MODUL XXVI (TRAVELLER’S MEDICINE) SKENARIO-2 EMERGING DISEASE
D I S U S U N
OLEH : SGD 23
Tutor
: dr. Tiffany Tantina Lubis
Ketua
: Randy Fahrizal Lingga
(7111080092)
Sekretaris
: Mima Nasution
(7111080210)
Anggota
Nadia Refianti Akmal
(7111080097)
Gita Cahyaning Utami
(7111080132)
Agus Santoso
(7111080118)
Ivoni Astri
(7111080200)
Widya Astuti
(7111080243)
Riska Wulandari
(7111080356)
Lismawati Br. Bangun
(7111080347)
Ami Marlinda Ritonga
(7111080211)
Kharina Rizki Aulia
(7111080040)
Cut Selvi Mirisna
(7111080069)
LEMBAR PENILAIAN PARAF
NILAI
Tutor
Pakar
dr. Tiffany Tantina Lubis
dr. Indra Janis, MKT dr. H. Suwarno Usman, MKT
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan segenap rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Dan tak lupa pula shalawat beriring salam kita panjatkan keharibaan nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya. Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk membantu mahasiswa/i dalam menghadapi proses belajar mengajar di Fakultas Kedokteran UISU dan membantu proses pemahaman tentang “Emerging Disease & Re-Emerging Disease” serta berbagai hubungan yang terkandung didalamnya. Dalam penyusunan tugas ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin menyelesaikan tugas ini meskipun tersusun sangat sederhana. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dr. Tiffany Tantina Lubis selaku tutor dalam skenario ini dan kepada seluruh pakar yang telah memberikan arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Medan 18 Januari 2015 Tim Penyusun
SGD 23
Daftar isi Kata pengantar ......................................................................................................i Daftar Isi................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 1.1 Latar Belakang.....................................................................................2 1.2 Tujuan..................................................................................................2 1.3 Manfaat................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3 2.1 Skenario...............................................................................................3 2.2 Learning Objectives ............................................................................3 2.3 Emerging Disease................................................................................4 2.3.1 Flu Babi (H1N1).......................................................................8 2.3.2 MERS (Middle East Respiratory Syndrome)............................16 2.4 Re-Emerging Disease .........................................................................23 2.4.1 Ebola.........................................................................................25 BAB III PENUTUP...................................................................................................30 3.1 Kesimpulan..........................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................31
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnyaatau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Contohnya MERS, hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus, nipah virus, marburgvirus, lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS, swine flu. Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau. Contohnya diphtheria, cholera, ebola virus, human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F. Tularensis, Y. Pestis, variola virus, viral haemorrhagic fever viruses. Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Perencanaan Pembangunan Kota yang tidak semestinya, Ledakan penduduk, kondisi kehidupan yang miskin yang terlalu padat, Industrialisasi dan urbanisasi, Kurangnya pelayanan kesehatan, Meningkatnya perjalanan internasional, globlisasi (gaya hidup), Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikroba yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan
vaksin. 7. Meningkatnya kontak dengan binatang, 8. Perubahan lingkungan karena adanya perubahan pola cuaca, 9. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi 10. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter) 11. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel disease)
1
1.2 Tujuan 1.2.1 Mengetahui tentang Emerging Disease dan Re-Emerging Disease. 1.2.2 Mengetahui Aspek Epidemiologi dari Emerging Disease & Re-Emerging Disease. 1.2.3 Mengetahui Aspek Klinis dari Emerging Disease & Re-Emerging Disease 1.3
Manfaat 1. Bagi institusi pendidikan menambah informasi, wacana dan referensi tentang Emerging Disease & Re-Emerging Disease. 2. Bagi penulis dapat mempelajari sedalam mungkin mengenai Emerging Disease & Re-Emerging Disease. Selain itu penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapat dari media elektrik, buku dan pakar. 3. Bagi pembaca menambah bahan pembelajaran dan gambaran tentang Emerging Disease & Re-Emerging Disease.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
2
SKENARIO-2 EMERGING DISEASE Tim Universitas Negeri Manado (Unima) Choir akhirnya kembali ke Indonesia, setelah seluruh anggota tim dinyatakan bebas dari penyebaran virus H1N1 atau dikenal dengan flu babi, saat berlaga pada 2nd Asian Choir Games, Gyeongnam, Korea Selatan 7-17 Juli 2009. Unima Choir sendiri selama mengikuti lomba itu berada di INJE University Dormitory, Gimhae. Tak hanya Unima, beberapa tim lainnya seperti tim Elfa’s Music School, Gorontalo Choir dan Riau Choir sempat masuk karantina.
2.2 LEARNING OBJECTIVES 1. Mampu mengetahui dan menjelaskan definisi dari Emerging Disease dan ReEmerging Disease 2. Mampu mengetahui dan menjelaskan penyakit yang tergolong dalam Emerging Disease dan Re-Emerging Disease 3. Mampu mengetahui dan menjelaskan definisi dari tiap penyakit yang tergolong dalam Emerging Disease dan Re-Emerging Disease 4. Mampu mengetahui dan menjelaskan aspek epidemiologi dan aspek klinis dari Emerging Disease dan Re-Emerging Disease 5. Mampu mengetahui dan menjelaskan penatalaksanaan dari Emerging Disease dan Re-Emerging Disease
2.3 EMERGING DISEASE Pengertian Emerging Infectious Disease
3
Emerging infectious diseases adalah penyakit dengan insidensi yang meningkat atau yang diperkirakan akan meningkat dalam suatu periode waktu atau lokasi. Menurut WHO, Emerging infectious diseases (EID) adalah penyakit yang pertama kali muncul dalam suatu populasi, atau penyakit yang telah ada sebelumnya tetapi mengalami peningkatan insidensi atau area geografis dengan cepat. Emerging infectious diseases merupakan penyakit infeksi yang kejadiannya pada manusia meningkat dalam dua dasawarsa/dekade terakhir atau cenderung akan meningkat di masa mendatang. Secara umum EID dapat dibagi dalam tiga kelompok penyakit, yaitu: a) Penyakit menular baru (New Emerging Infectious Diseases) b) Penyakit menular lama yang cenderung meningkat (Emerging Infectious Diseases) c) Penyakit menular lama yang menimbulkan masalah baru (Re-Emerging Infectious Diseases) Emerging infectious diseases dapat terjadi karena: a. b. c. d.
