BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sakit-sakit telinga, sumbatan-sumbatan telinga dan kondisisi-kondisi lainnya yang berhubungan dengan telinga adalah kejadian-kejadian kejadian -kejadian yang umum, terutama pada anak -anak. Pada banyak kasus-kasus, kondisi-kondisi alergi menyumbang pada terulangnya serangan (penyakit) dari persoalan-persoalan yang berhubungan dengan telinga. Infeksi-infeksi telinga, atau otitis media, adalah umum diantara anak-anak. Prosedur-prosedur seperti pneumatic otoscopy dan tympanometry dapat digunakan untuk mendeteksi beberapa persoalan-
persoalan telinga. Infeksi-infeksi telinga adalah kondisi-kondisi yang melibatkan dan seringkali peradangan dari area-area berbeda dari telinga. Mereka paling sering berasal dari infeksi virus, jamur dan bakteri. Pada kebanyakan kasus-kasus, infeksi-infeksi telinga adalah tidak serius dan d an hilang dengan sendirinya. Bagaimanapun, infeksi-infeksi bakteri dapat memerlukan perawatan dengan antibiotik-antibiotik. Dibiarkan tidak terawat, infeksi-infeksi ini dapat menjurus ke komplikasi-komplikasi serius, terutama untuk anak-anak kecil. Infeksi-infeksi telinga dapat terjadi pada telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar adalah bagian telinga yang tampak. Itu termasuk keseluruhan bagian luar telinga (auricle ), yang terdiri dari tulang rawan dan kulit, dan daun telinga. Telinga luar juga termasuk saluran telinga (jalan terus yang membawa suara dari luar tubuh ke gendang telinga). Gendang telinga (tympanic membrane ) adalah suatu membran tipis yang berlokasi pada ujung paling dalam dari saluran telinga yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang selaput gendang telinga. Itu secara normal terisis dengan udara yang masuk ke area itu melalui saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut saluran-saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka umumnya tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga. Telinga
tengah juga mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga ke telinga dalam. Telinga dalam terdiri dari cochlea (struktur yang mengandung organ yang diperlukan untuk mendengar) dan labyrinth (rongga-rongga saling berhubungan yang membantu memelihara keseimbangan). Syaraf yang berakhir pada telinga dalam merubah getarangetaran suara kedalam signal-signal menuju ke otak yang mengizinkan terjadinya pendengaran. Kebanyakan infeksi-infeksi telinga terjadi pada telinga luar atau tengah – infeksi-infeksi infeksi-infeksi telinga dalam adalah jarang. Infeksi-infeksi telinga tidak menular. Bagaimanapun, infeksiinfeksi virus (seperti selesma, influensa) yang dapat mendahuluinya adalah menular dan dapat menjurus ke infeksi-infeksi telinga. Infeksi-infeksi telinga adalah lebih umum pada anak-anak daripada orang-orang dewasa karena saluran-saluran mereka lebih pendek dan sempit, membuat mereka lebih sulit untuk mengalir. Sebagai tambahan, jaringan adenoid (adenoid tissue) dibelakang tenggorokan lebih besar dan dapat menghalangi tabung-tabung eustachio.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang infeksi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
1.3 Tujuan
Diharapkan agar mahasiswa/mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram dapat memahami tentang infeksi telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran mata perkuliahan yang lainnya yang lebih spesifik.
BAB II PEMBAHASAN ANATOMI TELINGA
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing). Anatomi Telinga Luar
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius
eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. AnatomiTelingaDalam
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya
terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak
INFEKSI TELINGA 2.1. infeksi telinga luar Definisi
Otitis eksterna adalah inflamasi atau radang pada canalis auditoris eksterna yang dapat mengenai pinna, jaringan lunak periaurikula dan dapat juga mengenai tulang temporal (Carr, 1998). Otitis eksterna juga dapat diartikan sebagai radang liang telinga akut dan kronis yang dapat disebabkan oleh bakteri. Di klinik sukar sekali dibedakan peradangan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti jamur, alergi atau virus karena sering kali timbul bersama-sama (Sosialisman dan Helmi, 2001). Etiologi
Pada
umumnya
penyebab
dari
otitis
eksterna
adalah
infeksi
bakteri
seperti
Staphyilococcus aureus, Staphylococcus albus, E. colli. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyebaran yang luas dari proses dermatologis yang non-infeksius (Sander, 2001).
