PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
Disusun Oleh : Husna Lidya Pramudiantari Muthia Ambar K.
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI VOKASI KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2012
1
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Makalah komprehensi komprehensi kasus ini telah dikoreksi, dikoreksi, disetujui, disetujui, dan diterima diterima Pembimbing Pembimbing Praktik Klinik Program Studi Fisioterapi Muskuloskeletal untuk melengkapi tugas praktek klinik dan memenuhi persyaratan untuk mengikuti Ujian Tengah Semester 2012.
Pada Hari
: Kamis
Tanggal
: 24 Desember 2012
Nama Pembimbing:
(Tanda Tangan)
1. Dr. Anita Rahmawti, SpKFR .
..........................................
2. Bp. Kiryadi S.StFT
..........................................
2
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah Makalah komprehensi komprehensi kasus ini telah dikoreksi, dikoreksi, disetujui, disetujui, dan diterima diterima Pembimbing Pembimbing Praktik Klinik Program Studi Fisioterapi Muskuloskeletal untuk melengkapi tugas praktek klinik dan memenuhi persyaratan untuk mengikuti Ujian Tengah Semester 2012.
Pada Hari
: Kamis
Tanggal
: 24 Desember 2012
Nama Pembimbing:
(Tanda Tangan)
1. Dr. Anita Rahmawti, SpKFR .
..........................................
2. Bp. Kiryadi S.StFT
..........................................
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akrena atas berkat dan rahmat rahmatNYA NYA penuli penuliss dapat dapat menye menyelesi lesikan kan makalh makalh yang yang berjud berjudul ul “Penat “Penatala alaksa ksanaan naan Fisioterapi pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik” ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas komprehensi kasus pada Praktek Klinik I mahasiswa semster V Ptogram studi Fisioterapi Vokasi Kedokteran Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimaksih kepada : 1. Dr. Dr. Anit Anitaa Pau Paulus, lus, SpKFR KFR sela selaku ku Ka. Ka. Inst Instal alas asii Reha Rehab bilit ilitas asii Med Medik RSUP RSUP Persahabatan, Jakarta 2. Dr. Dr. Anit Anitaa Rahm Rahmaw awti ti,, SpKF SpKFR, R, Dokte Dokterr
Reha Rehabi bili litas tasii Medi Medik k RSUP RSUP Persah Persahab abat atan an,,
Jakarta 3. Dr. Siti Siti Chandra, Chandra, SpKFR, SpKFR, Dokter Dokter Rehabilit Rehabilitasi asi Medik RSUP RSUP Persahaba Persahabatan tan , Jakarta Jakarta 4. Dr. Dina Dina Savitri, Savitri, SpKFR, SpKFR, Dokter Dokter Rehabilitasi Rehabilitasi Medik Medik RSUP RSUP Persahabatan Persahabatan,, Jakarta 5. Bpk. Bpk. Kiry Kiryad adi, i, S.St S.StFT FT
Pemb Pembim imbi bing ng Prak Prakte tek k Klin Klinik ik dan dan Fisi Fisiot oter erap apii RSUP RSUP
Persahabatan, Jakarta 6. Ibu Esti Esti Widiast Widiastuti uti S.StFT S.StFT,, pembim pembimbin bing g Prakte Praktek k Klinik Klinik dan Fisiot Fisiotera erapi pi RSUP RSUP
Persahabatan, Jakarta 7. Seluruh Seluruh staff staff Fisioterapi Fisioterapi RSUP Persahabatan Persahabatan,, Jakarta Jakarta 8. Tn. J.N selaku pasien kami yang telah bersedia menjadi pasien untuk komprehensi
kasus kami
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan mengharapkan saran dan kritik yang membangun membangun untuk untuk menyempurnakan makalah ini sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat memberikan pengetahuan bagi para pembaca.
Jakarta,24 Desember 2012
Penulis
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................ii KATA PENGANTAR................................................................................................iii DAFTAR ISI...............................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................1 I.2 RUMUSAN MASLAH........................................................................................1 I.3 PEMBATASAN MASALAH.........................................................................1 I.4 TUJUAN I.4.1 TUJUAN UMUM..................................................................................2 I.4.2 TUJUAN KHUSUS...............................................................................2 I.5 MANFAAT................................................................................................2 BAB II KAJIAN TEORI II.1 DEFINISI STROKE ISKHEMIK.........................................................................4 II.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI.......................................................................4 II.3 ETIOLOGI................................................................................................5 II.4 EPIDEMIOLOGI......................................................................................7 II.5 PATOFISIOLOGI......................................................................................8 II.6 MASALAH............................................................................................... II.7 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI...........................................................9 II.7.1 PROSES FISIOTERAPI..........................................................................9 a. ANAMNESIS.....................................................................................10 b. PEMERIKSAAN...............................................................................10 1. PEMERIKSAAN UMUM.............................................................10 2. PEMERIKSAAN KHUSUS..........................................................11 c. TES KHUSUS.................................................................................16 d. PROBLEMATIKA............................................................................18 e. DIAGNOSA FISIOTERAPI...............................................................18 f. INTERVENSI FISIOTERAPI..............................................................19 g. HOME PROGRAM.........................................................................20 BAB III PEMBAHASAN KASUS (FORMULIR FISIOTERAPI)........................................21 BAB IV PENUTUPAN..................................................................................................34 IV.1 KESIMPULAN...........................................................................................34 IV.2 SARAN......................................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................35
4
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), Merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara didalam saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. PPOK merupakan penyakit paru-paru yang menghancurkan dan merampas kemampuan seorang manusia untuk bernafas. WHO memperkirakan bahwa PPOK membunuh lebih dari 2,75 juta jiwa per tahunnya. Penyakit itu merupakan penyebab kematian nomor empat didunia bersama dengan HIV/AIDS. WHO bahkan memprediksi pada tahun 2030, PPOK akan menjadi penyebab kematian nomor tiga di dunia. Hal ini dikaitkan dengan seiring meningkatnya penggunaan tembakau dan rokok diseluruh dunia. Di amerika, kasus kunjungan pasien PPOK di instalasi gawat darurat mencapai angka 1,5 juta, 726.000 memerlukan perawatan dirumah sakit, dan 119.000 meninggal selama tahun 2000. Sebagai penyebab kematian, PPOK menduduki peringkat keempat setelah penyakit jantung, kanker, dan penyakit serebro vascular. Meningkatnya usia hidup manusia dan dapat diatasinya penyakit degenerative lainnya PPOK sangat mengganggu kualitas hidup di usia lanjut. Bidang industri yang tidak dapat dipisahkan dengan polusi udara dan lingkungan serta kebiasaan merokok merupakan penyebab utama.
B. TUJUAN
Tujuan Umum : Untuk mengetahui tindakan fisioterapi pada kondisi PPOK Tujuan khusus : Untuk mengetahui anamnesa, problematik dan diagnosis serta intervensi fisioterapi yang tepat dalam penatalaksanaan kondisi PPOK
C. RUMUSAN MASALAH
5
1. Apa yang dimaksud dengan PPOK ? 2. Apa yang mengindikasikan seseorang terkena PPOK ? 3. Bagaimana intervensi fisioterapi pada pasien dengan kasus PPOK ?
