Kelompok 3
•
Kelenjar tiroid terdiri atas sekumpulan sel sel folikel bulat/sferis yang berisi bahan protein yang disebut koloid. Sel sel ini menghasilkan hormone tiroksin (tetraiodotironin/T4) dan triiodotironin (T3). Dinding folikel terdiri atas selapis sel yang bentuknya berubah ubah sesuai dengan keaktifan kelenjar. Bila kelenjar sedang aktif sel dinding ini berbentuk kuboid yang tinggi, koloidnya menyusut, pinggirannya memperlihatkan lacuna/lekukan. Sebaliknya bila sedang tidak aktif, sel dinding menjadi gepeng dan folikel membesar berisis penuh koloid.Di antara folikel terdapat sel C (sel parafolikuler) yang menghasilkan kalsitonin yang berperan dalam metabolisme kalsium. –
–
–
•
•
Hormon tiroid (thyroid
hormone, TH ) adalah klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroiddengan menggunakan yodium. Terdapat dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetraiodotironina dan tri-iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di dalam metabolisme tubuh. Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH
Tirosin
adalah suatu asam amino yang disintesis oleh sel sel tubuh dalam jumlah yang cukup. Molekul molekul tirosin yang diambil dari plasma kemudian masuk ke dalam koloid dan terikat pada molekul tiroglobulin. Tiroglobulin disintesis oleh reticulum endoplasma sel folikel yang kemudian disekresikan ke dalam koloid secara eksositosis. Hormone tiroksin yang dihasilkan adalah hasil iodinisasi molekul tirosin yang terikat pada tiroglobulin. Untuk dapat melakukan iodinisasi, diperlukan molekul iodium yang aktif. –
–
Molekul
iodium aktif berasal dari iodide yang diambil melalui proses transport aktif yang memerlukan energi. Proses pengambilan iodida secara aktif tersebut dikenal dengan proses idodida trapping. Iodide yang telah ditangkap akan dioksidasi oleh enzim peroksida menjadi iodium aktif sebelum berkonjugasi dengan gugus terminal tirosin-tiroglobulin. Proses ini menggunakan suatu simporter atau pompa iodida yang disebut simporter NA +/I-(NIS) yang mengangkut Na+ dan I- ke dalam sel melawan gradient elektrokimia untuk I. Iodinisasi
tiroglobulin/organic binding Gugus tirosin yang menempel pada tiroglobulin di dalam koloid segera mengikat molekul molekul iodium (iodinisasi) : 1 molekul iodium + tirosin-globulin à monoiodotirosin (MIT) 2 molekul iodium + tirosin-tiroglobulin à diiodotirosin (DIT) Proses iodinisasi tiroglobulin-tirosin ini dikatalisis oleh enzim peroksidase tiroid dan dapat dihambat oleh zat zat kimia seperti tiourea dan propiltiourasil –
–
Kondensasi •
•
•
oksidatif
1 molekul MIT + 1 molekul DIT à 1 molekul triiodotironin (T3) + alanin 1 molekul DIT + 1 molekul MIT à 1 molekul reverse triiodotironin (rT3) + alanin 1 molekul DIT + 1 molekul DIT à 1 molekul tetraiodotironin (T4) + alanin
Sintesis hormone kelenjar tiroid di atas dirangsang oleh TSH. Dalam tiroid manusia normal, distribusi rata rata senyawa beriodium adalah 23% MIT, 33% DIT, 35% T4, dan 7% T3. Sedangkan RT3 dan komponen lain hanya terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit. –
Proses sekresi hormone ini dimulai dengan proses endositosis koloid oleh sel folikel kelenjar. Di dalam sel butir butir koloid ini meleburkan diri dengan lisosom yang mengandung enzim proteolitik. Enzim ini memutuskan ikatan polipeptida antara senyawa iodotironin dengan tiroglobulin, sehingga didalam sitoplasma didapat MIT, DIT, T4, dan T3. MIT dan DIT tetap didalam sitoplasma untuk didaur ulang dengan bantuan enzim mikrosom iodotirosin deiodinase yang membebaskan iodium kembali. Sedangkan T3 dan T4 akan disekresikan ke dalam sirkulasi darah. Proses endositosis koloid dirangsang oleh TSH. –
•
•
Sebagian besar T3 dan T4 terikat pada protein plasma, yaitu protein bound iodine (PBI), sisanya dalam bentuk T3 dan T4 bebas yang terikat pada protein jaringan. Ada 3 jenis PBI yang terdapat di dalam plasma yaitu thyroxine binding albumin (TBA), thyroxine binding prealbumin (TBPA), dan thyroxine binding globulin (TBG). Dari ketiga protein tersebut yang paling tinggi afinitasnya terhadap T3 dan T4 adalah TBG (terhadap T4 55%, terhadap T3 65%). Kadar PBI dalam plasma dapat berubah-ubah. Hal ini akan mempengaruhi jumlah T3 dan T4 yang terikat pada protein tersebut dan mempengaruhi kadar T3 dan T4 yang bebas. T3 dan T4 plasma yang bebas merupakan bentuk T3 dan T4 plasma yang berperan fisiologik aktif, artinya T3 dan T4 bebas ini berperan dalam proses pengendalian melalui mekanisme umpan balik dan berfungsi aktif terhadap sel-sel sasaran. Sedangkan bentuk T3 dan T4 lainnya bersifat inert. Pada seseorang yang mendapat estrogen dan selama kehamilan serta setelah pengobatan berbagai macam obat seperti metadon dan heroin, kadar TBG meningkat mengakibatkan kadar T3 dan T4 bebas menurun. Hal sebaliknya terjadi pada seseorang yang diberikan glukokortikoid dan androgen.