Klasifikasi
Otitis Eksterna Akut
Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis eksterna difus. 1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul) Oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit seperti folikel rambut, kalenjar sebasea dan kalenjar serumen maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus (Sosialisman dan Helmi, 2001). Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga (Sosialisman dan Helmi, 2001). Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotika dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitrasin atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alcohol 2%). Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan incise kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan obat penenang (Sosialisman dan Helmi, 2001). 2. Otitis Eksterna Difus Biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema dengan tidak jelas batasnya serta terdapat furunkel. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis (Sosialisman dan Helmi, 2001). Gejalanya sama dengan otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang terdapat sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke luar dari cavum
timpani pada otitis media. Pengobatannya ialah dengan memasukkan tampon tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan antibiotika sistemik (Sosialisman dan Helmi, 2001).
Patofisiologi
Otitis eksterna adalah penyakit yang sering diderita oleh semua orang. Otitis eksterna seringkali ditunjukkan adanya infeksi bakteri akut dari kulit canalis auricularis tapi juga dapat disebabkan adanya infeksi jamur. Adanya lekukan pada liang telinga dan adanya kelembaban dapat menyebabkan laserasi dari kulit dan merupakan media yang bagus untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini sering terjadi setelah berenang dan mandi. Otitis eksterna ini sering terjadi jika suasana panas dan lembab (Waitzman, 2004). Faktor lain yang dapat menyebabkan otitis eksterna adalah adanya trauma pada liang telinga yang diikuti invasi bakteri kedalam kulit yang rusak trauma ini sering terjadi akibat dari pembersihan liang teling dengan cotton bud ataupun alat lain yang dimasukkan ke dalam telinga. Selain itu masuknya air atau bahan iritan atau hair spray atau cat rambut dapat menyebabkan otitis eksterna (Anonim, 2003). Sebagai akibatnya terjadi respon inflamasi, edema dan pembengkakan liang telinga yang akan menyebabkan visualisasi menbran timpani terganggu. Eksudat dan pus dapat terproduksi di liang telinga. Pada keadaan yang berat, infeksi dapat meluas pada wajah dan leher. Kuman pathogen yang sering kali menyebabkan otitis eksterna adalah Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif lainnya. Meskipun demikian, jamur, seperti Candida atau Aspergilus sp dapat menyebabkan otitis eksterna (Waitzman, 2004). Hal ini terjadi karena adanya penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen yang menumpuk didaerah dekat gendang telinaga menyembabkan penimbunan air yang masuk ke liang telinga ketika mandi atau berenang sehingga kulit pada liang telinga basah dan lembut (Anonim, 2003)
Otitis eksterna maligna merupakan komplikasi dari otitis eksterna yang terjadi pada pasien yang mengalami imunocompresi atau pasien yang mendapatkan radioterapi pada tulang kepala. Pada kondisi ini bakteri akan meninvasi jaringan lunak yang dalam dan menyebabkan oeteomielitis pada os temporal (Waitzman, 2004).
Manifestasi Klinik
Pasien dengan otitis eksterna biasanya mengeluh adanya nyeri telinga (otalgia) dari yang sedang sampai berat, berkurangnya atau hilangnya pendengaran, tinnitus atau dengung, demam, discharge yang keluar dari telinga, gatal-gatal (khususnya pada infeksi jamur atau otitis eksterna kronik), rasa nyeri yang sangat berat (biasanya pada pasien yang imunocompopromais, diabetes, otitis eksterna maligna). Selain itu juga ditemukan adanya tanda nyeri tekan pada tragus (Waitzmann, 2004). Pada keadaan yang berat, penderita sering mengeluh sakit pada saat mengunyah atau membuka mulut (Sander, 2001).
Penatalaksanaan
Untuk mengobati otitis eksterna generalisata, pertama-tama dilakukan pembuangan sel-sel kulit mati yang terinfeksi dari saluran telinga dengan alat penghisap atau kapas kering. Setelah saluran telinga diersihkan, fungsi pendengaran biasanya kembali normal. Biasanya diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik selama beberapa hari. Beberapa tetes telinga ada yang mengandung kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan. Kadang diberikan obat tetes telinga yang mengandung asam asetat untuk mengembalikan keasaman pada saluran telinga. Untuk mengurangi nyeri pada 24-48 jam pertama bisa diberikan aseteminofen atau kodein. Infeksi yang sudah menyebar keluar saluran telinga (selulitis) diobati dengan antibiotik peroral (melalui mulut). Bisul dibiarkan pecah dengan sendirinya karena jika sengaja disayat bisa menyebabkan penyebaran infeksi. Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik tidak efektif. Untuk
meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan bisa dilakukan pengompresan hangat (sebentar saja) dan pemberian obat pereda nyeri. Penatalaksanaan Otitis Eksterna
-
Liang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
-
Pemasangan tampon pita ½ cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan Burowi filtrata
pada MAE. Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan terlalu ke dalam (nyeri/bahaya melukai membran timpani, sulit mengeluarkan). -
Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi agar tetap basah. Tampon
diganti setiap hari. Larutan Burowi dapat diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid dan antibiotik. -
Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes yang mengandung neomycine
dan hydrocortisone. -
Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat 2-5% dalam alkohol 20%.