D. MANFAAT PENULISAN
Bagi penulis : Dengan menulis makalah ini, akan menambah pengetahuan bagi pada penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi PPOK
penulis
Bagi institusi dan umum : Dapat digunakan sebagai bahan kajian dan diskusi pada kasus serta untuk menambah pengetahuan umum tentang terapi yang bermanfaat dan tepat bagi pasien dengan kasus PPOK.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran nafas yang bersifat progresif yang tidak sepenuhnya reversiblel atau reversibel sebagian. Penyakit ini berhubungan dengan respons inflamasi paru abnormal dan progresif terhadap gas atau partikel yang berbahaya. Bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis, sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi. Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia pertengahan, b. Perkembangan gejala bersifat progresif lambat c. Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di dalam ruangan, luar ruangan, dan tempat kerja) d. Sesak pada saat melakukan aktivitas e. Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak bisa kembali normal).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI FUNGSIONAL PERNAFASAN
1. Traktus Respiratorius a.Hidung Hidung merupakan jajaran pertama mekanisme pertahanan dengan adanya fungsi: * Kemampuan mengenali aroma *Bersin saat terdapat substansi yang meiritasi *Menyaring partikel besar *Menjaga terhadap udara dingin dengan menghangatkan udara b.Faring Jalan masuk faring dijaga oleh lingkaran yang terdiri atas tonsil dan adenoid yang akan membantu melawan infeksi. Faring pada keadaan sakit dan terdapat kenaikan temperatur tubuh akan terjadi peningkatan sekreal mukus yang terjadi karena membran mukosa yang cenderung mengering,bila mukus ini dikeluarkan maka dimulailah suatu siklus.
7
c.Laring Selain mengontrol jalan udara, laring dengan kontraksi yang cepat merupakan mekanisme pertahanan agar tidak terjadi aspirasi makanan, cairan maupun benda asing. 2. Traktus Respiratorius Bawah Cabang Trakeobronkial Trakea merupakan cabang besar utama yang kemudian akan membagi menjadi 2 cabang bronkus besar kanan dan kiri selanjutnya akan bercabang lagi menjadi bronkiolus dengan ujung sebagai alveoli yang berjumlah sekitar 300 juta pada orang dewasa. Alveoli berkontak dengan jaringan kapiler dan merupakan tempat pertukaran gas. Cabang trakeobronkial merupakan: - Pembawa udara menuju alveoli - Terdapat mukosa yang membantu melembabkan dan menangkap partikel kecil untuk membersihkan udara - Cilia akan mendorong partikel yang terperangkap serta mukus ke atas - Menghangatkan udara - Membangkitkan reflek batuk Jaringan paru ini terdapat pada area sebesar lapangan tennis dengan 3 kanan dan 2 lobus kiri, dilapisi pleura:
lobus
- Pleura viselaris yang melapisi paru - Pleura parietalis yang melapisi dinding thorax - Tekanan negatif diantaranya membuat paru tetap mengembang - Terdapat cairan-cairan pleura 3. Otot inspirasi a. Diafragma : Otot inspirasi utama yang bekerja saat inspirasi relaks dan saat berkontraksi akan bergerak ke arah kaudal, dengan demikian rongga torak akan membesar b. Interkostalis eksterna: Fungsinya meregangkan iga-iga yang berhubungan dengan tekanan rongga dalam torak. Saat inspirasi, interkostalis eksterna juga mengangkat iga sehingga meningkatkan dimensi rongga torak arah anteroposterior dan transversal. Persyarafannya disuplai oleh wilayah torakal. c. Otot assesori inspirasi: M.Sternocleidomastoideus, M.Trapezius Atas, dan M.Skalenus tidak. Secara langsung berpartisipasi menggerakkan iga saat inspirasi resting. Otot-otot ini baru berperan saat inspirasi merupakan upaya effort, yang biasanya terjadi pada 8
aktifitas fisik yang berat. Otot ini menjadi otot penggerak utama bila diafragma menjadi tidak efektif atau lemah karena penyakit paru menahun maupun penyakit neuromuskular. 4. Otot Ekspirasi a. Ekspirasi Relaks : Saat relaks, ekspirasi merupakan suatu proses pasif. Saat diafragma relaks. Setelah kontraksi,diafragma bergerak keatas dan iga kembali turun. Recoil elastik jaringan menurun dan tekanan dalam rongga torak meningkat, sehingga terjadilah ekshalasi atau pengeluaran udara. b.Ekspirasi aktif/paksa : Saat ekspirasi aktif (forced, prolonged), terjadi kontraksi otototot terutama otot abdominal dan interkostalis interna. Otot-otot abdominalis seperti rekstus abdominis, obliqus interna dan eksterna serta transfersus abdominalis berkontraksi sehingga isi abdomen terdorong keatas, saat ini tekanan intratorak meningkat dan udara didorong ke luar paru. M.interkostalis interna saat ekspirasi paksa/forceful berfungsi menarik iga, persyarafan oleh T10-T12. 5. Mekanisme Respirasi a. Gerakan Torak: Setiap iga mempunyai pola gerak sendiri, namun secara bersamaan saat inspirasi akan membesarkan rongga torak arah anteroposterior, transfersal dan vertikal. Pada akhir ekspirasi, otot relaks dan daya rekoil akan menyebabkan diafragma terdorong ke atas dan iga kembali ke posisi istirahat. b.Gerakan Udara - Respirasi eksternal (ventilasi) Ventilasi yang merupakan peristiwa keluar masuknya udara dalam paru terjadi karena saat inspirasi, rongga torak membesar sehingga tekanan alveolar lebih rendah dibandingkan dengan tekanan atmosfer, saat ini udara masuk ke dalam paru. Saat akhir inspirasi,otot relaks dan reqoil elastik jaringan paru mendorong udara keluar, terjadilah ekspirasi.Gerakan udara ini mendasari “breathing exercise”. “Breating Exercise” dapat membantu pertukaran gas menjadi lebih naik namun tidak dapat merubah fisiologi pertukaran gas. - Respirasi internal (ventilasi alveolar)
Hal ini merupakan peristiwa yang menyangkutkan transportasi darah ke jaringan dan terjadinya pertukaran gas antara darah dan sel.
FUNGSI RESPIRASI DAN NON RESPIRASI DARI PARU
1. 2. 3. 4.
Respirasi : pertukaran gas O² dan CO² Keseimbangan asam basa Keseimbangan cairan Keseimbangan suhu tubuh 9
5. Membantu venous return darah ke atrium kanan selama fase inspirasi 6. Endokrin : keseimbangan bahan vaso aktif, histamine, serotonin, ECF dan angiotensin 7. Perlindungan terhadap infeksi: makrofag yang akan membunuh bakteri
MEKANISME PERNAFASAN
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha keras pernafasan yang tergantung pada: 1. Tekanan intra-pleural Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intra pleural dan intra alveolar turun dibawah tekanan atmosfer sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas atmosfer sehingga udara mengalir keluar. 2. Compliance Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai compliance. Ada dua bentuk compliance: - Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran nafas (airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda normal : 100 ml/cm H 2O - Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan. Normal: ±50 ml/cm H2O Compliance dapat menurun karena: - Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru - Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak - Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen Penurunan compliance akan mengakibatkan meningkatnya usaha/kerja nafas. 3. Airway resistance (tahanan saluran nafas) Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas SIRKULASI PARU a. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit Ventilasi alveolar = 4 liter/menit Sehingga ratio ventilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 = 0,8 b. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg. Tekanan vena pulmolais = 5 mmHg, mean capilary pressure = 7 mmHg Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke vena pulmonalis 10
c. Adanya mean capilary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari rongga kapiler ke rongga interstitial, sedangkan osmotic colloid pressure akan menarik garam dan air dari rongga interstitial kearah rongga kapiler . Kondisi ini dalam keadaan normal selalu seimbang.Peningkatan tekanan kapiler atau penurunan koloid akan menyebabkan peningkatan akumulasi air dan garam dalam rongga interstitial. TRANSPOR OKSIGEN
1. Hemoglobin Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk: Kelarutan fisik dalam plasma Ikatan kimiawi dengan hemoglobin Ikatan hemoglobin dengan tergantung pada saturasi O2, jumlahnya dipengaruhi oleh pH darah dan suhu tubuh. Setiap penurunan pH dan kenaikkan suhu tubuh mengakibatkan ikatan hemoglobin dan O2 menurun. 2. Oksigen content Jumlah oksigen yang dibawa oleh darah dikenal sebagai oksigen content (Ca O 2 ) Plasma Hemoglobin REGULASI VENTILASI
Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem syaraf dan kadar/konsentrasi gas-gas yang ada di dalam darah Pusat respirasi di medulla oblongata mengatur: - Rate impuls - Respirasi rate - Amplitudo impuls -Tidal volume Pusat inspirasi d an ekspirasi : posterior medulla oblongata, Pusat kemo reseptor : anterior medulla oblongata, Pusat apneu dan pneumothoraks : pons. Rangsang ventilasi terjadi atas : PaCo2, pH darah, PaO 2 SISTEM PERTAHANAN PARU
Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh. Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru dibagi atas(Rab,1996) : 1. Filtrasi udara Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan : - Yang berdiameter 5-7 μ akan tertahan di orofaring.
