BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan: 1. UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan 2. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kewajiban Keikutsertaan Masyarakat di Bidang Kesehatan 3. Masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) 4. Masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) 5. Visi Pembangunan Kesehatan RI yaitu Indonesia Sehat Tahun 2010 dengan misi membuat rakyat sehat 6. Diperlukan upaya terobosan yang mempunyai daya ungkit secara signifikan yaitu melalui desa siaga. Dasar Pelaksanaan Dasar
Pelaksanaan
Desa
Siaga
adalah
SK
Menkes
No.
554/Menkes/VIII/2004 tentang Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga dengan target nasional tahun 2008 adalah seluruh desa di Indonesia menjadi desa siaga. Penggagas desa siaga ini adalah seorang aktivis perburuhan. Sepak terjangnya merintis desa siaga ini bermula tahun 2001-2003. Sebuah desa siaga 1
dikatakan desa siaga apabila telah memenuhi syarat sekurang-kurangnya satu buah POSKESDES (Pos Kesehatan Desa). Poskedes merupakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Keberadaan desa siaga, ternyata telah memberikan dampak positif, antara lain berhasil menurunkan angka kematian ibu dan anak, sehingga pada tahun 2004 program ini diadopsi oleh Departemen Kesehatan dan menjadi kebijakan nasional. Pada tahun 2006, Depkes menargetkan terbentuknya 12.000 Desa Siaga, dan tahun 2008, seluruh desa diharapkan telah menjadi Desa Siaga. Pengembangan Desa Siaga ternyata dipandang penting sebagai basis menuju Indonesia Sehat.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa siaga ini merupakan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga adalah kelurahan / istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengukur kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan RI.
B. Tujuan Desa Siaga Pengembangan desa siaga memiliki beberapa tujuan : Tujuan umum : Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli,
3
dan tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di desanya. Tujuan khusus : 1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan dan melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). 2. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. 3. Meningkatnya kesehatan di lingkungan desa. 4. Meningkatnya kesiagaan dan kesiapsediaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah penyakit, dsb).
C. Landasan hukum desa siaga Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 574 / Menkes / SK / IV / 2000 telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010. Visi tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, sehingga memiliki derajat kesehatan yang setinggi - tingginya. Beberapa landasan hukum pelaksanaan desa siaga : 4
UU No.23 Th.1992 tentang kesehatan UU No.32 Th.2004 tentang Pemerintah Daerah UU No.25 Th.2005 tentang Perencanaan Pembangunan PP No.25 Th.2004 tentang Otonomi Daerah Keputusan Menkes No.128 / Menkes / SK / II /2004 Th.2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas Keputusan Menkes No.131 / Menkes / SK / II/ 2004 tentang SKN.
D. Sasaran Desa Siaga Sasaran desa siaga dibedakan menjadi tiga jenis untuk mempermudah strategi intervensi, yaitu : 1. Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya. 2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat, termasuk tokoh agama, tokoh perempuan, dan pemuda, kader, serta petugas kesehatan. 3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dll. Seperti kepala desa, camat, para pejabat terkait, swasta, para donatur, dan pemangku kepentingan lain. 5
E. Komponen Desa Siaga Kriteria desa siaga : Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai suatu sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanan di poskesdes dapat meliputi upaya preventif (pencegahan), promotif (penyuluhan), dan kuratif pengobatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.
Kegiatan-kegiatan dalam sebuah poskesdes merupakan kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, secara minimal berupa : 1. Pengamatan epidemologis sederhana terhadap penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), dan faktor-faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil yang berisiko. 2. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor risikonya (termasuk status gizi). 3. Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. 6
4. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya. 5. Kegiatan-kegiatan lain yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan keluarga sadar gizi (kadarzi), peningkatan PHBS, penyehatan lingkungan, dll, merupakan kegiatan pengembangan.
Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang bidan), dengan dibantu minimal 2 orang kader kesehatan. Untuk penyelenggaraan poskesdes, harus tersedia sarana fisik yang meliputi bangunan, perlengkapan, dan peralatan kesehatan. Beberapa alternatif pembangunan poskesdes dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut : 1. Mengembangkan rumah pondok bersalin desa (polindes) yang telah ada di poskesdes. 2. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya balai RW, balai desa, balai pertemuan desa, dan lain-lain. 3. Membangun bangunan baru, yaitu dengan pendanaan dari pemerintah (pusat atau daerah), donatur, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.
F. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi, yaitu dengan menempuh tahap-tahap : 7
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah. 2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah. 3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan, dan melaksanakannya. 4. Memantau, mengevaluasi, dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan.
G. Langkah – langkah pengembangan desa siaga Pengembangan Desa siaga dilaksanakan dengan membantu / memfasilitasi / mendampingi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi yang dilakukan oleh forum masyarakat desa ( pengorganisasian masyarakat ). Yaitu dengan menempuh tahap-tahap : 1. Mengindentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumberdaya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah 2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
8
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan melaksanakannya, serta 4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan. Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besar langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan Tim Petugas Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lainnya dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas kesehatan yang berada di wilayah Puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi ,pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi, yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau output dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan masyarakat.
2. Pengembangan Tim di Masyarakat Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh masyarakat, serta masyarakat ( forum masyarakat desa ), agar mereka tahu dan mau bekerjasama dalam satu tim untuk mengembangkan Desa Siaga. Dalam langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik 9
berupa kebijakan, agar mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, serta restu, maupun dana atau sumber daya lain, sehingga pengembangan Desa Siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada tokoh - tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa Siaga. Jadi dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral, dukungan finasial atau dukungan material, sesuai kesepakatan dan persetujuan masyarakat dalam rangka pengembangan desa siaga. Jika di daerah tersebut telah terbentuk wadah - wadah kegiatan masyarakat di bidang kesehatan seperti forum Kesehatan Desa, konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi kemasyarakatan lainnya, hendaknya
lembaga-lembaga
ini
diikutsertakan
dalam
setiap
pertemuan dan kesepakatan.
3. Survei Mawas Diri Survei Mawas diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau Community Self Survey (CSS) bertujuan agar pemuka - pemuka masyarakat mampu melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Dengan demikian, diharapkan 10
mereka menjadi sadar akan permasalahan yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat atau tekat untuk mencari solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi mereka. Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah masalah kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam mengatasi masalah - masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka membangun Poskesdes.
4. Musyawarah Masyarakat Desa Tujuan penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) ini adalah mencari alternatif penyelesaian masalah kesehatan dan upaya membangun Poskesdes dikaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Disamping itu juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan Desa Siaga. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh - tokoh masyarakat, tokoh tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan advokasi). 11
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan , utamanya adalah daftar masalah kesehatan, data potensi, serta harapan masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan prioritas, serta langkah - langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan Pengembangan Desa Siaga.
H. Pelaksanaan Kegiatan Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut : •
Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga, Pemilihan Pengurus dan kader Desa siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas.
•
Orientasi / Pelatihan Kader Desa Siaga. Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga
(sebagaimana telah
dirumuskan dalam rencana operasional) , yaitu meliputi pengelolaan Desa 12
Siaga
secara
umum,
pembangunan
dan
pengelolaan
Poskesdes,
pembangunan dan pengelolaan UKBM lain serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap – Antar - Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman ( PAB – PLP ), kegawat -daruratan sehari - hari, kesiap siagaan bencana, keadian luar biasa (KLB), Pos Obat Desa (POD), diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku hiup bersih dan sehat (PHBS), dan lain-lain. •
Pengembangan Poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari polindes yang sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam rencana kerja kerja alternatif lain pembangunan Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan- membangun baru dengan fasilitas dari Pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donatur, membangun baru dengan swadaya masyarakat atau memodifikasi bangunan lain yang ada. Bila mana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan dengan membentuk UKBM-UKBM lain seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.
