IKTERUS OBSTRUKTIF
A. PENDAHUL PENDAHULUAN UAN
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya (membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Bilirubin dibentuk sebagai akibat pemecahan cincin hem, biasanya sebagai akibat metabolisme sel darah merah. merah. Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis yaitu jaune yang berarti kuning. Ikterus sebaiknya diperiksa di bawah cahaya terang siang hari, dengan melihat sklera mata. Ikterus dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu ikterus hemolitik dan ikterus obstruktif. 1, Ikterus obstruktif, disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang sering terjadi bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus koledokus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi pada hepatitis), kecepatan pembentukan bilirubin adalah normal, tapi bilirubin yang dibentuk tidak dapat lewat dari darah ke dalam usus. 1 Ikterus obstruktif atau bisa juga disebut kolestasis dibagi menjadi 2 yaitu kolestasis intrahepatik dan ekstrahep ekstrahepatik atik.. Penyebab Penyebab paling paling sering sering kolestat kolestatik ik intrahepa intrahepatik tik adalah adalah hepatitis, hepatitis, keracunan keracunan obat, obat, penyakit hati karena alkohol dan penyakit hepatitis autoimun sedangkan penyebab paling sering pada kolestasis ekstrahepatik adalah batu duktus koledokus dan kanker pankreas.
B. ANATOMI ANATOMI DAN FISIOLOGI FISIOLOGI 1
1
1. Hepar Hepar terdiri dari dua lobus besar, yaitu lobus kanan dan kiri, yang mengisi kavitas abdominis abdominis bagian kanan atas dan tengah, tepat tepat di bawah bawah diafragma. diafragma. Sel-sel hepar memili memiliki ki banyak fungsi, salah satunya fungsi pencernaan yaitu menghasilkan empedu. Empedu memasuki duktus koledokus minor yang disebut kanalikuli empedu pada sel-sel hepar, yang kemudian akan bergabung menjadi saluran yang lebih besar dan akhirnya bersatu membentuk duktus hepatikus, yang akan membawa empedu keluar dari hepar. Duktus hepatikus akan bersatu dengan duktus sistikus biliaris untuk membentuk duktus koledokus komunis, yang akan membawa empedu ke dalam duodenum. 2 Empedu Empedu sebagi sebagian an besar besar tersus tersusun un atas atas air dan memili memiliki ki fungs fungsii ekskre ekskretor torik, ik, yaitu yaitu membawa bilirubin dan kelebihan kolesterol ke dalam usus untuk dikeluarkan bersama feses. Fungsi pencernaan empedu dilakukan oleh garam empedu, yang akan mengemulsikan lemak di dalam intestinum tenue. Emulsifikasi berarti pemecahan lemak yang berukuran besar menjadi molekul yang berukuran kecil. Proses ini bersifat mekanik, bukan kimiawi. Produksi empedu dirangsang oleh hormon sekretin yang diproduksi oleh duodenum ketika makanan memasuki intestinum tenue. 2
2
Gambar 1 (Dikuti dari Kepustakaan Kepustakaan 2 )
2. Kandung empedu Vesika biliaris atau kandung empedu adalah suatu kantong dengan panjang sekitar 7,5 – 10 cm, yang yang terlet terletak ak pada pada permuk permukaan aan bawah lobus kanan hepar. hepar. Empedu Empedu di dalam dalam duktus duktus hepatikus hepatikus,, hepar hepar akan mengalir melalui duktus sistikus sistikus ke dalam dalam vesika vesika biliaris biliaris,yang ,yang akan menampung empedu sampai ia dibutuhkan ke dalam usus halus. Kandung empedu juga akan meningkatkan konsentrasi empedu dengan mengabsorbsi air. Ketika makanan yang mengandung lemak memasuki memasuki duodenum duodenum mukosa mukosa duodenum duodenum akan mensekres mensekresikan ikan hormon hormon kolesistok kolesistokinin inin.. Hormon Hormon ini akan merangsan merangsang g kontraksi kontraksi otot polos polos pada dinding dinding vesika vesika biliaris, biliaris, yang akan mendorong empedu memasuki duktus sistikus, lalu ke dalam duktus koledokus komunis dan berlanjut kedalam duodenum. duodenum. 2
3
Gambar 2 (Dikutip dari kepustakaan 3)
C. ETIOLO ETIOLOGI GI
Aliran empedu dapat terganggu pada tingkat mana saja dari mulai sel hati (kanalikulus), sampai ampula vateri, sehingga ikterus obstruktif berdasarkan lokasi obstruksinya dibedakan atas ikterus obstruktif intrahepatik dan ekstrahepatik. 3 -
Peny Penyeb ebab ab Ikte Ikteru russ Obstr Obstruk ukti tiff Intra Intrahe hepa pati tik k:
1. Virus Hepatitis, peradangan intrahepatik mengganggu transport bilirubin terkonyugasi dan menyebabkan ikterus. Hepatitis A merupakan penyakit self limited dan dimanifestasikan dengan adanya ikterus yang timbul secara akut.Hepatitis B dan C akut sering tidak menimbulkan pada tahap awal (akut),tetapi bisa berjalan kronik dan menahun dan mengakibatkan gejala hepatitis menahun atau bahkan sudah menjadi sirosis hati. 3
2.
