1. PENDAHULUAN 1.1 Sistem Rem
Sistem komponen
rem
pada
penting
kendaraan
keamanan
merupakan
dalam
salah
berkendara,
satu tidak
berfungsinya rem dapat menimbulkan menimbulkan bahaya, dan ini penting sekali dalam pekerjaan membongkar, memeriksa, menyetel dan memperbaiki serta merakitnya dengan secermat mungkin. Adapun fungsi dari sistem rem itu sendiri adalah : 1. Untuk mengurangi kecepatan sampai menghentikan kendaraan. 2. Mengontrol kecepatan selama berkendara. 3. Untuk menahan kendaraan pada saat parkir dan berhenti pada jalan yang menurun atau menanjak. Rem dibagi beberapa jenis, yaitu: 1. Rem Kaki, terbagi: a. Rem Hidraulis b. Rem Pneumatis 2. Rem Parkir, terbagi: a. Rem mekanik 3. Rem Tambahan, terbagi: a.
Exhaust Brake/Engine Brake
Pada makalah ini, akan dibahas tentang rem tambahan yaitu exhaust brake/engine brake atau brake atau yang biasa disebut rem gas pembuangan.
1
2. ISI 2.1 Pengertian Exhaust Brake
Sitem
exhaust
break
direncanakan
sebagai
pelengkap kendaraan yang pada umumnya menggunakan mesin diesel . Katup kupu-kupu dipasangkan pada pipa gas buang dan dengan jalan menutup katup kupu-kupu ini akan
memperbesar
tekanan
balik
dalam,
sehingga
memberikan efek pengereman pada mesin yang diperoleh dari gas buang.Exhaust brake dikenal juga sebagai exhaust retarder atau orang awam menyebutnya skep adalah alat bantu pengereman non friksi (tidak ada gesekan secara langsung) yang menunjang kinerja sistem pengereman pengereman utama. Tugasnya sama seperti retarder elektrik / hidrolik. Prinsip kerja exhaust brake yaitu menutup saluran gas buang (knalpot) dari mesin sehingga tekanan gas buang akan naik. Dengan naiknya tekanan di ruang bakar ini maka gerakan naik turun piston akan tertahan dan secara perlahan putaran mesin dan kecepatan kendaraan juga akan berkurang. Besarnya momen puntir negative yang memperlambat mesin adalah berbanding lurus dengan tekanan balik yang diterima oleh piston. Exhaust brake teknologi terkini mempunyai apa yg disebut Exhaust Pressure Modulation (EPM) dimana tekanan dari gas buang dimonitor dan diatur sehingga menaikan performa pengereman pada beberapa tingkatan tingkatan putaran mesin. Komponen – komponen komponen ini terdiri dari 2 tipe katup pengontrol kupu- kupu yaitu : a.
