Hydrotest dan Pneumatic Test Rangkuman Diskusi KBK Piping 31 Agustus 2006 – 4 September 2006 Milis Migas Indonesia : http://groups.yahoo.com/group/Migas_Indonesia Migas Indonesia Online : http://www.migas-indonesia.com Editor : Yudi Setiawan Swastioko Budhi Suryanto Moderator KBK Piping
Bakti Kumoro – Transportasi Gas Indonesia saya ingin tahu apakah bisa seandainya Hydrotest tidak dilakukan dan kemudian dilakukan Pneumatic Test dengan menggunakan N2, sebab kebetulan pipa yang akan di hydrotest memang mempunyai bentuk isometric yang tidak biasa. Apakah MIGAS bisa menerima report yang dibuat hanya berdasarkan pneumatic test dan tanpa hydrotest, dan berapa pula specs yang diijinkan. Mohon pencerahan para pakar.
Yudi Setiawan – McDermott Indonesia Pak Bakti, sepengetahuan saya pemilihan hydrotest atau pneumatic test ditentukan oleh : 1. Service/process fluid yang akan dialirkan oleh pipa. jika pipa digunakan untuk instrument air, plant air, fuel oil, hydraulic system dimana water contamination is prohibited maka kita test dengan pneumatic test. 2. Test pressure. Ditempat saya kerja, untuk alasan safety maka besar test pressure untuk pneumatic test maksimum 16.5 BarG. Sehingga jika pipa akan digunakan untuk hydraulic system dengan test pressure 18 barG, maka kita akan test menggunakan hydraulic lalu dilakukan drying menggunakan compressed air. 3. Material pipa. Untuk line GRE, PVC, tidak disarankan menggunakan pneumatic test. Jadi kita memang memilih, mana yang akan dilakukan hydrotest atau pneumatic test. Jika yang anda maksud adalah leak test menggunakan N2. Menurut saya, anda harus tetap melakukan hydrotest dahulu sebelum leak test, karena tujuannya berbeda. Semoga membantu.
Arief Widodo – Petrowidada Pak Bakti, hydrostatic test pada dasarnya bisa diganti dengan pneumatic test dengan media udara atau N2. Hal ini dengan pertimbangan bahwa apabila digunakan media air, atau media liquid lainnya akan mempengaruhi dari equipment yang akan di uji, atau di khawatirkan akan merusak konstruksi yang disebabkan berat jenis liquida yang tinggi.
Rangkuman Diskusi KBK Piping Milis Migas Indonesia
Halaman 1 dari 5
Untuk pneumatic test, dapat dilihat di ASME VIII Sec. 1 part UG-100, yang dinyatakan pneumatic test sebesar 1.1 dari MAWP. Mungkin ada rekan lain yang mau menambahkan.
Anung Hernawan – Samator Group Pak Arief, kok saya nggak sepaham ya... (maaf). 1. Hydrostatic test kan sampai 1.5 MAWP atau sesuai stampnya (dibandingkan dengan Pneumatic test yang 1.1 dari MAWP). 2. Tidak ada statement dalam ASME VIII bahwa hydrostatic test dapat digantikan dengan pneumatic test. 3. Kalau masalahnya pada pengaruh media air yang digunakan dalam system, kan nantinya bisa diblow dengan N2 kering. So... mungkin ada tambahan lain ?.
Wendi Junaedi – Teknik Sistem Perkapalan ITS Hydrostatic "leak" test untuk process piping system berdasarkan ASME B31.3 para 345.1 bisa diganti dengan pneumatic test. Adapun besar test pressure adalah 1.1 x design pressure (para 345.5.4).
Muhammad Rifai – Elnusa Petro Teknik Ikut komentar, dari ASME VIII div 1 UG-99 tertulis “a pneumatic test prescribed in this paragraph may be used in lieu of the standard hydrostatic test prescribed in UG-99 for vessels”. Jadi pneumatic test bisa dipakai sebagai ganti test yang standar, dikarenakan dari ASME VIII div 1 UG-99 tertulis : (1) That are so designed and/or supported that they cannot safely be filled with water (meski waktu hydrotest dilaksanakan pada posisi tidur, bisa jadi kalau dihitung nggak kuat jika harus diisi dengan air. Hal ini bisa terjadi untuk drum yang dipakai untuk storage berbentuk gas atau untuk column. Lagian nggak mudah juga loh menghitung stress di material, biasanya dihitung pakai saddle, padahal hal ini tidak sama persis). (2) Not readily dried, that are to be used in services where traces of the testing liquid cannot be tolerated and the parts of which have, where possible, been previously tested by hydrostatic pressure to the pressure required in UG-99 (sudah jelas). Lagi pula di ASME sering disebut ‘hydrostatic test or pneumatic test’ jika berkenaan inspection and test. Menurut tata bahasa, kalau or artinya bisa dipakai salah satunya. Kalau soal besaran pneumatic test cuma 1.1 MAWP, karena pneumatic test itu memang lebih bahaya dari hydrotest berkenaan dengan sifat gas yang rentan sama temperatur. Sedikit untuk Pak Anung, ASME yang sekarang untuk hydrostatic test bukan 1.5, sudah diganti dengan 1.3 x MAWP (kadang dari Migas masih senang pakai 1.5 kali… nggak tahu kenapa masih me-refer ke aturan yang dulu, padahal material yang dipakai kan bukan material yang dulu lagi.