Alko Alkoho hol, l,
bisa bisa
memp mempen enga garu ruhi hi
gang ganggu guan an
peng pengam ambi bila lan n
empe empedu du
dan dan
sekr sekres esin inya ya,d ,dan an
mengakibatkan kolestasis. kolestasis. Pemakaian alcohol secara terus menerus bisamenimbulkan perlemakan (steatosi (steatosis), s), hepatiti hepatitis, s, dan sirosis sirosis dengan dengan berbagai berbagai tingkat tingkat ikterus. ikterus. Hepatitis Hepatitis karena karena alkohol alkohol biasanya memberi gejala ikterus sering timbul akut dan dengan keluhan dan gejala yang lebih berat. Jika ada nekrosis sel hati hati ditandai dengan peningkatan peningkatan transaminase transaminase yang tinggi. 3
4
3. Infeksi Infeksi bakteri bakteri Entamoeba Entamoeba histolit histolitica, ica, terjadi terjadi reaksi reaksi radang radang dan akhirnya akhirnya terjadi terjadi nekrosis nekrosis jaringan hepar.3
4. Adanya tumor hati maupun tumor yang telah menyebar ke hati dari bagian tubuh lain. 3
-
Penyeb Penyebab ab Ikteru Ikteruss Obstru Obstrukt ktif if Ekstra Ekstrahep hepati atik k:
3
1. Kolelitiasis 2. Kolesistitis 3. Atresia bilier 4. Kista duktus kholedokus 5. Tumor Pankrea
D. METABOLISME BILIRUBIN NORMAL
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi.1 Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase katalase dan peroksida peroksidase. se. Metabolis Metabolisme me bilirubin bilirubin meliputi meliputi pembentuk pembentukan an bilirubi bilirubin, n, transport transportasi asi bilirubin, asupan bilirubin, bilirubin, konjugasi konjugasi bilirubin, dan ekskresi ekskresi bilirubin. 4 Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase.Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut. 4
5
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik. nontoksik. 4 Pada saat kompleks kompleks bilirubin bilirubin-albu -albumin min mencapai mencapai membran membran plasma plasma hepatosit hepatosit,, albumin albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis. 4
6
Gambar 3 (Dikutip dari kepustakaan 4) Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glucoronosyl transferase (UDPG-T). (UDPG-T). Bilirubin Bilirubin ini kemudian kemudian diekskre diekskresikan sikan ke dalam dalam kanalikulu kanalikuluss empedu. empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya. 4 Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke dalam kandung empedu, empedu, kemudian kemudian memasuki saluran cerna dan diekskres diekskresikan ikan melalui feces. feces. Setelah Setelah berada berada dalam dalam usus usus halus, halus, biliru bilirubin bin yang yang terkon terkonjug jugasi asi tidak tidak langsu langsung ng dapat dapat direso diresorbs rbsi, i, kecual kecualii dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik. 4