-
Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone 0,25% krim/salep atau
dexamethasone 0,1%. -
Antibiotik oral tidak perlu diberikan.
(Rukmini, 2005).
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik (Sosialisman, 200 8) .
Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan : 1. Membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga. Bersihkan dan keringkan menggunakan alat penghisap atau kapas kering. 2. Mengeluarkan mikroorganisme. Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke dalam liang telinga untuk menghindari infeksi bakterial akut dan ulserasi. Berikan juga antibiotik sistemik jika perlu. 3. Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat golongan kortikosteroid misalnya metil prednisolon.
4. Menghilangkan rasa tidak enak. 5. Memulihkan pendengaran. 6. Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi antifungal untuk menghindari infeksi jamur. 7. Terapi antialergi dan antiparasit. 8. Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi rekonstruksi liang telinga.
2.9
Pencegahan Otitis Eksterna
Telinga perenang kemungkinan dicegah dengan meneteskan cairan yang mengandung campuran alkohol dan cuka di dalam telinga sebelum dan sesudah berenang. Orang tersebut harus menghindari berenang di dalam air yang terpolusi, menggunakan semprotan rambut, dan menghabiskan waktu yang lama di air hangat, iklim yang lembab. Berusaha untuk membersihkan saluran dengan lap kapas mengganggu mekanisme membersihkan-sendiri yang normal dan bisa mendorong serpihan ke dalam gendang telinga, dimana kotoran menumpuk. Juga, tindakan ini bisa menyebabkan kerusakan kecil yang mempengaruhi otitis eksternal (Abdullah, 2003).
2.2. infeksi telinga tengah
OTITIS MEDIA Otitis media ialah peradangan sebagian atau selururh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagia atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (= otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi (OME). Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut ( otitis media akut = OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagia menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis) dan otitis media
kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika, otitis media yang lain ialah otitis media adhesiva. OTITIS MEDIA AKUT (OMA) Telinga tengah bisanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba kedalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan tuba Eusctachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telingah juga terganggu, sehingga kuman masuk kedalam telinga tengah dan terjadi peradangan. Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan agak horisontal letaknya. Patologi Kuman penyebab utama OMA ialah bakteri plogenik, seperti strptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus, pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga hemofillus influenza, esheria coli, streptococcus anhemoliticus, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenosa. Hemofillus influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun. STADIUM OMA Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium: (1). Stadium oklusi tuba Eustachius, (2). Stadium hiperemis, (3). Stadium supurasi (4). Stadium perforasi dan (5). Stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan pada gambaran memberan timpani yang diamati melalui liang telinga luar.
Stadium oklusi tuba Eustachius
Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah adanya gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telingah tengah, karena adanya absorpsi udara kadangkadang memberan timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna keruhpucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan oleh virus atau alergi. Stadium hiperemis (stadum presupurasi)
Pada Stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di memberan timpani atau seluruh memberan timpani tampak hiperemi
serta edem. Sekret yang telah tebentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga suk ar terlihat. Stadium supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan memberan timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila terkena nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemia, akibat terjadi tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena- vena kecil dan nekrosis pada mukosadan submukosa. Nekrosis ini pada memberan timpani terliahat sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan. Ditempat ini akan terjadi ruptur. Bila tidak di lakukan insisi memberan timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka kemungkinan besar memberan timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang bagian luar. Dengan melakuakan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tampak ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali. Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlabatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur memberan timpani dan nanah mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang terjadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini di sebut dengan otitis media akut stadium perforasi. Stadium resolusi
Bila memberan timpani tetap utuh, maka keadaan memberan timpani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi walaupun tanpa pengobatan .OMA berubah menjadi OMAK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekert menetap dia kavum timpani tanpa terjadi perforasi. Gejala klinik OMA
Gejala klinik OMA tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri didalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, disamping rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak 0
kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapat sampai 39,5 C (pada satdium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan terkadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur meberan timpani, maka sekret mangalirke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang.