Tipe elektrik yang menggunakan solenoid koil
b. Tipe yang menggunakan silinder vakum Sistem gas buang bekerja bila kecepatan mencapai 15 km / jam dan arus listrik dikontrol secara otomatis, dan akan bebas bila kecepatannya kurang dari 10 km / jam ( pada beberapa model dikontrol sesuai putaran mesin ) . Bila system gas buang bekerja , ijeksi bahan baker distop . Keistimewaanya :
2
1. Bandingkan dengan pengereman mesin yang normal , makasitem rem gaas buang memungkinkan terjadinya penurunan kecepatan roda gigi yang lebih tinggi . Oleh karena itu putaran mesin dapat dibuat rendah agar operasinya lebih tenang atau lebih baik . 2. Pada saat menurunkan kecepatan , tidak diperlukan penggunaan pedal rem yang berlebihan . Hal ini untuk mencegah mencegah terjadinya kecelakaan akibat panas rem yang berlebihan , hilangnya pengereman pengereman atau terjadinya gelembung-gelembung gelembung-gelembung udara pada system rem dan juga kanvas rem akan tahan lama . 3. Sebab usaha pengereman tidak terjadi secara tiba-tiba kemungkinan kendaraan tergelincir atau selip dan karenanya dapat memperpanjang umur daripada ban . Kekurangannya Kekurangannya : 1. Akan terdengar suara tambahan pada saat exhaust brake diaktifkan. (Ssssss...Jooossshh) (Ssssss...Jooossshh) 2. Efek berikutnya yaitu berpengaruh dengan cepat kotornya oli mesin. Kita tahu exhaust gas terdiri dari partikel carbon yang mestinya dibuang tapi disini ditahan oleh katup exhaust brake. Tetapi selama jadwal penggantian oli terkontrol dan rutin, tidak ada masalah 2.2 Komponen-Komponen dan Fungsinya
1. Saklar Utama ( Main Switch ) Saklar ini untuk mengeset Exhaust Break . 2. Exhaust Break Relay Relay ini dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan lewat tanda yang dikirimkan melalui sensor kecepatan . Yang dipasangkan pada speedometer . Bila kecepatan kurang dari 10 km/jam maka Exhaust Break akan bebas dan pada saat yang sama tanda pemberhentian injeksi bahan bakar dikirimkan dikirimkan ke relay pengatur pengatur bahan bakar bakar . 3. Silinder Vakum Silinder ini berfungsi untuk menambah tekanan balik dalam mesin dengan cara menutup katup kupu-kupu yang terpasang pada Exhaust Pipe , agar Exhaust Break dapat bekerja . Bila silinder dalam keadaan vakum , maka akan menutup katup kupu-kupu . Bila tekanan pada silinder vakum dengan udara luar maka Exhaust Break tidak bekerja . 4. Katup Selenoid
3
Bekerja dengan adanya tanda yang diberikan oleh break relay, katup solenoid merubah kondisi di dalam silinder vakum , kemudian dari vakum ketekanan ketekanan atmosfer . 5. Saklar Akselerator Sakelar ini dipasang pada pedal gas . Bila pedal gas ditekan maka Exhaust Break tidak bekerja . 6. Saklar Kopling Saklar ini dipasang pada pedal kopling . Bila pedal kopling ditekan , maka Exhaust Break tidak berfungsi . 7. Saklar Netral Saklar ini dipasang pada transmisi , yang dipasangkan pada posisi netral . Bila transmisi diposisi netral maka Exhaust Break tidak bekerja . 8. Relay Bahan Bakar Relay pengatur bahan bakar ini menentukan pengiriman bahan bakar yang sesuai dengan kondisi kerja kendaraan dan mengirimkan tanda-tanda yang penting ke EDIC dalam sistem exhaust brake berfungsi untuk menghentikan pengiriman bahan bakar pada saat sistem exhaust brake bekerja. 9. Motor EDIC ( Elektrical Diesel Injection Control ) Motor EDIC dihubungkan ke tuas pengatur pompa injeksi dan mengatur pemberian bahan bakar melalui melalui putaran motornya motornya . 10. Lampu Indikator Memberi sinyal atau pemberitahuan tentang keadaan sistem exhaust brake kepada user/pengguna pada saat main switch pada posisi ON .
