Fisiologi Reseptor Reseptor Rasa •
•
•
•
Reseptor rasa taste bud struktur epitel yang terdapat dalam lidah, palatum lunak, farink, larink, dan esophagus. Fungsi menganalisa unsur kimia makanan yang berkontak dengan sel reseptor selama makan. Zat kimia menghasilkan menghasil kan perubahan elektrik pada sel perasa yang mengubah aksi potensial pada saraf yang mempersarafi taste bud. Aksi potensial ini dikonduksi melalui pathways pada otak, yang kemudian secara berangsur-angsur menghasilkan sensasi yang kita sebut rasa. Fungsi spesifik dari taste bud palatal, laring, dan esofagus tidak diketahui, walaupun beberapa reseptor rasa ditemukan pada lokasi tersebut.
Fisiologi Reseptor Reseptor Rasa •
•
•
•
Reseptor rasa taste bud struktur epitel yang terdapat dalam lidah, palatum lunak, farink, larink, dan esophagus. Fungsi menganalisa unsur kimia makanan yang berkontak dengan sel reseptor selama makan. Zat kimia menghasilkan menghasil kan perubahan elektrik pada sel perasa yang mengubah aksi potensial pada saraf yang mempersarafi taste bud. Aksi potensial ini dikonduksi melalui pathways pada otak, yang kemudian secara berangsur-angsur menghasilkan sensasi yang kita sebut rasa. Fungsi spesifik dari taste bud palatal, laring, dan esofagus tidak diketahui, walaupun beberapa reseptor rasa ditemukan pada lokasi tersebut.
Anatomi Anatomi Taste Bud Bud Lidah
berperan penting pada kesadaran pengencapan karena pada permukaannya ditemukan banyak sekali papila lidah tempat terdapatnya satu atau lebih taste bud. 4 tipe papila lidah : Papila firiformis Papila fungiformis Papila circumvalata Papila foliata. Pada gambar skematik potongan melintang taste bud dapat dilukiskan bahwa taste bud pada bagian basal membuat kontak dengan saraf sensoris. • • • •
•
•
Papila Filiformis Paling banyak. Terletak pada seluruh dorsum lidah, pada 2/3 anterior lidah. Fungsi membantu membersihkan makanan dari permukaan lingua. Bentuk kerucut panjang dan runcing. Dilapisi eptiel berlapis gepeng bertanduk. Tidak memiliki taste bud. Papilla fungiformis Terdapat di antara papilla filiformis, tunggal. Tinggi papilla 0,5 – 1,5 mm. Epitel lebih tipis pada keadaan hidup tampak lebih merah pembuluh darah tampak lebih jelas. Bentuk seperti jamur, bagian atas melebar dan bagian dasar sempit. Epitel berlapis gepeng tidak bertanduk. bertanduk. Terdapat taste bud, papilla primer dan sekunder se kunder..
•
Papilla circumvalata Paling besar dan paling sedikit. Lokasi pada sulcus terminalis, terdapat 712 buah. Epitelnya epitel berlapis gepeng tak bertanduk. Permukaan datar, lebih lebar daripada dasar, tidak menonjol melewati epitel. Disekitarnya terdapat alut, pada dasar alur terdapat glandula serosa Von ebner Pada kedua sisi papilla banyak taste bud/gemma gustatoria. Tonjolan jaringan ikat yang merupakan inti dari papilla disebut papilla primer. Papilla primer mengadaan tonjolan ke dalam epitel disebut papilla sekunder. Dalam stroma banyak pembuluh darah. Papilla circumvalata banyak terdapat taste bud dan papilla sekunder. Taste Bud: Adalah organ sensoris intraepithelial, berfungsi untuk persepsi rasa. Terdapat pada epitel papila foliata dan papilla fungiformis dan kedua sisi papilla circumvalata. Terdapat beberapa jenis sel dalam taste bud, yaitu: Sel Basal Diduga sebagai stem cell, dengan fungsi untuk regenerasi sel-sel pengecap maupun penyokong. Letaknya di perifer dekat membran basalis. –
Sel sustentakuler Fungsinya untuk menyokong dan sekresi bahan amorf. Ciri-cirinya: bentuk sel panjang, lebih langsing dibandingkan sel gustatoria, Inti oval dan gelap, Sitoplasma gelap, bagian apikal terdapaat mikrovilli/taste hair, dan letaknya di bagian perifer. Sel gustatoria Fungsinya untuk menerima rangsang 4 rasa, yaitu asin, manis, asam, dan pahit. Ciri-cirinya: bentuk sel panjang, inti bulat dan pucat, sitoplasma jernih, dan pada apikal sel, terdapat mikrovilli/taste hair yang menjulur pada porus gustatorius. –
–
•
Papilla Foliata Pada manusia rudimenter, terutama pada binatang mengerat. Lokasi sepanjang posterolateral lingua. Terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk. Tersusun berderet vertikal dan paralel. Taste bud banyak pada sisi papilla. Papila sekunder panjang-panjang. Pada dasar celah di antara papilla terdapat muata duktus ekskretorius glandula Lingualis yang bersifat mukoserosa. Bagian bawah terdapat oto bercorak. Tampak taste bud dengan bagian-bagiannya dan berbagai macam sel di dalamnya.