11
- Yang berdiameter 0,5-5 μ akan masuk sampai ke paru-paru - Yang berdiameter 0,5 μ dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi dapat pula di keluarkan bersama sekresi. 2. Mukosilia Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan digerakkan oleh silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam mengeluarkan mucus ini tergantung pada kekentalan mucus, luas permukaan bronkus dan aktivitas silia yang mungkin terganggu oleh iritasi, baik oleh asap rokok, hipoksemia maupun hiperkapnia. 3. Sekresi Humoral Lokal Zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari : - Lisozim, dimana dapat melisis bakteri - Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat bakteriostatik - Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan dalam membunuh virus. - Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam mencegah terjadinya infeksi virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya infeksi paru yang berulang. 4. Fagositosis Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan kemudian menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit berperan sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen. Faktor yang mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah : - Gerakan mukosiliar. - Faktor humoral lokal. - Reaksi sel. - Virulensi dari kuman yang masuk. - Reaksi imunologis yang terjadi. - Berbagai faktor bahan-bahan kimia yang menurunkan daya tahan paru, seperti alkohol, stress, udara dingin, kortekosteroid, dan sitostatik.
KAPASITAS VOLUME PARU-PARU
Kapasitas paru-paru adalah kemampuan paru-paru menampung udara pernapasan yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Udara tidal, yaitu udara yang keluar masuk paru-paru pada saat pernapasan biasa. Jumlah volume udaranya sebesar 500 mL. 2. Udara komplementer, yaitu udara yang masih dapat dihirup setelah inspirasi biasa. Besar volume udaranya sekitar 1,5 liter. 12
3. Udara suplementer, yaitu udara yang masih dapat dikeluarkan setelah melakukan ekspirasi biasa. Besar volume udaranya sekitar 1,5 liter. 4. Kapasitas vital paru-paru, yaitu kemampuan paru-paru untuk melakukan respirasi sekuatkuatnya atau merupakan jumlah udara tidal, udara komplementer, dan udara suplementer. Jadi besarnya volume kapasitas vital paru-paru kurang lebih 4 liter. 5. Kapasitas vital = V tidal + V cadangan inspirasi + V cadangan ekspirasi. 6. Udara residu, yaitu udara yang masih terdapat di dalam paru-paru setelah melakukan respirasi sekuat-kuatnya. Jumlahnya kurang lebih 500 mL. 7. Volume total paru-paru (total lung volume), yaitu seluruh udara yang dapat ditampung oleh paru-paru. 8. V total paru-paru = V sisa + Kapasitas Vital Dalam keadaan normal, volume udara paru-paru manusia mencapai 4.500 cc. Udara ini dikenal sebagai kapasitas total udara pernapasan manusia.Walaupun demikian, kapasitas vital udara yang digunakan dalam proses bernapas mencapai 3.500 cc, yang 1.000 cc merupakan sisa udara yang tidak dapat digunakan tetapi senantiasa mengisi bagian paru paru sebagai residu atau udara sisa. Kapasitas vital setiap orang berbeda-beda. Kapasitas vital dapat kalian rasakan saat kalian menghirup napas sedalam mungkin dan kemudian menghembuskanya sekuat mungkin. Cara mengukurnya dapat dilakukan dengan alat spirometer. Spirometer merupakan alat pengukur kapasitas paru-paru seseorang. Spirometer yang konvensional terbuat seperti tangki yang memiliki selang. Seseorang yang ingin mengetahui kapasitas paru-parunya dapat menghembuskan napas pada selang. Pada alat yang lebih modern, spirometer telah dihubungkan dengan komputer. Dalam keadaan normal, kegiatan inspirasi dan ekspirasi dalam bernapas hanya menggunakan sekitar 500 cc volume udara pernapasan (kapasitas tidal ± 500 cc). Kapasitas tidal adalah jumlah udara yang keluar masuk paru-paru pada pernapasan normal. Dalam keadaan luar biasa, inspirasi maupun ekspirasi menggunakan sekitar 1.500 cc udara pernapasan (expiratory reserve volume = inspiratory reserve volume = 1.500 cc). Dengan demikian, udara yang digunakan dalam proses pernapasan memiliki volume antara 500 cc hingga sekitar 3.500 cc. Besarnya volume udara pernapasan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ukuran alat pernapasan, kemampuan dan kebiasaan bernapas, serta kondisi kesehatan.
C. EPIDEMIOLOGI.
Pada studi populasi selama 40 tahun, didapati bahwa hipersekresi mukus merupakan suatu gejala yang paling sering terjadi pada PPOK, penelitian ini menunjukkan bahwa batuk kronis, sebagai mekanisme pertahanan akan hipersekresi mukus di dapati sebanyak 15-53% pada pria paruh umur, dengan prevalensi yang lebih rendah pada wanita sebanyak 8-22%. Studi prevalensi PPOK pada tahun 1987 di Inggris dari 2484 pria dan 3063 wanita yang berumur 18-64 tahun dengan nilai VEP1 berada 2 simpang baku di bawah VEP prediksi, dimana jumlahnya meningkat seiring usia, khususnya pada perokok. 13
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa menjelang tahun 2020 prevalensi PPOK akan meningkat sehingga sebagai penyebab penyakit tersering peringkatnya meningkat dari ke-12 menjadi ke-5 dan sebagai penyebab kematian tersering peringkatnya juga meningkat dari ke-6 menjadi ke-3. Pada 12 negara Asia Pasifik, WHO menyatakan angka prevalensi PPOK sedang-berat pada usia 30 tahun keatas, dengan rerata sebesar 6,3%, dimana Hongkong dan Singapura dengan angka prevalensi terkecil yaitu 3,5% dan Vietnam sebesar 6,7%. Indonesia sendiri belumlah memiliki data pasti mengenai PPOK ini sendiri, hanya Survei Kesehatan Rumah Tangga DepKes RI 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersamasama dengan asma bronkhial menduduki peringkat ke-6 dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Tingkat morbiditas dan mortalitas PPOK sendiri cukup tinggi di seluruh dunia. Hal ini di buktikan dengan besarnya kejadian rawat inap, seperti di Amerika Serikat pada tahun 2000 terdapat 8 juta penderita PPOK rawat jalan dan sebesar 1,5 juta kunjungan pada Unit Gawat Darurat dan 673.000 kejadian rawat inap. Angka kematian sendiri juga semakin meningkat sejak tahun 1970, dimana pada tahun 2000, kematian karena PPOK sebesar 59.936 vs 59.118 pada wanita vs pria secara berurutan. Di RS.Persahabatan Jakarta, pasien dengan kasus PPOK meningkat dari 616 penderita pada tahun 2000 menjadi 1735 pada tahun 2007. Lalu di bagian Fisioterapi Paru pada tahun 2012 diperoleh data mengenai penderita dengan kasus PPOK per hari mencapai 20 orang yang kesemuanya berusia >50 tahun dan mempunyai riwayat merokok selama kurang lebih 20 tahun.