Rangkuman Diskusi KBK Piping Milis Migas Indonesia
Halaman 2 dari 5
Roeddy E. Setiawan – Chevron USA Pak Arief, memang benar sekali yang dikatakan bapak bahwa pneumatic test merujuk ke UG seratus atau modifikasinya. Pneumatic test seperti itu hanya diijinkan pada vessel atau struktur yang dirancang sedemikian rupa sehingga tidak aman untuk dilakukan hydrostatic test. UG 100 dan CFR 46 (?) merupakan reference yang baik. Biasanya ini dilakukan pada kolom destilasi yang tingginya katakanlah 110 ft, setelah ada repair misalnya. Pada awal dibangun kolom destilasi tersebut di hydrotest biasa, tapi di shop dalam keadaan tergeletak apa terlentang ya , hi... hi... seperti orang saja. Pada saat pembangunan si owner tidak merasa perlu untuk memperkuat foundation, badan vessel, struktur penahan, dll. karena dynamic load, wind load pada saat vessel yang tinggi dan penuh air berbeda sekali. Intinya semuanya made to purpose. Pengalaman saya hydrotest, selalu saja ada flange atau connection yang mesti dipukuli karena kurang kencang (padahal sudah kencang), kalau flange-nya pecah expansinya terbatas. Kejadian ini terjadi waktu rekan saya melakukan pneumatic test di suction strainer/filters compressor setelah repair. Karena dari soap bubble masih kelihatan bocor, tenaga kerjanya berusaha mengencangkan flange tersebut, saking hot nya flange tersebut pecah dan meledak. Dua orang masuk rumah sakit. Pengalaman yang lain kadang kala kita dibingungkan dengan bacaan pressure recorder. Kalau temperaturnya naik, pressure recorder-nya naik tapi tidak pernah smooth seperti hydrotest. Kalau dibiarkan, lama kelamaan tekanannya turun sendiri, mungkin karena fluid yang dari compressor masih panas. Hal-hal seperti ini membuat perselisihan yang kurang enak dengan inspektur/pengawas yang ditunjuk tapi kurang pengalaman. Kalau ada rekan yang pernah pneumatic test, bolehlah saya dikasih tahu bagaimana melakukan test pneumatic yang aman.
Slamet Hadicahyono – Pertamina UP-VI Balongan Sebenarnya testing itu menggunakan standard (kesepakatan) yang bisa dipakai sebagai pedoman dan tentunya tidak berubah-ubah. Kalau standardnya mengharuskan hydrostatic test tentunya ya wajib diikuti. Pneumatic test juga berdasarkan standard tetapi biasanya jarang dilakukan mengingat biayanya yang mahal, air/water kan lebih mahal dibandingkan dengan N2. Hanya dilakukan apabila servicenya adalah media yang bersih (clean) betul. Metode test tidak tergantung dari bentuk isometric pipa, besarnya tekanan test bisa dilihat ketentuannya di ASME, tentunya edisi terbaru karena ada perbedaan dengan edisi yang lama. Migas tentunya bisa menerima apabila dokumen pendukungnya lengkap. Demikian semoga membantu.
Bakti Kumoro – Transportasi Gas Indonesia Kebetulan di gas metering facility kami piping sudah dipasang semua dan sudah terhubung dengan filter separator dan juga ultrasonic meter. Nah kalau semisal dipakai hydrotest sepertinya akan
Rangkuman Diskusi KBK Piping Milis Migas Indonesia
Halaman 3 dari 5
sangat mempengaruhi performance dari filter maupun dari ultrasonic meter itu. Kami sedang mempertimbangkan apakah ada alternatif lain selain hydrotest, ternyata ada yaitu pneumatic test. Kalau ada rekan-rekan yang sudah pernah melakukan pnematic test, mohon disharing ilmunya.