2.3 Cara Kerja Exhaust Break
Untuk dapat bekerja suatu exhaust break harus memenuhi syarat-syarat syarat-syarat sebagai berikut :
4
1. kecepatan kendaraan harus diatas 15 km/jam . 2. Posisi saklar pada netral di “ OFF “. (kondisi proseneling tidak dalam keadaan netral) 3. Posisi saklar di percepatan di “ ON ”. (tidak menginjak tuas gas) 4. Posisi saklar kopling di “ ON “. (tidak menginjak kopling) 5. Posisi saklar utama di “ ON “. Apabila kelima syarat tersebut telah dipenuhi maka relay akanmemberikan kelima syarat tersebut dan dikeluarkan tanda ( signal ) dari relay ( computer ) untuk selajutnya diberikan pada solenoid supaya exhaust break bekerja dan disamping itu juga diberikan relay pengontrol bahan bakar ( fuel control relay ) dan EDIC EDIC agar EDIC menstop bahan bahan bakar pada mesin , sehingga pada saat exhaust break bekerja maka pembakaran di dalam mesin tidak terjadi . Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut siatas tidak terpenuhi , maka secara otomatis exhaust break tidak bekerja . Dibawah ini akan dijelaskan cara kerja exhaust break pada saat : 1. Kecepatan kendaraan >15 km/jam dan exhaust break kerja . 2. Kecepatan kendaraan <10 km/jam dan exhaust break tidak kerja . 3. Pada saat posisi transmisi t ransmisi dinetralkan .
1. cara kerja exhaust brake pada saat kendaraan diatas 15 km/jam exhaust break bekerja .
Apabila kecepatan kendaran diatas 15 km/jam , speed sensor ( relay exhaust break ) akan memberikan tanda dari ON – OFF pada exhaust break break relay . Frekuensi ON – OFF yang diterima oleh exhaust break relay tergantung dari kecepatan kendaraan . Pada saat ini tanda ON –OFF yang dikeluarkan dari speed sensor cepat seklai . Akibatnya arus listrik dari terminal IG mengalir ke speed sensor lalu ke massa melalui terminal SP sehingga arus dari terminal IG yang akan masuk ke Tr1 tidak cukup untuk menghidupkan Tr1 dan akibatnya Tr1 dalam keadaaan OFF . Tr2 akan berada dalam posisi ON apabila base diberikan arus listrik yang dating dari collector Tr1 dan dari terminal N . Karena Tr1 OFF maka Tr2 juga OFF . Begitu juga untuk Tr3 karena untuk menghidupkannya diperlukan arus untuk merangsang basenya dimana arus ini datangnya dari Tr2 karena Tr2 dalam posisi OFF maka Tr3 juga dalam posisi OFF . PAda saat ini saklar utama , saklar percepatan dan saklar kopling dalam ON , maka hal ini akan
5
menyebabkan arus listrik mengalir ke collector Tr2 maupun Tr3 karena kedua transistor tersebut posisi “ ON “ akibanya kolektordan emmiter kedua trasnsistor saling berhubungan dengan massa . Solenoid berhubungna dnegan terminal SW dan Tr5 karena Tr5 ON maka arus listrik juga mengalir dari saklar kopling ke solenoid . Collector Tr5 – Emiter Tr5 dan ke massa . Akibatnhya solenoid bekerja membuka tangki vacuum dengan silinder vakum dan bervakuman bervakuman terjadi pada silinder silinder vakum . Diafragma yang terdapat pada vakum silinder terhisap karena diafragma diafragma dihubungkan dengan katup kupu-kupu yang trdaoat pada exhaust pipe . Mka katup kupu-kupu tertarik dan menutup saluran exhaust pipe akibatnya exhaust break system bekerja . Bersamaan dengan mengalirnya arus ke solenoid maka arus dari terminal IG ( Relay Pengontrol bahan bakar ) yang semula mengalir ke base Tr6 dan emitter Tr7 sehingga kedua transistor tersebut dalam posisi ON , beralih ke terminal EX ( relay pengontrol bahan bakar ) – terminal ( EX ( relay exhaust break ) – Collector Tr4 – Emiter Tr4 lalu ke massa . Hal ini mengakibatkan Tr6 dan Tr7 berubah dari posisi ON ke posisi OFF , akibatnya L2 yang atdinya menjadi manet sekarang kehilangan kemagnetannya sehingga titik kontak P2 kembali pada posisi semula