D. ETIOLOGI
1. Asap Rokok Resiko PPOK pada perokok tergantung dari dosis rokok yang dihisap, usia mulai merokok, jumlah batang rokok pertahun dan lamanya merokok(Indeks Brinkman). Perokok pasif juga memberi kontribusi terjadinya gejala respirasi dan PPOK karena terjadi peningkatan jumlah inhalasi partikel dan gas. •
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan: a. Riwayat Merokok
Perokok aktif
Perokok Pasif
Bekas Perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman(IB) yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikali lama merokok dalam setahun. 14
2.
Polusi Udara
3.
Stres Oksidatif
4.
Infeksi saluran nafas bawah berulan
5.
Sosial Ekonomi
6. Pajanan polusi udara diluar dan dalam ruangan,pemukinan yang padat, nutrisi yang jelek. 7.
Tumbuh kembang paru
8.
Asma
9.
Gen
E. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan aktif, otot inspirasi berkontraksi sehingga rongga dada membesar dan volume nya meningkat, maka tekanan intrapleura menurun lalu terjadi peningkatan volume alveoli yang membuat tekanan intra alveoli menurun dimana tekanan intra-alveoli tersebut lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara (O 2) bisa masuk. Sedangkan dalam keadaan pasif, otot ekspirasi rileks sehingga terjadi daya recoil paru. Hal ini berkebalikan dengan inspirasi. Pada saat ekspirasi rongga dada mengempis dan volume menjadi berkurang sehingga tekanan intra pleura meningkat lalu terjadi penurunan volume alveoli yang menyebabkan tekanan intra alveoli tersebut menjadi meningkat, dimana tekanan intra alveoli tersebut lebih tinggi dari tekanan atmosfer sekitar sehingga membuat udara (CO2) terdorong keluar. Normalnya saat bernafas, udara akan masuk melalui rongga hidung atau mulut, melalui faring, laring, trakea, bronkus, brokiolus dan kemudia alveoli. Setelah itu terjadi pertukaran antara gas oksigen dan karbon dioksida. Oksigen yang masuk akan diserap kedalam pembuluh darah, sedangkan karbon dioksida akan dikeluarkan melalui saluran nafas. Pada waktu inspirasi rongga dada membesar sehingga dapat menyebabkan paru-paru ikut membesar karena otot-otot pernafasan berkontraksi dan tekanan udara dalam paru-paru menjadi berkurang, sehingga udara luar atau oksigen dapat masuk ke dalam paru-paru. Pada waktu ekspirasi otot-otot pernafasan relaksasi sehingga tulang iga dan sternum kembali turun ke posisi semula sehingga dapat membuat rongga dada mengecil yang menyebabkan volume paru-paru berkurang sehingga tekanan udara dalam paru-paru bertambah dan udara didalam paru-paru tertekan dan terdorong keluar.
15
Bronkus merupakan cabang trakea yang mengandung lendir dan trakea yang berfungsi atau proses membersihkan udara. Sedangkan pada ppok terjadi penebalan pada bronkus sehingga silia tidak dapat membersihkan jalan nafas dengan optimal. Pada bronkitis kronik terjadi peradangan pada dinding saluran nafas sehingga menghasilkan terlalu banyak lendir. Akibatnya saluran nafas menyempit sehingga pertukaran udara di paru terganggu. Pada bronkitis kronik juga terjadi kerusakan pada silia yang berfungsi untuk membersihkan lendir berlebihan dalam saluran nafas. Pada emfisema, terjadi pembesaran dan kerusakan luas alveoli, sehingga terjadi gangguan pertukaran udara dalam paru. Dalam kasus emfisema pun patofisiologinya hampir menyerupai dengan Bronkitis Kronis. Bedanya adalah terjadinya penurunan elastisitas pada jalan nafas, menurunnya daya recoil paru.
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Batuk produktif Batuk produktif ini disebabkan oleh inflamasi dan produksi mukus yang berlebihan di saluran nafas. 2. Dispnea Terjadi secara bertahap dan biasanya disadari saat beraktivitas fisik. Berhubungan dengan menurunnya fungsi paru-paru dan tidak selalu berhubungan dengan rendahnya kadar oksigen di udara. 3. Batuk kronik Batuk kronis umumnya diawali dengan batuk yang hanya terjadi pada pagi hari saja kemudian berkembang menjadi batuk yang terjadi sepanjang hari. Batuk biasanya dengan pengeluaran sputum dalam jumlah kecil(<60ml/hari) dan sputum biasanya jernih atau keputihan. Produksi sputum berkurang ketika pasien berhenti merokok (GOLD,2005) 4. Mengi, Terjadi karena obstruksi saluran nafas 5. Berkurangnya berat badan Pasien dengan PPOM yang parah membutuhkan kalori yang lebih besar hanya untuk bernapas saja. Selain itu pasien juga mengalami kesulitan bernafas pada saat makan sehingga nafsu makan berkurang dan pasien tidak mendapat asupan kalori yang cukup untuk mengganti kalori yang terpakai.Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya berat badan pasien. 6. Edema pada tubuh bagian bawah Pada kasus CPOD yang parah, tekanan arteri pulmonary meningkat dan ventrikel kanan tidak berkontraksi dengan baik. Ketika jantung tidak mampu memompa cukup darah ke ginjal dan hati akan timbul edema pada kaki, kaki bagian bawah, dan telapak kaki. Kondisi ini juga dapat menyebabkan edema pada hati atau terjadinya penimbunan cairan pada abdomen (acites) 7. Pink Puffer 16
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernafasan pursed lips breathing. 8. Blue bloater Gambaran khas pada bronkitis kronis, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah dibasal paru, sianosis sentral dan perifer. 9. Pursed Lips Breathing Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO 2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO 2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
G. PROBLEMATIKA FISIOTERAPI
Permasalahan fisioterapi pada PPOK adalah sebagai berikut : 1.Adanya sesak nafas 2.Adanya batuk dengan sputum yang sulit keluar 3.Spasme otot- otot bantu pernafasan 4.Penurunan ekspansi sangkar Thorak 5.Penurunan toleransi aktifitas
H. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Langkah – langkah pemeriksaan yang akan dilakukan sebagai berikut : 1. Anamnesis Umum
Dalam anamnesis umum ini berisi identitas pasien, dari anamnesis ini bukan hanya dapat diketahui siapa pasien tersebut dan permasalahan pasien. Anamnesis umum terdiri identitas pasien, yaitu : a.
Nama jelas
b.
Tempat dan tanggal lahir
c.
Umur
d.
Jenis Kelamin
e.
Agama
f.
Pendidikan terakhir
g.
Pekerjaan 17
h.
Alamat
i.
Hobi
j.
