KONJUNGTIVITIS Gol Penyakit SKDI : 4A MUHAMMAD SIDIQ 0907101010161 Definisi Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu (Vaughan, 2010). Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental (Ilyas, 2005). Jumlah agen-agen yang pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata semakin banyak, disebabkan oleh meningkatnya penggunaan obat-obatan topical dan agen imunosupresif sistemik, serta meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif (Khurana, 2009; James, 2005).
Etiologi Konjungtivitis bisa disebabkan oleh berbagai macam, yaitu: 1. Bakteri (Konjungtivitis Bakteri) Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (James, 2005). 2. Virus (Konjungtivitis Virus) Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus (Quinn, 2002).
3. Alergi (Konjungtivitis Alergi) Etiologi konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh-tumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensa-kontak atau mata buatan dari plastik (Quinn, 2002). 4. Jamur (Konjungtivitis Jamur) Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010). 5. Parasit (Konjungtivitis Parasit) Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang (Vaughan, 2010). 6. Bahan kimia/iritan (Konjungtivitis kimia atau iritatif) Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi-substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin. Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi (Vaughan, 2010). 7. Konjungtivitis lain Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid, gout dan karsinoid (Vaughan, 2010). Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah. (AOA, 2008).
Epidemiologi Menurut Ferri’s Clinical Advisor, beberapa bentuk konjungtivitis, bakteri dan virus, dapat ditemukan pada 1,6 persen menjadi 12 persen dari semua bayi yang baru lahir di Amerika Serikat. Mata bayi kadang-kadang mungkin bisa terkena beberapa bakteri selama proses kelahiran. Konjungtivitis adalah diagnosa yang mencakup bermacam-macam kelompok penyakit yang terjadi di seluruh dunia dan mengenai semua umur, semua status sosial dan kedua gender (Sirajuddin, 2000). Sekitar 2% dari seluruh kunjungan ke dokter adalah untuk pemeriksaan mata dengan 54% nya adalah antara konjungtivitis atau abrasi kornea.8 Untuk konjuntivitis yang infeksius, 42% sampai 80% adalah bakterial, 3% chlamydial, dan 13% sampai 70% adalah viral. Konjungtivitis viral menggambarkan hingga 50% dari seluruh konjungtivitis akut di poli umum. Occular cicatrical pemphigoid dan konjungtivitis neoplasma jarang tampak (Francisco et al., 2010). Patofisiologi Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah (Doengoes, 1999). Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik. Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Doengoes, 1999). Gejala klinis Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis, hipertropi fapiler, kemosis, folikel, psedomrmbran dan membran, granuloma dan adenopati preaurikuler. Hiperimia adalah tanda klinik yang paling mencolok dari konjungtivitis akuta kemerahan paling nyata pada formix dan mengurangi kearah limus ke arah dilatasi pembuluh posterior. Berair mata (epipora) sering mencolok pada konjungtiviotis sekresi pada air mata disebabkan adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar, gatal. Berair mata (epiphora) sering
mencolok, diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal (Vaughan, 2010; Doengoes, 1999). Diagnosis Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter atau tanda konjungtivitis yang meliputi Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang kea rah limbus, Kemungkinan adanya sekret: 1). Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri yang menyebabkan kelopak mata lengket saat bangun tidur, 2). Berair/encer pada inveksi virus, Edema konjungtiva, Blefarospasme, Lakrimasi, Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi), Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtival banyak, kemosis, dapat ditemukan pseudo membrane pada infeksi pneumakok. Kadangkadang disertai perdarahan subkonjungtiva kecil-kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi yang biasanya disebabkan pneumokok atau virus (AOA, 2008; Quinn, 2002). Pemeriksaan Penunjang Test komposisi air mata (Schimer test, BUT, Ferning test), Uji Anel, pemeriksaan swab sekret (gram, Giemsa), pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus atau melihat halo. DD Keratitis, uveitis anterior, glaukoma kongestif akut (AOA, 2008). Tatalaksana Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata atau kompres hangat (Doengoes, 1999). Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %) (Morrow et al., 2000; Perdami, 2002). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak
mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan. Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu (Ilyas, 2009; Soewono, 2002). Prognosis dan Komplikasi Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina (Kanski, 2003). Komplikasi konjungtivitis adalah glaukoma, katarak, ablasi retina, penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis, ulkus kornea, jaringan perut yang tebal di kornea, pembentukan jaringan sikratik, gangguan penglihatan (Kanski, 2003).