Terapi Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pada stadium oklusi pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius , sehingga tekanan negative di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCL efedrin 0.5%
dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Disamping itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi. Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringitomi. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal diberikan penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat didalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengran sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB per hari, dibagi 4 dosis, atau amoksilin 40 mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/BB/hari. Pada stadium supurasi disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringitomi.bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringitomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Pada stadium perforasi sering terlihat secret banyak keluar kadang terlihat keluarnya secret secara berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari. Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal kembali, secret tidak ada lagi dan perforasi membrane timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak secret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edem mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih tetep banyak, kemungkinan telah terjadi mastoiditis.
Bila OMA berlanjut dengan keluarnya secret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Bila perforasi menetap dan secret tetap keluar lebih dari satu setangan bulan atau dua bulan, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif kronis (OMSK).
Komplikasi Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat ( meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari OMSK.
2.3. Infeksi Telinga Dalam
LABIRINTITIS Labirintitis adalah suatu proses radang yang melibatkan mekanisme telinga dalam, yang terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Otitis media kronik, terutama dengan koleastoma, dapat menimbulkan destruksi labirin vestibulum. Suatu fistula labirin memungkinkan penyebaran infeksi ke telinga dalam, menimbulkan labirintitis yang akan menyebabkan ketulian. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang b erbeda: 1. Toksik (labirinitis serosa) Labirinitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur di dekatnya; dapat pada telinga tengah atau meningen. Labirinitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan
fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme hidup. Toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang. 2. Supuratif Labirinitis supuratif akut dapat terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas ke dalam strukturstruktur telinga dalam. Sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi keruasakan yang irreversible, seperti fibrosis dan osifikasi. Labirinitis serosa difus
Etiopatofisiologi Seringkali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskripta atau dapat terjadi primer pada otitis media akut. Toksin atau bakteri dapat masuk melalui tingkap bulat, tingkap lonjong, atau melalui erosi tulang labirin. Diperkirakan penyebab yang paling sering adalah absorbsi produk bakteri di telinga dan mastoid ke dalam labirin. Diagnosis Gejala dan tanda serangan akut adalah vertigo spontan dan nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Kadang disertai dengan rasa mual dan muntah, ataksia dan tuli saraf. Pemeriksaan histologik pada potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eksudat serosa atau serofibrin. Labirinitis serosa difus yang terjadi sekunder dari labirinitis sirkuskripta mempunyai gejala yang serupa tetapi lebih ringan, karena terjadi kompensasi. Tes fistula akan positif kecuali bila fistulanya tertutup jaringan. Pada labirinitis serosa ketulian bersifat temporer, biasanya tidak berat. Bila pada labirinitis serosa ketulian menjadi berat atau total, maka mungkin terjadi perubahan menjadi labirinitis supuratif. Bila pendengaran masih tersisa sedikit di sisi yang sakit, berarti tidak terjadi labirinitis supuratif difus. penatalaksanaan
-
Pengobatan pada stadium akut yaitu, pasien harus bed rest total, diberikan sedatif ringan.
-
Pemberian antibiotic yang tepat dan dosis yang adekuat.
-
Drainase telinga tengah dipertahankan. Tidak dapat dibedah.
-
Pada stadium lanjut dari OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana untuk mencegah labirinitis serosa.
-
Timpanomastoidektomi diperlukan bila terdapat kolesteatom dengan fistula. Prognosis Prognosis baik, tetapi tuli saraf temporer yang berat dapat menjadi tuli saraf yang permanen bila tidak diobati dengan baik.
Labirinitis supuratif akut difus
Dapat merupakan kelanjutan dari labirinitis serosa yang infeksinya masuk melalui tingkap lonjong atau tingkap bulat. Labirinitis ini terjadi sekunder dari otitis media akut maupun kronik dan mastoiditis. Pada beberapa kasus abses subdural atau meningitis, infeksi dapat menyebar ke dalam labirin dengan atau tanpa terkenanya telinga tengah, sehingga terjadi labirinitis supuratif. Pathogenesis Infiltrasi labirin oleh sel-sel leukosit polimorfonuklear dan destruksi struktur jaringan lunak Sebagian dari tulang labirin nekrosis
terbentuk
jaringan granulasi
menutup
bagian tulang
yang nekrotik tersebut menyebabkan terbentuknya skuestrum, paresis fasialis, dan penyebaran infeksi ke intracranial.