•
•
•
•
Cabang dari saraf lingual (n.V), facial (n.VII) dan n.glossopharyngeus (n.IX) menyusun sensoris lidah. Nervus lingualis mengurus reseptor taktil, temperature & nyeri. Impuls pengecapan dari taste bud fungiform awalnya melalui nervus lingualis, kemudian menyebar untuk membentuk nervus corda tymphani. Nervus glossopharyngeal membawa sensasi rasa dari taste bud circumvalata dan foliata.
•
•
•
•
•
Impuls pengecapan dari n.VII, n.IX, n.X memiliki sinaps pertama dgn neuron di dalam nucleus dari traktus salivatorius di medulla. Proyeksi afferent menuju nucleus soltarius diatur dlm rostro-caudal direction, n.VII berakhir pada most-rostral pole, n.IX dlm bagian intermediate dari nucleus dan n.X dalam zona caudal. Berdasarkan potine taste area, memperlihatkan posterior lidah (n.IX) meneruskan ke daerah dorsomedial dan anterior lidah (n.VII) ke bagian ventrolateral dari nucleus caudal parabrachial. Dari potine taste area terdapat bifurkasi dari jalur ascending1cabang menuju area rasa dalam thalamus. Cabang lainnya melanjutkan melalui medial lemniscus kedalam subthalamus dan hypothalamus.
•
•
•
Serabut lainnya dari proyeksi ke-2 berakhir dalam central nucleus dari amygdala. Jalur pengecapan dari thalamus ke cortex kompleks tdpt 2 proyeksi. Proyeksi 1 pada somatosensory wajah & mulut dari cortex, dimana yang lainnya pada opercular cortex. Zat kimia dlm cairan berinteraksi dgn membran microvilli pada taste budmenyebabkan depolarisasi dari sel taste bud. Depolarisasi ini bergantung pada amplitude yang menghasilkan frekuensi yang berbeda dari potensial aksi dalam nervus pengecapan.
Macam – macam Kelainan Sensasi Rasa Dibagi menjadi 3 : •
•
•
Augesia ketidakmampuan medeteksi rasa Hypogeusia berkurangnya ketajaman sensasi rasa Dysgeusia berubahnya daya pengecapan
Kelainan sensasi rasa dapat disebabkan oleh : Gangguan di mulut ulserasi, infeksi, glositis, Gangguan produksi saliva Penggunaan beberapa obat – obatan penisilanin, lithium karbonat, metronidazole Adanya tumor otak yang mengenai area kortikal perasa, atau pada pasien epilepsy Pada penderita familial dysautonomia kongenital, tidak memiliki taste bud dan papilla. • • •
•
•
Fisiologi reseptor penghidu
•
•
Rangsangan kimia terhadap reseptor penghidu merupakan rangsangan yang berupa gas. Mukosa penghidu Terletak di langit-langit rongga hidung terbagi atas tiga jenis sel, yaitu: reseptor olfaktorius, sel penunjang, dan sel basal.
•
•
Sel-sel penunjang berfungsi mengeluarkan mukus yang melapisi saluran hidung Sel-sel basal berfungsi sebagai prekursor untuk sel-sel reseptor olfaktorius yang baru.
•
•
Reseptor olfaktorius merupakan ujung-ujung neuron aferen khusus. Akson-akson sel reseptor secara kolektif disebut saraf olfaktorius.
•
•
Sel reseptor olfaktorius terdiri dari sebuah kepala yang menggembung berisi silia panjang yang meluas ke permukaan mukosa. Silia inilah tempat melekatnya berbagai molekul-molekul odoriferosa (pembentuk bau).
Anatomi Reseptor Olfaktorius •
•
Nervus olfactorius muncul dari sel-sel reseptor saraf di dalam membran mukosa olfaktori yang terletak di rongga hidung bagian atas tepatnya di kranial konka superior. Setiap sel reseptor olfaktori terdiri atas sel-sel saraf bipolar kecil dengan processus perifer yang kasar dan sebuah processus centralis yang halus.
