MODUL 2.1 STOMATOLOGI 1.
Apa saja tipe air liur Sel sekretori saliva diklasifikasikan menjadi 3 kategori: a. Serous-secreting cells menghasilkan produk yang hampir seluruhnya protein. Karakteristik ; 1. Nucleus yang besar dan bundar di tengah sel 2. Banyak granula sekretori di apical 3. Basophilic infranuclea zone yang memiliki banyak reticulum endoplasma kasar 4. Golgi apparatus yang berkembang dengan baik tereltak di apical nucleus, sering disalah artikan sebagai secretory granule 5. Batas lateral yang tidak jelas disebabkan oleh interdigitasi microvilli diruang interceluller Serious sel berbentuk pyramidal dengan apical yang sempit dan permukaan basolateral yang luas yang berkontak dengan basal laminan. Sintesi protein yang tinggi menyebabkan reticulum endoplasma kasar sangat berkembang, tersebar paling banyak di basal dan lateral sitoplasma. 6. Lumennya lebih kecil 7. Mensekresi serous b. Mucous cells mengandung sedikit protein, namun memiliki kandungan karbohidrat kompleks yang cukup tinggi. Karakteristik 1. Nucleus sel berbentuk pipih, dan berada di dasar sel. 2. Reticulum endoplasma kasar tereletak berdekatan dengan nucleus. 3. Batas lateral jelas, karena sel mucus tidak memiliki mikrovili dipermukaan lateralnya. 4. Mucous cell mensekresikan mucin yaitu komponen yang teksturnya seperti jelly yang melapisi permukaan mukosa mulut. 5. Lumennya lebih besar 6. Mensekresi mucous
saliva. Padang : Asosiasi Penerbit Sumber : Dr. drg. Nila Kusuma, M.Biomed.2015. Fisiologi dan patologi saliva. Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI) Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D., Human Histology a textbook in outline from W.B. Saunders Company, Third edition Philadelphia. Philadelphia. London, Toronto 1968. 2.
Apa factor yang mempengaruhi sekresi terproduksinya saliva? a. Hidrasi. Jika tubuh kekurangan air, saliva berkurang Karen kalenjar saliva mengurangi sekresi untuk mempertahankan jumlah air dalam tubuh. Laju aliran saliva maningkat pada keadaan hiperhidrasi b. Posisi tubuh. Dalam keadaan berdiri, laju aliran saliva tinggi, pada saat berbaring laju aliran saliva menjadi lebih rendah darpada pada saat duduk c. Pencahayaan. Mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam gelap, laju aliran saliva berkurang 30-40% namun tidak mempengaruhi pada orang buta karena yang ditutup matanya beradpatasi terhadap kurangnya cahaya yang diterima oleh penglihatan atau mata d. Jenis kelamin. Pengaruh jenis kelamin thp sekresi saliva masih tersu didebatkan khususnya yang berhubungan dengan perubahan hormonal pada wanita. e. Usia, semakin bertambah usia sel sel parenkim pada glandula salivarius akan terus tergantikan oleh sel sel adipose dan jaringan fibrovaskular dan volum dari acini berkurang f. Merokok, menyebabkan peningkatan temporer laju aliran unstimulated saliva. Efek iritasi tembakau meningkatkan ekskresi kelenjar dan nikotin menyebbakna perubahan fungsi dan morfologi kelenjar saliva. g. Siklus sirkardian. Aliran saliva mencapai puncak pada tengah hari dan menurun pada saat tidur. h. Latihan fisik. Stimulasi simpatik cukup kuat sehingga mengurangi atau menghambat sekresi saliva i. Regular stimulation of salivary flow. Pengunyahan permen karet secara berulang dapat meningkatkan laju aliran saliva stimulasi
Sumber : Dr. drg. Nila Kusuma, M.Biomed.2015. Fisiologi dan patologi saliva. Padang : Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI)
Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D., Human Histology a textbook in outline from W.B. Saunders Company, Third edition Philadelphia. London, Toronto 1968. 3.