yaitu dari posisi P2 yang menempel pada d kembali ke c . Karena posisi terminal S pada limiter plate berhubungan dengan massa maka arsua listrik dari terminal B ( yang selalu berhubungan dengan dengan baterai ) mengalir ke L3 – P1 – a – P2 – c terminal S – ke massa . Karen a L3 dialiri arus listrik maka timbul kemagnetan yang menarik P3 dari e ke f , sehingga arus dari terminal B selain mengalir ke L3 j uga engalir ke terminal M ( relay pengontrol bahan bakar ) – terminal M – EDIC motor – mjotor – massa . Hal ini mnyebabkan motor berputar dan putaran motor ini akan menggerakkan limiter terhenti plate posisinya stop , suplly bahan bakar terhenti dan pada mesin tidak terjadi proses pembakaran pembakaran . 2. Pada saat kendaraan dibawah 10 km/jam (exhaust break tidak bekerja )
Pada saat ini tanda yang diberikan oleh speed sensor terhadap relay lambat sekali , sehingga ON – OFF yang diterima oleh relay akan mempengaruhi besarnya arus yang mengalir ke speed sensor , yang berhubungan dengan massa . Hal ini akan mengakibatkan aruys yang mengalir ke emitter Tr1 mengalami beberapa tahanan sehingga Tr1 pada posisi ON maka arus yang besar mengalir dari emitter ke collector , dan arus ini akan mengalir ke base Tr2, mengubah Tr2 dari posisi OFF ke ON . ARsu datangnya dari posisi terminal SL karena Tr2 dalam posisi ON maka arus ini dapat mengalir ke collector Tr2 – Emiter – Tr2 lalu merangsang ke base Tr3 . Hal 6
ini mengakibatkan arus yangd atangnya dari terminal SL selain mengalir ke base Tr4 dan Tr5 tidak ada karena arus lebih mengalir ke collector Tr2 dan tr3 daripada base Tr4 dan Tr5 ( adanya tahanan sebelum arus masuk ke base kedua transistor ini ) . Akibatnya kedua transistor ( Tr4 dan Tr5 ) dalam posisi OFF . Sehingtga arus yang masuk ke solenoid tidak dapat mengalir karena tidak ada hubungan massa ( massa terputus bersamaan bersamaan matinya transistor Tr5 ) . Hal ini mengakibatkan mengakibatkan solenoid katup yang ke saringan udara ( Air Cleaner ) , sehingga tekanan di dalam silinder vakum dibawah 1 atm ( vakum ) akan berubah menjadi 1 atm ( sama dengan udara diluar ) . Akibat dengan adanya pegas pada silinder vakum yang mendorong diafragma maka diafragma terdorong ke bawah dank katup kuppu-kupu kembali pada posisi normal ( semula ) yaitu posisi gas bang ( tidak bekerja ) . Bersamaan dengan hilangnya arus listrik pada solenoid , akibat Tr5 pada posisi OFF maka arus yang mengalir ke Tr4 juga tidak ada ( Tr4 posisi OFF ) . Selain arus terminal IG ( Relay Katup Pengontrol ) yang tadinya ke terminal EX sekarang kembali menghidupkan Tr6 ( basenya ) sehingga posisi Tr6 menjadi OIV kembali , hal ini i ni juga mengakibatkan mengakibatkan Tr7 menjadi On karena base Tr7 berhubungan dengan massa melalui Tr6 ( Collector dan emitter berhubungan dengan massa ) . Dengan ONnya Tr7 maka asrua mengalir dari emitter Tr7 ke collector Tr7 lalu ke L2 dan ke massa . Akibatnya L2 menjadi magnet dan menarik P2 dari c ke d1 , karena terminal D pada limiter plate berhubungan dengan massa maka arus mengalir dari terminal B ke L3 – R – a – P2 – d – terminal D lalu ke massa . Akibat L3 menjadi magnet maka P3 tertarik dari e ke f . Hal ini menyebabkan arus dari terminal M mengalir ke motor dan ke massa . Motor berputar memutarkan limiter plate dari posisi stop ke osisi D ( drive ) sehingga supply bahan baker kembali bekerja dan mesin akan terjadi pembakaran kembali . Setelah limiter plate kembali berada pada posisi drive , maka mengabkibatkan arus listrik tidak dapat ke L3 dan L3 kehilangan posisi semula ( dari f ke e ) dan arus ke motor tidak ada , sehingga motor berhenti bekerja pada posisi limiter plate di drive .