•
•
•
Dari processus perifer yang kasar ini nantinya akan timbul cilia-cilia pendek (rambut olfactorius) yang menembus ke dalam mukus yang menutupi permukaan membran mukosa. Tonjolan serabut inilah yang bereaksi terhadap bau di udara dan menstimulasi sel-sel olfaktorius. Processus centralis yang halus membentuk serabut saraf olfaktorius, berkas serabut ini akan masuk ke bulbus olfaktorius melalui lubang-lubang di lamina cribrosa os ethmoidale.
Bulbus olfactorius Terdiri dari beberapa tipe sel saraf, yang terbesar adalah sel mitral. Serabut nervus yang datang akan bersinaps dengan sel mitral membentuk daerah glomeruli sinaptik. Sel-sel saraf yang kecil disebut dengan sel rumbai dan sel granular yang juga bersinaps dengan sel mitral. •
Tractus olfactorius Ketika tractus olfactorius sampai di substansia perforata anterior, tractus ini dibagi dua menjadi stria olfactorius medialis dan lateralis. Stria olfactorius lateralis membawa akson-akson ke area olfaktorius cortex cerebri, yang disebut area periamygdaloidea dan area peripiriformis. Stria olfactorius medialis akan berjalan ke bulbus olfactorius sisi kontralateral. •
•
•
•
•
Area periamygdaloidea dan peripiriformis cortex cerebri umumnya dikenal sebagai korteks olfaktorius primer. Area-area korteks tersebut berfungsi mengapreasiasikan sensasi penghidu. Korteks olfaktorius primer mengirimkan serabutserabut saraf ke berbagai pusat lainnya di dalam otak.
Fisiologi penghidu •
•
•
Reseptor olfaktorius bereaksi dgn molekul dari odorant mll mekanisme yang sama dengan reaksi reseptor sensoris terhadap stimulus spesifik. Potensial listrik (depolarisasi) mjd pencetus thdp timbulnya impuls saraf. Odorant berikatan dgn protein reseptor olfaktorius pd membran plasma di rambut olfaktorius.
•
•
Protein reseptor olfaktorius berpasangan dengan protein membran protein G eakan mengaktivitas enzim adenylate cyclase. Hasilnya : terbentuknya cyclic adenosine monophosphate menyebabkan terbukanya chanel ion sodium yg menyebabkan masuknya ion Naᶧ terjadi depolarisasi dan terbangkitnya impuls saraf
Mekanisme penghidu •
•
Satu sisi hidung dimana bundelan kecil akson tidak bermyelin dari reseptor olfaktorius keluar mll foramen olfaktorius pada lempeng criboformis di tulang etmoidalis. Bundel akson secara bersamaan membentuk saraf olfaktorius yg berakhir di otak membentuk warna abu disebut bulbus olfaktorius (lokasinya di bawah lobus frontal cerebrum dan di lateral krista gali tulang etmoidalis
•
•
•
•
Akson dari saraf bulbus olfaktorius meluas ke posterior dan membentuk traktus olfaktorius Beberapa akson dari traktus olfaktorius berproyeksi menuju area olfaktorius primer pada korteks cerebri Pada area olfaktorius primer bau mulai di sadari Area olfaktorius primer perjalanan akan meluas menuju lobus frontalis otak
•
•
Region berperan dalam mensdiskrimanasi bau adalah area orbitofrontalis. Manusia yang mengalami kerusakan p area ini sulit dalam mengidentifikasi bau yg berbeda
Orofasial Taktil •
Penting untuk sensasi wajah pada umumnya
•
penting saat makan (selama pengunyahan)
•
•
•
Untuk sensasi / tektur makanan (crunchy, crisp, lembut, kenyal, dll) Memberi informasi posisi makanan dlm mulut. Untuk memonitor posisi lidah pada saat berbicara.
•
Secara umum, reseptor taktil disebut sebagai mechanoreceptor.
Karena reseptor taktil menunjukan respon terhadap stimulasi mekanik yang tidak berbahaya (non-noxious), dengan ambang rasa yang rendah .
•
Macam-macam sensasi taktil :
-
Sentuh Tekan Getar Gatal Geli
•
2 tipe utama dr mechanoreceptor :
1. Encapsulated ikat.
: di dermis atau jaringan
* Korpukulus Ruffini, Meissner, Paccini, Golgi manzoni. 2. Nonencapsulated : di epithelium. * Diskus Merkel
•
Secara fungsional, 2 grup mekanoreseptor :
1. Velocity : mendeteksi kecepatan dan hanya merespon ketika stimulus bergerak. 2. Displacement detectors : tidak hanya merespon selama ada pergerakan dr stimulus ttpi juga pd saat stimulus dlm keadaan statik(diam).
