BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang dokter biasanya menyuruh pasiennya memeriksakan darah ke laboratorium untuk mendiagnosis penyakitnya. Di laboratorium darahnya dianalisis dan hasilnya berupa catatan mengenai jumlah sel darah merah/Red Blood Cell (RBC), sel darah putih/White Blood Cell (WBC), platelete dan parameter-parameter dalam darah lainnya. Bahkan volume rata-rata sel darah pun akan diketahui. Pemeriksaan darah atau dikenal dengan pemeriksaan hemathology tersebut menggunakan alat Hematology Analyzer atau Blood Cell Counter (penghitung sel darah). Fungsi alat ini intinya untuk menghitung jumlah sel-sel darah. Tetapi hasil pemeriksaan dari alat ini bisa bermacam-macam, seperti perhitungan volume rata-rata sel darah merah/Mean Cell Volume (MCV), rata-rata sel hemoglobin/Mean Cell Hemoglobin (MCH), konsentrasi rata-rata sel hemoglobin/Mean Cell Hemoglobin Concentration (MCHC), volume rata-rata platelete/Mean Platelete Volume (MPV) dan masih banyak parameter yang dihasilkan sesuai dengan kemampuan alatnya Metode pemeriksaan darah lengkap tidak hanya dengan menggunakan alat hematology analyzer saja, tetapi dengan menggunakan cara manual yaitu. a. Hemoglobin Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%. Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur
1|Page
3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 – 14 g/dl. Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl. b. Hematokrit Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. . Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler. Nilai normal HMT: Anak
: 33-38%
Laki-laki Dewasa Perempuan Dewasa
: 40-50% : 36-44%\
c. Hitung eritrosit jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter. Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit. Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang digunakan adalah:
Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
2|Page
Natrium klorid 0.85 %
Nilai Rujukan
Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
d. Indeks Eritrosit Mencakup parameter eritrosit, yaitu: 1. Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER) MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL). Normal 80-96 fl 2. Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (10 6/µL). Normal 2733 pg 3. Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) . MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l). Normal 33-36 g/dL 4. Red Blood Cell Distribution Width (RDW) RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan. RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100. Nilai normal rujukan 1115% e. Hitung Trombosit Jumlah Normal: 150.000-400.000 /µL f. Hitung Leukosit Hitung leukosit
adalah
menghitung
jumlah
leukosit
per
milimeterkubik atau mikroliter darah. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 3|Page
jam yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 450011.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.000/μl, Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl. Cara manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop. Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara manual kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang memakai alat ini. Nilai normal leukosit: Dewasa
: 4000-10.000/ µL
Bayi / anak
: 9000-12.000/ µL
Bayi baru lahir
: 9000-30.000/ µL
g. Hitung Jenis Leukosit Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masingmasing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl). Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.
4|Page
Tabel 2. Hitung Jenis Leukosit Jenis Basofil
Nilai normal
Melebihi nilai
Kurang dari nilai
0,4-1%
normal inflamasi, leukemia,
normal stress, reaksi
40-100/µL
Eosinofil
1-3% 100-300/µL
Neutrofil
55-70%
hipersensitivitas,
penyembuhan
kehamilan,
infeksi atau
hipertiroidisme
inflamasi Umumnya pada
stress, luka bakar,
keadaan atopi/
syok, hiperfungsi
alergi dan infeksi
adrenokortikal.
parasit Inflamasi, kerusakan
Infeksi virus,
(2500-7000/µL)
jaringan, peyakit
autoimun/idiopati
Bayi Baru Lahir
Hodgkin,
k, pengaruh obat-
leukemia
obatan
61% Umur 1 tahun 2% Segmen 50-
mielositik, hemolytic disease of newborn,
65% (2500-
kolesistitis akut,
6500/µL)
apendisitis,
Batang 0-5% Limfosit
tahap
(0-500/µL) 20-40% 1700-3500/µL
pancreatitis akut, pengaruh obat infeksi kronis dan virus
kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE,
BBL 34%
pemberian steroid
1 th 60%
yang berlebihan
6 th 42% Monosit
5|Page
12 th 38% 2-8%
Infeksi virus, parasit,
200-600/µL
anemia hemolitik,
Anak 4-9%
SLE< RA
Leukemia limfositik, anemia aplastik
h. LED (Laju Endap Darah) Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen. Prosedur pemeriksaan LED yaitu: 1. Metode Westergreen o Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa. o Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0. o Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung. o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit. 1. Metode Wintrobe o Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amoniumkalium oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa. o Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai tanda 0. o Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus. o Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.