•
Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
13
Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah ditetapkan sebagai Desa Siaga . Setelah Desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang yang berpotensi menimbulkan KLB, peggalangan dana , pemberdayaan masyarakat menuju kadarzi
dan
PHBS
serta
penyehatan
lingkungan.
Di
Poskesdes
diselenggarakan pula pelayanan UKBM - UKBM lain seperti Posyandu dan lain - lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku. Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas, yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan Desa Siaga selanjutnya secara lintas sektoral. •
Pembinaan dan Peningkatan Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka untuk memajukan Desa Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring Desa Siaga dapat dilakukan melalui Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau Temu Jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun ). Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar - menukar pengalaman dan memecahkan masalah -masalah yang dihadapi bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya 14
adalah pembinaan jejaring lintas sektor, khususnya dengan program program pembangunan yang bersasaran desa. Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian Desa Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan pada kader agar tidak drop- out ,kader-kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial psikologisnya
harus
diberi
kesempatan
mengembangkan kreativitasnya. Sedangkan
seluas-
luasnya
untuk
kader-kader yang masih
dibebani dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh
pendapatan
tambahan,
misalnya
dengan
pemberian
gaji/insentif atau fasilitas agar dapat berwirausaha. Untuk dapat melihat perkembangan Desa Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan - kegiatan di Desa Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam buku Register UKBM ( contohnya Sistem Informasi Posyandu ) Secara
garis
besar,
langkah
pokok
mengembangkan desa siaga meliputi : 1. Pengembangan tim petugas 2. Pengembangan tim masyarakat 3. Survei mawas diri (SMD) 4. Musyawarah mufakat desa (MMD)
15
yang
perlu
ditempuh
untuk
I. Pembinaan dan Peningkatan Untuk dapat melihat perkembangan desa siaga perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi, sehingga seluruh kegiatan-kegiatan di desa siaga perlu dicatat oleh para kader, misalnya buku register UKBM. Kegiatan posyandu dicatat dalam buku register ibu dan anak tingkat desa atau RIAD dalam sistem informasi posyandu.
J. Indikator Keberhasilan Desa Siaga 1. Indikator Masukan Yaitu untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan desa siaga meliputi : a. Ada / tidaknya forum masyarakat desa. b. Ada / tidaknya poskesdes dan sarana bangunan serta perlengkapannya. c. Ada / tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat. d. Ada / tidaknya tenaga kesehatan (minimal seorang bidan).
2. Indikator Proses 16
Yaitu indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi : a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa. b. Berfungsi / tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana. c. Berfungsi / tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat. d. Ada / tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
3. Indikator Keluaran Indikator keluaran untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi : a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar poskesdes. b. Cakupan pelayanan UKBM lain. c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan. d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
4. Indikator Dampak
17
Indikator ini mengukur seberapa besar dampak dan hasil kegiatan di desa dalam rangka pengembangan desa siaga, meliputi : a. Jumlah penduduk yang menderita sakit b. Jumlah penduduk yang mengalami gangguan jiwa c. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia e. Jumlah balita dengan gizi buruk. No 1 2
Indikator Forum Masyarakat Desa Sarana/fasilitas pelayanan kesehatan
dasar
Pratama V V
Madya V V
Utama V V
(Poskesdes atau UKBM lain) dengan tenaga dan 3
sistem rujukannya. Posyandu, UKBM maternal dan UKBM lain sesuai
V
V
V
4
kebutuhan. Sistem pengamatan berbasis masyarakat (KIA, gizi,
V
V
V
penyakit, faktor risiko lingkungan dan perilaku). 5
Sistem kesiapsiagaan kegawatdaruratan dan bencana
V*
V
6
berbasis masy. Upaya menciptakan dan terwujudnya lingkungan
V*
V
V* V*
V V
7 8
sehat. Upaya menciptakan dan terwujudnya PHBS. Upaya menciptakan dan terwujudnya Kadarzi. f. Keterangan : g. Strata Pratama : memenuhi indikator 1 s/d 4
18
h. Strata Madya : memenuhi indikator 1 s/d 4 dan dua indikator tambahan (*) i. Strata Utama
: memenuhi semua (8) indikator
j. Desa Siaga Aktif : memenuhi minimal indikator 1 s/d 5.