Diagnosis medik
2. Anamnesis khusus, terdiri dari :
1. Keluhan utama Merupakan keluhan atau gejala yang dirasakan oleh pasien. Pada kasus paru pasien biasanya mengeluh sesak dan batuk dengan atau tanpa dahak, dan nyeri dada 2. Riwayat penyakit sekarang Riwayat perjalanan penyakit menggambarkan riwayat penyakit secara lengkap dan jelas. Dalam kasus paru yang biasanya dinyatakan adalah pada saat apa timbul sesak, atau pada saat apa timbul batuk,bentuk batuk : spastis (susah berhenti), kering (alergi), basah (berdahak), warna dahak, batuk dalam posisi seperti apa, dan ada atau tidaknya nyeri dada. 3. Riwayat penyakit dahulu Merupakan riwayat penyakit baik fisik maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Dapat diketahui apakah pasien dulu pernah mempunyai penyakit yang serius, trauma, pembedahan, hipertensi, Diabetes Melitus, kolesterol, penyakit jantung, asma, TB. 4. Riwayat Keluarga Merupakan penyakit dengan kecenderungan herediter atau penyakit menular, misalnya apakah didalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit stroke juga, hipertensi, Diabetes Melitus, kolesterol, penyakit jantung, asma, TB.
3. Pemeriksaan Klinik
a. Pemeriksaan Umum - Cara Datang: cara datang dilihat dari bagaimana keadaan pasien mendatangi fisioterapi dan pola jalan dari pasien - Kesadaran: dinilai tingkat kesadaran pasien
18
- Kooperatif/ Tidak kooperatif - Tensi : untuk mengukur tekanan darah pasien, apakah ada hipertensi atau tidak - Nadi: untuk menilai apakah pasien takikardi dan bradikardi yang merupakan kontraindikasi untuk latihan - RR : Untuk menilai pernafasan pasien. - Status Gizi : dinilai dari IMT (BB/(TB2) dalam meter) - Suhu : menilai apakah pasien demam atau tidak - Saturasi Oksigen: (SpO2) b. Pemeriksaan Khusus Inspeksi o
Menilai postur (depan: perbandingan tinggi bahu, celah axilla, papilla mamae . samping: hiperlordosis atau hiperkifosis. Belakang: skoliosis)
o
Bagian kepala dan leher dinilai warna muka dan bibir, gerakan cuping hidung, hypertropi otot bantu pernafasan. Lihat bentuk thorax ( pectus excavatum atau pectus carinatum ).
o
Simetris bentuk dada
o
Lihat ada atau tidaknya bekas operasi dan pemasangan WSD
o
Mengamati pergerakan thorax dalam keadaan statis.
o
Irama nafas ( teratur atau tidak )
o
Ada atau tidaknya kerja otot bantu pernafasan
o
Pola nafas ( cepat atau lambat )
o
Gerakan nafas ( abdominal, thorakal, atau abdominalthorakal breathing )
o
Pergerakan thorax simetris atau tidak
o
Mengamati pergerakan thorax dalam kedaan dinamis
Palpasi 1.Pemeriksaan pergerakan thorax : simetris atau tidak Upper Chest expansion
Posisi terapis : sebelah kanan pasien 19
Posisi pasien : berbaring Letakkan ke 2 ujung ibu jari-jari tangan terapis di tengah sternum bagian atas (sternal notch) pasien. Rentangkan jari-jari tangan diatas klavikula kiri dan kanan pasien . Pasien diminta inspirasi penuh lalu eksp penuh 2-3 x. Perhatikan perbedaan pengembangan dada kiri dan kanan.
Middle chest expansion
Prosedur : Posisi terapis
: sebelah kanan pasien
Posisi pasien
: berbaring/duduk
Letakkan ke 2 ujung ibu jari-jari tangan terapis di prosesus xyphoideus pasien . Rentangkan jari-jari tangan anda ke samping dada kiri dan kanan pasien. Pasien diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-3 x . Rapatkan ke 2 ibu jari tangan anda saat ekspirasi penuh . Perhatikan pergeseran ke 2 ibu jari-jari tangan terapis akibat tarikan pengembangan dada pasien
20
Lower chest expansion
Prosedur : Posisi terapis : di belakang pasien Posisi pasien : duduk Letakkan ke 2 ujung ibu jari-jari tangan terapis di prosesus spinosus vertebra thorakal bagian bawah pasien. Rentangkan jari-jari tangan anda ke samping kiri dan kanan dada pasien. Pasien diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-3 x . Rapatkan ke 2 ibu jari tangan anda saat ekspirasi penuh . Perhatikan pergeseran ke 2 ibu jari-jari tangan terapis akibat tarikan pengembangan dada pasien .
Ekspansi torak (pengembangan dada) Upper chest expansion
Prosedur
:
Posisi terapis : di sebelah kanan pasien Posisi pasien : duduk/berdiri Pasang meteran melingkar dada bagian atas pasien dibawah axial. Pegang kedua ujung meteran dengan tangan kiri di dada atas bagian tengah pasien. Pasien diminta inspirasi penuh lalu ekspirasi penuh 2-3 x. Pada saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut dengan tangan kanan memegang salah satu ujungnya. Hitung selisih antara ekspirasi penuh dengan inspirasi penuh. Middle Chest expansion
Prosedur : Posisi terapis : Sebelah kanan pasien
21
Posisi pasien : duduk/berdiri Pasang meteran melingkar dada pasien bagian tengah. Pegang salah satu ujung meteran di tengah daerah prosesus xyphoideus pasien. Pasien diminta inspirasi penuh lalu eksp penuh 23 x. Pada saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut dengan tangan kanan memegang salah satu ujungnya. Hitung selisih antara ekspirasi penuh dengan inspirasi penuh Lower chest expansion
Prosedur : Posisi terapis : Sebelah kanan pasien Posisi pasien : duduk/berdiri Pasang meteran melingkar dada pasien bagian bawah. Pegang salah satu ujung meteran di antara prosesus xyphoideus dengan umbilicus pasien. Pasien diminta inspirasi penuh lalu eksp penuh 2-3 x. Pada saat ekspirasi penuh rapatkan meteran tersebut dgn tangan kanan memegang salah satu ujungnya. Hitung selisih antara ekspirasi penuh dengan inspirasi penuh Fremitus
Merupakan getaran pada dinding dada pasien yang dihasilkan oleh pita suara melalui system broncho pulmonal. Prosedur
:
Posisi terapis
: di belakang pasien
Posisi pasien
: duduk
Letakkan ke dua telapak tangan terapis secara simetris pada dinding dada bagian belakang pasien. Geser kedua tangan anda dari atas kebawah . Instruksikan pasien untuk mengucapkan kata “99” beberapa kali Interpretasi : Normal : Vibrasi terasa sama dan simetris pada dada kiri dan kanan dan vibrasi menurun dari atas ke bawah
•
•
Bertambah : Adanya sekresi pada saluran pernafasan
Berkurang : Adanya kantung pernafasan/emfisema,pneumotorak, efusi pleura •
22
udara
pada
bagian
4. Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang
Berisikan tentang data penunjang seperti radiologi, laboratorim,MRI, dll yang dapat membantu fisioterapis untuk membantu menegakan diagnosa fisioterapi. Dalam kasus fisioterapi pada gangguan respirasi, tes untuk mengetahui fungsi paru yang biasa dilakukan antara lain : 1. Kapasitas ventilasi 2. Analisa tekanan udara darah 3. Reaksi asam basa darah
4. Toleransi
5. Urutan Masalah Fisioterapi Bardasarkan Prioritas
Urutan masalah fisioterapi pada kasus PPOK sebagai berikut : ♦
Sesak nafas
♦
Batuk
♦
Spasme otot bantu pernafasan
♦ Nyeri
dada
♦
Retensi sputum
♦
Kurang maksimalnya mobiliti thoraks
♦
Gangguan postur 23
♦
Menurunnya endurance
6. Diagnosa Fisioterapi
Berisikan tentang penegakan diagnosa fisioterapi berdasarkan prioritas masalah yang dialami pasien.
