EMERGING DAN RE-EMERGING DISEASE MERS DAN EBOLA
DISUSUN OLEH:
Kelompok 4
Dias Nuzulia
1102009080
Dini Ferizke
1102009086
Hevi Eka Tarsum
1102009133
Roni Fajri
1102009254
KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI PERIODE 11 AGUSTUS 2014 – 13 13 SEPTEMBER 2014
BAB I PENDAHULUAN
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnyaatau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Contohnya MERS , hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus, nipah virus, marburgvirus, lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS, swine flu. Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau. Contohnya
diphtheria,
cholera, ebola virus, human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F. Tularensis, Y. Pestis, variola virus, viral haemorrhagic fever viruses. Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease adalah : 1. Perencanaan Pembangunan Kota yang tidak semestinya, 2. Ledakan penduduk, kondisi kehidupan yang miskin yang terlalu padat, 3. Industrialisasi dan urbanisasi, 4. Kurangnya pelayanan kesehatan, 5. Meningkatnya perjalanan internasional, globlisasi (gaya hidup), 6. Perubahan
prilaku
manusia
seperti
penggunaan
pestisida,
penggunaan
obat
antimikroba yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin, 7. Meningkatnya kontak dengan binatang, 8. Perubahan lingkungan karena adanya perubahan pola cuaca, 9. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi, 10. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter) 11. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel disease) Pada tugas kali ini, kami akan membahas mengenai MERS dan Ebola.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. MERS (M i ddle East Respir atory Syndr ome )
A. DEFINISI
MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat. Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit respiratori akibat virus (viral respiratory illness) yang pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di 3egat 3egati. Penyakit tersebut disebabkan oleh coronavirus yang disebut MERS-CoV. Kebanyakan orang yang terinfeksi MERS-CoV berlanjut menjadi penyakit respiratori akut yang parah(severe acute respiratory illness). Gejalanya berupa demam, batuk, sesak napas. Lebih dari 30% yang terinfeksi virus tersebut meninggal.
B. EPIDEMIOLOGI
Sejak bulan April 2012, telah dicatat oleh WHO terdapat 206 kasus yang terinfeksi MERS-CoV, termasuk 86 orang yang meninggal.
Distribusi penyakit MERS terdapat kasus primer dan sekunder. Kasus primer merupakan orang yang terinfeksi langsung oleh virus tersebut bukan dari orang lain, lebih banyak menginfeksi orang yang lebih tua dan ber jenis kelamin laki-laki dibanding kasus sekunder. Kasus sekunder merupakan orang yang terinfeksi MERS-CoV dari orang lain yang terinfeksi virus tersebut.
Sejauh ini, kasus primer hanya ditemukan di negara timur tengah yaitu Jordan, Kuwait, Oman, Qatar, Saudia Arabia, dan United Arab Emirates (UAE). Selain itu, negara lain yang terinfeksi MERS-CoV adalah Perancis, Jerman, Itali, United Kingdom, Tunisia, Afrika Utara yang kebanyakan merupakan kasus sekunder dari transmisi negara timur tengah.
Virus mers menyebar ke Indonesia melalui Jemaah haji atau umroh yang pulang dari arab Saudi, namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan kepada para Jemaah haji atau umroh yang pulang dengan gejala demam dan batuk, dan sampai saat ini didapatkan hasil negatif, sepanjang Januari hingga April, pasien dengan suspek MERS dinyatakan negatif setelah dilakukan pemeriksaan polymerase charin reaction (PCR).
C. ETIOLOGI
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh beta coronavirus yang disebut MERS-CoV atau novel coronavirus.
D. PATOFISIOLOGI
Coronavirus sebagai penyebab MERS, yang dinamakan MERS Coronavirus, menginfeksi dari reservoir nya yaitu hewan ternak, seperti unta, domba, kambing serta dapat berkembang biak di tubuh anjing dan kucing.Hal ini dikarenakan hewan-hewan tersebut memiliki RNA yang dapat memfasilitasi pembentukan virion-virion baru dari virus ini. Analisis peneliti di dunia sampai dengan saat ini menyimpulkan bahwa virus corona yang menjadi penyebab MERS memiliki hubungan spesies dengan coronavirus penyebab SARS. Perbedaannya adalah virus SARS berkembang biak di dalam kelelawar tanpa menimbulkan antibody di dalam kelelawar, sedangkan MERS coronavirus mengaktifkan antibody pada hewan reservoirnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa MERS Coronavirus memiliki jalur transmisi dari animals to animals, man to man, dan animals to man. Virus ini kabarnya menular melalui binatang kelelawar dan onta. Dan dapat menular antar manusia secara terbatas tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Jadi dideteksi kemungkinan penularannya dapat melalui :
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin.
Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
E. KLASIFIKASI
Kasus MERS
Kasus dalam Penyelidikan
Kasus Probable
Kasus Konfirmasi
(Suspek)
1. Kasus Penyelidikan ( Suspek )
Pasien dengan ISPA, yaitu demam atau riwayat demam, batuk dan pneumonia atau dengan ARDS atau pada pasien Immunocompromised mempunyai gejala dan tanda yang tidak jelas, disertai SALAH SATU tanda berikut :
a. Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau 6egati terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulainya gejala. DAN pneumonia yang bukan disebabkan oleh infeksi lainnya.
Penyakit muncul dalam satu cluster yang terjadi dalam waktu 14 hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.
Penyakit terjadi pada petugas kesehatan yang bekerja di RS/layanan kesehatan yang merawat pasien dengan ISPA berat (SARI), terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.
b. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau 6egati terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA ( pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas ) c. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat keparahan ( ringan-berat ) yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV yang sedang sakit. 2. Kasus Probable
Yaitu pasien investigasi, dengan bukti klinis, radiologis, atau histopatologis parenkim paru (Pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan konfirmasi secara laboratorik disebabkan pasien atau sampel yang tidak ada atau tes yang tidak tersedia untuk memeriksa infeksi saluran pernafasan lainnya. Disertai riwayat berikut : a. Kontak erat dengan pasien terkonfirmasi secara laboratorik b. 2.Belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk setelah dilakukannya semua tes dengan indikasi klinis untuk CAP (Community Acquired Pneumonia) c. Tidak terdapat pemeriksaan untuk MERS-CoV atau pada satu kali pemeriksaa specimen yang tidak adekuat hasilnya negative atau hasil pemeriksaan MERSCoV tidak meyakinkan. 3. Kasus Konfirmasi
Jika seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium.
F. TANDA DAN GEJALA
Gejala : Demam > 380C, batuk. Sesak, riwayat bepergian ke negara timur tengah 14 hari sebelum gejala. Pemeriksaan Fisik : Sesuai dengan gambaran pneumonia. Hasil Radiologi: Foto thorax dapat ditemukan infiltrate, konsolidasi, sampai gambaran ARDS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis MERS adalah pemeriksaan laboratorium dengan sediaan : 1. Spesimen dari saluran napas atas ( hidung, nasofaring, dan/atau swab tenggorokan ) 2. Spesimen saluran napas bagian bawah ( sputum, cairan endotracheal tube, bilasan bronchoalveolar) Jenis pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah : -
Kultur mikroorganisme
-
Pemeriksaan virus Influenza A subtype H1, H3, dan H5, RSV, Parainfluenza, Rhinoviruses, Adenoviruses, Metapneumoviruses, dan Coronavirus. Untuk pemeriksaan coronavirus, perlu dilakukan dengan menggunakan Reverse transcriptase polymerase chain reaction ( RT-PCR )
H. PENATALAKSANAAN Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI
Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia ( SpO2 <90%) atau syok.
Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai SpO2 ≥ 90% pada orang dewasa yang tidak hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil.
Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat yang merawat pasien ISPA berat/SARI .
Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia
Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga terinfeksi MERS CoV, dapat diberikan antibiotik secara empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis, kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan.
I. PENCEGAHAN
Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan anti viral yang bersifat spesifik belum ada, dan pengobatan yang dilakukan sangat tergantung dari kondisi pasien. Pasien hanya ditempatkan di ventilator dan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder, dengan harapan sistem kekebalan tubuh pasien perlahan lahan akan mengalahkan virus tersebut. Pencegahan dengan cara “ pola hidup bersih dan sehat”, menghindari kontak erat dengan penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun dan menerapkan etika batuk (menutup mulut) ketika sakit. Himbauan Bagi Yang Hendak Berpergian ke Negara Negara Arab
Kita tetap bisa melakukan perjalanan atau berkunjung ke negara negara Arabia Peninsula dan sekitarnya, karena World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan surat travel warning tentang kesehatan kepada negara negara yang terkait dengan MERS-Cov. Namun, hal yang perlu diantisipasi oleh masyarakat yang akan berpergian ke negara negara tersebut, yaitu jika terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti halnya: batuk atau sesak napas dalam kurun waktu 14 hari sesudah perjalanan, maka sangat disarankan untuk segera periksa ke dokter. Untuk melindungi diri dari kejadian penyakit saluran pernapasan, hendaknya lakukan beberapa langkah pencegahan sebagai berikut:
Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin dan segera buang tisu tersebut ke tempat sampah
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
Hindari kontak secara dekat dengan orang yang sedang menderita sakit, misalnya ciuman atau penggunaan alat makan dan minum bersama
Bersihkan menggunakan desinfektan untuk membersihkan barang-barang yang sering disentuh.
