F AI R PRE PRE SE NTAT NTATII ON
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Auditing
Disusun Oleh: Rizki Alaika
120620170504 120620170504
Anggraeni Dwijayanti
120620170505 120620170505
Siska Liana
120620170514 120620170514
Elisabet Trifena I. U.
120620170517 120620170517
M. Defri Akbar
120620170520 120620170520 Kelas: A
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PADJADJARAN 2018
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………..i BAB I TEORI…………………………………………………………………..Error! Bookmark not defined.
1.1 Konsep Fair Presntation…………………………………………….Error! Bookmark not defined. 1.2 Kerangka Pelaporan Keuangan……………………………………...1 1.3 Pertimbangan dalam Merumuskan Opini……………………………4 1.4 Kutipan ISA 700……………………………………………………..5 BAB II KASUS………………………………………………………………….10 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 General Purpose Financial Reporting Frameworks………………….2 Gambar 1.2 Kerangka pelaporan penyajian yang wajar …………………………..3
BAB I FAIR PRESENTATION
1.1 Konsep Fair Presentation
Audit dikonsentrasikan pada kepercayaan atas apa yang telah dil;laporkan dalam data keuangan sebagai gambaran kondisi nyata dari sebuah operasi dan kondisi keuangan perusahaan. Dalam bahasa profesi, hubungan pelaporan data atas dasar realitas
kenyataan ini dinyatakan sebagai
“penyajian secara wajar”.
Ide dari penyajian secara wajar ini diperluas untuk informasi lebih yang termasuk dalam laporan keuangan yang lazim dan dengan implikasi untuk setiap data yang diminta auditor independen untuk memeriksa kewajaran.. Auditor bertanggung jawab atas opini yang dia berikan, maka dari itu konsep “fairly presentation” atau penyajian yang wajar sangat penting agar auditor dapat memberikan opini yang benar.
1.2 Kerangka Pelaporan Keuangan
Ada 2 jenis General Purpose Framework, yakni fair presentation framework dan compliance framework. A. D ecisi on Tree
Fungsi dari Descision Tree untuk merumuskan opini dalam kedua kerangka umum ( fair presentation framework dan compliance framework ). Decision tree mengajukan serangkaian pertanyaan, dengan jawaban “ yes” atau “no” yang menunjukkan ke arah mana “perjalanan” diteruskan.
Gambar 1.1
B. F air Pr esentation (Kerangka pelaporan penyajian yang wajar)
Jika kita membatasi pada satu kerangka pelaporan keuangan yang bertujuan umum, bagan decision tree dapat disederhanakan.
Gambar 1.2 Penjelasan :
Dalam jajaran genjang pertama ada keputusan yang harus dibuat auditor sesudah mengevaluasi bukti-bukti audit yang diperoleh dan tidak diperolehnya. Keputusan ini dalam bentuk sederhananya, menjawab pertanyaan “Wajar”?. Selengkapnya, pertanyaan ini berkenan dengan ISA 700.10.
Jika jawaban atas pertanyaan “Wajar”? adalah Ya, maka auditor merumuskan opini WTP ( Wajar Tanpa Pengecualian atau unqualified opinion). Jika jawabannya tidak maka auditor merumuskan modifikasi opini. Opini modifikasi adalah opini yang bukan WTP; rinciannya tergantung pada fakta-fakta berikut.
Fakta pertama, auditor menemukan Salah Saji yang Material dalam laporan keuangan. Referensinya adalah ISA 700.17a. Atau Fakta kedua, auditor tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Refrensinya adalah ISA 700.17b.
Pertanyaan kedua, ditunjukan dengan dua jajaran genjang berisi pertanyaan : Pervasif? Pertanyaan ini ditujukan kepada fakta pertama dan kedua yang dibahas diatas.
Jika fakta pertama pervasif, auditor merumusakan opini TW (Tidak Wajar atau adverse opinion). Jika fakta pertama tidak pervasif, auditor merumuskan opini WDP (Wajar dengan Pengecualian atau qualified opinion).
Jika fakta kedua pervasif, auditor merumuskan opini TMP (Tidak Memberikan Pendapat atau disclaimer of opinion). Jika fakta kedua tidak pervasif, auditor merumuskan opini WDP (Wajar dengan Pengecualian atau qualified opinion).
1.3 Pertimbangan dalam Merumuskan Opini
1. Materialitas
Apakah materialitas masih tepat dalam konteks hasil keuangan entitas yang sebenarnya?
Apakah salah saji yang tidak dikoreksi (termasuk yang berasal dari periode
yang lalu),
secara
terpisah
atau tergabung, dapat
menyebabkan salah saji yang material? 2. Bukti Audit
Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
Apakah estimasi akuntansi yang dibuat manajemen sudah layak?