3. Pada saat saklar netral dalam posisi ON ( Transmisi dalam posisi netral )
Seperti telah dijelaskan terdahulu bahwa Tr2 OFF dan ON tregantung dari arus yang mengalir ke basenya . Arus ini hanya dari Tr1 ( collectornya ) atau dari terminal N . Pada saat kecepatan kendaraan diatas 15 km/jam maka Tr1 posisi OFF sedangkan 7
terminal N pada saat netral , keadaanya adalah ON sehingga arus dari terminal baterai mengalir ke kunci kontak lalu ke saklar netral ( ON ) ke terminal N dan merangsang Tr2 dengan demikian Tr2 menjadi ON . Seperti telah dijelaskan terdahulu , apabila Tr2 ON maka Tr3 juga menjadi ON dengan demikian arus yang datangnya ke collector Tr2 dan Tr3 , akibatnya kedua trasnsistor yang lain yaitu Tr4 dan Tr5 . Maka arus yang ke solenoid tidak dapat mengalir begitu juga arus yang dari terminal IG ( relay bahan baker ) akan tetap menghidupkan solenoid . Maka Exhaust brake tidak dapat bekerja dan supplay bahan baker tetap berlangsung berlangsung .
2.4 Exhaust Brake Tipe Elektrik
Exhaust Brake apda kendaraan tipe DA 110 ini dilengkapi dengan suatu katup kupu-kupu ( buttfly valve ) yang dipasangkan di dalam exhaust manifold dengan menutup katup ini dan adanya tekanan gas buang dalam exhaust brake manifold maka kecepatan mesin turun sampai 700 – 650 rpm , maka exhaust brake secara otomatis terbebas . Hal ini dimaksudkan untuk mencegah mesin menjadi mati . Switch kopling yang dipasang pada sirkuit exhaust break ini , menyebabkan exhaust break tidak bekerja pada saat pedal ditekan . Tujuan dari pemasangan pemasangan switch ini adalah untuk memperbaikai cara pemindahan gigi . 1. Komponen – komponen
Exhaust Brake Relay Relay ini berfungsi untuk mengoperasikan kedua solenoid yang sesuai
dengan tanda-tanda yang diterima dari switch dan generator . Bagian utama dari relay ini terdiri dari 4 transistor t ransistor , sebuah magnet magnet relay dan diode .
Solenoid Exhaust Brake Solenoid ini terdiri dari sebuah plunyer di dalam solenoid yang berfunugsi
untuk emmbuka atau menutup katup kupu-kupu yang dipasangkan di dalam exhaust manifold .
Solenoid Pemutus Bahan Bakar ( Fuel Cut Solenoid )
8
Solenoid ini dimamksudkan untuk memutus saluran bahan bakar ke pompa injeksi . Kontruksinya sama dengan solenoid exhaust brake .
Generator Generator ini adalah bentuk generator model magnet yang digerakkan kabel
tachometer untuk mendeteksi kecepetan mesin . Kecepatan mesin dideteksi dalam perbandingan dari dari suatu putaran generator generator dengan dengan dua putaran putaran mesin .
Switch Akselerator Swicth ( saklar ) ini saling mengunci dengan pedal percepatan . Sakelar akan
berhubungan ( ke posisi “ ON “ ) bila pedal percepatan percepatan dibebaskan dibebaskan .