Roeddy E. Setiawan – Chevron USA Pak Bakti, wah menarik sekali ini pak, tantangannya banyak. Saran saya lebih baik anda partial saja. Dibicarakan dengan project manager nya mana yang akan hydrotest, mana yang akan pneumatic test. Yang akan di pneumatic test dibawa ke shop (seperti test PSV) saja untuk di test pakai nitrogen. Shop nya juga harus di reinforce dan kita jauh-jauh (ingat compressibility dan shock wave yang ditimbulkan kalau barang yang kita test fail, saya pernah lihat satu shop di Houma LA yang amburadul gara gara test ini). Keuntungan di shop, temperaturnya bisa konstan. Tapi sebelumnya anda harus bikin tabel antara P & T yang kita antisipasi, jadi kita bisa mencocokkan trend yang di pressure recorder pada saat testing. Kalau di field, chart pressure-nya sering loncat-loncat kalau kepanasan atau kedinginan. Sebenarnya bisa dimengerti karena kapasitas panas barang yang kita test lebih rendah dibanding kalau diisi dengan air. Tetapi chart yang steping seringkali diinterpretasikan macam-macam, maklum kan... semuanya dari engineer ke project manager dan representative dari governing authority biasanya paranoid semua kalau sedang test. Tapi kalau pak Bakti bikin persiapannya okay seperti buat table di atas, mudah-mudahan lancar. Pengalaman saya dengan field testing nggak pernah bagus, seperti kalau anda pernah hydrotest, pasti ngencangin/mukulin flange pake hammer disana-sini karena masih bocor ?. Di pneumatic test hal seperti ini resikonya gede sekali, harus pakai hydraulic wrench, kalau tidak ada jangan maju dulu. Saran yang lain diskusi dengan governing representatif, karena meter ini kan punya fabrication report / job book (pak Bakti kan menghadiri FAT nya dulu, he.. he.. kidding). Saya kira barang itu datang ke sini sudah melalui rigorous test di pabriknya. Jadi mungkin bisa di waive. Saya yakin rekan lain bisa menambahkan atau membetulkan. Selamat meyakinkan project manager nya pak, apa lagi kalau anda takut-takuti dengan delay, pasti setuju eh... kidding lagi.
Yudi Setiawan – McDermott Indonesia Pak Bakti, saya sependapat dengan Pak Rudy untuk dibuat partial test saja. Sepanjang kami melakukan pengetesan, kita exclude instrument devices, kecuali yang memang digunakan untuk pengetesan, sehingga tidak terjadi kerusakan karena test pressure. Juga untuk pemilihan pneumatic test, bukan didasarkan dari besar pressure, tapi dari safety concern. Karena dalam pneumatic test stores much more energy dan jika gagal, bisa timbul explosive force.
Rangkuman Diskusi KBK Piping Milis Migas Indonesia
Halaman 4 dari 5
Terima kasih koreksi dari Pak Wendy, hydro leak test bisa diganti pneumatic test menurut B31.3. Is it safe... probably. Is it risky... you bet.
Tambahan dari Moderator KBK Piping - Yudi Setiawan sebagai penutup rangkuman diskusi Pengalaman kami melakukan pneumatic testing : • Supaya biaya tidak mahal, pneumatic test dilakukan dengan medium compressed air, dengan pressure 1.1 x design pressure. • Untuk safety perlu dicek lagi, kita akan melakukan testing pada kondisi temperature stabil, dan pada range temperature 5-32 degC. Area yang dilakukan pengetesan harus diisolasi dan di-barricades. Kami cantumkan semua dalam task & risk assessment. • Sebelum dilakukan pengetesan, bagian dalam pipa harus dibersihkan lalu dilakukan boroscope inspection sehingga tidak ada item berbahaya yang mungkin tertinggal atau nyangkut di dalam pipa. • Kami gunakan pressure gauges minimal di 2 point : high point sama tapping point terdekat dengan pump. Juga PSV disambungkan untuk menghindari over pressure. Tahapan pneumatic menggunakan compressed air : • Sebelum melakukan test, lakukan drying sehingga tidak ada water ataupun oil di dalam pipa. Tutup dan isolasi testing circuit, lalu sambungkan testing hose ke filling point. • Pressurize testing circuit sebesar 0.5 BarG dan ditahan selama 10 menit, dan lakukan inspection jika ada audible leaks. Jika ada kebocoran, depressurize line sebelum melakukan remedy. • Jika tidak ada kebocoran, naikkan tekanan menjadi 50% test pressure dan tahan selama minimum 10 menit untuk equalise strain pada sambungan pipa. • Jika tidak ada kebocoran, naikkan pressure dengan increment 10% test pressure selama 10 menit, hingga mencapai test pressure nya. • Setelah mencapai 100% test pressure dan kondisi stabil, isolasi testing circuit dan hold pressure selama minimum 30 menit atau 1 jam, tergantung dari holding time yang diminta. • Setelah test selesai, lakukan depressurization. Penampakan yang sering terjadi : • Pressure dropped : biasanya karena cuaca yang berubah secara tiba-tiba. Disini penting untuk dapat weather forecast. Kami biasanya harus mengetes pada malam hari jam 00 untuk menghindari terhentinya aktivitas konstruksi yang lain karena isolasi area pengetesan yang sangat luas. • Pressure gauge menunjukkan angka lebih tinggi daripada chart recorder. Don’t take risk, periksa dan kalibrasi ke 2 alat ukur ini setiap kali mau pneumatic test. Dan ikuti prosedur pengetesan.
Rangkuman Diskusi KBK Piping Milis Migas Indonesia
Halaman 5 dari 5