Apakah prosedur analitikal yang dilakukan pada atau mendekati akhir tahun menguatkan kesimpulan yang diambil selama audit?
3. Kebijakan Akuntansi
Apakah laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi yang signifikan yang dipilih dan diterapkan?
Apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat?
4. Pengungkapan Laporan Keuangan
Apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
Apakah semua pengungkapan dalam laporan keuangan telah dibuat sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku??
Apakah terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul set iap laporan keuangan,sudah tepat?
Apakah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, andal,dapat dibandingkan,dapat dipahami, dan cukup?
Apakah laporan keuangan memberikan cukup disclosures yang memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan?
5. Fair Presentation Framework
Apakah presentasi,stuktur,dan isi secara keseluruhan dari laporan keuangan termasuk catatan (atas laporan keuangan), mencerminkan dengan benar transaksi dan peristiwa yang mendasarinya sesuai kerangka pelaporan keuangan yang berlaku? Jika tidak, apakah (auditor)
perlu
memberikan
disclosures tambahan
untuk
memastikan tercapainya fair presentation?
Apakah laporan keuangan, sesudah memasukan adjusments yang dibuat manajemen sebagai bagian dari proses audit proses, konsisten, dengan pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya?
6. Compliance Framework
Apakah laporan keuangan menyesatkan?
1.4 Kutipan dari ISA 700 a. 700.7 Definisi
Untuk Tujuan ISAs, istilah berikut mempunyai makna :
Laporan keuangan bertujuan untuk umum ( general purpose financial statements) – Laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan kerangka tujuan umum ( general purpose framework )
Kerangka tujuan umum ( general purpose framework ) – Kerangka pelaporan keuangan ( financial reporting framework ) yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan umum ( common financial information) dari banyak pengguna laporan keuangan. Kerangka pelaporan keuangan dapat berupa suatu kerangka laporan wajar atau suatu kerangka kepatuhan. Istilah “kerangka pelaporan wajar” ( fair presentation framework ) digunakan untuk merujuk pada suatu kerangka pelaporan keuangan yang mengharuskan kepatuhan terhadap ketentuan dalam kerangka tersebut dan : -
Mengakui secara eksplisit atau implisit bahwa, untuk mencapai penyajian laporan keuangan yang wajar, kemungkinan perlu bagi manajemen untuk menyediakan pengungkapan yang melebihi pengungkapan yang telah ditentukan oleh kerangka tersebut ; dan
-
Mengakui secara eksplisit bahwa kemungkinan perlu bagi manajemen untuk menyimpang dari suatu ketentuan kerangka untuk mencapai penyajian laporan keuangan yang wajar. Penyimpangan tersebut hanya dapat dilakukan apabila dianggap perlu dalam kondisi yang sangat jarang.
Istilah “kerangka kepatuhan” (compliance framework ) digunakan untuk merujuk pada suatu kerangka peloporan keuangan yang mengharuskan kepatuhan terhadap kententuan dalam kerangka tersebut, tetapi tidak mengandung pengakuan dalam butir i atau ii tersebut di atas.
Opini tanpa modifikasian : Opini yang dinyatakan oleh auditor ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
b. 700.8 Laporan keuangan
Pengacuan pada laporan keuangan dalam SA ini berarti “suatu laporan keuangan bertujuan umum yang lengkap, termasuk catatan atas laporan keuangan terkait”. Catatan atas laporan keuangan terkait pada umumnya meliputi ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lainnya. Ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku menentukan
bentuk dan isi laporan keuangan, dan apa yang merupakn suatu laporan keuangan lengkap. c. 700.10 Sesuai kerangka pelaporan
Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
d. 700.11 Kesimpulan untuk merumuskan opini
Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Kesimpulan tersebut harus memperhitungkan :
Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh;
Kesimpulan auditor berdasarkan SA 450, apakah kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi adalah material, baik secara individual maupun secara kolektif; dan
Evaluasi yang diharuskan oleh paragraf 12-15
e. 700.12 Evaluasi atas laporan keuangan
Auditor harus mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pengevaluasian tersebut harus mencakup pertimbangan atas aspek kualitatif praktik akuntansi entitas, termasuk indikator kemungkinan penyimpangan dalam pertimbangan manajemen. (Ref: Para. A1-A3) f.
700.13 Pertimbangan syaratan dalam kerangka laporan keuangan
Secara khusus, auditor mengevaluasi apakah, dari sudut pandang ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Laporan keuangan mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang dipilih dan diterapkan secara memadai;
Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan sudah tepat;
Estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen adalah wajar;
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, dapat diandalkan, dapat diperbandingkan, dan dapat dipahami;
Laporan keuangan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk memungkin pengguna laporan keuangan yang dituju memahami pengaruh transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan (Ref. Para A4)
Terminologi yang digunakan dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap laporan keuangan, sudah tepat.
g. 700.14 Apakah laporan keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar?
