PDAM TIRTAWENING KOTA BANDUNG DAGO PAKAR
Disusun oleh: Felix Fiandy
13209005
Altofius
15011040
Aditya P N I
18109012
Cashiwan
19011004
Moch Hasanudin Wahid 19011021 Ahmad Adityareza T S
19011105
M Agus Salim
19011149
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014
LAPORAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI INSTALASI PDAM PT. TIRTAWENING
I.
Pendahuluan Air bersih menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan pada saat ini. Dimana air bersih mulai menjadi langka karena banyaknya pencemaran air sungai di beberapa daerah di Indonesia. Contohnya saja Sungai Citarum yang sudah dinobatkan menjadi salah satu sungai paling tercemar di Indonesia oleh Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Dari contoh tersebut, menjadi penting untuk menjaga dan melestarikan air agar didapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Untuk menjaga dan mengetahui pengolahan air kotor menjadi air bersih, peneliti mengambil bahan penelitian mengenai pengolahan air bersih di Instalasi PDAM Tirtawening yang berlokasi di Dago Pakar. PT. Tirtawening adalah perusahaan daerah yang mengelola air bersih di Kota Bandung. Perusahaan ini dikelola langsung oleh pemerintah Kota Bandung untuk memenuhi kebutuhan air bersih 2,5 juta penduduk Kota Bandung. Sehingga untuk memenuhi hajat hidup warga Kota Bandung, air yang didistribusikan oleh PT. Tirtawening harus terjaga kebersihannya sampai kran rumah warga. Disinilah alasan mengapa peneliti ingin melihat langsung dan mempelajari bagaimana PT. Tirtawening mengolah air bersih.
Pada laporan penelitian dan kunjungan yang kami lakukan, kami mencoba mempelajari proses pengolahan air yang ada di PT. Tirtawening. Pengolahan air ini dimulai dari air Sungai Cikapundung kemudian dialirkan ke kolam melalui tahap pertama yaitu Bar Screen untuk memisahkan antara sampah yang ada di sungai dengan air yang akan disalurkan ke kolam koagulasi. Dalam kolam koagulasi ini air dicampur bahan kimia. Kolam ini memiliki arus cepat karena air dialirkan dengan tekanan yang besar sehingga memantul
dinding kolam dan terjadi putaran deras di dalamnya. Setelah dari kolam koagulasi, air didistribusikan ke kolam flokulasi yang memiliki arus lambat yang sengaja dibuat untuk menggumpalkan flok flok yang terdapat dalam air.
Proses selanjutnya adalah sedimentasi yang dilakukan di kolam sepanjang 4x6m2. Setelah lumpur-lumpur yang masa jenisnya lebih berat dari air tersebut diendapkan, barulah air disaring di kolam filtrasi agar qualitas air semakin baik. Media yang digunakan sebagai penyaring adalah antrasit dan pasir silica. Untuk membunuh mikroba-mikroba yang ada di dalam air setelah proses filtrasi, air diberikan gas bertekanan tinggi berupa Gas Chlor. Setelah proses ini selesai, barulah air didistribusikan ke reservoir yang diletakkan di belakang Kampus STKS Bandung.
II.
Studi Literatur Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, masak, dan lainnya. Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah penting. Namun, mengingat bahwa tidak semua kawasan mendapatkan air bersih, maka perlu adanya pemerataan distribusi air bersih bagi masyarakat. Kriteria air bersih meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam usaha menyediakan air bersih, biasanya BUMN di Indonesia yang berkaitan dengan hal ini adalah PDAM – Perusahaan Dagang Air Minum. Secara teknis, tulisan ini sebenarnya akan membahas mengenai jenis-jenis pengolahan air bersih. Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam proses penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting dalam sistem pengolahannya.
Skema pengolahan air bersih 1. Bangunan Intake Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment Plant. 2. Water Treatment Plant Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita bahas satu per satu bagian-bagian ini. a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Apa yang terjadi dalam bak ini..?? pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.
Proses Koagulasi Secara Mekanis dengan mesin pemutar b. Flokulasi Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
Proses Flokulasi Partikel Koloid c. Sedimentasi Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis. Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.
Proses Sedimentasi Gabungan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi disebut unit aselator
Unit Aselator pada Water Treatment Plant
d. Filtrasi Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.