7. Program Pelaksanaan Fisioterapi
1. Tujuan : Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang
Penatalaksanaan PPOK secara umum meliputi:
Pada kasus PPOK , fisioterapi berperan pada rehabilitasi PPOK. Tujuan dari program rehabilitasi sendiri adalah untuk meningkatkan toleransi terhadap latihan dan memperbaiki kualitas hidup pasien. Program rehabilitasi dilaksanakan didalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis, dan psikolog. Program rehabilitasi terdiri dari 3 komponen yaitu : - Latihan fisis: Yang ditunjukan untuk memperbaiki efisisensi dan kapasitas sistem
transportasi oksigen - Latihan jasmani: Yang ditunjukan untuk meningkatkan latihan otot pernafasan dan
endurance exercise - Latihan pernafasan: Yang ditunjukan untuk mengurangi dan mengontrol sesak
nafas .Tekhnik latihan berupa Pursed Lips Breathing dan Chest Mobilty exercise untuk memperbaiki ventilasi dan mensinkronkan kerja otot dan torax. Pada penatalaksanaan kasus penyakit paru obstruktif kronis fisioterapi dapat memberikan intervensi berupa modalitas dan exercise. Modalitas seperti nebulizer dan infra red radiation (IRR). Exercise seperti Pursed Lips Breathing, Diafragma Breathing, Chest Mobility dan Static Cycle. Pada penulisan makalah ini penulis membatasi pelaksanaan fisioterapi hanya menggunakan infra red radiation (IRR), Pursed Lips Breathing, Diafragma Breathing, Chest Mobility dan Static Cycle. Oleh karena itu penjelasan yang akan dijabarkan disesuaikan dengan judul yang ditulis. 1. Infra Red Radiation (IRR) 24
Modalitas ini diberikan untuk merileksasikan otot sebelum dimulainya latihan. Prosedur : Pasien di periksa apakah mempunyai gangguan sensori,DM. Pengaturan jarak dari IRR sekitar 30 – 45 cm. Pasien : tidur ditempat tidur dengan posisi IRR berada tegak lurus dengan area yang diterapi, area yang akan di terapi terhindar dari pakain,pasien menggunakan penutup mata agar mata terhindar dari sinar IRR Terapis : berada di sebelah kanan pasien,menyalakan lampu dan mengatur waktu pemakainan IRR selama 15 menit, dan menanyakan rasa yang ditimbulkan dari laat ini
2. Pursed Lips Breathing Metode yang dipakai pada pasien dengan PPOK untuk mengatasi dispneu. Bila dilakukan dengan tepat diperkirakan untuk menjaga saluran udara tetap terbuka dengan membuat tekanan kembali dalam saluran udara.Studi menunjukan bahwa Pursed Lips Breathing menurunkan rasio pernafasan dan kerja pernafasan(konumsi Oksigen), meningkatkan volume tidal dan meningkatkan latihan. Kehati-hatian: penggunaan ekspirasi lebih saat Pursed Lips Breathing harus dihindari ekspirasi yang sangat kuat ketika mulut mengkerut bisa meningkatkat turbolensi dari saluran udara dan menyebabkan hambatan lebih lanjut disaluran kecil oleh karena itu, jika terapis memilih strategi bernafas ini , sangat penting untuk menekankan pada pasien bahwa inspirasi harus dilakukan secara terkontrol, bukan dipaksa Prosedur :
Posisi pasien : relaks / half lying
Posisi terapis : disamping kanan pasien
Tangan kanan terapis diletakkan di perut pasien untuk mengontrol kontraksi otot perut
Pasien diminta tarik nafas dalam dengan pelan melalui hidung lalu ditahan selama 2 –
3 detik
Kemudian dihembuskan secara pasif pelan – pelan melalui mulut seperti meniup lilin / seperti bersiul selama dua kali inspirasi
Perhatikan jangan ada kontraksi /keteganan otot perut 25
Latihan dilakukan selama 10 – 15 menit dengan frekuensi 2 – 4 kali sehari dengan posisi berbaring,duduk dan berdiri
3. Chest Mobility Exercise Latihan untuk mobilisasi dada dalam segala bentuk latihan yang menkombinasikan segala gerak aktif dari trunk atau ekstremitas dengan deep breathing. Latihan ini diciptakan untuk mempertahankan mobilisasi dari dinding toraks, trunk dan gerakan bahu saat masuknya udara. Contohnya pasien dengan hipermobiliti otot trunk pada salah satu sisi tubuhnya tidak dapat mengembangkan bagian dadanya secara penuh selama inspirasi. Latihan ini dikombinasikan dengan streching dari otot tersebut dengan mengunakan deep breathing untuk meningkatkan ventilasi dari sisi samping dari dada tersebut. Latihan pengembangan dada juga dapat digunakan untuk memperkuat, dan memberi tekanan yang dalam dari inspirasi atau mengontrol ekspirasi. Pasien dapat memperkuat ekspirasi contohnya dengan ekspirasi sambil menyandarkan hip kedepan atau dan memfleksikan tulang belakang, ini menekan rongga perut bagian atas sampai diafragma. Tehnik khusus : A. Latihan leher dan kepala 1. Menengok kekiri dan kekanan
Prosedur : ◦
Menengok kekiri sambil hembuskan napas
◦
Lalu tarik napas dalam posisi tsb.
◦
Menengok kekanan sambil hembuskan napas
◦
Masing masing gerakan diulang 5 x ( toleransi )
2. Memutar kepala ◦
Kepala miring kekiri lalu putar kebelakang sambil tarik napas
◦
Lalu putar kekanan dan kedepan sambil hembuskan napas
◦
Masing masing gerakan diulang 3 X ( toleransi ) B. Latihan punggung 1. Berdiri membelakangi tembok
26
◦
Pasien berdiri membelakangi tembok
◦
Jarak kaki dengan tembok kira-kira 10 -15 cm
◦
Hembuskan napas sambil membungkuk pelan-pelan
◦
Tarik napas sambil tegak dengan menekan tembok ( dari pinggang lalu bahu
dan leher) ◦
Gerakan diulang 5 x ( toleransi) C. Latihan bahu 1. Latihan mengangkat bahu
◦
Bahu diangkat kearah telinga sambil tarik napas
◦
Lalu turun sambil hembus napas
◦
Gerakan diulang 5 – 10 x 2. Latihan memutar bahu
◦
Memutar ke dua bahu kedepan lalu keatas sambil tarik napas
◦
Kemudian kebelakang dan kebawah sambil hembus napas dan sebaliknya
◦
Masing -masing gerakan diulang 5 – 10 x 3. Latihan memutar siku ◦
Ujung Jari-jari tangan pasien menyetuh bahu nya
◦
Gerakan memutar siku kedepan lalu keatas sambil tarik napas
◦
◦
Kemudian ke kebelakang dan kebawah sambil hembus napas dan sebaliknya Masing-masing gerakan diulang 5 – 10 x ( toleransi )
4. Gerakan peregangan otot pectoralis ◦
Posisi duduk kedua tangan di belakang kepala.
◦
Kepala tegak, lengan dibuka sambil tarik napas dan stretching m. pectoralis
◦
Kembali ke posisi semula sambil hembuskan napas
◦
Bisa dilakukan dengan posisi tidur terlentang.
◦
Gerakan diulang sebanyak 5-10 x ( toleransi ) D. Latihan dada ( chest ) untuk middle dan lower chest 1. Latihan membungkukkan badan
Posisi pasien duduk : 27
Pasien membungkukkan badan, tangan kebawah diantara kaki sambil menghembuskan napas
Kemudian tegak kembali dengan mengangkat tangan sambil tarik napas
Gerakan dilulang 5 – 10 x ( toleransi ) 2. Latihan menggerakkan badan kesamping
Posisi pasien duduk :
Tangan kanan pasien memegang dada kirinya bagian bawah
Badan dicondongkan kekiri sambil hembuskan napas
Kembali tegak sambil tarik napas
Tangan kiri pasien memegang dada kanannya bagian bawah
Badan dicondongkan kekanan sambil hembuskan napas
Masing-masing gerakan diulang 5 – 10 x ( toleransi ) . 3. Mobilisasi satu samping dada.