E. EPIDEMIO EPIDEMIOLOGI LOGI
Ikterus obstruktif dapat ditemukan pada semua kelompok umur, tetapi bayi baru lahir dan anak-anak lebih rentan mengalami ikterus obstruktif karena struktur hepar yang masih immatur. Bayi-b Bayi-bayi ayi yang yang lahir lahir premat prematur, ur, BBLR, BBLR, dan riwaya riwayatt sepsis sepsis,, serta serta riwaya riwayatt mendap mendapat at nutris nutrisii parenteral dalam waktu lama meningkatkan resiko terjadinya ikterus obstruktif. Adapun angkakejadian ikterus obstruksi kausa Atresia Bilier (AB) di USA sekitar 1 : 15.000 kelahiran, dan dominasi oleh pasien berjenis kelamin wanita. Didunia angka kejadian atresia bilier tertinggi di Asia, dengan perbandingan bayi-bayi di negara Cina lebih banyak dibandingkan Bayi di Negara Jepang.5 Dari segi gender, Atresia bilier lebih sering ditemukan pada anak perempuan. Dan dari segi usia, lebih sering ditemukan pada bayi-bayi baru lahir dengan rentang usia kurang dari 8 minggu. Insiden tinggi juga ditemukan pada pasien dengan ras kulit hitam yang dapat mencapai 2 kali lipatinsiden bayi ras kulit putih. 5 7
Di Kings College Hospital England antara tahun 1970-1990, atresia bbilier 377 (34,7%), Hepatitis Neonatal 331 (30,5%), @-1 antitripsin defisiensi 189 (17,4%), hepatitis lain 94 (8,7%), sindroma Alagille 61 (5,6%), kista duktus koledokus 34 (3,1%). 6 Di Instal Instalasi asi Rawat Rawat Inap Inap Anak Anak RSU Dr. Sutomo Sutomo Suraba Surabaya ya antarr antarraa tahun tahun 1999-2 1999-2004 004 penderita rawat inap, didapat 96 penderita dengan neonatal kolestasis. Neonatasl hepatitis 68 (70,8%), atresia bilier 9 (9,4%), kista duktus koledukus 5 (5,2%), kista hati 1 (1,04%) dan sindroma inspissated-bie 1 (1,04%). 6 F. PATOFISI PATOFISIOLOG OLOGII
Gangguan Gangguan ekskresi ekskresi bilirubin bilirubin,, baik yang disebabka disebabkan n oleh faktor fungsion fungsional al maupun maupun obstru obstrukti ktiff
teruta terutama ma
menyeb menyebabk abkan an
terjad terjadiny inyaa
hiperb hiperbili ilirub rubine inemia mia
terkon terkonjug jugasi asi..
Biliru Bilirubin bin
terkonjugasi larut dalam air sehingga dapat dieksresi dalam urin dan menimbulkan bilirubinuria serta urin yang gelap. Urobilinogen feses dan urobilinogen urin sering menurun sehingga feses terlihat terlihat pucat. pucat. Peningkata Peningkatan n kadar kadar bilirubin bilirubin terkonjug terkonjugasi asi dapat dapat disertai disertai bukti-buk bukti-bukti ti kegagalan kegagalan ekskresi ekskresi hati lainnya, seperti peningka peningkatan tan kadar kadar fosfatase fosfatase alkali, AST, kolesterol kolesterol dan garam empedu dalam serum. Kadar garam empedu yang meningkat dalam darah menimbulkan gatalgatal pada ikterus.
