. Pengeluaran corpus alienum dari corpus vitreus dapat dilakukan dengan ekstraksi. Apabila sudah terjadi iridocyclitis dan visus yang sangat jelek maka tidak dilakukan lagi pengeluaran corpus alienum dengan ekstraksi tapi harus dilakukan enukleasi.
Patofisiologi Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata dengan kekuatan yang besar. Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada COA dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan. (3,5)
8
Manifestasi Klinis Pasien biasanya datang mencari pertolongan karna nyeri yang mendadak, yang biasanya sangat intensif, fotofobia, sensasi benda asing, dan air mata berlebihan. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun bergantung pada tempat lesinya, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+). Fluoresein akan mewarnai membran basal epitel yang defek dan dapat memperjelas kebocoran aqueous akibat luka tembus (uji seidel positif). Pola tanda goresan vertikal di kornea mengisyaratkan adanya benda asing terbenam di permukaan konjungtiva tarsalis palpebra superior. Etiologi dan faktor resiko Adanya benda asing di kornea disebabkan karena adanya bahan-bahan seperti logam, kaca, bahan organik yang bersarang (menetap) di kornea. Hal ini terjadi oleh karena adanya trauma ringan oleh benda asing sehingga benda asing tersebut bersarang (menetap) di kornea. Diagnosis Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan : 1) Anamnesis kejadian trauma 2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata 3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop 4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma 5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita Penatalaksanaan Defek epitel kornea yang ringan diterapi dengan salep antibiotik dan balut tekan (pressure patch) untuk mengimobilisasi palpebrae. Pada pengeluaran benda asing dapat diberikan anestetik topikal dan digunakan sebuah spud (alat pengorek) atau jarum yang berukuran kecil untuk mengeluarkan benda asing sewaktu pemeriksaan slitlamp. Setelah benda asing dikeluarkan, mata harus diberikan salep antibiotik dan ditutup. (3) Tidak boleh memberikan larutan anestetik topikal kepada pasien untuk dipakai ulang setelah cedera kornea karena hal ini memperlambat penyembuhan, menutupi kerusakan lebih lanjut, dan dapat menyebabkan pembentukkan jaringan parut kornea yang permanen, yang
9
secara klinis menyerupai tampilan ulkus infeksi. Pemakaian steroid harus dihindari jika masih terdapat defek epitel.
(3)
Terkadang terjadi erosi epitel rekuren setelah cedera kornea dan hal ini diatasi dengan penutupan, bandage contact lens, mikropungsi kornea, atau excimer laser phototherapeutic keratectomy (PTK). (3) Teknik penatalaksanaan : 1) Ekstirpasi (mengeluarkan benda asing dari kornea) 2) Salep antibiotik Teknik Ekstirpasi : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tetesi mata dengan anestesi mata Basahkan fluorescein strip Aplikasikan fluorescein strip pada kornea. Periksa kornea di bawah sinar UV Periksa mata bagian bawah saat mata melirik ke atas Periksa mata bagian atas saat mata melirik ke bawah Jika benda asing berada di superfisial, irigasi mata dan bersihkan dengan menggunakan cotton-bud aplikator (hati-hati,jangan sampai tertekan karena benda asing bisa masuk lebih dalam lagi dan dapat menyebabkan abrasi kornea yang lebih
luas) 7. Apabila tidak berhasil dapat digunakan jarum gauge no. 25 atau 27 dengan cara mengarahkan ke tepi (menjauhi kornea) dan arah bevel jarum miring untuk mengurangi peluang terjadi perforasi kornea Benda asing yang tidak menembus dibawah kelopak mata atas dapat diambil dengan mengangkat kelopak mata atas keatas kelopak mata bawah sehingga memungkinkan bulu mata kelopak mata bawah menyapu benda asing tersebut keluar dari kelopak mata atas. Aternatif lain, benda asing dapat dikeluarkan dengan irigasi, hati-hati jangan sampai menyentuh kornea. Bila benda asing tidak dapat diambil dengan cara ini, mata harus ditutup dan dibalut dan pasien dirujuk ke ahli oftalmologi. Salah satu bahaya benda asing konjungtiva adalah ancaman terhadap kornea. Benda asing di kornea harus segera dikeluarkan agar tidak terjadi kerusakan lebih parah, karena barang asing itu dapat menimbulkan kekeruhan pada kornea. Untuk mencari dan menentukan benda asing itu, kadang-kadang perlu dipakai lensa pembesar, senter, slitlamp, dan lampu kepala. Untuk memudahkan pengeluaran benda asing itu, pasien disuruh memandang pada satu titik langit. Pada anak-anak agak sukar menyuruh mata itu diam dan sering pula 10
memberontak, sehingga kadang-kadang perlu dilakukan pembiusan umum. Pengambilan benda asing lebih mudah jika dibantu dengan slitlamp. Benda asing kecil berupa serpihan logam, kaca, atau kayu yang masuk ke mata dengan kecepatan rendah biasanya mudah di congkel dengan ujung pisau atau jarum. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan
magnet portable. Kemudian diberi
antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban tekan. (5) Bila epitel kornea yang merupakan benteng alamiah terhadap mikroorganisme, mengalami gangguan mata menjadi rentan terhadap infeksi. Maka luka pada kornea harus diinsfeksi setiap hari untuk mengetahui adanya buku insfeksi sampai telah sembuh dengan sempurna. Pencegahan Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung. Komplikasi Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari corpus alienum tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan, maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika menembus cukup dalam. Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti inflamasi ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi pasien adalah baik. Prognosis
Baik, tetapi dapat menimbulkan sikatrik. Buruk, bila telah terjadi perforasi dan infeksi. Luka tembus pada mata dan benda asing intraokuler dapat menyebabkan prognosis yang lebih buruk
11
BAB III KESIMPULAN Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sklera, kornea, dan konjungtiva. Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya. Corpus alienum dapat menyebabkan trauma pada mata. Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Beratnya kerusakan pada organ – organ di dalam bola mata tergantung dari besarnya corpus alienum, kecepatannya masuk, ada atau tidaknya proses infeksi dan jenis bendanya sendiri. Gejala klinis yang biasanya muncul adalah nyeri yang mendadak, yang biasanya sangat intensif, fotofobia, sensasi benda asing, dan air mata berlebihan. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun bergantung pada tempat lesinya, adanya injeksi konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+). Untuk penatalaksanaannya dilakukan ekstirpasi (pengelauran benda asing) dan dengan salep antibiotik. Benda asing kecil berupa biasanya mudah di congkel dengan ujung pisau atau jarum. Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban tekan. Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara, maka perlu menggunakan kaca mata pelindung. Prognosis baik, tetapi dapat menimbulkan sikatrik. Prognosis buruk, bila telah terjadi perforasi dan infeksi. Luka tembus pada mata dan benda asing intraokuler dapat menyebabkan prognosis yang lebih buruk.
12
DAFTAR PUSTAKA 1. Trauma Mata. Available at : http://www.rsmyap.com/content/view/11/43/. Accessed on : 23 Desember 2013 2. Sidarta, Ilyas. 2009. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hlm1-12 3. Vaughan, Asbury. 2013. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC. Hlm 1 4. Anatomi Kornea. Available at : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37953/4/Chapter%20II.pdf.sember Accessed on : 22 Desember 2013 5. Bashour M., 2008. Corneal
Foreign
Body.
Available
at
:
http://emedicine.medscape.com/ article/ 1195581-overview. Accessed on : 22 Desember 2013 6. Ilyas, Sidarta. 2008. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
13