Mikroorganisme dapat terus berubah/ mutasi atau timbul yang baru Kepadatan penduduk Faktor sosial ekonomi Faktor lingkungan
Emerging infectious diseases sebagian besar (tidak semua) berhubungan dengan zoonosis (penyakit yang berhubungan dengan hewan) dan mempunyai dampak internasional karena dapat terjadi PHBEIC (Public Health Emergency Of International Concern), suatu keadaan gangguan kesehatan (bisa penyakit, atau dampak kimia/ radiasi, dll) yang menjadi perhatian internasional yang dapat menyebar antar negara. Faktor Predisposisi
4
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap tahunnya,yaitu :Evolusi dari microbial agent seperti variasi
genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter) Perubahan iklim dan lingkungan Perubahan perilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan
vaksin. Perkembangan industri dan ekonomi Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu
(travel diseases) Perang seperti ancaman penggunaan bioterorisme atau senjata biologis.
Beberapa faktor, termasuk pengembangan ekonomi dan penggunaan lahan, demografi dan perilaku manusia, dan perjalan internasional dan perdagangan, memberikan kontribusi pada penyakit emergence dan re-emergence. Banyak microbial agent (virus, bakteri, jamur) yang telah terindikasi menyebabkan wabah penyakit bagi manunsia dan juga memiliki karakteristik untuk mengubah pola penyakit tersebut sehingga menyebabkan wabah penyakit yang baru. Seperti yang dirilis dalam National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) yang membagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu : Grup I : Pathogen baru yang diakui dalam 2 dekade terakhir Grup II : Re-emerging pathogen Grup III : Pathogen yang berpontesial sebagai bioterorisme
Epidemiologi Emerging Infectious Diseases
5
Penyakit-penyait infeksi terus menjadi tantangan utama di daerah Asia Tenggara. Diperkirakan bahwa penyakit bertanggung jawab atas sekitar 40% dari 14 juta kematian setiap tahun di region Asia Tenggara dan sekitar 28% merupakan penyakit infeksi yang menjadi permasalahan global. Sedangkan kemunculan penyakit new emerging disease diantaranya ditandai dengan merebaknya Avian Flu mulai bulan Juni 2005 yang lalu, hingga tanggal 18 Maret 2007 telah mendekati ribuan Kasus dan sebanyak 86 orang diantaranya Positif Avian flu serta meninggal 65 orang. Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian kasus Avian flu pada manusia di Indonesia kini adalah 75,6 persen. Penyakit infeksi yang baru muncul (New Emerging Diseases) dan mengancam saat ini sebagian besar adalah penyakit bersumber binatang, misalnya SARS, Avian flu, Hanta-virus Pulmonary Syndrome, Hanta-virus infection with renal involvement, Japanese Encephalitis, Nipah diseases, West Nile Fever, dan E. Coli. Berikut adalah penjelasan dari beberapa Emerging Infectious Diseases yang pernah terjadi didunia: a. Infeksi virus Ebola pertama kali ditemukan di Sudan dan Aire 1976. Kejadian Luar Biasa (KLB) berikutnya 1995, 2000-2001. Sampai Desember 2003 masih terjadi KLB di beberapa negara Afrika. Angka kematian 50-90%. Cara terinfeksi kontak langsung dengan darah, sekret, organ, dan cairan tubuh penderita/binatang terinfeksi. Reservoir alami adalah primata dan kelalawar. Dilaporkan bahwa tes serologi pada kera di Jawa Barat dan Lampung menunjukkan positif terhadap virus Ebola. b. SARS merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia, pertama kali ditemukan di Cina pada tahun 2003 yang disebabkan oleh Corona Virus Pnemunia yang bermutasi hingga terjadi pandemi. SARS memiliki angka penularan yang tinggi dan pada tahun 2003 WHO menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global. Penularan infeksi melalui inhalasi pernapasan dari
6
pasien yang menderita pada saat batuk atau bersin, atau kontaminasi tangan penderita. c. Infeksi virus hanta adalah penyakit infeksi paru yang jarang tapi serius, sering fatal, disebabkan oleh virus hanta tipe Sin Nombre, sedangkan tipe lain menyerang ginjal. Virus hanta ditemukan pada rodent, terutama di amerika utara. Tertular bila menghisap debu terkontaminasi liur, kencing, cairan tubuh virus yang terinfeksi. Dilaporkan beberapa jenis tikus tertentu di beberapa pelabuhan laut menunjukkan tes serologi positif terhadap virus hanta. d. Avian influenza disebabkan oleh virus influenza H5N1, terjadi KLB pada tahun 1997 dan 2003. Penyakit disebabkan oleh virus influenza yang menyerang unggas, burung, ayam. Menular dari unggas ke unggas, ke hewan lain dan ke manusia. Penularan dari manusia ke manusia kemungkinannya kecil tetapi potensial terjadi terutama bila terjadi mutasi. Secara kumulatif kasus avian influenza pada tahun 2007 mencapai 118 orang dan 95 diantaranya meninggal. Februari 2008 jumlah kasus 126 orang dan 103 meninggal dunia. Angka kematian mencapai 80,5%. e. Influenza A baru disebabkan oleh virus influenza tipe H1N1. WHO mengumumkan pandemi global pada tahun 2009. Meskipun influenza yang ditimbulkan termasuk ringan, tetapi penyebarannya sangat mudah dari manusia ke manusia menyebabkan tingginya tingkat kesakitan karena virus influenza ini. Hingga sekarang karakteristik virus H1N1 masih tetap sama dengan karakteristik virus pertama yang terjadi di Meksiko, tetapi ada kekhawatiran perubahan atau mutasi genetik dari virus influenza A baru (H1N1) menjadi lebih berat daripada saat ini.