◦
Posisi pasien duduk :
Bengkokkan badan berlawanan dengan yang dilatih sambil tarik napas selama gerakan tersebut.
◦
Kembali ke posisi semula diikuti dengan ekspirasi dengan tangan O.S membantu memberikan tekanan pada bagian yang dilatih .
◦
4. Memutar badan ◦
Posisi pasien duduk :
◦
Pasien memutar badannya kekiri sambil hembuskan napas
◦
Kemudian pasien tarik napas
◦
Putar badan kekanan sambil hembuskan napas
◦
Kemudian tarik napas
◦
Masing-masing gerakan diulang 5 – 10 x ( toleransi )
5. Menggeser pantat kesamping ◦
Posisi pasien crook lying :
◦
Pasien menggeser pantatnya kekiri sambil hembuskan napas
◦
Kemudian tarik napas pada posisi tersebut
◦
Menggeser pantatnya kekanan sambil hembuskan napas 28
◦
Gerakan diulang masing –masing 5 – 10 x ( toleransi )
6. Memutar lutut
◦
◦
Posisi pasien crook lying :
◦
Pasien menggerakkan lututnya kekiri sambil hembuskan napas
◦
Kemudian tarik napas pada posisi tersebut
◦
Menngerakkan lututnya kekanan sambil hembuskan napas
Gerakkan diulang masing-masing 5 – 10 x ( toleransi )
4. Treadmill Merupakan jenis latihan yang diberikan untuk meningkatkan endurance dari respirasi. Pembebanan yang diberikan pada Static cycle tergantung dari VO2 maks dan METS
29
BAB III LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK KOMPREHENSIF DEPARTEMEN REHABILITASI MEDIK RSP PERSAHABATAN JAKARTA
Nama Fisioterapi Nama Dokter Peminatan Ruangan
FORMULIR FISIOTERAPI : Esti Widyastuti SST.Ft : dr.Anita Ratnawati, Sp.KFR : FT D : Poli FT D
I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pekerjaan Alamat Diagnosa Medik II.
: Tn.J N : 63 Thn : Laki-laki : Kristen : Pensiunan Departemen Perhubungan : Pondok Kelapa : PPOK
PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT
a) Keluhan Utama : Sesak napas bila bangun terburu – buru di pagi hari, berjalan kira – kira 130m dan tertawa. Ketika tertawa os mengeluh sering terdapat nyeri dada. b) Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang ke RS Persahabatan 3 tahun yang lalu dengan keluhan sesak bila terburu – buru bangun di pagi hari, berjalan kira – kira 130m dan ketika tertawa merasa sesak disertai nyeri dada juga terdapat batuk berdahak dengan dahak sebanyak ≤1 sendok makan. Lalu pasien dirujuk ke poli asma dan didiagnosa terkena PPOK, setelah diberikan resep obat – obatan os lalu dirujuk ke poli paru di rehab medik untuk menjalani fisioterapi. Pasien merokok sejak SD sampai tahun 2005 sebanyak 1 setengah bungkus per hari. Setelah menjalani fisioterapi selama hamper 3 tahun, saat ini keluhan os sudah mulai berkurang. Keluhan os saat ini adalah sesak ketika berjalan 500m dengan batuk kering yang muncul hanya ada musim – musim tertentu. c) Riwayat Penyakit Dahulu : pada tahum 2002 os menjalani pengobatan untuk stroke di RSCM, 2005 os menjalani operasi bypass jantung di RS Harapan Kita, operasi pembuluh darah di otak dan operasi prostat di RS Persahabatan. Hipertensi (+), Diabetes Melitus (-), Jantung(+), TB (-), Alergi (-).
30
d) Riwayat Keluarga : os tinggal di pondok kelapa bersama istri dan 2 orang anak, 1 orang menantu, serta 1 orang cucu.Saat ini pekerjaan os hanya mengurus cucu dan berobat ke RS Persahabatan, RSCM, serta RS Harapan Kita untuk maintenance penyakit dahulu. III.PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Umum
o
Cara datang
: mandiri
o
Kesadaran
: composmethis
o
Kooperatif
o
Tensi
: 130/70 mmHg
Nadi
: 70 x/mnt
o
RR
: 16 x/mnt
o
Suhu
: afebris
o
SPO2
: 96%
o
BB
: kesan cukup
o
b. Pemeriksaan Khusus •
Inspeksi : Posture Depan : os bernapas menggunakan otot bantu pernapasan, shoulder kanan lebih tinggi disbanding shoulder kiri Forward head, terdapat bekas operasi bypass jantung, terdapat operasi pembuluh darah otak di kepala bagian kanan.
Posture Samping Posture Belakang
: hiper lordosis : shoulder kanan lebih tinggi disbanding shoulder kiri
Warna muka dan bibir
: normal
Gerakan hidung
: normal
Keadaan thoraks dalam keadaan statis 31
Bentuk toraks
: normal
Simetris bentuk dada
Upper : simetris
Middle : simetris Lower : simetris Irama pernafasan
: teratur
Pola nafas
: nafas dangkal
Gerakan nafas saat
Tidur : abdominothorakal Duduk : thorakoabdominal
Berdiri : thorakoabdominal •
Palpasi: Nyeri dada
: (-)
Spasme kiri
: m. Upper Trapezius bilateral dan m. sternocleidomastoideus
Gerakan nafas
: Abdominaltorakal
Gerakan pengembangan simetris dada Upper : dada kanan lebih tertinggal dibanding dada kiri Middle : simetris Lower : dada kiri lebih tertinggal dibanding dada kanan Irama pernafasan : teratur Suhu tubuh Fremitus
: afebris : normal
Posisi trakea : normal •
Move: Kepala Full ROM
Upper Extremitas Full ROM Lower Extremitas Full ROM 32
MMT Upper Extremitas = 5 MMT Lower Extremitas = 5
•
Tes khusus: Mobility thoraks : Titik pengukuran
Selisih
Axilla (upper)
2 cm
Costa 4-5 (middle)
2 cm
Xyphoideus (lower)
2 cm
IV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ront-gen pada 3 tahun yang lalu di Poli Asma
V. 1.URUTAN MASALAH FISIOTERAPI BERDASARKAN PRIORITAS
•
•
Sesak Napas dangkal
•
Asimetris pengembangan dada bagian upper dan lower
•
Keterbatasan ekspansi thorak bagian middle dan lower
•
Spasme m. upper trapezius bilateral dan m. sternocleidomastoid kiri.
•
Gangguang postur
•
Low endurance
2. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Gangguan pola nafas karena sesak, nafas dangkal, asimetris pengembangan dada bagian upper dan lower, keterbatasan ekspansi thorak bagian middle dan lower, spasme m. upper trapezius bilateral dan m. sternocleidomastoid kiri, gangguang postur, dan low endurance terkait penyakit paru obstruktif kronik.
33
VI. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Pengumpulan data program fisioterapi dari dokter rehab medik dd/mm/yy:
IRR 15’, massage
Breathing control + pursed lips breathing
Chest mobility + koreksi postur
treadmill 2,9 kph 25 menit diambil dari hasil uji jalan 6 menit, dengan hasil :
Mets = 17,1 : 3,5 = 4,9 Mets Treadmill durasi/beban : 25 menit/2,9 kph 2. Tujuan Fisioterapi a. Jangka pendek :
Mengurangi sesak Mengurangi nafas dangkal
Memperbaiki asimetris pengembangan dada bagian upper dan lower
Meningkatkan ekspansi thorak bagian middle dan lower Mengurangi spasme m. upper trapezius bilateral dan m.sternocleidomastoid kiri.