K. Peran Tokoh Masyarakat dan Fungsi Tokoh Masyarakat 1. Pemberdaya masyarakat Berperan memotivasi masyarakat untuk mau dan mampu mengatasi masalahnya secara mandiri dengan melakukan PHBS dalam kehidupan sehari-hari. 2. Penggali sumber daya Diharapkan toma mampu menggali semua potensi yang ada di masyarakat baik materiil maupun non materiil yang dapat dimanfaatkan dalam peningkatan desa siaga aktif menuju masyarakat yang ber-PHBS.
Adapun fungsinya adalah: 1. Menggali sumber daya untuk kelangsungan kegiatan 2. Menaungi dan membina kegiatan-kegiatan masyarakat 3. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
19
4. Memberi dukungan dalam pengelolaan kegiatan 5. Menggkoordinir gerakan masyarakat agar mau memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
dan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) 6. Memberi dukungan sarana dan prasarana
L. Peran Kader dan Fungsi Kader 1. Pelaku penggerakan masyarakat dalam •
Pendataan PHBS, kadarzi dan kondisi rumah.
•
Pengamatan sederhana berbasis masyarakat
•
Peningkatan PHBS, Kadarzi dan kesehatan lingkungan
•
Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
2. Peran tambahan, membantu dalam : •
Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari
•
Penyiapan untuk menghadapi bencana
•
Pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya 20
Adapun fungsinya adalah: •
Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama Bidan
•
Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS,
Kesling, KIBB-
Balita, Kadarzi, Dana Sehat, TOGA, dll) •
Mengidentifikasi
dan
melaporkan
kejadian
masyarakat
yang
berdampak terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat). •
Pemecahan masalah bersama masyarakat
M. Peran jajaran kesehatan 1. Peran Puskesmas Dalam rangka Pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung tombak dan bertugas ganda, yaitu sebagai penyelenggara PONED (atau melakukan pemberdayaan masyarakat untuk deteksi dini risiko tinggi ibu hamil dan neonatal) dan penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh 21
Petugas Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih di Provinsi. Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut : •
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan Obstetrik & Neonatal Emergensi Dasar ( PONED) bagi Puskesmas yang sudan dilatih, Puskesmas yang belum melayani PONED diharapkan merujuk ke Puskesmas PONED / RS terdekat untuk wilayah desa-desanya.
•
Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Kecamatan dan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
•
Menfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes
•
Melakukan monitoring evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.
2. Peran Rumah Sakit
22
Rumah Sakit memegang peran penting sebagai sarana rujukan dan pembina teknis pelayanan medik. Oleh karena itu
Rumah
Sakit
diharapkan berperan : •
Menyelenggarakan pelayanan rujukan , termasuk Pelayana Obstetrik & Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Melaksanakan bimbingan teknis medis, khususnya dalam rangka pengembangan kesiap-siagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana di desa siaga
•
Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumak Sakit dalam rangka pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedarutan dan bencana
3. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota meliputi : •
Mengembangkan
komitmen
dan
kerjasama
tim
di
tingkat
Kabupaten/Kota dalam rangka pengembangan Dese Siaga •
Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya
sehingga mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk PONED, dan pemberdayaan masyarakat.
23
•
Mendorong peningkatan kualitas Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah Sakit.
•
Merekrut/menyediakan calon-calon fasilitator untuk dilatih menjadi fasilitator pengembangan Desa Siaga
•
Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
•
Melakukan advokasi ke berbagai pihak ( pemangku kepentingan ) tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
•
Bersama
Puskesmas
melakukan
pemantauan,
evaluasi
dan
bimbingan teknis terhadap Desa Siaga. •
Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa Siaga.