2.3.1 Flu Babi (H1N1) A. Definisi
7
Flu babi adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang
disebabkan oleh virus influensa tipe A. Kasus flu babi yang terjadi pada manusia saat ini sudah bersifat pandemic (penyakit sudah tersebar kemancanegara). Menurut situs Center for Control and Prefention (CDC) AS, normalnya virus flu babi hanya berjangkit pada babi dengan kematian rendah. Namun secara sporadic terjadi infeksi pada manusia.Varian baru ini dikenal dengan nama virus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1.
B. Etiologi Penyebab flu babi adalah virus influenza tipe A subtype H1N1 dari familia orthomyxoviridae. Flu atau influenza ada 2 type : Type A : Menular pada unggas (ayam, itik, dan burung) Type B dan type C : Menular pada manusia Virus influenza tipe A yang termasuk family orthomyxoviridae, erat kaitannya dengan penyabab swine flu, equine flu, dan avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80120 nm. Selain influenza A, terdapat influenza B dan influenza C yang juga sudah dapat di isolasi dari babi. Sedangkan 2 tipe influenza pada manusia adalah tipe A dan B,kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenic yang sangat dramatic sekali (antigenik shift). C. Epidemiologi Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui: Kontak moncong babi Udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan mempercepat penularan. Virus tidak akantahan lama di udara terbuka. Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan. Penyebabnya adalah virus influensa tipe A, subtipe: H1N1 (H1N2, H3N1, H3N2). Identifikasi pertama kali pada tahun 1931. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada pekerja dikandang babi di Eropa dan di Amerika Utara.Pada spesies 8
babi memiliki kemampuan sangat menular dengan angka kesakitan tinggi danangka kematian 1-4%. Insiden penyakit ini terjadi sepanjang tahun, puncaknya pada musimgugur dan dingin. Flu babi pertama kali diidentifikasi di Indonesia pada 15 April 2009 dan dinyatakan pandemi: 11Juni 2009 denagn Case Fatality Rate, sampai dengan 11 Juni 2009 sebesar 0,5%. Gejala klinis yang terjadi sebagian besar ringan, yaitu demam (87-94%), Batuk (87-92%), Sakit tenggorokan (48-82% ), Gangguan pencernaan (25%). D. Klasifikasi Klasifikasi flu babi berdasarkan derajat keparahannya flu babi dibedakan menjadi yaitu: a) Ringan ILI(influenza like illness). Tidak Sesak. Tidak nyeri dada . Tidak ada pneumonia . Tidak termasuk kelompok risiko tinggi (Asma, DM, PPOK, Obesitas, kurangGizi, Penyakit kronis lainnya) . Usia muda. b) Sedang ILI(influenza like illness) dengan komorbid. Sesak napas. Pneumonia. Usia tua. Hamil. Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah. c) Berat Pneumonia luas. Gagal napas. Sepsis. Syok. Kesadaran menurun. ARDS. Gagal multiorgan 9
E. Tanda dan Gejala Pada Manusia Center for Disease Control and Prevention(CDC), manifestasi flu babi sama dengan influenza musiman. Klien datang dengan gejala penyakit respirasi akut, termasuk minimal 2 dari gejala berikut : Demam, dapat hingga menggigil. Batuk . Nyeri tenggorokan. Sakit kepala. Rasa lemas dan letih. Diare dan muntah (mungkin dapat terjadi)Berdasarkan Oleh karena gejala-gejala ini tidak spesifik untuk flu babi, diagnosis banding dari kemungkinan flu babi tidak hanya dari gejala namun juga kecenderungan tinggi flu babi tersebut berdasarkan riwayat klien saat ini. Pada Babi Apatis. Sangat lemah. Enggan bergerak atau bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot. Eritema pada kulit. Anoreksia. Demam sampai 41,8 C. Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit cukup hebat dibarengi dengan
muntah eksudat lendir. Bersin. Dispneu diikuti kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata. Beberapa babi akan terlihat depresi dan terhambat pertumbuhannya.