Pada saat apakah air liur diproduksi? a. Waktu istirahat dan tidak tidur, dipicu oleh perangsangan reseptor penglihatan di retina oleh cahaya. Eferen "refleks cahaya" tsb menggiatkan sel asini terutama melalui saraf simpatis. Sekresi yang terutama berasal dari sel asini tersebut, mengandung banyak protein dan glikoprotein. Energi proses sekresi waktu istirahat bersifat endoseluler yaitu dari proses metabolik dan kinetik dalam sel asini yang berkaitan dengan eksositosis. Energi tsb meningkatkan transport Energi tsb meningkatkan transport Natrium dari intra sel ke kanalikuli interseluler. Keluarnya natrium dari sel diikuti oleh air, peningkatan air dala m kanalikuli interseluler. Kegiatan minimal sekresi protein dari sel asini ke lumen kelenjar peningkatan tekanan osmotik di lumen kelenjar perpindahan air dari intra seluler kanalikuli masuk ke lumen kelenjar, cairan hasil sekresi asini tsb mengalir sepanjang saluran kelenjar, cairan hasil sekresi asini tsb mengalir sepanjang saluran kelenjar. Pada saat cairan mengalir dalam duktus striatum Natrium direabsorbsi dan kalium di sekresi sehingga perubahan kandungan elektrolit dalam cairan. Aliran saliva yang lambat dlm keadaan istirahat sehingga lebih banyak Na+ yang direabsorbsi dan cairan bersifat hipotonik (penurunan tonus atau tegangan) b. Waktu makan, terjadi hasil sekresi sebagai hasil makan (eating reflex).Refleks makan dipicu oleh perangsangan reseptor pengecap dan reseptor mekanis pada gigi dan otot-otot rahang pada waktu mengunyah. Jalur eferen melibatkan saraf simpatis dan para simpatis. Tapi peran para simpatis lebih dominan. Pada refleks makan sehingga peningkatan sekresi protein oleh sel asini juga sekresi air dan elektrolit terutama oleh duktus striatum. Peningkatan laju saliva waktu makan akibat peningkat kecepatan sekresi dan kontraksi mioepitel. Pada penelitian dapat pula dibuktikan bahwa pada saat makan sel asini berkontraksi secara bersama. Hal tersebut juga meningkatkan laju aliran saliva. Waktu makan proses reabsorbsi sangat minimal. Proses reabsorbsi dianggap suatu proses yang secara normal terjadi hanya pada keadaan istirahat yaitu saat refleks parasimpatis tidak aktif. Waktu makan reseptor di dalam dan di sekitar mulut yang terangsang : reseptor kecap, reseptor tekan, dan proprioseptor. Respons kelenjar kuat terhadap impuls eferen yang dihantarkan saraf adrenergik maupun kolinergik. Impuls saraf meningkatkan sekresi protein dan kolinergik. Impuls saraf peningkat sekresi protein dan glikoprotein (50-100x) juga sekresi air dan elektrolit. Sekresi protein adalah akibat peningkatan kecepatan eksositosis dlm sel asini, sedangkan sekresi air dan elektrolit terjadi melalui proses transfer air dan elektrolit menembus duktus kelenjar.
Sumber : Dr. drg. Nila Kusuma, M.Biomed.2015. Fisiologi dan patologi saliva. Padang : Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI) 4.
Bagaimana mekanisme sekresi dari saliva? Sekresi kelenjar saliva dikontrol oleh system syaraf otonom yaitu parasimpatis dan simpatis melalui saliva reflex (reflex saliva). Refleks stimulasi kelenjar saliva memiliki peran penting dalam salivasi. Proses keluarnya saliva diawali oleh stimulus yang mengaktivasi reflex stimulasi. Aktivitas mengunyah dan makan adalah stimulus utama terhadap sekresi saliva. Reseptor yang diaktivasi pada saat mengunyah dan makan yaitu : gustatory receptor, mechanoreseptor, nacireceptor, dan olfactory receptor. Ada empat tipe rasa yang memicu sekresi saliva melalui gustatory saliva reflex yaitu rasa asam,asin, manis, pahit. Rasa asam dan asin adalah stimulus kuat dalam meicu sekresi saliva. Gustatory reseptor terdapat pada papilla lidah dalam bentuk taste buds. Masticatory saliva reflex terjadi melalui pergerakan gigi selama mastikasi yang mengaktifkan mechanoreceptor pada ligamen periodontal dan mukosa gingiva. Stimulus bau mengaktifkan olfactory receptor. Oflafctory receptor terletak pada cribiforn plate yang terletak diatap rongga hidung yang berfungsi merespon molekul volatile dari nasal, retronasal, mulut dan faring. Bau yang menusuk dapat menstimulasi nocireceptor. Nocireseptor adalah reseptor terhadap rasa nyeri yang juga dapat diaktivasi oleh makanan yang pedas. Stimulasi termal juga mempengaruhi tingkat sekresi. Minuman yang dingin meningkatkan volume saliva dibandingkan dengan minuman yang panas. Pada manusia, stimulasi penglihatan dan penciuman memiliki efek minor terhadap aliran saliva. Stimulasi saraf parasimpatis menyebabkan pelepasan acetylkolin dari ujung saraf postganglionic perifer sehingga saliva yang disekresikan bersifat encer, dan mengandung banyak amylase dengan jumlah mucin yang sedikit. Stimulasi simpatic akan melepaskan noradrenalin dan sekresi saliva bersifat kental dengan
konsentrasi protein yang tinggi dan jumlah air yang sedikit. Sekresi saliva tidak hanya dimediasi oleh dua jenis neurotransmitter acetycolin dan noradrenaline, tetapi dihasilkan ol eh neuropeptide lainnya. Sumber : Dr. drg. Nila Kusuma, M.Biomed.2015. Fisiologi dan patologi saliva. Padang ; Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI) 5. 1.