Daftar Pustaka American Academy of Opthalmology. 2008. External Disease and Cornea. Section 11. San Fransisco: MD Association. Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC Francisco J.G.F, Ivan R.S, Debra J.S. 2010. Konjungtiva dan Konjungtivitis. Dalam: Vaughan D.G, Asbury T, Riordan E.P, Editor. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC. Ilyas, S. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: FKUI. James L., Brus, W., William C. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. Kanski, J. 2003. Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach. 5th Ed. Butterworth Heinemann: MT Press. Khurana, AK. 2009. Diseases of the Conjunctiva: Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi: New Age.
Morrow GL, Abbott RL, Maron CM. 2000. Conjunctivitis. American Family Physician. New York: NYP. Perdami. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran ed-2. Jakarta: Sagung Seto. Quinn Christopher J. 2002. Optometric Clinical Practice Guideline Care of The Patien with Conjungtivitis. http://www.aoa.org/documents/CPG11.pdf. Quinn Christopher J. 2002. Optometric Clinical Practice Guideline Care of The Patien with Conjungtivitis. http://www.aoa.org/documents/CPG-11.pdf. Soewono, W., Oetomo M., Eddyanto. 2002. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Mata. Surabaya: RSUD dr Soetomo. Tarabishy B, Ahmad, MD. 2008. Bacterial conjunctivitis: A review for internists,.Cole Eye Institute. http://ccjm.org/content/75/7/507.full.pdf. Sirajuddin, Junaedi. Bagian Mata FKUH. Konjungtivitis.
BENDA ASING DI KONJUNGTIVA (MATA) Gol Penyakit SKDI : 4A MUHAMMAD SIDIQ 0907101010161 Benda asing adalah suatu benda yang ada dalam tubuh yang seharusnya tidak ada. Benda asing yang masuk ke mata itu biasanya berukuran kecil. Benda kecil (serpihan logam atau kayu) sering melekat di daerah kelopak mata, di konjungtiva mata atau di kornea. Biasanya benda kecil itu akan tersapu sendiri oleh kejapan mata dan genangan air mata. Air mata akan keluar sendiri bila mata terangsang oleh benda asing. Benda asing yang masuk ke mata dengan kecepatan tinggi akan masuk ke bola mata dan biasanya tidak dapat keluar sendiri (Anonymous, 2007; Augsbrger et al., 2004). Benda asing yang tertanam di konjungtiva kelopak mata, harus segera dikeluarkan karena biasanya mengucek-ngucek kelopak mata yang kemasukan benda asing itu, sehingga benda asing itu dapat menggores permukaan kornea mata dan menyebabkan peradangan kornea mata. Selain itu, benda asing biasanya kotor dan mengandung kuman, sehingga dapat menyebabkan infeksi mata (Augsbrger et al., 2004).
Trauma Mata Trauma benda tajam yang mengenai bola mata dapat menimbulkan: 1. Ruptura konjungtiva Bila lebih kecil dari pada 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan, dan apabila lebih dari 1 cm, perlu penjahitan karena untuk mencegah granuloma. Sebelum menjahit konjungtiva yang sobek harus dipastikan sklera tidak terluka. Biasanya sklera ikut terluka bila dijumpai halhal sebagai berikut: a. Tajam penglihatan yang sangat menurun b. Pendarahan intraokular c. Pendarahan konjungtiva massif Bila ragu harus dilakukan eksplorasi dengan melebarkan luka konjungtiva (Ilyas, 2005). 2. Ruptura kornea Diagnosis ruptura kornea biasanya mudah ditegakkan, yaitu dengan melihat luka di daerah kornea. Kadang-kadang ruptura kornea beserta keluarannya struktur inokular, seperti iris
dan lensa. Ruptura kornea adalah keadaan yang gawat sehingga harus segera ditolong. Bahaya yang mungkin dialami adalah: a. Infeksi : termasuk kemungkinan infeksi tetanus b. Kemungkinan adanya benda asing intaokular c. Kerusakan struktur anatomi dan faal normal akan terganggu (James et al., 2005).