F. Pemeriksaan Penunjang a) Umum
10
Laboratorium: pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, hitung
jenisleukosit), spesimen serum. Pemeriksaan apusan (aspirasi nasofaring atau bilasan/ aspirasi hidung). Kalau tidak bisa dengan cara di atas maka dengan kombinasi apusan
hidung dan orofaring. Pada pasien dengan intubasi dapat diambil secara aspirasi endotrakeal. Pemeriksaan kimia darah: albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin,analisis gas darah. Pemeriksaan radiologik: PA dan lateral. Pemerikaan CT-Scan toraks (bila diperlukan) b) Khusus Pemeriksaan laboratorium virologi. Untuk mendiagnosis konfirmasi influenza A (H1N1) dengan cara : Real time(RT) PCR. Kultur virus. Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A G. Penatalaksanaan TERAPI 1) Pasien dengan ILI (Influenza Like illness) akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan gejala klinis ringan, sedang atau berat. 2) Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat di rumah. 3) Kelompok gejala klinis sedang dirawat di ruang isolasi dan mendapat oseltamivir 2 x 75mg. 4) Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU. 5) Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan. 6) Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran, tanda vital, pantausaturasi oksigen. 7) Terapi suportif. INDIKASI 1) Terapi influenza (khususnya influenza A) pada anak usia satu tahun keatas yangmenderita gejala influenza. Efikasi ditunjukkan jika terapi diberikan dalam 2 hari gejala.
11
2) Pencegahan influenza pada dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas setelah kontak dengan penderita influenza ketika influenza telah menyebar. 3) Tamiflu tidak dapat menggantikan vaksinasi influenza. DOSIS 1) Terapi influenza Dewasa dan dewasa muda 13 tahun ke atas: 75 mg oseltamivir 2 kali sehari selama 5hari. Anak di atas 1 tahun sampai 13 tahun dapat digunakan Tamiflu suspensi dua kali sehari selama 5 hari dengan dosis sesuai berat badan sebagai berikut: 5 kg 30 mg 15- 23 kg 45 mg > 23 kg sampai 40 kg 60 mg > 40 kg, dapat diberikan dosis dewasa 75 mg 2) Pencegahan influenza a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas 75 mg sekali sehari selama 7 hari. Terapi diberikan sesegera mungkin setelah terpapar secara individual. b) Selama terjadi epidemi influenza: 75 mg sehari sampai dengan 6 minggu. c) Keamanan dan efektifitas oseltamivir pada anak usia dibawah 12 tahun belum dapat dibuktikan. 3) Pada gangguan fungsi hati tidak ada penyesuaian dosis. 4) Pada gangguan fungsi ginjal. Dosis terapi: Penderita dengan creatinin clearens 10 - 30 ml/menit : 75 mg tiap 2
hari. Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10 ml/menit
dan pasiendialisa. Dosis pencegahan: Pada creatinin clearens 10 – 30 ml/ menit: 75 mg tiap 2 hari atau 30
mg suspensi sekalisehari. Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10 ml/menit
dan pasienyang mengalami dialisa. 5) Manula tidak ada penyesuaian dosis kecuali jika ada kerusakan ginjal parah.
12
H. Pencegahan 1) Jagalah kesehatan dengan pola makan yang seimbang, jika perlu dapat mengkonsumsi multi vitamin A, C, D, E, Zink dan suplemen imunomodulator (contoh: stimuno, imunos)untuk meningkatkan kekebalan tubuh. 2) Jagalah kebersihan diri dan lingkungan sekitar.Cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun sesering mungkin, terutama setelah batuk, bersin dan memegang sarana umum. 3) Minimalkan kontak dengan orang sakit atau orang yang baru bepergian dari Negara terjangkit. Jika rencana pergi ke luar negri, cek kesehatan ke dokter (jika perlu anda dapatdivaksinasi influenza, atas permintaan atau dilakukan tindakan khusus dengan pemberianobat.) 4) Etiket saat Batuk Pada saat batuk atau bersin gunakanlah tissue atau masker penutup mulut di tempelkan ke mulut atau hidung, dan jangan batuk atau bersin kearah orang lain. Bila ada gejala batuk dan bersin kenakanlah masker penutup
mulut. Bila waktu batuk dan bersin tutuplah mulut dengan tissue dan lain-
lainnya. Bila waktu batuk dan bersin jangan langsung berhadapan
muka/wajah denganorang-orang sekeliling anda. 5) Pencegahan juga dilakukan melalui sosialisasi intensif ke sejumlah puskesmas di Ibu Kota.Pengenalan flu babi sejak dini diharap akan meningkatkan kewaspadaanmasyarakat terhadap bentuk penularannya. Masyarakat dianjurkan untuk melakukan pencegahan guna mengantisipasi penularan virusflu babi, yaitu dengan memperhatikan beberapa hal berikut: Gunakan pelindung (Masker, kacamata renang, sarung tangan) setiap berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna babi.
13
Setiap hal yang berasal dari saluran cerna babi seperti sekresi harus ditanam/dibakar supaya tidak menular kepada
lingkungan sekitar. Cuci alat yang digunakan dalam peternakan dengan
desinfektan. Kandang dan Sekresi babi tidak boleh dikeluarkan dari lokasi
peternakan. Memasak daging babi dengan benar
2.3.2 MERS (Middle East Respiratory Syndrome) A. DEFINISI MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga berat. Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit respiratori akibat virus (viral respiratory illness) yang pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Iegat Iegati. Penyakit tersebut disebabkan oleh coronavirus yang disebut MERS-CoV. Kebanyakan orang yang terinfeksi MERS-CoV berlanjut menjadi penyakit respiratori akut yang parah(severe acute respiratory illness). Gejalanya berupa demam, batuk, sesak napas. Lebih dari 30% yang terinfeksi virus tersebut meninggal. B. EPIDEMIOLOGI Sejak bulan April 2012, telah dicatat oleh WHO terdapat 206 kasus yang terinfeksi MERS-CoV, termasuk 86 orang yang meninggal.