6|Page
Nilai Rujukan 1. Metode Westergreen:
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
2. Metode Wintrobe :
Laki-laki : 0 – 9 mm/jam
Perempuan 0 – 15 mm/jam
Tabel 1. Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal Parameter Hitung sel darah putih (x 103/μL) Hitung sel darah merah (x
Laki-Laki 7.8 (4.4–11.3) 5.21 (4.52–
Perempuan
106/μL) Hemoglobin (g/dl)
5.90) 15.7 (14.0–
5.10) 13.8 (12.3–
Hematokrit (%) MCV (fL) MCH (pg) MCHC RDW (%) Hitung trombosit (x 103/μL)
17.5) 46 (42–50) 88.0 (80.0–96.1) 30.4 (27.5–33.2) 34.4 (33.4–35.5) 13.1 (11.5–14.5) 311 (172–450)
15.3) 40 (36–45)
A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
4.60 (4.10–
Rumusan Masalah Apa Fungsi dari Hematologi Analyzer? Bagaimana Prinsip Kerja Hematologi Analyzer? Apa saja Bagian-bagian alat Hematologi Analyzer? Bagaimana Cara Kerja Hematologi Analyzer? Bagaimana Interpretasi hasil Hematologi Analyzer? Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan dari alat Hematologi Analyzer? Bagaimana Cara Pemeliharaan dan Kalibrasi alat Hematologi Analyzer? Apa saja Troubleshooting pada alat Hematologi Analyzer? Apa saja Hal-hal yang harus diperhatikan pada alat Hematologi Analyzer?
B. TujuanMakalah 1. Untuk mengetahui Fungsi dari Hematologi Analyzer
7|Page
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Untuk mengetahui Prinsip Kerja Hematologi Analyzer Untuk mengetahui Bagian-bagian alatHematologi Analyzer Untuk mengetahui Cara kerja Hematologi Analyzer Untuk mengetahui Interpretasi hasil Hematologi Analyzer Untuk mengetahui Kelebihan dan kelemahan dari Hematologi Analyzer Untuk mengetahui Pemeliharaan dan Kalibrasi alat Hematologi Analyzer Untuk mengetahui Troubleshooting pada alat Hematologi Analyzer Untuk mengetahui Hal-hal yang harus diperhatikan pada alat Hematologi Analyzer
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Pengertian Hematology Analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasa digunakan dalam bidang Kesehatan. Alat ini dapat membantu mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll. Alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap dengan cara menghitung dan mengukur sel darah secara otomatis berdasarkan impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang di lewatkan. Mengukur sampel berupa darah.
8|Page
Hematology Analyzer (Sysmex XT-1800i dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan Hematologi Lengkap/Rutin ( Hb, Leukosit, Eritrosit, Hematokrit, Trombosit, Hitung jenis leukosit) dan dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan morfologi sel-sel darah maupun flaging malaria.