Adanya benda asing intraokular dapat menimbulkan oftalmia simpatika, yaitu peradangan pada mata yang tidak mengalami trauma yang mengakibatkan kebutaan. Infeksi merupakan faktor yang penting sebagai penyebab kebutaan luka tebus mata (Aronson, 2008; Augsbrgeret al., 2004). Bila kita yakin bahwa mata yang mengalami trauma tidak mungkin ditolong, jangan ragu untuk mengangkat mata tersebut karena untuk melindungi mata yang masih sehat. Sebaiknya pasien dirujuk kerumah sakit yang memiliki peralatan bedah yang memadaai. Pada dasarnya tindakan untuk setiap luka akibat trauma tajam adalah sama. Perbedaan disebabkan sifat khas setiap organ. Dalam bidang penyakit mata diperlukan berbagai alat yang halus dan khusus (Augsbrger et al., 2004). Benda Asing di Kelopak Mata Benda asing di kelopak mata bagian luar biasanya mudah ketahuan dengan meraba kelopak mata dari luar secara hati-hati. Mengeluarkan benda asing itu biasanya mudah, yaitu dikorek melalui lubang masuknya tanpa perlu membesarkan lubang itu, namun kadangkadangb lubang itu dibesarkan. Lubang yang besar itu perlu dijahit dan apabila menembus agak dalam (sampai fasia tarso-orbitotornya perlu dijahit dengan kat gut nomor 0000(4-0), sedangkan kulit kelopaknya dijahit dengan zyde 000000(6-0). Sebelum memulai penjahitan, luka dibersihkan terlebih dahulu dengan antiseptik, lalu diberi anestesi infiltrasi dengan prokain 0,5%. Selain itu periksa pula apakah ada benda asing lain yang masuk ke bola mata (Kanski, 2003; Banta, 2007). Benda Asing di Konjungtiva Mata Benda asing yang masuk ke konjungtiva mata, biasanya bersarang dilekuk antara selaput lender kelopak mata dan bola mata, sehingga bila mata berkedip-kedip, benda asing itu akan menggores permukaan kornea (Khurana, 2009). Benda asing yang bersarang di konjungtiva kelopak mata atas dkeluarkan dengan jalan membalikkan kelopak mata atas, lalu benda asing itu
dikeluarkan. Cara membalikkan kelopak mata atas adalah sebagai berikut: pasien disuruh melihat ke ujung kaki, lalu ibu jari, dan jari telunjuk pemeriksa menjepit bulu mata sedangkan jari telunjuk tangan lain menekan di punggung kelopak mata. Balikkan kelopak mata itu dengan mengangkatnya. Selama benda asing belum diangkat, mata pasien harus terus diarahkan ke ujung kaki (Banta, 2007). Benda asing yang kecil dapat diangkat dengan lidi kapas steril. Pada benda yangsangat lekat pada konjungtiva mata, mata harus ditetesi setetes anestesi lokal (kokain 5%, atau halokin 1%, dsb). Pemberian tetesan anestesi itu harus setiap 3-5 menit. Tutuplah kelopak mata dan tunggu sampai anestesi bekerja. Balikkan kelopak mata itu. Benda asing yang kecil dapat diangkat dengan ujung jarum atau ujung pisau katarak. Benda yang besar dapat diangkat dengan khalasion (khlalasion adalah benjolan kecil dan keras dalam kelopak mata). Sebelum kelopak mata ditutup, periksalah kembali sekali lagi apakah tidak ada lagi benda lain. Bila diduga benda yang diangkat itu kotor dan kemungkinan menimbulkan peradangan, berilah antibiotika tetes atau salep mata selam 2-3 hari dan obat mata itu diteteskan setiap 3-4 jam (Banta, 2007).
Benda Asing di Kornea Mata Benda asing di kornea harus segera dikeluarkan agar tidak terjadi kerusakan lebih parah, karena barang asing itu dapat menimbulkan kekeruhan pada kornea. Untuk mencari dan menentukan benda asing itu, kadang-kadang perlu dipakai lensa pembesar, senter, dan lampu kepala. Setelah ditentukan letak benda asing di kornea, diteteskan anestesi 1-2 menit sebanyak 4 5 kali. Setelah penetesan anestesi, mata harus ditutup terlebih dahulu agar obat anestesi bekerja (AAO, 2008). Untuk memudahkan pengeluaran benda asing itu, pasien disuruh memandang pada satu titi-langit. Pada anak-anak agak sukar menyuruh mata itu diam dan sering pula memberontak, sehingga kadang-kadang perlu dilakukan pembiusan umum. Benda asing kecil berupa serpihan logam, kaca, atau kayu yang masuk ke mata dengan kecepatan rendah biasanya mudah di congkel dengan ujung pisau atau jarum (Aronson, 2008). Benda Asing di Sklera Mata Benda asing pada sklera mata biasanya tidak begitu berbahaya seperti di koernea. Sebab sklera itu tidak dilalui cahaya dan berwarna putih susu, sehingga bila terjadi goresan, tidak
mengakibatkan apa-apa. Cara mengeluarkan benda asing itu di sklera mata sama dengan mengeluarkan di tempat lain dalam mata (Aronson, 2008).