14
Distribusi penyakit MERS terdapat kasus primer dan sekunder. Kasus primer merupakan orang yang terinfeksi langsung oleh virus tersebut bukan dari orang lain, lebih banyak menginfeksi orang yang lebih tua dan ber jenis kelamin laki-laki dibanding kasus sekunder. Kasus sekunder merupakan orang yang terinfeksi MERSCoV dari orang lain yang terinfeksi virus tersebut.
Sejauh ini, kasus primer hanya ditemukan di negara timur tengah yaitu Jordan, Kuwait, Oman, Qatar, Saudia Arabia, dan United Arab Emirates (UAE). Selain itu, negara lain yang terinfeksi MERS-CoV adalah Perancis, Jerman, Itali, United Kingdom, Tunisia, Afrika Utara yang kebanyakan merupakan kasus sekunder dari transmisi negara timur tengah.
15
Virus mers menyebar ke Indonesia melalui Jemaah haji atau umroh yang pulang dari arab Saudi, namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan kepada para Jemaah haji atau umroh yang pulang dengan gejala demam dan batuk, dan sampai saat ini didapatkan hasil negatif, sepanjang Januari hingga April, pasien dengan suspek MERS dinyatakan negatif setelah dilakukan pemeriksaan polymerase charin reaction (PCR). C. ETIOLOGI Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh beta coronavirus yang disebut MERS-CoV atau novel coronavirus. D. PATOFISIOLOGI Coronavirus sebagai penyebab MERS, yang dinamakan MERS Coronavirus, menginfeksi dari reservoir nya yaitu hewan ternak, seperti unta, domba, kambing serta dapat berkembang biak di tubuh anjing dan kucing.Hal ini dikarenakan hewanhewan tersebut memiliki RNA yang dapat memfasilitasi pembentukan virion-virion baru dari virus ini. Analisis peneliti di dunia sampai dengan saat ini menyimpulkan bahwa virus corona yang menjadi penyebab MERS memiliki hubungan spesies dengan coronavirus penyebab SARS. Perbedaannya adalah virus SARS berkembang 16
biak di dalam kelelawar tanpa menimbulkan antibody di dalam kelelawar, sedangkan MERS coronavirus mengaktifkan antibody pada hewan reservoirnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa MERS Coronavirus memiliki jalur transmisi dari animals to animals, man to man, dan animals to man. Virus ini kabarnya menular melalui binatang kelelawar dan onta. Dan dapat menular antar manusia secara terbatas tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Jadi dideteksi kemungkinan penularannya dapat melalui :
Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin. Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
E. KLASIFIKASI K aa s u s M E R S
K
a
uu
d
a
ss
s l
a
m d
P y
e n
i
e
n k
l
a
i
1. Kasus Penyelidikan ( Suspek ) Pasien dengan ISPA, yaitu demam atau riwayat demam, batuk dan pneumonia atau dengan ARDS atau pada pasien Immunocompromised mempunyai gejala dan tanda yang tidak jelas, disertai SALAH SATU tanda berikut : a. Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau Iegati terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulainya gejala.
DAN pneumonia yang bukan
disebabkan oleh infeksi lainnya.
Penyakit muncul dalam satu cluster yang terjadi dalam waktu 14 hari,
17
tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.
Penyakit terjadi pada petugas kesehatan yang bekerja di RS/layanan kesehatan yang merawat pasien dengan ISPA berat (SARI), terutama pasien yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.
b. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau Iegati terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA ( pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas ) c. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat keparahan ( ringan-berat ) yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV yang sedang sakit. 2. Kasus Probable Yaitu pasien investigasi, dengan bukti klinis, radiologis, atau histopatologis parenkim paru (Pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada kemungkinan untuk mendapatkan konfirmasi secara laboratorik disebabkan pasien atau sampel yang tidak ada atau tes yang tidak tersedia untuk memeriksa infeksi saluran pernafasan lainnya. Disertai riwayat berikut : a. Kontak erat dengan pasien terkonfirmasi secara laboratorik b. 2.Belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk setelah dilakukannya semua tes dengan indikasi klinis untuk CAP (Community Acquired Pneumonia) c. Tidak terdapat pemeriksaan untuk MERS-CoV atau pada satu kali pemeriksaa specimen yang tidak adekuat hasilnya negative atau hasil pemeriksaan MERS- CoV tidak meyakinkan.
18
3. Kasus Konfirmasi Jika
seseorang
menderita
infeksi
MERS-CoV
dengan
konfirmasi
laboratorium. F. TANDA DAN GEJALA Gejala : Demam > 380C, batuk. Sesak, riwayat bepergian ke negara timur tengah 14 hari sebelum gejala. Pemeriksaan Fisik : Sesuai dengan gambaran pneumonia. Hasil Radiologi: Foto thorax dapat ditemukan infiltrate, konsolidasi, sampai gambaran ARDS G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis MERS adalah pemeriksaan laboratorium dengan sediaan : 1. Spesimen dari saluran napas atas ( hidung, nasofaring, dan/atau swab tenggorokan ) 2. Spesimen saluran napas bagian bawah ( sputum, cairan endotracheal tube, bilasan bronchoalveolar) Jenis pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah : -
Kultur mikroorganisme
-
Pemeriksaan virus Influenza A subtype H1, H3, dan H5, RSV, Parainfluenza, Rhinoviruses, Adenoviruses, Metapneumoviruses, dan Coronavirus. Untuk pemeriksaan coronavirus, perlu dilakukan dengan menggunakan Reverse transcriptase polymerase chain reaction ( T-PCR)
H. PENATALAKSANAAN Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI
Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat,
19
hipoksemia ( SpO2 <90%) atau syok. Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai SpO2 ≥ 90% pada
orang dewasa yang tidak hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil. Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat yang merawat pasien ISPA berat/SARI .
Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga terinfeksi MERS CoV, dapat diberikan antibiotik secara empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis, kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan. I. PENCEGAHAN Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan anti viral yang bersifat spesifik belum ada, dan pengobatan yang dilakukan sangat tergantung dari kondisi pasien. Pasien hanya ditempatkan di ventilator dan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri sekunder, dengan harapan sistem kekebalan tubuh pasien perlahan lahan akan mengalahkan virus tersebut. Pencegahan dengan cara “pola hidup bersih dan sehat”, menghindari kontak erat dengan penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun dan menerapkan etika batuk (menutup mulut) ketika sakit. Himbauan Bagi Yang Hendak Berpergian ke Negara Negara Arab Kita tetap bisa melakukan perjalanan atau berkunjung ke negara negara Arabia Peninsula dan sekitarnya, karena World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan surat travel warning tentang kesehatan kepada negara negara yang terkait dengan MERS-Cov. Namun, hal yang perlu diantisipasi oleh masyarakat yang akan berpergian ke negara negara tersebut, yaitu jika terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti halnya: batuk atau sesak napas dalam kurun waktu 14 hari sesudah perjalanan, maka sangat disarankan untuk segera periksa ke dokter.
20
Untuk melindungi diri dari kejadian penyakit saluran pernapasan, hendaknya lakukan beberapa langkah pencegahan sebagai berikut:
Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin dan segera buang tisu tersebut ke tempat sampah
Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci
Hindari kontak secara dekat dengan orang yang sedang menderita sakit, misalnya ciuman atau penggunaan alat makan dan minum bersama
Bersihkan menggunakan desinfektan untuk membersihkan barang-barang yang sering disentuh.
2.4 RE-EMERGING DISEASE Re-Emerging Disease atau yang biasa disebut Resurging Disease adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden masa lampau. Penyakit menular tergolong Re-Emerging diseases yang menjadi perhatian saat ini adalah Poliomyelitis, Ebpla, Tuberkulosis, Dengue Demam Berdarah, HIVAIDS, Demam Typhoid & Salmonellosis, Leptospirosis, Anthrax, Rabies, Pes, Filariasis, Kolera & penyakit diare lainnya, Pneumococcal pneumonia & penyakit ISPA lainnya, Diptheria, Lepra, Infeksi Helicobacter, Ricketsiosis, Pertussis, Gonorrhea & penyakit infeksi menular seksual lainnya, Viral hepatitis, Campak, Varicella/Cacar Air, Chikungunya, Herpes, Japanese encephalitis, Infectious Mononucleosis, infeksi HPV, Influenza, Malaria dan lain-lain. Berikut adalah penjelasan dari beberapa Re-Emerging Infectious Diseases yang pernah terjadi didunia:
21
A. Malaria, merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium. Menurut WHO hingga tahun 2005 malaria menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara. Penyakit ini menyerang 350-500 juta orang setiap tahunnya. Resistensi plasmodium terhadap obat malaria, resistensi vektor terhadap insektisida serta perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis merupakan faktor yang memperngaruhi meningkatnya masalah malaria. B. Dengue Hemorragic Fever, merupakan infeksi Arbovirus yang membutuhkan perhatian di Asia Tenggara dengan 1,3 miliar jiwa manusia berisiko. Penyakit ini ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegepty. Peningkatan demam Dengue di area tropis dan subtropis disebabkan oleh faktor pertumbuhan populasi penduduk yang cepat, peningkatan urbanisasi, suplai air yang tidak adekuat dan pembuangan limbah yang tidak adekuat. C. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mengancam penduduk dunia saat ini. Ditemukan pertama kali di Amerika 20 tahun yang lalu. Penyakit ini adalah sekumpulan gejala yang terjadi akibat menurunnya daya tahan tubuh seseorang. Disebabkan oleh virus HIV yang ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang berulang kali dan bergantian, dll. Epidemi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dari satu tingkat epidemi rendah yaitu prevalensi <1% tingkat epidemi terkonsentrasi dimana pada kelompok resiko tinggi tertentu telah melebihi 5% seperti di Sorong, Merauke, Riau untuk kelompok wanita pekerja seksual (WPS) dan Jakarta, Bali untuk kelompok Intravena Drugs Users (IDUs). Laporan HIV/AIDS di Indonesia secara kumulatif tahun 2001 tercatat 671, HIV 1904 namun diperkirakan di Indonesia teradapat 80.000-120.000 ODHA artinya dalam 10 taun mendatang kemungkinan akan ditemukan 100.000 orang yang sakit dan meninggal karena AIDS. D. Tuberkulosis (TB), membunuh manusia secara global daripada agen infeksi tunggal lainnya. Diperkirakan sepertiga populasi dunia (1,86 miliar jiwa) terinfeksi mikobakterium tuberkulosis dan 16,2 miliar telah mengalami penyakit TB. Walaupun TB penyakit yang dapat diobati, karena kurangnya 22
obat di beberapa negara, dan durasi pengobatan yang lama sehingga menimbulkan resistensi, akibatnya TB menjadi sulit untuk diterapi. E. Pes adalah penyakit zoonotik yang disebabkan Yersinia Pestis, ditularkan melalui pinjal tikus (gigitan atau kontak dengan jaringan binatang terinfeksi). Tingkat kematian 50-60% bila tidak diobati. Daerah endemis adalah Asia, Afrika dan Amerika. Walaupun kasus pes terakhir ditemukan pada tahun 1970 tetapi Yersinia Pestis masih berhasil diisolasi sampai tahun 1972 di jawa tengah.