4. Peran Dinas Kesehatan Propinsi Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, Dinas Kesehatan Propinsi berperan : •
Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat propvinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
24
•
Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan melalui pelatihan-pelatihan manajemen, pelatihan pelatih teknis, dan cara-cara lain.
•
Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling kunjungan rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
•
Menyelenggarakan pelatihan fasilitator pengembangan Desa Siaga dengan metode kalakarya
•
Melakukan advokasi ke berbagai pihak ( pemangku kepentingan ) tingkat provinsi dalam rangka pengembangan Desa Siaga
•
Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pemantauan evaluasi dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
•
Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.
25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan, secara mandiri. Desa siaga ini merupakan program pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Desa yang dimaksud dalam desa siaga adalah keluarahan / istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan.
26
B. Saran Diharapkan masyarakat mampu menyelenggarakan dan mengembangkan Desa Siaga yang aktif dan tanggap terhadap berbagai masalah-masalah kesehatan di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Effendy,
Nasrul.1998.
DASAR-DASAR
KEPERAWATAN
KESEHATAN
MASYARAKAT. EGC:Jakarta http://www.reditapratwi.blogspot.com/p/konsep-desa-siaga.html?m=1
diakses
pada
tanggal 28 Februari 2013 http://www.puskesmaku.blogspot.com/2009/01/desa-siaga.html?m=1 diakses tanggal 27 Februsri 2013 http://www.tyovillage.blogspot.com/2011/04/makalah-desa-siaga.html?m=1 diakses pada tanggal 28 Februsri 2013 http://www.scribd.com/doc/67541642/Makalah-Desa-Siaga-Klmpok-IITim tanggal 27 Februari 2013 27
di
unduh
Dinkes Jawa Barat, 2010. BUKU PEDOMAN DESA SIAGA AKTIF. Dinkes Jawa Barat, Bandung.
DESA SIAGA DAN AKTIF Makalah Promosi Kesehatan
Disusun Oleh: 1. Arief Mustopa 28
2. Anggara Yudha 3. Aprilianti 4. Fransisco Xaverius. O 5. Widha Widyaningrum
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES HUSADA JOMBANG 2013 LEMBAR PENGESAHAN Makalah ini yang berjudul ”DESA SIAGA DAN AKTIF” sudah di setujui dan di presentasikan pada: Oleh dosen pengampuh: Tanggal;
29
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir semester dengan judul “DESA SIAGA DAN AKTIF’’ Tugas ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahan baik secara moriil maupun materiil. Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada : 1. Ns.Yunus Adi Wijaya.S.Kep selaku dosen pengampuh Mata kuliah Promosi Kesehatan. 2. Teman-teman satu kelompok yang bekerjasama dalam membantu menyelesaikan tugas ini.
30
3. Seluruh teman-teman dari semester VI prodi S1-Keperawatan Stikes Husada Jombang. Dari pembuatan tugas ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, sehingga dengan hal tersebut sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik sehingga dapat bermanfaat untuk kita semua. Jombang, 7 Maret 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………
i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………..
ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..
iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….
1
A. Latar Belakang …………………………………………………..
1
B. Tujuan penulisan …………………………………………………
2
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………............... A. Definisi Desa Siaga ……………………………………………... 31
3 3
B. Tujuan Desa Siaga ……………………………………………….
3
C. Landasan Hukum ………………………………………………...
4
D. Sasaran Desa Siaga ………………………………………………
5
E. Komponen Desa Siaga …………………………………………..
5
F. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga …………………………
7
G. Langkah – Langkah Pendekatan …………………………………
8
H. Pelaksanaan Kegiatan Desa Siaga ……………………………….
11
I. Pembinaan & Peningkatan ………………………………………
15
J. Indikator Keberhasilan Desa Siaga ………………………………
15
K. Peran dan Fungsi Tokoh Masyarakat …………………………….
18
L. Peran dan Fungsi Kader ………………………………………….
19
M. Peran Jajaran Kesehatan …………………………………………
20
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………
24
B. Saran ……………………………………………………………..
24
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
25
32