Memperbaiki postur b. Jangka panjang :
Melanjutkan program jangka pendek
Meningkatkan aktivitas fungsional
Meningkatkan endurance
3. Uraian tindakan Fisioterapi NO 1
JENIS IRR
METODA Non-luminous
DOSIS F: 3x/minggu I : 35- 45cm D : 15 Menit
KETERANGAN Untuk merileksasikan otot
2
Massage
Petrissage
F :3x/minggu 34
Vasodilatasi pemuluh darah Memberikan efek sedatif Rileksasi otot
3
Chest Phsical Therapy
Chest mobility 4
5
Exercise
Pursed Lips Breathing Breathing Control Breathing Exercise Shoulder shurg Elbow Circling Shoulder : abd,Add,flexi Treadmill
5
I:D : 15 menit F : 3x/menit (setiap saat) I : 8 hitungan D : 10 menit
superfisial
Untuk ventilasi dasar paru
Untuk meningkatkan respiratory rate
F: 3x/minggu I : 6x repetisi D : 15 menit
Untuk memperbaiki mobilisasi dada
F: 3x/minggu I : 2,9 kph D : 25 menit
Untuk meningkatkan endurance
4. Uraian fisioterapi
IRR
Modalitas ini diberikan untuk merileksasikan otot sebelum dimulainya latihan. Prosedur : Pasien di periksa apakah mempunyai gangguan sensori,DM. Pengaturan jarak dari IRR sekitar 30 – 45 cm. Pasien : tidur di tempat tidur dengan posisi IRR berada tegak lurus dengan area yang di terapi, area yang akan di terapi terhindar dari pakain,pasien menggunakan penutup mata agarmata terhindar dari sinar IRR Terapis : berada di sebelah kanan pasien,menyalakan lampu lampu dan mengatur waktu pemakaian IRR selama 15 menit, dan menanyakan rasa yang ditimbulkan dari saat ini
Pursed Lips Breathing
Prosedur :
Posisi pasien : relaks / half lying
Posisi terapis : disamping kanan pasien o Tangan kanan terapis diletakkan di perut pasien untuk mengontrol kontraksi o
o
otot perut Pasien diminta tarik nafas dalam dengan pelan melalui hidung lalu ditahan selama 2 – 3 detik Kemudian dihembuskan secara pasif pelan – pelan melalui mulut seperti meniup lilin / seperti bersiul selama dua kali inspirasi
Perhatikan jangan ada kontraksi /keteganan otot perut
35
o
Latihan dilakukan selama 10 – 15 menit dengan frekuensi 2 – 4 kali sehari dengan posisi berbaring,duduk dan berdiri
Chest Mobility
1. Latihan mengangkat bahu ◦
Bahu diangkat kearah telinga sambil tarik napas
◦
Lalu turun sambil hembus napas
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
◦
Gerakan diulang 5 – 10 x 2. Latihan memutar bahu Memutar ke dua bahu kedepan lalu keatas sambil tarik napas Kemudian kebelakang dan kebawah sambil hembus napas dan sebaliknya Masing -masing gerakan diulang 5 – 10 x 3. Latihan memutar siku Ujung Jari-jari tangan pasien menyetuh bahu nya Gerakan memutar siku kedepan lalu keatas sambil tarik napas Kemudian ke belakang dan ke bawah sambil hembus napas dan sebaliknya Masing-masing gerakan diulang 5 – 10 x ( toleransi ) 4. Gerakan peregangan otot pectoralis Posisi duduk kedua tangan di belakang kepala. Kepala tegak, lengan dibuka sambil tarik napas dan stretching m. pectoralis Kembali ke posisi semula sambil hembuskan napas Bisa dilakukan dengan posisi tidur terlentang. Gerakan diulang sebanyak 5-10 x ( toleransi )
Static cycle Pasien diminta untuk menaiki static cycle yang telah diatur sebelumnya oleh terapis (28watt, 25menit). Sebelum mengayuh, cek saturasi oksigen dan nadi pasien. Bila dalam batas normal, pasien diperbolehkan untuk melakukan latihan dan tidak boleh melebihi 60rpm. Cek saturasi oksigen dan nadi setiap menit.
Program di rumah : 1) Pasien di anjurkan melanjutkan latihan nafas pursed lips breathing sendiri di rumah, setiap saat, 2) Istirahat jika terjadi keluhan sesak nafas / nyeri dada saat sedang aktifitas, 3) Duduk dengan tegak untuk mengurangi forwardhead 4) Meminum air putih yang banyak dan hangat, 5) Menghindari asap rokok dan polusi, dengan menggunakan masker, 6) Jalan pagi
VII.
EVALUASI 36
1. Evaluasi Hasil Terapi Rabu, 19 Desember 2012 Setelah latihan S : Sesak berkurang O : SPO2: 96% HR : 85x/menit RR : 20x/menit TD : 120/80 mmHg BB/TB : 55kg/168cm A : Gangguan pola nafas karena sesak, nafas dangkal, asimetris pengembangan dada bagian upper dan lower, keterbatasan ekspansi thorak bagian middle dan lower, spasme m. upper trapezius bilateral dan m. sternocleidomastoid kiri, gangguang postur, dan low endurance terkait penyakit paru obstruktif kronik.
P
: IRR, Static Cycle 28watt 25menit, Pursed Lips Breathing, Chest Mobility
Jumat, 21 september 2012
S
: Sesak berkurang Sebelum Uji Jalan Sesudah Uji Jalan O : SPO2 96% % HR 70x/menit x/menit RR 16x/menit x/menit TD 130/70 mmHg mmHg BB = kesan cukup A : Gangguan pola nafas karena sesak, nafas dangkal, asimetris pengembangan dada bagian upper dan lower, keterbatasan ekspansi thorak bagian middle dan lower, spasme m. upper trapezius bilateral dan m. sternocleidomastoid kiri, gangguang postur, dan low endurance terkait penyakit paru obstruktif kronik. .P : Test Uji Jalan 6menit, IRR, Chest Mobility, Treadmill 2,9 kph 25 menit
Mets = 17,1 : 3,5 = 4,9 Mets Treadmill Beban/Durasi = 2,9 kph / 25menit
37
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN
Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh. Dalam fisioterapi paru adalah salah satu dari fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita respirasi, baik yang bersifat akut maupun kronis. Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret. Fisioterapi paru ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada PPOK menahun, penyakik paru restriktif .Fisioterapi paru meliputi rangkaian : postural drainage, perkusi, vibrasi,dll. Kontraindikasi fisioterapi paru ada yang bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, dan perdarahan masif, sedangkan kontraindikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang. B. SARAN
Penatalaksanaan pada kasus PPOK dapat dilakukan dengan berbagai cara pencegahan , diantaranya yaitu tidak merokok. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kemauan dari individu. Yang menjadi sorotan pada penderita PPOK ialah masalah merokok, berhenti merokok merupakan satu-satunya intervensi yang paling efektif dalam mengurangi resiko berkembangan PPOK dan memperlambat progres dari penyakit. Dan yang tidak kalah pentingnya merupakan peran dari rehabilitasi. Disini diharapkan peran dari tim medis untuk sesering mungkin melakukan sosialisasi tentang PPOK, sehingga masyarakat mengerti tentang PPOK dapat mencegah terkenanya penyakit tersebut.
38