Gambar 1.1 Hematology Analyzer Sysmex XT-1800i
2.2 Metode 1. Metode manual, sel-sel darah dilihat dengan mikroskop kemudian menghitungnya sesuai jenisnya. Dalam metode ini mengandalkan penglihatan langsung dari seorang analis kesehatan untuk menentukan jumlah sel sesuai dengan jenisnya 2. Metode
elektrik
konduksi,
menggunakan prinsip mengukur perubahan konduktivitas yang terjadi pada saat tiap sel melewati sebuah lubang sel pada orifice (ruang penghitungan). Ketika sel darah melewati aperture, perlawanan antara elektroda sejenak perubahan perubahan tegangan yang sangat kecil terjadi. Instrumen yang menghitung perubahan kecil sebagai pulsa. Ketinggian pulsa tergantung pada ukuran sel darah. 9|Page
3. Metode otomatik optik mendasarkan pada pengumpulan hamburan cahaya dari sel-sel darah dan mengonversinya ke dalam bentuk pulsa-pulsa listrik untuk dihitung. Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer. Flow cytometri adalah metode pengukuran (metri) jumlah dan sifat sel (cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (flow) melalui celah sempit Ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa sehingga sel dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel dan ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intraseluler, termasuk inti sell Prinsip light scattering adalah metode dimana sel dalam suatu aliran melewati celah dimana berkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Metode ini lebih canggih disbanding metode-metode sebelumnya. Metode ini juga diterapkan dalam Hematology Analyzer XT1800i. 2.3 Prinsip Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer •
Impedansi listrik
•
light scattering Berdasarkan spesifikasi ukuran sel yang melewati filter dengan
memakai tegangan listrik untuk sekali pembacaan bisa diperiksa sekaligus beberapa parameter seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, MCH, MCHC, MCV dan Hitung Jenis Leukosit.
10 | P a g e
Skema impedansi pada alat hematology Analyzer 2.4 Cara Kerja a. Hubungkan kabel power kestabilisator (stavo). b. Switch utama dinyalakan, terletak di samping kanan instrument. c. Setelah lampu indikator menyala maka secara otomatis alat akan melakukan start up sampai layar menampilkan tulisan ready. d. Siapkan bahan pemeriksaan (darah EDTA). e. Tempelkan alat penghisap sampai dasar tabung kemudian tekan sampel bar sampai jarum masuk kembali dan melakukan pemeriksaan. f. Alat akan memproses samplese lama satu menit dan hasil pemeriksaan akan tampak pada layar dan dapat diprint. g. Untuk mematikan alat, tekan shutdown maka alat akan mencuci selama satu menit, setelah layar padam matikan alat dengan menekan switch utama yang terletak di bagian samping kanan alat.
2.5 Interpetasi Hasil Dapat berupa grafik dan angka pada layar serta hasil print out. Nilai Normal 1. Leukosit 2. Eritrosit
11 | P a g e
: : 4.000 – 10.000/mm :Laki-laki : 4,5–6,0 juta/mm³
3. 4.
Trombosit Hematokrit
5.
Hb
Perempuan: 4,0–5,5juta/mm³ : 150.000 – 400.000/mm³ : Laki-laki : 40 – 54% Perempuan : 37 – 47% : Laki-laki 14 – 18 gr/dl Perempuan : 12 – 16 gr/dl
2.6 Parameter Pemeriksaan Sampel yang diperiksa pada alat ini adalah pada sampel darah.Leukosit (White Blood Cells), eritrosit (Red Blood Cells), dan trombosit (Platelet). Adapun parameter hematologi yaitu : a) Sel darah merah ( RBC ) o RBC count o Hemoglobin konten ( HGB ) o Hematokrit ( HCT ) o Rata-rata volume corpuscular ( MCV ) o Rata-rata hemoglobin corpuscular ( KIA ) o Rata-rata konsentrasi hemoglobin corpuscular ( MCHC ) o Red lebar distribusi sel ( RDW ) o Standar deviasi RDW ( RDW - SD ) o Koefisien variasi RDW ( RDW - CV ) b) Sel darah putih ( WBC ) o WBC count o Jumlah absolut dan relatif dari populasi WBC : limfosit ( Lym # danLym % ), monosit ( Mon # dan Mon % ) , neutrofil ( Neu # dan Neu % ) ,eosinopils ( Eos # dan Eos % ) dan basofil ( Bas # dan Bas %) c) Trombosit ( PLT ) o PLT hitung o Rata-rata volume trombosit ( MPV ) o Lebar distribusi platelet volume ( PDW ) o Plateletcrit ( PCT ) Reagen yang digunakan pada alat ini adalah: DILUENT RINSE LYZE EZ-CLEANSER PROBE CLEANSER 2.7 Keuntungan dan Kerugian
12 | P a g e
Keuntungan : a. Fleksibel dan mudah beradaptasi (bahkan di diagnosa) b. Kompak namun kuat c. Handal Kerugian : a. Tidak dapat menghitung sel abnormal Pemeriksaaan oleh hematologi autoanalyzer ini tidak selamanya mulus namun pada kenyataannya alat ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti dalam hal menghitung sel-sel abnormal. Seperti dalam pemeriksaan hitung jumlah sel, bisa saja nilai dari hasil hitung leukosit atau trombosit bisa saja rendah karena ada beberapa sel yang tidak terhitung dikarenakan sel tersebut memiliki bentuk yang abnormal.