Periode Praoperasi Pada pra operasi pasien dapat menerima beberapa tipe obat-obatan mata untuk mempersiapkan mata untuk pembedahan, yaitu: a. Midriatik dan tetes mata siklopedgik b. Tetes mata antibiotik sebagai profilaksis terhadap infeksi c. Ifus intravena dari agen untuk menurunkan tekanan intraokular (manitol atou penghambat karbonik anhidrase) (Khaw, 2004). Periode Pasca Operasi Terapi Medis Operatif (Pembedahan) Pembedahan mata dapat dilakukan untuk berbagai kondisi mata. Tipe-tipe prosedur pembedahan untuk kebanyakan kondidsi mata adalah: a. Untuk kesalahan refraksi-koratoplasti radial, trasnplantasi kornea b. Untuk diabetik retinopati-foto koagulasi, Virektomki c. Untuk glaukoma-iredektomi perifer, laser trabekuloplasti, trabekulektomi, siklokriyo terapi d. Untuk katarak-ekstraksi katarak (baik intrakapsular atau ekstrakapsular), fakoemulsifikasi dan aspirasi implantasi lensa intra okular e. Untuk pelepasan retina-scleral buckling Kebanyakan pembedahan mata dilakukan pada pasien dengan anestesi lokal. Anestesi umum dapat digunakan pada pasien meminta dan untuk pasien yang secara ekstrem cemas, tuli, atau secara mental retardasi. Anestesi lokal secara umum memrlukan infeksi fasial dan retrobular dengan lidokain dan bupivakain HCl untuk memblok syaraf-syaraf. Praanastesi seperti diazepam (valium) sering diberikan untuk menurunkan ansietas bila menerima injeksi pada wajah dan sekitar mata (Khaw, 2004). Persiapan Preoperasi 1. Pemeriksaan fisik berdasararkan pengkajian mata umum (Apendiks H) untuk membuat nilainilai dasar. 2. Kaji tanda-tanda vital
3. Kaji pemahaman tetang kejadian-kejadian praoperasi dan pascaoperasi untuk pembedahan mata. 4. Kaji kemampuan untuk pemberian senderi obat-obatan mata.Bila pasien tidak dapat memberikan sediri obat mata, tanyakan tentang keberadaan seseorang untuk memberikan batuan dalam penetasan obat mata di rumah. 5. Kaji terhadap adanya masalah-masalah kesehatan yang menyertai, obat-obatan yang digunakan bersama, masalah-masalah dengan kostipasi, dan batuk atau bersin. 6. Tanyakan tetang ketersediaan pengemudi untuk memberikan tersportasi ke rumah pascaoperasi. 7. Kaji alergi obat, khususnya obat-obatan sulfa.Agen sulfa secara umum diresepkan sebagai profilaksis terhadap infeksi 8. Lihat perawatan praoperasi dan pascaoperasi (Lange, 2000). Daftar Pustaka American Academy of Opthalmology. 2008. External Disease and Cornea. Section 11. San Fransisco: MD Association. Anonymous. 2007. Orbit, Eyelids and Lacrimal System. In: International Ophthalmology, American Academy of Ophthalmology. The Eye M.D Association; Aronson, Alexander A. 2008. Ophtalmology: Corneal Laceration [online]. http://www.emedicine.com/emerg/topic114.htm. diakses pada 13 April 2013. Augsbrger J, Asbury T, Thomas M. 2004. Ocular & Orbital Trauma. In:Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology 16th Edition, Singapore: McGraw Hill (Asia). p.371-375. Banta, J. T. 2007. Epidemiology and Economic Impact of Ocular Trauma; Intraocular Foreign Body. in : Banta, J. T., Ocular Trauma. Philadelphia, USA. P.181-184. Ilyas, S. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: FKUI. James L., Brus, W., William C. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Jakarta: Erlangga. Kanski, J. 2003. Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach. 5th Ed. Butterworth Heinemann: MT Press. Khurana, AK. 2009. Diseases of the Conjunctiva: Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi: New Age.
Khaw P. T. 2004. Injuries to the eye. In: ABC Of Eyes 4th Edition. London: BMJ Publishing Group Ltd: 29-30. Lange GK. 2000. Ocular Trauma. In: Ophthalmology: A short Textbook. New York: Theime. p.497-506.