2.4.1 EBOLA A. Definisi Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Penyakit Ebola sangat mematikan. Gejala-gejalanya antara lain muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat kematian berkisar antara 50% sampai 90%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola di Kongo. Penyakit Ebola dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang 100% efektif dalam monyet, namun vaksin untuk manusia belum ditemukan. Virus Ini mulai menular dari salah satu spesies kera di kongo kemudian mulai menyebar ke manusia, jangka waktu manusia mulai terjangkit virus ini sampai menemui ajalnya sekitar 1 minggu karena saking ganasnya virus ini.
23
Virus ini masih berada di dataran Afrika dan kabarnya juga telah sampai ke Filipina. Suatu ketika Negeri Eropa melakukan pengimporan kera dari kongo, ketika mengetahui virus ini akhirnya seluruh kera ini dimusnahkan agar tidak menyebar kemana-mana, dan sampai saat ini belum ditemukan Vaksin yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Transmisi antar manusia terjadi akibat kontak langsung dengan cairan tubuh yang berasal dari diare, muntah dan pendarahan, kulit atau membran mukosa. Periode inkubasi virus berlangsung selama 2 sampai 21 hari. Kejadian epidemik Ebola banyak terjadi pada rumah sakit yang tidak menerapkan higiene yang ketat.infektivitas virus Ebola cukup stabil pada suhu kamar (20 ° C) tetapi hancur dalam 30 menit pada 60 ° C. Infektivitas juga dihancurkan oleh dan iradiasi ultraviolet, pelarut lemak, b-propiolactone, and commercial hypochlorite and phenolic disinfectants. b-propiolactone, dan hipoklorit komersial dan desinfektan fenolik. Virus Ebola memiliki struktur dari suatu Filovirus. Virionnya berbentuk tabung dan bervariasi bentuknya. Biasanya selalu tampak seperti U, 6, gulungan atau bercabang. Virion virus ini berukuran diameter 80 nm. Panjangnya juga bervariasi, bahkan ada yang lebih dari 1400 nm, namun biasanya hanya mendekati 1000 nm. Di tengah virion terdapat nukleokapsid yang dibentuk oleh kompleks genom RNA dengan protein NP, VP35, VP30 dan L. Nukleokapsid berdiameter 40-50 nm dan berisi suatu chanel pusat berdiameter 20-30 nm. Suatu glikoprotein sepanjang 10 nm 24
yang sebagian berada di luar sarung viral dari virion berfungsi membuka jalan masuk ke dalam sel inang. Diantara sarung viral dan nukleokapsid terdapat matriks yang berisi protein VP40 dan VP24. B. Epidemiologi penyakit Ebola Asal-usul di alam dan sejarah alami dari virus Ebola tetap menjadi misteri.Secara umum, virus ini ada yang menyerang manusia (Ebola-Zaire, EbolaIvory Coast dan Ebola-Sudan) dan ada yang hanya menyerang hewan primata (EbolaReston). Tidak ada carrier state karena tidak ditemukan lingkungan alami dari virus. Namun dari beberapa hipotesis mengatakan bahwa terjadi penularan dari hewan terinfeksi ke manusia. Pada primata, Ebola-Reston, menyerang fasilitas penelitian hewan primata di Virginia, AS. Ebola-Reston menyebar melalui partikel udara. Virus Ebola pertama kali diidentifikasi di provinsi Sudan dan di wilayah yang berdekatan dengan Zaire (saat ini dikenal sebagai Republik Congo) pada tahun 1976, setelah terjadinya suatu epidemi di Yambuku, daerah Utara Republik Congo dan Nzara, daerah Selatan Sudan. Sejak ditemukannya virus Ebola, telah dilaporkan sebanyak 1850 kasus dengan kematian lebih dari 1200 kasus diantaranya (Anonimous 2004). Penyakit ini disebabkan oleh virus dari genus Ebolavirus yang tergolong famili Filoviridae. Inang atau reservoir dari Ebola belum dapat dipastikan, namun telah diketahui bahwa kelelawar buah adalah salah satu hewan yang bertindak sebagai inang alami dari Ebola. Virus Ebola juga telah dideteksi pada daging simpanse, gorila, Macaca fascicularis dan kijang liar. Penyebaran virus Ebola dalam skala global masih terbatas. Hal ini berkaitan dengan transmisinya yang tidak melalui udara dan juga jarak waktu yang diperlukan virus Ebola untuk menginfeksi satu individu ke individu lainnya. Selain itu, onset virus yang relatif cepat dapat mempercepat diagnosa terhadap penderita sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit melalui penderita yang bepergian dari satu wilayah ke wilayah lainnya.Penyakit ini dapat dikaitkan dengan kebiasaan manusia,
25
terutama di daerah Afrika, untuk mengkonsumsi daging hewan liar. Daging hewan liar yang terkontaminasi akan menjadi media yang efektif dari penularan Ebola pada manusia.Gejala klinis dari penyakit ini adalah demam secara tiba-tiba, kelemahan, nyeri otot, sakit kepala dan tenggorokan kering. Kemudian diikuti dengan muntah, diare, ruam pada kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati serta pada beberapa kasus terjadi pendarahan internal dan eksternal. Hasil temuan laboratoris menunjukkan penurunan jumlah butir darah putih dan platelet serta peningkatan kadar enzim hati.