2.8 Cara Pemeliharaan dan Kalibrasi Pemeliharaan : - Selalu cek reagen : Diliuent, Rinse, Minidil, Minilyse, dsb - Sampel jangan sampai aglutinasi, gunakan sampel darah yang sudah ditambahkan antikoagulan. Pastikan tidak ada darah yang menggumpal karena akan merusak hasil jika terhisap. Perawatan harian : -
Shutdown
Perawatan mingguan : -
Membersihkan Sample rack, Sampel Loader Membersihkan SRV Tray, Sample Tray
Perawatan bulanan : - Membersihkan Waste Chamber - Membersihkan Flowcell Kalibrasi Prosedur kalibrasi yang sebenarnya dilakukan dalam dua tahap. Selalu mulai dengan RBC dan / atau nilai HCT saat pembacaan kontrol menunjukkan bahwa
13 | P a g e
parameter ini memerlukan kalibrasi. Tahap pertama melibatkan memasuki nilai spesimen kalibrasi ke dalam instrumen dan mengaktifkan mode kalibrasi. Tahap kedua terdiri dari menjalankan spesimen kalibrasi. 1. Dari lembar uji yang sesuai dengan kontrol normal sebelumnya Anda telah diseimbangkan pada suhu kamar, memperoleh nilai rata-rata untuk RBC ditampilkan dalam kolom untuk Cell Dyn 300/400/500 sistem. 2. Menggunakan keypad numerik, tekan "Kode Pilih", kemudian "2". Entah "ECA" atau nilai akan ditampilkan. Masukkan nilai RBC rata-rata yang diperoleh dari lembar uji kontrol. Catatan ini membutuhkan 3 digit. Setelah masuk, indikator pada panel depan berdekatan dengan huruf "RBC" serta "Cal / Disc" indikator otomatis akan mulai berkedip. 3. Siapkan dua pengenceran sel darah merah yang terpisah seperti yang Anda lakukan untuk sampel pasien (1: 62,500) menggunakan bahan kontrol normal. Pastikan untuk benar-benar mencampur sampel kontrol terlebih dahulu dan hati-hati campuran pengenceran karena mereka sedang dibuat. Tuangkan dua pengenceran yang terpisah menjadi satu cangkir dan tempat di bawah transduser. 4. Tekan "RBC / HCT" tombol. Instrumen akan menghitung sampel 3 kali dan jika semua 3 nilai berada dalam toleransi akan pulih dan menampilkan nilai uji kontrol yang masukan pada awal prosedur. (Proses yang sama digunakan untuk mengkalibrasi hematokrit, namun sebuah "hidup" sampel darah harus digunakan untuk bagian ini prosedur kalibrasi.) 5. Mendapatkan sampel darah diambil dan benar diencerkan dalam EDTA dari pasien normal dan mengukur nilai hematokrit secara manual menggunakan centrifuge mikrohematokrit. Nilai antara 40% dan 45% dapat diterima dan akan menghasilkan hasil terbaik. Jangan gunakan tabung hematokrit heparinized. 6. Tekan "Kode Select" dan kemudian "4". "ECA" atau nomor akan ditampilkan. Masukkan nilai hematokrit berputar untuk diperoleh sebelumnya sampel "hidup". Jangan lupa untuk memasukkan 3 digit, bahkan jika salah satu dari mereka adalah nol. 7. Seperti dengan kalibrasi RBC, siapkan dua terpisah pengenceran RBC / HCT menggunakan sampel pasien. Tuangkan dua pengenceran yang terpisah
14 | P a g e