Unit Filtrasi Selesailah sudah proses pengolahan air bersih. Biasanya untuk proses tambahan, dilakukan disinfeksi berupa penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke bangunan selanjutnya, yaitu reservoir.
3. Reservoir Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.
Reservoir air bersih Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.
Proses Pengolahan Air Bersih Sumber: http://aryansah.wordpress.com/2010/12/03/instalasi-pengolahan-air-bersih/
III.
Kondisi Eksisting 3.1 Sekilas tentang PDAM Tirtawening
Sejarah Sejarah pendirian PDAM Kota Bandung dimulai sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Pembentukan PDAM Kota Bandung sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) berdasarkan peraturan Daerah (Perda) Kotamadya Bandung Nomor 7/PD/1974 jo Perda Nomor 22/1981 jo Perda Nomor 08/1987 yang telah diubah untuk terakhir kalinya dengan Perda nomor 15 Tahun 2009, dengan perkembangan organisasi sebagai berikut : Tahun 1916 - 1928
: Stadsgemente Water Leiding Bandung
Tahun 1928 - 1943
: Technische Ambtenaar
Tahun 1943 - 1945
: Sui Doko
Tahun 1945 - 1954
: Perusahaan Air
Tahun 1953 - 1965
: Dinas Perusahaan Bagian B (DPB)
Tahun 1965 - 1974
: Dinas Teknik Penyehatan (DTP)
Tahun 1974 Bandung
: Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Tahun 1987
: Pengelolaan Air Kotor masuk ke dalam PDAM
Tahun 2009 – Sekarang Perusahaan
: PDAM Kota Bandung berganti nama menjadi
Daerah Air Minum Tirtawening Kota Bandung
Kapasitas Produksi
A
AIR PERMUKAAN
KAPASITAS TERPASANG
DEBIT PRODUKSI
IPA Badaksinga
1800 l/detik
1.690 l/detik
IPA Dago Pakar
600 l/detik
552 l/detik
MP Dago Pakar
40 l/detik
39 l/detik
MP Cibeureum
40 l/detik
36 l/detik
MP Cipanjalu
15 l/detik
17 l/detik
MP Cirateun
0 l/detik
- l/detik
2.500 l/detik
2.335 l/detik
JUMLAH B
AIR TANAH/SUMUR BOR
221 l/detik
98 l/detik
C
MATA AIR
216 l/detik
107,00 l/detik
TOTAL
2.937 l/detik
2.509 l/detik
IDLE
Sumber Air Baku PDAM Kota Bandung pada saat ini memanfaatkan 3 Sumber Air yaitu : 1. Air Permukaan
Sungai Cisangkuy, debit yang diambil + 1400 l/dtk diolah di Instalasi Pengolahan Badaksinga dari rencana ± 1800 l/dtk
Sungai Cikapundung, debit yang diambil + 840 l/dtk, 200 l/dtk diolah di Instalasi Pengolahan Badaksinga, 600 l/dtl diolah di Instalasi Pengolahan Dago Pakar dan 40 l/dtk diolah di Mini Plant Dago Pakar
Sungai Cibeureum, debit yang diambil 40 l/dtk diolah di Mini Treatment Cibeureum
Sungai Cipanjalu, debit yang diambil ± 20 l/dtk diolah di Mini Treatment Cipanjalu
2. Mata Air Sumber air ini diambil dari beberapa mata air di daerah Bandung Utara dengan total
debit
190
l/dtk
dan
diolah
Ada pun Mata Air-Mata Air tersebut adalah :
di
Resevoir
XI
Ledeng.
Mata air Cigentur I
Mata air Cigentur II
Mata air Ciliang
Mata Air Cilaki
Mata air Ciwangun
Mata air Cisalada I & II
Mata air Cicariuk
Mata air Cibadak
Mata air Cirateun
Mata air Cikendi
Mata air Ciasahan
Mata air Legok Baygon
Mata air Citalaga
Mata air Panyairan
Mata air Ciwangi
3. Air Tanah Untuk pengolahan air baku yang berasal dari air tanah dalam digunakan sistem aerasi, filtrasi dan desinfektan untuk
membunuh
bakteri
digunakan
gaschlorkaporit. Kualitas air baku ini pada umumnya memiliki kandungan Fe dan
Mn
diatas
standar
yang
ditetapkan.