Diagnosis Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit, tanda dan gejala labirinitis dengan hilangnya secara total dan permanen fungsi labirin.
Keluhan -
Mual, muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali bila awal dari perjalanan labirinitis supuratif tersebut cepat.
-
Terdapat nistagmus horizontal rotatoar yang komponen cepatnya mengarah ke telinga sehat. Dalam beberapa jam pertama, sebelum seluruh fungsi labirin rusak, nistagmus dapat mengarah ke telinga sakit.
-
Selama fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan berbaring pada sisi yang sehat dan matanya mengarah pada sisi yang sakit (ke arah komponen lambat nistagmus) posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.
-
Jika fungsi koklea hancur, akan mengakibatkan tuli saraf total permanen.
-
Suhu badan normal atau mendekati normal, bila terjadi kenaikan mungkin disebabkan oleh otitis media atau mastoiditis.
-
Tidak terdapat rasa nyeri. bila terdapat, mungkin disebabkan oleh lesi lain, bukan oleh labirinitis. Pemeriksaan fisik Tes kalori maupun tes rotasi tidak boleh dilakukan selama fase akut, sebab vertigo akan diperhebat. Periksaan tambahan
-
Pemeriksaan Rontgen telinga tengah, os mastoid, dan os petrosus mungkin menggambarkan sejumlah kelainan yang tidak berhubungan dengan labirin.
-
Bila dicurigai terdapat iritasi meningeal, maka harus dilakukan pemeriksaan cairan spinal.
Penatalaksanaan -
Tirah baring total selama fase akut, dapat berlangsung selama 6 minggu
-
Sedative ringan mungkin diperlukan pada periode awal. Fenobarbital 32 mg ( ½ grain) 3x sehari
-
Dosis antibiotika yang adekuat harus diberikan selama satu periode baik untuk mencegah komplikasi intracranial, maupun untuk mengobati labirinitisnya. Antibiotika penissilin harus segera diberikan sebelum hasil tes resistensi didapat, jika alergi penissilin dapat diberikan tetrasiklin, dengan dosis tinggi secara parenteral.
-
Drenase atau membuang sebagian labirin yang rusak, dilakukan bila terdapat komplikasi intracranial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika.
Prognosis -
Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitam baik.
-
Dengan antibiotika mutakhir komplikasi meningitis dapat dengan sukses diobati, sehingga harus dicoba terapi mesikamentosa dahulu sebelum tindakan bedah.
-
Bila terjadi gejala dan tanda komplikasi intracranial yang menetap, walaupun telah diberikan terapi adekuat dengan antibiotika, drainase labirin akan memberi prognosis lebih baik daripada bila dilakukan tindakan operasi radikal.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Infeksi-infeksi telinga adalah kondisi-kondisi yang melibatkan dan seringkali peradangan dari area-area berbeda dari telinga. Mereka paling sering berasal dari infeksi virus, jamur dan bakteri. Pada kebanyakan kasus-kasus, infeksi-infeksi telinga adalah tidak serius dan hilang dengan sendirinya. Bagaimanapun, infeksi-infeksi bakteri dapat memerlukan perawatan dengan antibiotik-antibiotik. Dibiarkan tidak terawat, infeksi-infeksi ini dapat menjurus ke komplikasi-komplikasi serius, terutama untuk anak-anak kecil. Infeksi-infeksi telinga dapat terjadi pada telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar adalah bagian telinga yang tampak. Itu termasuk keseluruhan bagian luar telinga (auricle ), yang terdiri dari tulang rawan dan kulit, dan daun telinga. Telinga luar juga termasuk saluran telinga (jalan terus yang membawa suara dari luar tubuh ke gendang telinga). Gendang telinga (tympanic membrane ) adalah suatu membran tipis yang berlokasi pada ujung paling dalam dari saluran telinga yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang selaput gendang telinga. Itu secara normal terisis dengan udara yang masuk ke area itu melalui saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut saluran-saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka umumnya tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga. Telinga tengah juga mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga ke telinga dalam. Telinga dalam terdiri dari cochlea (struktur yang mengandung organ yang diperlukan untuk mendengar) dan labyrinth (rongga-rongga saling berhubungan yang membantu memelihara keseimbangan). Syaraf yang berakhir pada telinga dalam merubah getaran-
getaran suara kedalam signal-signal menuju ke otak yang mengizinkan terjadinya pendengaran.