menjadi satu cangkir dan tempat di bawah transduser. Tekan tombol RBC / HCT. Pastikan bahwa nilai hematokrit input telah pulih. 8. WBC dan Hb parameter dapat dikalibrasi secara bersamaan. Seperti dengan kalibrasi RBC, WBC mendapatkan sel-Dyn dan Hb nilai target tes dari lembar uji kontrol. Tekan "Kode Select" kemudian "1" untuk memasukkan nilai uji untuk menghitung WBC. Tekan "Kode Select", kemudian "3" untuk memasuki nilai Hb. 9. Siapkan dua terpisah (1: 250) pengenceran kontrol menambahkan jumlah yang sesuai melisiskan reagen untuk setiap sampel dan tuangkan kedua sampel bersama-sama ke satu cangkir. Aduk rata. Tempatkan gelas di bawah transduser dan tekan tombol "WBC / Hb" tombol. Verifikasi bahwa nilai-nilai sebelumnya masukan untuk kedua WBC dan Hb pulih dan ditampilkan. 2.9 Troubleshooting Penyebab kesalahan pada hasil hematology analyzer : 1. Salah cara sampling dan pemilihan spesimen 2. Salah penyimpanan spesimen dan waktu pemeriksaan ditunda terlalu lama sehingga terjadi perubahan morfologi sel darah. 3. Kesalahan tidak mengocok sampel secara homogen, terutama bila tidak memiliki alat pengocok otomatis (nutator) maka dikhawatirkan tidak sehomogen saat sampel darah diambil dari tubuh pasien. Inilah kesalahan fatal yang sering terjadi pada pemeriksaan ini. 4. Kehabisan reagent lyse sehingga seluruh sel tidak dihancurkan saat pengukuran sel tertentu. 5. Kalibrasi dan kontrol tidak benar . Tidak melakukan kalibrasi secara berkala dan darah kontrol yang digunakan sudah mengalami expired date tapi tetap dipakai karena menghemat biaya operasional. 6. Carry over, homogenisasi, volume kurang. Untuk alat jenis open tube maka, penyebabnya salah saat pada memasukkan sampel pada jarum sampling alat, misal jarum tidak masuk penuh ujungnya pada darah atau darah terlalu sedikit dalam tabung atau botol lebar sehingga saat dimasukkan jarum tidak terendam seluruhnya. Untuk jenis close tube
15 | P a g e
kesalahan hampir sama juga, yaitu tidak memenuhi volume minimum yang diminta oleh alat. Untuk tipe close tube menggunakan cara predilute, perlu dikocok dahulu saat pengenceran darah dengan diluent. 7. Alat atau reagen rusak. Alat dapat saja rusak bila suhu yang tidak sesuai (warning : temperature ambient abnormal) dan kondisi meja yang tidak baik. Reagensia yang digunakan jelek dan mungkin terkontaminasi oleh udara luar karena packing yang jelek. 8. Memang sampel tersebut ada kelainan khusus
2.10 Hal-Hal yang Harus Diperhatikan -
Membersihkan RBC Detector Aperture Kosongkan cairan dari Trap Chamber Membersihkan Manual Rinse Cup Melakukan prosedur Clog Removals Melakukan prosedur Air Bubbles Removals Mengosongkan limbah pembuangan
16 | P a g e
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Hematology Analyzer adalah alat untuk mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasa digunakan dalam bidang Kesehatan. Alat ini dapat mendiagnosis penyakit yang diderita seorang pasien seperti kanker, diabetes, dll. Prinsip kerjanya hampir sama dengan alat Fotometer namun alat ini lebih canggih. 3.2 SARAN Setiap alat laboratorium memiliki kekurangan atau kelemahan masing-masing, sehingga dalam menggunakan alat-alat laboratorium harus sesuai SOP yang ada.
17 | P a g e