•
Jalur afferen mekanoreseptor (pd orofasial):
Informasi mekanoresptor dari rongga mulut dan wajah dibawa melalui saraf trigeminal melalui ganglion trigeminal nukleus kompleks sensoris trigeminal di batang otak terjadi transmisi sinaps dibawa ke thalamus berakhir di cortex.
Sentuh •
•
Dihasilkan dari stimulasi reseptor taktil di kulit/lap. Subkutaneus 2 reseptor sentuh yg beradaptasi cepat: a) Korpuskulum Meissner di perm dermal kulit yg tidak berambut (ujung jari, tangan, kelopak mata, ujung lidah, bibir). Bentuk: seperti telur dan dendrite tertutup kapsul jar ikat. b) Hair root plexus di kulit yg berambut. Terdiri dari saraf berujung bebas dibungkus folikel rambut.
•
2 reseptor sentuh yg beradaptasi lambat: a)Diskus Merkel (mekanoreseptor kulit tipe I)
bentuk: seperti piring, akhiran saraf bebas datar yg berkontak dgn sel Merkel di stratum basale. Di ujung jari, tangan, bibir. b)Korpuskulum Ruffini (mekanoreseptor kulit tipe II)
Reseptor tidak berkapsul di bag dlm dermis, ligament, tendon. Terdapat di tangan dan telapak kaki
Tekan •
•
•
Tekan: sensasi berkelanjutan, terasa pada daerah luas dan terjadi perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. Reseptor → korpuskulus Meissner, diskus Merkel, dan korpuskulus Pacini. Korpuskulus Pacini→ suatu struktur berbentuk oval yang disusun oleh kapsul jaringan ikat yang berlapis-lapis yang melindungi dendrit.
•
•
Korpuskulus Pacini=korpuskulus Meissner→ dapat cepat beradaptasi. Korpuskulus Pacini→ pada lapisan dermis dan subkutaneus, jaringan submukosa, sekeliling sendi, tendon dan otot, periosteum, kelenjar payudara, genital eksternal, dan organ dalam (pancreas & kandung kemih)
Getar •
•
•
•
Sensasi getar→ dihasilkan dari sinyal sensoris yang berulang-ulang secara cepat dari reseptor taktil. Reseptor yang berperan→ korpuskulus Meissner daan korpuskulus Pacini. Korpuskulus Meissner→mendeteksi getaran dengan frekuensi yang rendah Korpuskulus Pacini→mendeteksi getaran dengan frekuensi yang tinggi.
Gatal dan Geli •
•
Sensasi Gatal → hasil dari stimulasi terhadap saraf berujung bebas oleh bradikinin atau juga karena respon inflamasi local (bradikinin & kinin yang merupakan vasodilator yang kuat) Sensasi Geli → saraf berujung bebas bertindak dalam memperantarai sensasi geli. Hanya terjadi ketika orang lain menyentuh, tidak ketika menyentuh diri sendiri.
Fisiologi Reseptor Suhu
Fisiologi Reseptor Suhu •
•
Reseptor suhu dikenal dengan sebutan termoreseptor merupakan saraf berujung bebas. Terdapat dua sensasi termal, yaitu panas dan dingin yang dapat dideteksi oelh dua reseptor berbeda.
•
•
Reseptor dingin terdapat pada stratum basale epidermis dan melekat pada serabut A bermielin diameter sedang. Suhu berkisar antara 10°C dan 40°C (50-105°F) akan mengaktifkan reseptor dingin.
•
Reseptor panas terdapat pada dermis dan melekat pada serabut C tidak bermielin diameter kecil yang dapat diaktivasi oleh temperatur antara 32°C dan 48°C (90-118°F).
Sensasi temperatur •
•
Besarnya perubahan temperatur di bawah 1°C akan segera dapat dideteksi dan didiskriminasi dengan baik di regio orofacial. Semakin besar area yang distimulasi, maka dapat lebih kecil intensitas rangsang suhu yang diperlukan untuk menimbulkan sensasi pada tingkat yang sama.
•
•
Pada suhu 29-37°C akan terjadi adaptasi suhu, dan serabut saraf yang terlibat dalam sensitivitas termal adalah serabut saraf aferen terutama serabut saraf A-delta dan tipe-C. Serabut saraf ini sensitif terhadap perubahan termal, baik pada serabut saraf penghantar impuls dingin maupun hangat yang disampaikan langsung ke otak untuk dipersepsi.