Ketika laporan keuangan disusun berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, pengevaluasian yang diharuskan oleh paragraf 12-13 juga harus mencakup apakah laporan keuangan mencapai penyajian wajar harus mencakup pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
Penyajian, stuktur, dan isi laporan keuangan secara keseluruhan; dan
Apakah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan terkait, mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya dengan suatu cara yang mencapai penyajian wajar.
h. 700.17 Bukan WTP, jika auditor :
Menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material; atau
Tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.
Auditor harus memodifikasi opininya dalam laporan auditor berdasarkan SA 705.
KASUS Analisis Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi Internal Auditor (Studi Kasus : Phar Mor)
Phar Mor Inc, termasuk perusahaan terbesar di Amerika Serikat yang dinyatakan bangkrut pada bulan Agustus 1992 berdasarkan undang-undangan U.S. Bangkruptcy Code. Phar mor merupakan perusahaan retail yang menjual produk yang cukup bervariasi, mulai dari obat-obatan, furniture, elektronik, pakaian olah raga hingga videotape. Pada masa puncak kejayaannya, Phar Mor mempunyai 300 outlet besar di hampir seluruh negara bagian dan memperkerjakan 23,000 orang karyawan yang berpusat di Youngstown, Ohio, United States. Phar-Mor dididrikan oleh Michael I. Monus atau biasa disebut Mickey Monus dan David S. Shapira di tahun 1982. Beberapa toko menggunakan nama Pharmhouse and Rx Place. Slogan Phar-Mor adalah ”Phar -Mor power buying gives you PharMor buying power”.Sejarah mencatat kasus phar mor inc sebagai kasus yang melegenda di kalangan auditor keuangan. Eksekutif Phar Mor sengaja melakukan fraud untuk mendapat keuntungan financial yang masuk ke dalam saku pribadi individu di jajaran top manajemen perusahaan. Dalam melakukan fraud, top manajemen Phar Mor membuat dua laporan keuangan yakni, laporan inventory dan laporan bulanan keuangan (monthly financial report). Dan kedua laporan ini kemudian dibuat ganda oleh pihak manajemen. Satu set laporan inventory berisi laporan inventory yang benar (true report,), sedangkan satu set laporan lainnya berisi informasi tentang inventory yang di adjusment dan ditujukan untuk auditor eksternal. Demikian juga dengan laporan bulanan keuangan, laporan keuangan yang benar berisi tentang kerugian yang diderita oleh perusahaan ditujukan hanya untuk jajaran eksekutif. Laporan lainnya adalah laporan yang telah dimanipulasi sehingga seolah-olah perusahaan mendapat keuntungan yang berlimpah. Dalam mempersiapkan laporan-laporan tersebut, manajemen Phar Mor sengaja merekrut staf dari akuntan publik (KAP) Cooper
&Lybrand, staf – staf tersebut kemudian turut dimainkan dalam fraud tersebut dan sebagai imbalan telah membuat laporan ganda mereka diberikan kedudukan jabatan penting. Dalam kasus Phar Mor, fungsi contol environment telah dikesampingkan. Control environment sangat ditentukan oleh attitude dari manajemen. Idealnya, manajemen harus mendukung penuh aktivitas internal audit dan mendeklarasikan dukungan itu ke semua jajaran operasional perusahaan. Top manajemen Phar Mor tidak menunjukan attitude yang baik. Manajemen kemudian justru merekrut staf auditor dari KAP Cooper & Librand untuk turut dimainkan dalam fraud. Staf auditor dari KAP Cooper & Librand secara jelas melanggar prinsip dasar etika sebagai seorang akuntan professional karena tidak memiliki Integritas, Objectivitas, dan Perilaku Profesional karena turut membantu Manajemen Phar Mor dalam menyusun dan mempersiapkan laporan yang dimanipulasi. ISA 700.12 mengharuskan seorang auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan ketentuan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku tetapi tidak dilakukan oleh staf auditor dari KAP Cooper & Librand. Dan dalam kasus Phar Mor telah terjadi diabaikannya ISA 700.14 karena keterlibatan staf auditor external dalam mempersiapkan laporan tersebut, seharusnya menjadi evaluasi auditor mengenai apakah laporan keuangan memenuhi syarat penyajian yang wajar. Dalam ISA 700.13 secara khusus, auditor wajib mengevaluasi apakah, dengan mempertimbangkan persyaratan dalam kerangka pelaporan keuangan yang berlaku : estimasi akuntansi yang dibuat manajemen adalah wajar. Tetapi yang dilakukan KAP Cooper & Librand membiarkan estimasi akuntansi yang dibuat manajemen yang tidak wajar menjadi wajar.