7
Ikterus akibat hiperbilirubinemia terkonjugasi biasanya lebih kuning dibandingkan akibat hiperbilirubinemia tak terkonjugasi. Perubahan warna berkisar dari orange-kuning muda atau tua sampai kuning-hijau muda atau tua bila terjadi obstruksi total saluran empedu. Perubahan ini merupa merupakan kan bukti bukti adanya adanya icteru icteruss kolest kolestati atik, k, yang yang merupa merupakan kan nama nama lain lain icteru icteruss obstr obstruk uktif tif.. Kolestasis Kolestasis dapat bersifat bersifat intrahepatik intrahepatik ( mengenai mengenai sel hati, hati, kanalikul kanalikuli, i, atau kolangiola) kolangiola) atau ekstrahepatik ( mengenai saluran empedu diluar hati). Pada kedua keadaan ini terdapat gangguan biokimia yang serupa. serupa. 7 Penyeb Penyebab ab terser tersering ing kolest kolestasi asiss intrah intrahepa epatic tic adalah adalah penyak penyakit it hepato hepatosel selul uler er dengan dengan kerusakan sel parenkim hati akibat hepatitis virus atau berbagai jenis sirosis. Pada penyakit ini, pembengkakan dan disorganisasi sel hati dapat menekan dan menghambat kanalikuli atau kolangiol kolangiola. a. Penyakit Penyakit hepatoselu hepatoseluler ler biasanya biasanya menggangg mengganggu u semua fase metabolis metabolism m bilirubi bilirubinnambilan, konjugasi, dan ekskresi-tetapi eksresi biasanya paling terganggu, sehingga yang paling menonjol adalah hiperbilirubinemia terkonjugasi. Penyebab kolestasis intra hepatic yang lebih jarang adalah pemakaian obat-obat tertentu, tertentu, dan gangguan herediter Dubin Jhonson Jhonson serta sindrom 8
Rotor ( jarang terjadi). Pada keadaan ini, terjadi gangguan transfer bilirubin melalui membran hepa hepato tosi sitt yang yang meny menyeb ebab abka kan n terj terjad adin inya ya rete retens nsii bili biliru rubi bin n dala dalam m sel. sel. Obat Obat yang yang seri sering ng mencetuskan gangguan ini adalah halotan ( anastetik) kontrasepsi oral, estrogen, steroid anabolic, isoniazid, dan chlorpromazine.
7
Penyebab tersering kolestatis ekstrahepatik adalah sumbatan batu empedu, biasanya pada ujung bawah duktus koledokus; karsinoma kaput pancreas menyebabkan tekanan pada duktus koledokus dari luar; demikian juga dengan karsinoma ampula vateri. Penyebab yang lebih jarang adalah striktur pasca peradangan atau setelah operasi, dan pembesaran kelenjar limfe pada porta hepatis. Lesi intra hepatic seperti hepatoma kadang-kadang dapat menyumbat duktu hepatikus kanan atau kiri. 7
G. MANIFESTASI KLINIS
Tanpa memandang etiologinya, gejala klinis utama pada kolestasis bayi adalah ikterus, tinja tinja akholis, akholis, dan urine urine yang berwarna gelap. Selanjutny Selanjutnyaa akan muncul manifestas manifestasis is klinis klinis lainnya, sebagai akibat terganggunya aliran empedu dan bilirubin.
8
Dibawah ini bagan yang menunjukkan konsekuensi akibat terjadinya kolestasis. kolestasis. 8
9
Gambar 4 (Dikutip dari Kepustakaan 8)
H. DIAGNOSIS DIAGNOSIS
Riwayat penyakit yang rinci dan pemeriksaan jasmani sangat penting dalam diagnosis, karena kesalahan diagnosis terutama dikarenakan penilaian klinis yang kurang atau penilaian gangguan laboratorium yang terlalu berlebihan. Kolestasis ekstrahepatik dapat diduga dengan adanya adanya keluhan keluhan sakit sakit perut ( painless painless jaundice). jaundice). Kadang-kad Kadang-kadang ang bila bilirubin bilirubin telah telah mencapai mencapai konsentrasi yang lebih tinggi sering warna kuning sclera mata memberi kesan berbeda dimana ikterus ikterus lebih lebih member member kesan kehijauan kehijauan ( greeni greenish sh jaundice) jaundice) pada kolestasi kolestasiss ekstrahep ekstrahepatik atik dan kekuningan ( yellowish jaundice) pada kolestasis intrahepatik. 3,8
Anamnesis
a.