•
•
T4 dan T3 mengalami deiodinasi di hati, ginjal dan banyak jaringan lain. Pada orang dewasa normal sepertiga T4 dalam darah secara normal diubah menjadi T3 dan 45% diubah menjadi RT3. Hanya sekitar 13% T3 dalam darah disekresi oleh kelenjar tiroid dan 87% dibentuk melalui deiodinasi T4. Terdapat 3 deiodinase berbeda yang bekerja pada hormone tiroid, yaitu :
D1: konsentrasi tinggi di hati, ginjal, tiroid dan hipofisis, berperan terutama dalam pembentukan T3 dari T4 di perifer D2: terdapat di Otak, hipofisis dan lemak coklat, berperan dalam pembentukan T3. D3: otak dan organ reproduksi, mungkin sebagai sumber utama RT3 di darah dan jaringan. •
Secara keseluruhan, deiodinase berperan dalam mempertahankan perbedaan rasio T3/T4 di berbagai jaringan tubuh. Terdapat sejumlah T3 dan T4 yang dikonversikan menjadi deiodotirosin oleh deiodinase. T3 dan T4 juga dikonjugasi di hati untuk membentuk sulfat dan glukuronida yang akan masuk ke dalam empedu dan melewati usus. Konjugat dari tiroid ini telah
Konsentrasi T3 dan T4 dalam plasma dikendalikan melalui mekanisme umpan balik negatif yaitu melaui poros hipotalamus-hipofisis-tiroid. Aktivitas kelenjar tiroid dirangsang oleh TSH dari adenohipofisis, dan TSH sendiri oleh TRH dari hipotalamus. Hormon T3 dan T4 yang dihasilkannya berada dalam bentuk senyawa bebas, bila kadar fisiologik normalnya telah dilampaui, akan menghambat produksi TSH mungkin juga TRH, sehingga aktivitas produksi kelenjar tiroid ditekan. Produksi TSH juga dipengaruhi oleh rangsang suhu. Pada udara dingin sekresi TSH meningkat, dan pada udara panas sekresi TSH akan menurun. stress menimbulkan efek penghambatan pada sekresi TRH. Dopamin dan somatostatin serta glukokortikoid menghambat sekresi TSH.
•
Hormon tiroid bekerja dengan berikatan pada reseptor hormon tiroid ( TRs ) α dan β dengan afinitas yang sama. T3 terikat 10-15 kali lebih besar afinitasnya dari pada T4.
Efek hormon tiroid antara lain pada : - Perkembangan fetus fT3 dan T4 dari ibu akan melewati plasenta dan membantu perkembangan otak awal fetus. Setelah minggu ke-11 maka fetus akan mengandalkan fungsi tiroidnya sendiri - Konsumsi oksigen , produksi panas, dan pembentukan radikal bebas T3 akan meningkatkan konsumsi O2 dan produksi panas dengan menstimulasi Na-KATP ase pada semua jaringan kecuali otak, limpa dan testis. Hal ini akan menimbulkan peningkatan metabolisme basal.
- Kardiovaskular T3 akan menstimulasi transkripsi retikulum sarkoplasma Ca2+ATPase sehingga meningkatan waktu relaksasi diastolik, depolarisasi dan repolarisasi SA sehingga meningkatkan denyut jantung. Hormon tiroid juga akan meningkatan sensitivitas adrenergik, menurunkan resistensi vaskular. - Simpatis Hormon tiroid akan meningkatkan respeptor β adrenergik pada jantung dan otot skeletal, jaringan lemak, dan limfosit serta meningkatkan sensitivitas katekolamin. - Paru Hormon tiroid akan mengatur respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia pada pusat pernapasan di batang otak.
- Hematopoetik Meningkatnya kebutuhan oksigen pada hipertiroidisme akan meningkatkan eritropoesis melalui peningkatan produksi eritropoetin atau efek langsung pada sumsum tulang tetapi kadar hematokrit tidak meningkat karena volume plasma juga meningkat.
- Gastrointestinal Hormon tiroid akan meningkatkan motilitas usus. - Skeletal Hormon tiroid akan menstimulasi turn over tulang, meningkatkan resorpsi tulang serta pembentukannya. - Neuromuskular Pada hipertiroidisme akan terjadi peningkatan turn over dan hilangnya protein pada otot sehingga terjadi miopati proksimal. Terjadi pula peningkatan kontraksi dan relaksasi otot sehingga terjadi hiperrefleksia.
- Metabolisme karbohidrat dan lipid Hipertiroidisme akan meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis dan juga absorbsi glukosa di usus. Lipolisis juga akan meningkat.
- Endokrin Hormon tiroid mempengaruhi produksi, respon, dan bersihan berbagi hormon. Pada anak dengan hipotiroidisme akan terjadi gangguan hormon pertumbuhan, menghambat puberitas dengan menganggu GnRH. Hipotiroidisme dapat menimbulkan hiperprolaktinemia. Pada hipertiroidisme terjadi peningkatan aromatisasi androgen menjadi estrogen sehingga dapat terjadi ginekomastia.