UPAYA INSTALASI KESEHATAN TERKAIT DENGAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MERS
Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (DJ PP dan PL) telah berupaya untuk mencegah dan mengendalikan penyakit MERS dengan secepat dan sebaik mungkin. Usaha-usaha yang telah dilakukan kemenkes untuk kesiapsiagaan MERS-CoV adalah,
1. Peningkatan kegiatan pemantauan di pintu masuk Negara ( point of entry). 2. Penguatan Surveilans epidemiologi termasuk surveilans pneumonia. 3. Pemberitahuan ke seluruh Dinkes Provinsi mengenai kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV, sudah dilakukan sebanyak tiga kali. 4. Pemberitahuan ke 100 RS Rujukan Flu Burung, RSUD dan RS Vertikal tentang kesiapsiagaan dan tatalaksana MERS-CoV. 5. Menyiapkan dan membagikan 5 (lima) dokumen terkait persiapan penganggulangan MERS-CoV, yang terdiri dari : a. Pedoman umum MERS-CoV b. Tatalaksana klinis c. Pencegahan Infeksi d. Surveilans di masyarakat umum dan di pintu masuk Negara e. Diagnostic dan laboratorium 6. Semua petugas TKHI sudah dilatih dan diberi pembekalan dalam penganggulangan MERS-CoV. 7. Menyiapkan Pelayanan kesehatan hari di 15 embarkasi/debarkasi (KKP). 8. Meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan alat diagnostic. 9. Diseminasi informasi kepada masyarakat terutama calon jemaah haji dan umrah serta petugas haji Indonesia. 10. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor seperti BNP2TKI, Kemenhub, Kemenag, Kemenlu dan lain-lain tentang kesiapsiagaan menghadapi MERS-CoV. 11. Melakukan koordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi. 12. Meningkatkan hubungan international melalui WHO dll.
2.2. EBOLA
A. Definisi Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga
nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan. Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak
langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100% efektif dalam monyet, namun vaksin untuk manusia belum ditemukan. Virus Ini mulai menular dari salah satu spesies kera di kongo kemudian mulai menyebar ke manusia, jangka waktu manusia mulai terjangkit virus ini sampai menemui ajalnya sekitar 1 minggu karena saking ganasnya virus ini.
Virus ini masih berada di dataran Afrika dan kabarnya juga telah sampai ke Filipina. Suatu ketika Negeri Eropa melakukan pengimporan kera dari kongo, ketika mengetahui virus ini akhirnya seluruh kera ini dimusnahkan agar tidak menyebar kemanamana, dan sampai saat ini belum ditemukan Vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Transmisi antar manusia terjadi akibat kontak langsung dengan cairan tubuh yang berasal dari diare, muntah dan pendarahan, kulit atau membran mukosa. Periode inkubasi virus berlangsung selama 2 sampai 21 hari. Kejadian epidemik Ebola banyak terjadi pada rumah sakit yang tidak menerapkan higiene yang ketat.infektivitas virus Ebola cukup stabil pada suhu kamar (20 ° C) tetapi hancur dalam 30 menit pada 60 ° C.Infektivitas juga dihancurkan oleh dan iradiasi ultraviolet, pelarut lemak, b-propiolactone, and commercial hypochlorite and phenolic disinfectants. b-propiolactone, dan hipoklorit komersial dan desinfektan fenolik. Virus Ebola memiliki struktur dari suatu Filovirus. Virionnya berbentuk tabung dan bervariasi bentuknya. Biasanya selalu tampak seperti U, 6, gulungan atau bercabang. Virion virus ini berukuran diameter 80 nm. Panjangnya juga bervariasi, bahkan ada yang lebih dari 1400 nm, namun biasanya hanya mendekati 1000 nm. Di tengah virion terdapat nukleokapsid yang dibentuk oleh kompleks genom RNA dengan protein NP, VP35, VP30
dan L. Nukleokapsid berdiameter 40-50 nm dan berisi suatu chanel pusat berdiameter 2030 nm. Suatu glikoprotein sepanjang 10 nm yang sebagian berada di luar sarung viral dari virion berfungsi membuka jalan masuk ke dalam sel inang. Diantara sarung viral dan nukleokapsid terdapat matriks yang berisi protein VP40 dan VP24.