Adanya Adanya ikterus pada bayi bayi usia lebih dari 14 hari, tinja akolis akolis yang persisten persisten harus dicurigai dicurigai adanya penyakit hati dan saluran bilier. 8
b. Pada hepatitis neonatal sering terjadi pada anak laki-laki, lahir prematur atau berat badan lahir rendah. Sedang pada atresia bilier sering terjadi pada anak perempuan dengan berat badan lahir normal, dan memberi gejala ikterus dan tinja akolis lebih awal. 8 10
c.
Sepsis diduga diduga sebagai penyebab penyebab kuning kuning pada bayi bayi bila ditemukan ditemukan ibu yang demam atau atau disertai tanda-tanda infeksi. 8
d. Adanya Adanya riwayat riwayat keluarga keluarga menderita menderita kolestasis, kolestasis, maka kemungkin kemungkinan an besar merupakan merupakan suatu kelainan genetik/metabolik (fibro-kistik atau defisiensi α1-antitripsin). 8
Pemeriksaan fisik
Pada umumnya gejala ikterik pada neonatus baru akan terlihat bila kadar bilirubin sekitar 7 mg/dl. Secara klinis mulai terlihat pada bulan pertama. Warna kehijauan bila kadar bilirubin tinggi karena oksidasi bilirubin menjadi biliverdin. Jaringan sklera mengandung banyak elastin yang mempunyai afinitas tinggi terhadap bilirubin, sehingga pemeriksaan sklera lebih sensitif. 8 Dikatakan pembesaran hati apabila tepi hati lebih dari 3,5 cm dibawah arkus kota pada garis midklavikula kanan. Pada perabaan hati yang keras, tepi yang tajam dan permukaan noduler diperkira diperkirakan kan adanya adanya fibrosis fibrosis atau sirosis. sirosis. Hati yang teraba teraba pada epigastrium epigastrium mencermink mencerminkan an sirosis atau lobus Riedel (pemanjangan lobus kanan yang normal). Nyeri tekan pada palpasi hati diperkira diperkirakan kan adanya adanya distensi distensi kapsul Glisson karena edema. edema. Bila limpa membesar, membesar, satu dari beberapa penyebab seperti hipertensi portal, penyakit storage, atau keganasan harus dicurigai. Hepato Hepatomeg megali ali yang yang besar besar tanpa tanpa pembes pembesara aran n organ organ lain lain dengan dengan ganggu gangguan an fungsi fungsi hati hati yang yang minima minimall mungki mungkin n suatu suatu fibros fibrosis is hepar hepar kongen kongenita ital. l. Perlu Perlu diperi diperiksa ksa adanya adanya penyak penyakit it ginja ginjall polikistik. Asites menandakan adanya peningkatan tekanan vena portal dan fungsi hati yang memburuk. Pada neonatus dengan infeksi kongenital, didapatkan bersamaan dengan mikrosefali, korioretinitis, korioretinitis, purpura, berat badan rendah, dan gangguan organ lain. 8 Alag Alagil ille le meng mengem emuk ukak akan an 4 kead keadaa aan n klin klinis is yang yang dapa dapatt menj menjad adii pato patoka kan n untu untuk k membedakan antara kolestasis ekstrahepatik dan intrahepatik. Dengan kriteria tersebut kolestasis intrahepatik dapat dibedakan dengan kolestasis ekstrahepatik ± 82% dari 133 penderita.