Ciri morfologi kalenjar saliva? Kelenjarludahutama mayorbesar-besar Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor terdiri dari : a. Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga dibelakang ramus mandibular. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara prossesus mastoideus dan ramus mandibula.Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat padat. Mengandung sejumlah besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan kolinesterase. Jaringan ikat masuk kedalam parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus. Secara morfologis kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-alveolar) bercbang-cabang (compound tubulo alveolar gland). Asinus-asinus murni serus kebanyakan mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-kadang memperlihatkan percabangan-percabangan. Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket. Saluran keluar utama ( duktus interlobaris) disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu. Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris. Duktus interlobularis tadi kemudian bercabangcabang menjadi duktus intralobularis. Kebanyakan duktus intralobularis merupakan duktus Pfluger yang mempunyai epitel selapis silindris yang bersifat acidophil dan menunjukkan garis-garis basal. Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang dan menunjukkan percabangan. Duktus Pfluger agak pendek. Sel-selnya pipih dan memanjang. Pada jaringan ikat interlobaris dan interlobularis terlihat banyak lemak yang berhubungan dengan “kumpulan lemak bichat” (Fat depat of bichat). Juga pada jaringan tersebut terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis dan pembuluh darah b. Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) , terletak dibagian bawah korpus mandibular. Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris (Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah , dibelakang gigi seri bawah. Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri dari jaringan ikat padat yang juga masuk ke dalam organ dan membagi organ tersebut menjadi beberapa lobulus. Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang (compound tubulo alveolar gland). Percabangan duktusnya sama dengan glandula parotis demikian pula sel-selnya. Bentuk sinus kebanyakan memanjang. Antara selsel asinus membran basal terdapat sel-sel basket. Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila dibandingkan glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang. Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak percabangan sehingga dalam preparat lebih mudah dicari c. Kelenjar Sublingualis terletak dibawah lidah Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan penting dalam proses mengolah makanan. Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar. Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus. Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang muara duktus Wharton pada frenulum lidah. Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan ikat yang jelas/tebal. Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalvioler bercabang-cabang (compound tubuloalveolar gland). Merupakan kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni. Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis. Duktus Pfluger sangat pendek. Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam preparat sukar ditemukan. Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat le mak sebagai glandula parotis 2. Kelenjar ludah tambahan / minor / kecil-kecil Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga mulut.
a. b. c. d. e. f. g.
Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus seromukus Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-asinus seromukus Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada pangkal lidah, dnegan asinusasinus murni serus Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-asinus mucus Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus .
Sumber : Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.
Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D., Human Histology a textbook in outline from W.B. Saunders Company, Third edition Philadelphia. London, Toronto 1968. 6.
Bagaimana fungsi, komponen, dan ciri dari cairan sulkus gingiva? Fungsi : indicator untuk menilai keadaan jaringan periodontal secara objektif sebab aliran CSG sudah lebih banyak sebelum terlihatnya perubahan klinis radang gingiva bila dibandingkan dengan keadaan normal. Komponen : polimorfonuklear, sel paling aktif yang keluar dari pembuluh darah melalui epitel perlekatan masuk ke dalam sulkus gingiva. neutrofil, mencegah invasi bakteri pada epitel dan jaringan ikat dibawahnya. Apabila rusak, seluruh sel ini akan melepaskan enzim cytosolic (enzim didalam sitoplasma sel) dan konsentrasi jumlah sel yang mati ketika terjadi lesi. makrofag, untuk menelan partikel yang lebih besar limfosit,menjaga mekanisme pertahanan terhadap benda asing monosit, untuk melawan agen-agen yang menyebabkan infeksi. ion elektrolit ( sodium, potassium, kalsium, dan magnesium). Ion calcium berperan dalam pembentukan kalkulus subgingiva. protein plasma,mengevaluasi inflamasi gingiva dan aktivitas penyakit periodontal. endotoksin bakteri, dan urea. Ciri : suatu celah dangkal disekeliling gigi yang pada sisi sebelah dalam didindingi oelh permukaan gigi dan pada sisi sebelah luar didindingi oleh epitel sebelah dalam dari gingiva bebas. Tujuannya untuk memahami hubungan antara komponen vascular dan struktur periodontal. Berasal dari serum darah yang terdapat dalam sulkus gingiva baik gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang Produk filtrasi fisiologi dari pembuluh darah yang termodifikasi, meningkat bila terjadi gingivitis/ periodontitis. Bersifat alkali sehingga dapat mencegah terjadinya karies pada permukaan enamel dan sementum yang halus.
Sumber : Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.
Roeslan BO. Imunologi oral kelainan di dalam rongga mulut . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002 :112, 116-7, 120 7.
Bagaimana fungsi, komponen, dan ciri sekresi dari epitel rongga mulut? Fungsi : sebagai barrier protektif mukosa mulut. Mekanisme proteksi, tergantung pada deskuamasi yang konstan sehingga bakteri sulit melekat pada sel dan derajat keratinisasinya yang menyebabkan efisien sebagai barrier. Komponen : jaringan lunak mulut merupakan mukosa yang terdiri dari skuamosa yang karena bentuknya berguna sebgai barier Ciri : terlihat berlapis-lapis. Terdiri atas lapisan keratin, lapisan granular, membranebasal, dan komponen seluler serta humoral yang berasal dari pembuluh darah
Sumber : Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.
Roeslan BO. Imunologi oral kelainan di dalam rongga mulut . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002 :112, 116-7, 120