B. Epidemiologi penyakit Ebola
Asal-usul di alam dan sejarah alami dari virus Ebola tetap menjadi misteri.Secara umum, virus ini ada yang menyerang manusia (Ebola-Zaire, Ebola-Ivory Coast dan EbolaSudan) dan ada yang hanya menyerang hewan primata (Ebola-Reston). Tidak ada carrier state karena tidak ditemukan lingkungan alami dari virus. Namun dari beberapa hipotesis mengatakan bahwa terjadi penularan dari hewan terinfeksi ke manusia. Kemudian dari manusia yang terinfeksi ini, virus bisa ditularkan dalam berbagai cara. Orang bisa terinfeksi karena berkontak dengan darah dan atau hasil sekresi dari orang yang terinfeksi. Orang juga bisa terinfeksi karena berkontak dengan benda seperti jarum suntik yang terkontaminasi dengan orang yang terinfeksi. Penularan secara nosokomial (penularan yang terjadi di klinik atau rumah sakit) juga dapat terjadi bila pasien dan tenaga medis tidak memakai masker ataupun sarung tangan. Pada primata, Ebola-Reston, menyerang fasilitas penelitian hewan primata di Virginia, AS. Ebola-Reston menyebar melalui partikel udara. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di provinsi Sudan dan di wilayah yang berdekatan dengan Zaire (saat ini dikenal sebagai Republik Congo) pada tahun 1976, setelah terjadinya suatu epidemi di Yambuku, daerah Utara Republik Congo dan Nzara, daerah Selatan Sudan. Sejak ditemukannya virus Ebola, telah dilaporkan sebanyak 1850 kasus dengan kematian lebih dari 1200 kasus diantaranya (Anonimous 2004). Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus Ebolavirus yang tergolong famili Filoviridae. Inang atau reservoir dari Ebola belum dapat dipastikan, namun telah diketahui bahwa kelelawar buah adalah salah satu hewan yang bertindak sebagai inang alami dari Ebola. Virus Ebola juga telah dideteksi pada daging simpanse, gorila, Macaca fascicularis dan kijang liar. Penyebaran virus Ebola dalam skala global masih terbatas. Hal ini berkaitan dengan transmisinya yang tidak melalui udara dan juga jarak waktu yang diperlukan virus Ebola untuk menginfeksi satu individu ke individu lainnya. Selain itu, onset virus yang relatif cepat dapat mempercepat diagnosa terhadap penderita sehingga dapat mengurangi
penyebaran penyakit melalui penderita yang bepergian dari satu wilayah ke wilayah lainnya.Penyakit ini dapat dikaitkan dengan kebiasaan manusia, terutama di daerah Afrika, untuk mengkonsumsi daging hewan liar. Daging hewan liar yang terkontaminasi akan menjadi media yang efektif dari penularan Ebola pada manusia.Gejala klinis dari penyakit ini adalah demam secara tiba-tiba, kelemahan, nyeri otot, sakit kepala dan tenggorokan kering. Kemudian diikuti dengan muntah, diare, ruam pada kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati serta pada beberapa kasus terjadi pendarahan internal dan eksternal. Hasil temuan laboratoris menunjukkan penurunan jumlah butir darah putih dan platelet serta peningkatan kadar enzim hati. Virus Ebola mudah menyebar dengan cepat. Pertama kali infeksi dimulai dari penularan dari hewan yang terinfeksi ke manusia. Nah, dari situ nantinya manusia meneruskan rantai penyakit ini ke manusia yang lain. Penyebaran virus Ebola antar manusia bisa melalui makanan atau berpegangan. Kontak langsung dengan darah atau cairan yang terkontaminasi juga bisa menginfeksi manusia. Tidak hanya itu, manusia juga bisa
terinfeksi
hanya
dengan menyentuh objek (misalnya
jarum)
yang sudah
terkontaminasi. Serangan sakit virus Ebola sangat tiba-tiba. Gejala yang ditimbulkan adalah demam, sakit kepala, sakit sekitar persendian dan otot, sakit tenggorokan dan tubuh lemah. Gejala ini diikuti juga oleh diare, sakit perut dan muntah-muntah. Ruam-ruam, mata memerah, tersedak, serta adanya pendarahan luar dan dalam ditemukan pada beberapa pasien.