Air tanah ini sebagian dimanfaatkan untuk membantu daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari Instalasi Induk PDAM. Jumlah sumur air tanah dalam PDAM ada 32 buah dengan sistem pendistribusian secara langsung ke konsumen dengan melalui proses.
Cakupan Layanan Saat ini PDAM Tirtawening Kota Bandung baru mampu melayani + 72,19 % penduduk Kota Bandung yaitu sebanyak 1.789.836 jiwa. Sedangkan target nasional pelayanan air minum untuk kota besar sebesar 80 %, hal ini disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan air minum dari tahun ke tahun.
TAHUN
JUMLAH CAKUPAN PELAYANAN AIR MINUM ( % )
2008
63,97 %
2009
66,42 %
2010
67,26 %
2011
74,20 %
2012
72,19 %
Sistem Distribusi Air Sistem pelayanan pendistribusian kepada pelanggan di bagi ke dalam 4 Wilayah Pelayanan yaitu ; - Wilayah Bandung Utara - Wilayah Bandung Tengah Selatan - Wilayah Bandung Barat - Wilayah Bandung Timur Adapun pendistribusiannya melalui sistem : 1. Jaringan pipa adalah sistem pendistribusian air melalui jaringan pipa dengan cara gravitasi ke daerah pelayanan. 2. Pelayanan air tangki adalah armada tangki siap beroperasi melayani kebutuhan masyarakat secara langsung selama 24 Jam. 3. Kran Umum dan Terminal Air adalah merupakan sarana pelayanan air bersih untuk daerah pemukiman tertentu yang dinilai cukup padat dan sebagai penduduknya belum mampu menjadi pelanggan air minum melalui sambungan rumah dan menggunan tarif sosial
Tarif Air Minum Tarif Air Minum ditentukan berdasarkan Peraturan Walikota No. 270 Tahun 2013
• Tarif Air Minum per m 3 ( per 1.000 liter ) berlaku sebagai berikut : STRUKTUR TARIF Pemakaian (M 3 )
SOSIAL
RUMAH TANGGA / NON NIAGA
NIAGA
INDUSTRI
1A
1B
2A1
2A2
2A3
2A4
2B
3A
3B
4A
4B
1-10
900
900
1.000
2.000
2.600
3.300
2.100
2.900
4.600
4.900
6.800
11-20
900
900
1.600
3.600
4.600
6.000
3.800
5.300
7.200
7.500
9.600
21-30
900
1.400
2.300
5.700
7.400
9.400
6.000
8.700
10.700
11.300
13.300
>30
1.300
2.900
5.500
8.800
10.700
12.600
8.500
12.600
14.400
14.300
16.300
Untuk pemakaian air minum berlaku ketentuan sebagai berikut : ·
Biaya Administrasi Air Minum untuk setiap pelanggan sebesar Rp. 10.000,/bulan
·
Biaya Pemeliharaan Meter untuk setiap pelanggan/bulan, yaitu :
No.
Ukuran Meter (Inchi)
Biaya Pemeliharaan
1
0,5
2
1
Rp. 43.000,-
3
1,5
Rp. 72.000,-
4
2
Rp. 129.000,-
5
3
Rp. 158.500,-
6
4
Rp. 187.000,-
Sumber: http://www.pambdg.co.id/
Rp.
7.000,-
3.2 Hasil Kunjungan 1. Air dari sungai Cikapundung disaring menggunakan Bar Screen untuk memisahkan air dengan sampah-sampah yang hanyut disungai.
2. Air disaluran dari sumber(Sungai Cikapundung) melalui pipa-pipa besar dengan menggunakan pompa. 3. Pada instalasi air kemudian dikelola dengan beberapa tahapan sebagai berikut: a. Air diolah pada empat sistem pengolahan yang sama a.1 Koagulasi Pada proses ini air dibuat beriak dengan menggunakan pompa untuk menciptakan tekanan yang besar kemudian ditambahkan sedikit cairan chlorine untuk mempermudah proses pemisahan air dengan flok.
a.2 Flokulasi Pada tahap ini air disalurkan melewati beberapa kolam dengan arus kecil yang diciptakan dengan menggunakan kincir didasar kolam yang berguna untuk membantu proses pemisahan air dengan flok.