31
Moyer
menambah satu kriteria lagi gambaran histopatologi hati. 8
Tes Laboratorium
Hiperbilirubinemia terkonjugasi didefinisikan sebagai peningkatan bilirubin terkonjugasi lebih dari 2 mg/dL atau lebih dari 20% total bilirubin. Bayi dengan atresia bilier menunjukkan
11
peningkatan moderat pada bilirubin total, yang biasanya antara 6-12 mg/dl, dengan fraksi terkonjugasi mencapai 50-60% dari total bilirubin serum. 6 Kelain Kelainan an labora laborator torium ium yang yang khas khas adalah adalah pening peninggia gian n nilai nilai fosfat fosfatase ase alkali alkali,yan ,yang g diakibatkan terutama peningkatan sintesis daripada karena gangguan ekskresi, namun tetap belum bisa menjelaskan penyebabnya. Nilai bilirubin juga mencerminkan beratnya tetapi bukan penyebab kolestasisnya, juga fraksionasi tidak menolong membedakan keadaan intrahepatik dari ekstrahepatik. 6 Nilai aminotransferase bergantung terutama pada penyakit dasarnya,namun seringkali meningkat tidak tinggi. Jika peningkatan tinggi sangat mungkin karena proses hepatoselular, namun kadang-kadang terjadi juga pada kolestasis ekstrahepatik, terutama pada sumbatan akut yang diakibatkan oleh adanya batu diduktus koledokus. 6 Peningkat Peningkatan an amilase amilase serum serum menunjukk menunjukkan an sumbatan sumbatan ekstrahep ekstrahepatik atik.. Perbaikan Perbaikan waktu waktu protrombin setelah pemberian vitamin K mengarah kepadaadanya bendungan ekstrahepatik, namun namun hepato hepatosel selul ular ar juga juga
beresp berespon. on. Ditemu Ditemukan kannya nya antibo antibody dy terhad terhadap ap antimi antimitok tokond ondria ria
mendukung keras kemungkinan sirosis bilier primer. 6
Pemeriksaan Radiologis
1. Ultrasono Ultrasonograph graphy y / Color Doppler Doppler Ultrasono Ultrasonograph graphy y Sind Sindro rom m kole kolest stas asis is neno nenona natu tuss dapa dapatt dibe dibeda daka kan n deng dengan an nano nanoma mali li syst system em bili biliar ar ekstrahep ekstrahepatik atik dengan dengan menggunak menggunakan an Ultrason Ultrasonogap ogaphy, hy, terutama terutama kista kista koledoka koledokal. l. Saat ini diagnosis kista koledokal harus dibuat dengan menggunakan Ultrasonography fetal in utero.
9
2. Hepato Hepatobi bilia liary ry Scint Scintisc iscann anning ing ( HSS HSS ) Hepatobiliary scintigraphy selama beberapa tahun digunakan sebagai modalitas untuk mendiagnosis atresia biliaris. 9 Sensitivitas dari scintigraphy untuk mendiagnosis atresia bilier terlihat cukup tinggi dari dua retrospektif ( 83%-100%), dengan secara nyata pasien yang terkena tidak menunjukkan ekskresi. Akan tetapi spesifitas dari modalitas ini sedikit berkurang yakni sekitar 33%-80%. 12
Jika ekskresi dari radiotracer terlihat atau keluar dari diagnosis atresi biliar dapat dikeluarkan. Namun jika radiotracer tidak terlihat dalam 24 jam ataupun setelahnya dapat dicurigai atresia biliaris.9 3. Cholan Cholangio giogra graphy phy Intrao Intraoper perati atif f Pemeriksaan ini secara definitive dapat menunjukkan kelainan anatomi traktus biliaris. Cholangiography intraoperative dilakukan ketika biopsy hati menunjukkan adanya etiology obstruktif. Pemeriksaan ini dilakukan dengan metode masukkan kontras kedalam saluran empedu kemudian difoto X-Ray ketika laparrotomi eksploratif dilaksanakan. Pemeriksaan ini dilakukan ketika pemeriksaan biopsy dan scintiscan gagal menunjukkan hasil adekuat.
I.
9
PENTAL PENTALAKS AKSANA ANAAN AN
Penanganan kasus icterus obstruki bertujuan menjamin kelancaran aliran emepedu ke duodenum dengan menghilangkan sumbatan. Jika penyumbatan diluar hati biasanya dapat diobati dengan pembedahan cara pembedahan seperti pengangkatan batu, reseksi tumor, atau dengan tindakan endoskop laparoskopi terutama pada kasus biliary atresi. Bila penyebab sumbatan tidak dapat diatasi maka aliran empedu dapat dialihkan dengan drainase eksterna atau interna. 10 Penyumbatan didalam hati dapat diobati dengan berbagai cara, tergantung dari penyebabnya : -
Jika Jika penyeb penyebabn abnya ya adala adalah h obat, obat, maka maka pemaka pemakaian ian obat obat dihen dihentik tikan an
-
Jika penyeb penyebabny abnyaa dalah hepati hepatitis, tis, biasan biasanya ya kolesta kolestasis sis dan dan jaundice jaundice akan akan menghilan menghilang g sejalan sejalan dengan membaiknya penyakit.