Sakelar Kopling Sakelar ini saling mengunci dengan pedal kopling . Sakelar akan terputus (
posisi “OFF” ) 2. Cara kerja 1. Putaran mesin diatas 800 rpm Dengan memutar saklar Exhaust Brake ke “ ON “ tegangan listrik sampai di Exhaust Brake relay dan lampu indicator akan menyala . Selanjutnya bila pedal dibebaskan , maka sakelar akselerator tertutup dan menggerakkan relay . Arus kemudian mengalir mealui SOL1 dan SOL2 . Sehingga katup kupu-kupu dalam Exhaust manifold menjadi tertutup dan pada saat itu juga bahan bakar diputus .Penekanan pedal akselerator selama exhaust brake bekerja akan menggerakkan saklar akselerator dan membebaskan exhaust brake . TEgangan arus bolak – balik yang dihasilakan oleh generator bervariasi secara langsung dengan mesin . Makin tinggi putaran mesin , maka makin tinggi pula tegangan yang dihasilkan . TEgangan asus bolak-balik yang dihasilkan Rec1 dan Rec2 . Bila putaran mesin tinggi , tegangannya dirubah oleh rectifier R2,R3,dan R5 dan kemudian mensuplai ke base trasnsistor Tr4 , dan ini mengakibatkan Tr4 terhubung . Karena Transistor Tr2 terhubungkan Tr3 kan berada pada posisi “ OFF “ akibatnya arus tidak mengalir melalui koil .
9
2. Putaran mesin dibawah 800 rpm Bila putaran mesin dibawah 800 rpm , tegangan yang dihasilkan oleh generator juga berkurang . Sebab Sebab itu tegangan yang yang duhasilkan pada pada zener diode ( ZD ZD ) menjadi lebih rendah daripada tegangan zener . ARus kemuadian tidak akan mengalir dalam sirkuit ini dengan demikian trasnsitor Tr4 terputus hubungannya ( OFF ) . Pada keadaan ini arus yang dirubah oleh rectifier Rec2 mengalir melalui diode D8 dan mengisi kodensor C7 . Kemudian bila tegangan yang dihasilkan generator menjadi lebih rendah dari tegangan condenser C6 dari C7 , maka perbedaan tekanan teganganyang terbentuk mengakibatkan condenser C6 dan C7 mulai mengeluarkan arus ( discharging ) . Lamanya pengeluaran arus atau pengosongan arus condenser C6 ditentukan oleh tahanan R11 dan Condensor C7 oleh tahanan R13 dan R11 , Tahanan antara base dan emitter transistor Tr1 , Tahanan R8 dan R7 . Rangkaian ini dibuat agar C7 pengeluaran arusnya lebih lama dibandingkan dengan rangkaian condenser C6 . Dengan demikian lamanya waktu pengosongan pengosongan antara C6 dan C7 berbeda dampai C6 dan C7 mencapai tegangan yang sama , dimana aan terjadi pengaliran arus C7 melalui base dan emitter trabsistor Tr1 dan menyebebkan Tr1 terhubung ( ON ) . Oleh karena arus listrik dari base transistor Tr2 trputus ( OFF ) . Bila Tr2 OFF , Tr3 menjadi ON dan memungkinkan arus mengalir mellaui L1 . PAda saat ini arus listrik akan mengalir melalui relay L1 dan L2 berlawanan . Karena itu magnetic flux yang terbentuk akan saling mengahpuskan satu dengan yang lainnya . Dengan demikian kontak P terbuka dan arus-arus tidak akan mengalir melalui seolenoid . Dalam keadaan seperti ini exhaust brake akan dibebaskan .