C. Patofisiologi penyakit ebola Penyakit ebola menyebar dan masuk ke dalam tubuh host melalui berbagai macam cara antara lain melalui jarum suntik , donor darah , dan melalui kontak lanmgsung tangan. 1. virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. melalui lecet di kulit selama perawatan pasien, ritual penguburan dan mungkin kontak dengan daging secara terinfeksi, atau di permukaan mukosa.Terkadang jarum suntik merupakan rute utama dari eksposur kerja. 2. target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan replikasi tinggi
dalam beberapa tipe sel di dalam hati, paru-paru dan limpa.
3. sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan terhadap efek cytopathic produk gen virus Ebola in vitro dan mungkin in vivo melalui
26
gangguan jalur sinyal seluler dipengaruhi oleh mengikat, fagositosis serapan virus atau keduanya. Kerusakan tidak langsung juga dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor tumor nekrosis dan oksida nitrat sehingga kontak langsung antara setiap individu sangat memegang peranan penting dalam penyebaran dan penularan penyakit ebola di dalam masyarakat. Karena kita tidak bias menghindari kontak secara individu .sebab, hal itu terjadi tanpa kita tahu kondisi dan sifat yang sebenarnya. D. Tahap pencegahan penyakit ebola Virus Ebola mampu menular dari satu manusia ke manusia lain hanya dengan kontak langsung saja. Untuk itu pencegahan terhadap penyakit infeksi Ebola ini pun cukup sulit. Adapun 5 tahapan pencegahan penyakit ebola dalam lingkungan masyarakat antara lain : a. Health Promotion Pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk melakukan perubahan prilaku untuk hidup bersih dan sehat serta meningkatkan higien pribadi dan sanitasi lingkungan dalam lingkungan masyarakat dan sekitarnya a. Early Diagnosis Program penemuan penderita melalui survey pada kelompok – kelompok yang berisiko atau pada populasi umum dan peda pelaporan kasus. b. Spesifik protection Menghindari diri dari gigitan serangga ,berusaha untuk tidak pergi ke daerah yang kurang penyinaran matahari dan terdapat binatang ataupun serangga yang menjadi sumber penularan penyakit tersebut untuk menghindari
27
terjadinya komplikasi penyakit dan penyebar luasnya penyakit tersebut dalam masyarakat. c. Disability limitation Terapi kompleks pada penderita ebola agar tidak terjadi kematian dengan menambah konsentrasi minum penderita agar tidak terjadi dehidrasi serta upaya peningkatan kekebalan tubuh kelompok. d. Rehabilitation e. Pendidikan kesehatan kepada para penderita beserta keluarga serta dilakukannya rehabilitasi fisik dan psikologis pada kasus dan penderita penyakit ebola
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir, contohnya H1N1 (Flu Babi) & MERS. H1N1 adalah penyakit saluran pernafasan akut pada babi yang disebabkan oleh virus influensa tipe A yang merupakan singkatan dari dua antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1. MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala
28
mulai dari ringan hingga berat. MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Saudi Arabia. Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau, contohnya Ebola. Serangan sakit virus Ebola sangat tiba-tiba. Gejala yang ditimbulkan adalah demam, sakit kepala, sakit sekitar persendian dan otot, sakit tenggorokan dan tubuh lemah. Virus ini pertama kali ditemukan di Afrika, daerah selatan Sudan dan Zaire pada tahun 1976 pada tubuh seekor monyet. Penting dilakukannya deteksi dini dan penatalaksaan emerging dan re-emerging disease ini dengan pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Abednego, Hadi M. 1998. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit-Penyakit Emerging Disease dan Re-emerging Disease. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal PPM & PLP. Aswar, A. 1996. Pengantar Ilmu Kesehatan. Penerbit Kedokteran. EGC : Jakarta. Bogitsh B.J and Cheng, T.C. 1999. Human Parasitology, 2nd ed. Academic Press, USA. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Virus Influenza A Baru (H1N1). Jakarta.
29
E. Jewetz. 2004. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16. EGC : Jakarta. François Elvinge. How to deal with emerging diseases. 1996. Available from: (http://courses.iddl.vt.edu/AEID_I/pdf/web/EID_notes_L1.html). [Accesed 17 Januari 2015]. Gemijati, S. 2003. Masalah Malaria di Indonesia. Kumpulan Makalah Simposium Malaria. BPFKUI. Jakarta. Guyton Arthur C, John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. EGC : Jakarta. Jawetz, Melnich, Adelberg. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. EGC : Jakarta Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Simposium Nasional EmergencyTopik Emerging Infectious Disease. Jakarta. Available from: http://www.pppl.depkes.go.id/index.php [Accesed 17 Januari 2015]. Manson’s Tropical Diseases, 21st ed. 2003. Edited by Cook G.C and Zumla A. ELST & Saunders, London. Murphy FA, Kiley MP, Fisher-HochS. 1990. Filoviridae. Marburg and Ebola Viruses. In: Fields BN, Knipe DM, et.al., ed. Virology, second edition. RavenPress : New York. Paul, W.E. Lippincot Williams & Wilkins. 2003. Fundamental Immunology, 5th ed. Philadelphia, USA. Rafei U.M. 1999. Epidemiologi Kependudukan. WHO SEARO, New Delhi. World Health Organization. 2011. Emerging Diseases. Available from: http://www.who.int/ [Accesed 17 januari 2015]
30