J. PROGNO PROGNOSIS SIS
Prognosis pada ikterus obstruktif tergantung pada beratnya penyakit yang diderita dan bagaimana penanganan yang diberikan. Jika ikterus obstruktif disebabkan oleh hepatitis neonatorum tipe giant cell transformation, maka prognosis umumnya buruk. Mortalitas kira-kira 13
30-40%. Prognosis ini berhubungan dengan lengkap atau tidaknya “giant cell transformation” itu. Prognosis “giant cell transformation” yang tidak lengkap sebaliknya tidak terlalu buruk, kecuali bila disertai atresia bilier atau infeksi rekuren. Sedangkan ikterus obstruksi kausa atresia bilier memiliki prognosis lebih baik jika mendapat operasi yang tepat dan cepat.
14
4,6
DAFTAR PUSTAKA 1. Sulaiman, Sulaiman, A. 2007. 2007. Pendekatan Pendekatan Klinis Klinis pada pada Pasien Ikteru Ikterus. s. Dalam : Sudoyo, Sudoyo, AW. AW. Et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta : Penerbitan IPD FKUI. 420-3 2. Faiz, O. Moffat Moffat,, D. 2002. The The Liver, Liver, gall-bladde gall-bladderr dan biliary biliary tree. tree. In : Anatomy Anatomy at a Glance. Glance. Oxford : Blackwell Science. 44-5 3. Hasan, Hasan, K. Ikteru Ikteruss Obstr Obstrukt uktif. if. [online] [online].. June June 2011. 2011. [cited [cited February February 2012]. 2012]. Avail Availabl ablee from from URL : http://www.scribd.com/overview/90273 http://www.scribd.com/overview/90273.. 4. Sutiyo Sutiyono no,, M. Hiperb Hiperbilr ilrub ubine inemia mia.. [onlin [online]. e]. August August 2010. [cited [cited Februa February ry 2012]. 2012]. Avail Availabl ablee from URL : http://www.library.usu.com 5. Nazer, Nazer, H. Choles Cholestas tasis. is. [online [online]. ]. Mar 2010. 2010. [cited [cited February February 2010]. 2010]. Availabl Availablee from from URL : http://emedicine.medscape.com/article/927 http://emedici ne.medscape.com/article/927624-overview#a0 624-overview#a0199 199 6. Schwarz, Schwarz, SM. Pediatric Pediatric Billiary Billiary Atresia. Atresia. [online [online]. ]. Oct 2011. [cited [cited Februay Februay 2012]. 2012]. Available Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/927029-oerview 7. Lindse Lindseth, th, NG. 2006. 2006. Ganggu Gangguan an Hati, Hati, Kandun Kandung g Empedu Empedu,, dan Pankrea Pankreas. s. Dalam : Price, Price, AS. Wilson, ML. Patofisiologi Konsep Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi Edisi 6 Volume 1. Jakarta : EGC. 472-85 8. Arief, Arief, S. 2011. Deteksi Deteksi Dini Kolesta Kolestasis sis Neonatal Neonatal.. Surabaya Surabaya : Divisi Hepatolo Hepatologi gi Bagian Ilmu Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR. 8-10
15
9. Zuko Zukoty tyns nski ki,, K. Bill Billia iary ry Atre Atresi siaa Imag Imagin ing. g. [onl [onlin ine] e].. May May 2011 2011.. [cit [cited ed Febr Februa uary ry 2012 2012]. ]. Available from URL: http://www.emedicine.medscape.com/artic http://www .emedicine.medscape.com/article/406335le/406335overview#showall 10. Medicasto Medicastore. re. Kolestasis. Kolestasis. [online]. [online]. May 2011. [cited February 2012]. 2012]. Available Available from URL: http://www.medicastore.com
16