a.3 Lumpur yang mengendap di dasar kolam flokulasi dan koagulasi, dibuang ke bawah, untuk selanjutnya dialirkan kembali ke sungai Cikapundung. Lumpur dibuang setiap hari.
a.4 Sedimentasi Setelah air melewati proses koaguasi dan kolam-kolam flokulasi selanjutnya air disalurkan pada kolam penyaringan. Pada kolam ini terdapat penampangpenampang besi yang berguna untuk menangkap flok-flok yang sudah terpisahkan dari air. Sehingga flok-flok yang sudah terpisahkan dari air akan menempel pada lempengan besi dan mengendap dibawah kolam maupun menempel pada lempengan besi. Adapun kedalam kolam ini adalah sekitar 8 meter, hal ini dilakukan guna menampung banyaknya flok yang ada yang kemudian menjadi lumpur.
b.
Kolam Filtrasi
Pada proses ini air ditampung pada kolam besar yang didasarnya terdapat media yang terdiri atas antrasit dan pasir silika yang berguna untuk menangkap kotoran. Pada saat proses filtrasi dilakukan, kolam akan diberi sedikit arus dengan menggunakan putaran kecil. Pasir silica dan antrasit dibersihkan setiap sekitar 20 jam.
c.
Penambahan Chlorin
Setelah melewati proses filtrasi selanjutnya air disalurkan melalui pipa dan ditambahkan gas chlor untuk membunuh pathogen-patogen yang ada dan kemudian barulah air ke tempat penampungan(reservoir), namun sebelum disalurkan ke reservoir air diambil terlebih dahulusa sample-nya guna melihat kandungankandungan yang ada didalam air. Apakah sudah sesuai dengan standar baku mutu air atau belum.
d. Uji Sampel
Setelah dialiri gas klor, air siap dialirkan ke reservoir, yaitu tempat penampungan sebelum didistribusikan ke pelanggan. Tetapi, sebelum masuk ke reservoir sampel air diambil terlebih dahulu, kemudian diuji, apakah layak disalurkan atau belum.
IV.
Evaluasi Secara keseluruhan, jika dibandingkan antara kondisi eksisting di lapangan dengan studi literature, instalasi pengolahan air bersih di PDAM Tirtawening, Dago Pakar ini sama. Hanya ada satu perbedaan kecil, yaitu pada pengolahan air bersih ini, sebelum air didistribusikan ke warga, air terlebih dulu diuji sampelnya.
Pendekatan yang kami ambil adalah dari sudut pandang jurusan Manajemen Bisnis, SBM ITB. Menurut kami, dengan kondisi yang jangkauan distribusi air bersih Kota Bandung yang masih sekitar 72%, maka ada peluang bagi investor swasta untuk melakukan penetrasi bisnis pada bidang pengolahan air bersih ini. Karena bagaimana pun juga, kebutuhan air bersih akan terus-menerus meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Selain itu, semakin banyaknya pencemaran lingkungan juga menyebabkan masyarakat akan semakin banyak yang menjadi konsumen dari air bersih ini.
V.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Pengolahan air bersih di PDAM Tirtawening Dago Pakar ini sudah cukup baik. Pengolahan air di tempat ini merupakan penghasil air paling bersih dan berkualitas dibandingkan di tempat lain di Kota Bandung. Hal ini karena tempatnya yang berada di tempat yang cukup tinggi, sehingga air Sungai Cikapundung sebagai sumbernya juga relative bersih, tidak banyak kotorannya. Lalu kinerja PDAM di Kota Bandung secara keseluruhan juga cukup baik, karena jumlah warga yang dilayani mengalami kenaikan presentase dari data beberapa tahun terakhir.
Saran
Alat-alat instalasi ada yang telah tua dan mengalami kerusakan, seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah.
Jika pada musim hujan, pasokan air bersih ke warga menurun. Ini terjadi karena semakin banyak kotoran di sungai menyebabkan semakin keras alat instalasi bekerja, sehingga jumlah jumlah debit air pun juga menurun. Jadi para warga tidak layak mengeluhkan hal ini kepada PDAM.
Untuk warga di sekitar sungai di Bandung harap jangan membuang sampah di sungai untuk membantu kelancaran proses pengolahan air bersih.