C. Patofisiologi penyakit ebola
Penyakit ebola menyebar dan masuk ke dalam tubuh host melalui berbagai macam cara antara lain melalui jarum suntik , donor darah , dan melalui kontak lanmgsung tangan.
Tahapan penularan virus ebola dari penderita satu ke penderita lainnya antara lain : 1. virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. melalui lecet di kulit selama perawatan pasien, ritual penguburan dan mungkin kontak dengan daging secara terinfeksi, atau di permukaan mukosa.Terkadang jarum suntik merupakan rute utama dari eksposur kerja. 2. target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan replikasi tinggi dalam beberapa tipe sel di dalam hati, paru-paru dan limpa. 3. sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan terhadap ef ek cytopathic produk gen virus Ebola in vitro dan mungkin in vivo melalui gangguan jalur sinyal seluler dipengaruhi oleh mengikat, fagositosis serapan virus atau keduanya. Kerusakan tidak langsung juga dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor tumor nekrosis dan oksida nitrat sehingga kontak langsung antara setiap individu sangat memegang peranan penting dalam penyebaran dan penularan penyakit ebola di dalam masyarakat. Karena kita tidak bias menghindari kontak secara individu .sebab, hal itu terjadi tanpa kita tahu kondisi dan sifat yang sebenarnya.
D. Tahap pencegahan penyakit ebola
Virus Ebola mampu menular dari satu manusia ke manusia lain hanya dengan kontak langsung saja. Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi Ebola ini pun cukup sulit.Yang paling terutama adalah menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus Ebola sebisa mungkin. Apabila ada anggota keluarga terinfeksi virus ini
sangat dianjurkan agar orang tersebut dirawat di rumah sakit. Begitu juga apabila ada teman anda yang meninggal akibat penyakit ini, usahakan jangan ada kontak langsung dengannya. Adapun 5 tahapan pencegahan penyakit ebola dalam lingkungan masyarakat antara lain : a. Health Promotion Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk melakukan perubahan prilaku untuk hidup bersih dan sehat serta meningkatkan higien pribadi dan sanitasi lingkungan dalam lingkungan masyarakat dan sekitarnya b. Early Diagnosis Program penemuan penderita melalui survey pada kelompok – kelompok yang berisiko atau pada populasi umum dan peda pelaporan kasus. c. Spesifik protection Menghindari diri dari gigitan serangga ,berusaha untuk tidak pergi ke daerah yang kurang penyinaran matahari dan terdapat binatang ataupun serangga yang menjadi sumber penularan penyakit tersebut untuk menghindari terjadinya komplikasi penyakit dan penyebar luasnya penyakit tersebut dalam masyarakat.
d. Disability limitation Terapi kompleks pada penderita ebola agar tidak terjadi kematian dengan menambah konsentrasi minum penderita agar tidak terjadi dehidrasi serta upaya peningkatan kekebalan tubuh kelompok. e. Rehabilitation f. Pendidikan kesehatan kepada para penderita beserta keluarga serta dilakukannya rehabilitasi fisik dan psikologis pada kasus dan penderita penyakit ebola
BAB III KESIMPULAN
Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir, contohnya MERS. MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat. MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Saudi Arabia. Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau, contohnya Ebola. Serangan sakit virus Ebola sangat tiba-tiba. Gejala yang ditimbulkan adalah demam, sakit kepala, sakit sekitar persendian dan otot, sakit tenggorokan dan tubuh lemah. Virus ini pertama kali ditemukan di Afrika, daerah selatan Sudan dan Zaire pada tahun 1976 pada tubuh seekor monyet. Penting dilakukannya deteksi dini dan penatalaksaan emerging dan re-emerging disease ini dengan pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alsagaff, Hood dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Par u. GRAMIK FK UNAIR. 2004 2. Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland ed. 29. Jakarta: EGC, 2002 3. E. Jewetz. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16 Jakarta: EGC, 2004 4. Guyton Arthur C, John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta : EGC 5. Kemenkes RI., 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapai Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta. 6. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006 7. http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/MERS_CoV_Update_27_Marc h_2014.pdf?ua=1 8. Amelia S. Vibrio Cholerae. Departemen Mikrobiologi FK USU. 2005 9. 1. Jahrling PB, et al. Preliminary report. Isolation of Ebola virus from monfilovirus keys imported to USA.Lancet,1990;335:502-505, 10. 2. Murphy FA, Kiley MP, Fisher-HochS. Filoviridae. Marburg and Ebola Viruses. In: Fields BN, Knipe DM, et.al., ed. Virology,second edition. NewYork;RavenPress, 1990