Dari urutan diatas dapat disimpulkan exhaust brake system akan bekerja apabila syarat-syarat dibawah ini dipenuhi : 1. Kunci kontak pada posisi “ ON “ 2. Exhaust Brake pada posisi “ ON “ 3. Putaran mesin diatas 800 rpm 4. Sakelar ( switch ) pedal pada posisi “ ON “
10
5. Sakelar pedal kopling pada posisi “ ON ‘ Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut tidak terpenuhi , maka exhaust brake system ini tidak bekerja . Oleh sebsb itu , dalam pemerikasaan pemerikasaan cara kerja exhaust brake harus benar-benar dipriksa baik atau tidaknya input ke exhaust brake retarator atau relay . Apabila input yang masuk baik , tetapi output yang dikeluarkan oleh brake retarder atau relay tidak baik , nearti kesalahan terletak pada exhaust brake retarder atau relay . Apabila input sudah s udah tidak baik , maka penganalisaan penganalisaan beralih pada pemerikasaan pemerikasaan input yang tidak baik , sehingga persoalannya dapat diatasi dengan cepat . Hal ini ada diterangkan pada pasal pemeriksaan .
2.5 Pemeriksaan dan Penyetelan Exhaust Brake System [ Pemeriksaan ]
- Setel Exhaust Brake pada posisi “ ON “ . Tekan perlahan accelerator pedal dan pastikan bahwa exhaust brake brake menghidupkan indicator lamp pada pada meter duster ketika kecepatan engine mencaoau kisaran 800 s/d 950 rpm. - Bila lampu tidak menyala pada waktu tepat , maka lakukan penyetelan accelerator switch . [ Penyetelan ]
- Bila exhaust indicator lamp meyala sebelum kecepqatan engine mencapai 800 rpm , putar lagi accelerator accelerator switch ( tambah ) - Bila exhaust indicator lamp menyala setelah kecepatan engaine melebihi 950 rpm , putar balik accelerator accelerator switch switch ( kurangi )
11
3. Penutup 3.1 Kesimpulan
Exhaust brake dikenal juga sebagai exhaust retarder atau orang awam menyebutnya skep adalah alat bantu pengereman non friksi (tidak ada gesekan secara langsung) yang menunjang kinerja sistem pengereman utama. Tugasnya sama seperti retarder elektrik / hidrolik. Prinsip kerja exhaust brake yaitu menutup saluran gas buang (knalpot) dari mesin sehingga tekanan gas buang akan naik. Dengan naiknya tekanan di ruang bakar ini maka gerakan naik turun piston akan tertahan dan secara perlahan putaran mesin dan kecepatan kendaraan juga akan berkurang. Komponen-komponen Komponen-komponen exhaust brake antara lain: 1. Saklar Utama ( Main Switch ) 2. Exhaust Break Relay 3. Silinder Vakum 4. Katup Selenoid 5. Saklar Akselerator 6. Saklar Kopling 7. Saklar Netral 8. Relay Bahan Bakar 9. Motor EDIC ( Elektrical Diesel Injection Control ) 10. Lampu Indikator
12
Daftar Pustaka
Anonim, http://en.wikipedia.org/wiki/Exhaust_brake http://en.wikipedia.org/wiki/Exhaust_brakediakses diakses pada pada tanggal 03 Mei 2014 Anonim,
http://id-id.facebook.com/notes/bism http://id-id.facebook.c om/notes/bismania-comm ania-community/exhaust-brake unity/exhaust-brake/10150835014695114 /10150835014695114 diakses pada tanggal 03 Mei 2014
Anonim, http://www.valtra.co.uk/news/710.asp http://www.valtra.co.uk/news/710.aspdiakses diakses pada pada tanggal 03 Mei 2014 Anonim, http://www.dam http://www.damouth.org/RVStuff/Brake outh.org/RVStuff/BrakeSwitch.shtml Switch.shtml diakses pada tanggal pada tanggal 04 Mei 2014 Anonim, http://s600.photobucket.com/user/bushie39 http://s600.photobucke t.com/user/bushie39/media/Exhaus /media/Exhaust%20Brake/Va t%20Brake/VacuumHoseA cuumHoseAttachments_z ttachments_zpsf psf e28beab.jpg.html diak ses pada tanggal 04 Mei 2014
13