KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Judul laporan ini adalah “INISIASI AKAR” ya ng merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Prof. Dr . Ir. J. A. Napitupulu, MSc.; Prof. Dr. Ir. J.M. Si tanggang, MP.; Ir. Meiriani, MP.; Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP.; Ir. Haryati, MP. dan Ir. Lisa Mawarni, Mawar ni, MP., selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan abang da n kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari laporan ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Medan, November 2008 Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………. …………………………………………………………. i DAFTAR ISI …………………………………………………………… ………………………………………………………………… …… ... ii PENDAHULUAN Latar Belakang ……………………………………………………….. ……………………………………………………….. 1 Tujuan Percobaan …………………………………………………….. …………………………………………………….. 2 Kegunaan Percobaan …………………………………………………. …………………………………………………. 3 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………. ………………………………………………………. 4 Botani Tanaman ………………………………………………………. ………………………………………………………. Syarat Tumbuh ………………………………………………………... ………………………………………………………... Iklim ………………………………………………………… …………………………………………………………….. ….. Tanah ……………………………………………………………. Inisiasi Akar …………………………………………………………… …………………………………………………………… Stek …………………………………………………………… ……………………………………………………………………. ………. Zat Pengatur Tumbuh …………………………………………………. ………………………………………………….
BAHAN DAN METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu ………………….………….……………………... 7 Bahan dan Alat ………………………………….…………………….. 7 Prosedur Percobaan …………………………….……………………... 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ……………………………………………………………….….. 9 Perhitungan …………………………………………………….……... 9 Gambar ……………………………………………………………….. 10 Pembahasan …………………………………………………….…….. 11 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ………………………………………………………...… 13 Saran …………………………………………………………………. 13 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
PENDAHULUAN Latar belakang
Sistem akar melayani tanaman dengan pengambilan air dan zat hara dari tanah. Sebenarnya banyaknya air dan zat hara yang diperoleh dari atas tanah seperti dari embun, hujan dan debu biasanya tak berarti. Bentuk sistem akar kelihatannya ditentukan oleh kebutuhan untuk menyekap tenaga penyinaran menghadapi persaingan dengan tanaman sekitarnya. Disamping itu akar juga berperan dalam pengaturan pertumbuhan utama sitokinin dan giberalin dihasilkan diujung-ujung akar (Goldsworthy and Fisher, 1984). Sifat perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetis dari tanaman yang bersangkutan, tetapi pula ditentukan oleh sistem perakaran tanaman tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi tanah atau media tumbuh tanaman. Faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain adalah penghalang mekanis, suhu tanah, ketersediaan air, dan ketersediaan unsur hara (Lakitan, 2000). Inisiasi akar merupakan proses terbentuknya akar tanaman dari stek. Panjang akar merupakan hasil perpanjangan sel-sel dibelakang meristem batang. Perbanyakan tanaman dengan mudah dapat kita lakukan dengan banyak cara. Ada yang tingkat keberhasilannya tinggi, ada pula tingkat keberhasilannya rendah. Ini semua tergantung oleh banyaknya faktor, misalnya cara perbanyakan yang kita pilih, jenis tanaman, waktu perbanyakan, keterampilan kerja, dan sebagainya (Thompson and Relly, 1997).
Dimulainya fase reproduktif bermula dengan inisiasi malai, yang biasa terjadi antara 30 dan 40 hari setelah kemunculan tetapi dapat berubah-ubah, menurut genotipe dan kondisi dari 14 sampai lebih dari 90 hari pada beberapa kultivar Afrika Barat. Waktunya sangat dikendalikan oleh foto periode dan suhu. Sorgum merupakan suatu spesies pendek dan adanya fase juvenih. Semakin pendek foto priode semakin cepat inisiasinya. Inisiasi juga akan tertunda oleh suhu yang hangat dan suhu yang dingin (Goldsworthy dan Fisher, 1984). Sel-sel baru dari meristem ujung akar mungkin dibagi ke pelebaran akan atau ke pelebaran tudung akar. Tudung akan memainkan peranan penting dalam melindungi meristem akar dari kerusakan fisik selama penerobosan tanah dan mungkin dalam menunjukkan arah penerobosan. Sel-sel tudung akar yang terkelupas juga memberikan pelumas untuk ujung yang sedang tumbuh menjadi tambahan bahan organik tanah. Tudung akar menghasilkan asam absisat, suatubahan pertumbuhan bahan tanaman (Hopskin, 1995). Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengamati pertumbuhan stek tanaman pada konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda. Kegunaan percobaan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.
Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Rukmana (1995), sistematika bahan dari Bugenvil adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio
: Plantae : Spermatophyta
Subdivisio
: Angios permae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo Famili
: Centrospermae : Nyctaginaceal
Genus
: Bougainvillea
Spesies
: Bougainvillea spectabilis
Bugenvil termasuk jenis tanaman perdu, batang atau pohonnya kokoh, memanjat, berduri pada ketiak daun yang letaknya menjauhi batang, membengkok, panjang 5-15 m, ranting dan karangan bunga kerap kali berambut jingga. Duduk daun tersebar sampai berhadapan, bertangkai, berbentuk bulat telur atau bulat telur memanjang, meruncing, panjang 4-10 cm dan lebar 2-6 cm. Tepi daun kerap kali rata. Bunganya majemuk campuran tersusun dalam malai anak payung yang bertangkai (Suryowinoto, 1997). Tanaman bugenvil ini merupakan tanaman hias bunga yang warnanya sangat beragam dan spektakuler. Tumbuh semak menjalar dengan batang berduri. Perbanyakannya biasanya dengan stek batang ataupun cabang (Arifin, 2005). Struktur batang merupakan pohon yang berkayu keras penampangnya bulat, bercabang dan beranting banyak, sehingga tanaman ini diabaikan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 15 cm. Daun-daun tumbuh rimbun secara tunggal, bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna hijau tua namun ada pula yang belang-belang (variegata) antara hijau dengan putih atau hijau bercampur kekuningkuningan (Rukmana, 1995). Bunga tanaman ini dibedakan atas dua macam yaitu bunga asli dan palsu (Bractea). Bunga asli tentunya seperti tabung, berukuran kecil dan panjangnya sekitar 2 cm, serta berwarna putih. Sedangkan bunga palsu tampak cantik, tersusun dalam tangkai yang lebat dan menjuntai, berwarna putih, merah, jingga, merah hati, ungu ataupun kombinasi dari warna-warni tersebut. Bunga palsu ini sebenarnya adalah daun penumpu yang berfungsi sebagai perhiasan bunga (Rukmana, 1995). Syarat tumbuh Iklim
Tanaman ini biasa ditanam secara massal ataupun individu, sering juga dalam pot maupun planter box di patio serta tanaman atap, tanaman ini juga menyukai cahaya penuh dengan kelembapan yang sedang, tetapi sangat toleran terhadap kekeringan (Arifin, 2005). Dapat tumbuh dengan baik didaratan tinggi ataupun rendah hingga ketinggian 1.400 meter diatas permukaan laut. Tanaman hias ini membutuhkan cahaya matahari penuh untuk proses pembungaannya. Untuk didaerah yang tergolong subur dengan curah hujan cukup tinggi, media tanah yang digunakan biasanya dicampur (Endah, 2002).
dengan
media
berupa
puing-puing
bangunan
Pada fase awal pertumbuhan, Bugenvil membutuhkan curah hujan atau air tanah yang memadai. Namun setelah memasuki fase reproduktif berbunga justru lebih menyerangi keadaan iklim kering. Disamping itu, Bugenvil menghendaki sinar matahari yang langsung dan insensitasnya panjang sehingga cocok ditanam ditempat terbuka atau tanaman luar ruangan. Mencermati sifat pertumbuhan Bugenvil secara alami menunjukkan bahwa pada musim hujan tidak berbunga atau hanya tumbuh daun dan pucuk-pucuknya saja, kemudian pada musim kemarau berbunga lebat. Sesuai massa pembungaannya, tanaman ini akan mengalami massa istirahat pertumbuhan selama kurang lebih 2 bulan, dan berikutnya akan berbunga kembali (Rukmana, 1995). Tanah
Bugenvil tumbuh baik di daerah-daerah dengan ketinggian 0-1200 m dpl. Pada tanah-tanah yang kering dan miskin, bugenvil lebih sering berbunga. Tetapi pada tanah-tanah yang subur pertumbuhannya badaniayah malah berlebih-lebihan. Karna bunga ini bisa berbunga sepanjang tahun (Sastrapradja, dkk , 1997). Bugenvil juga menyukai tanah berpasir, berhumus, berdrainase baik. Maka pemupukan diperlukan agar rajin berbunga, yaitu tiga kali s ebulan dan pemangkasan beriuk perlu dilakukan secara reguler (Arifin, 2005). Media tanam atau lahan yang akar ditanami harus diusahakan yang subur, gembur, dan drainase diatur dengan baik. Penyiraman dan pemupukan harus dilakukan secara teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada fase pertumbuhan, perlu dipupuk dengan pupuk yang mengandung Nitrogen tinggi, sedangkan pada saat tanaman akan mul;ai berbunga, perlu dipupuk dengan pupuk fosfor yang tinggi. Pemupukan dapat menggunakan pupuk buatan maupun pupuk kandang (Suryowinoto, 1997). Tanaman bugenvil memiliki karakteristik yang unik dalam persyaratan lingkungan tumbuh untuk pembungaan. Pada tanah yang subur pada musim hujan tanaman ini tidak atau kurang produktif berbunga. Sebaliknya pada tanah yang kurang subur (miskin hara) dan keadaan tanahnya kering, justru akan berbunga lebat, terutama musim kemarau (Rukmana, 1995). Perbanyakan Tanaman dengan Stek Batang
Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam unsur, dalam ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Dan kita juga memperoleh tanaman yang sempurna serta tekniknya yang sangat sederhana. Untuk memudahkan pertumbuhan akar pada stek ini, kita perlu mengikuti sebagian kayu dari batang induk, sehingga bentuk stek cabang ini tidak hanya lurus tetapi bertumit atau dapat berbentuk seperti martil (Widianto, 2000).
Bahan stek batang yang diambil dari potongan batang, cabang atau ranting yang digunakan untuk bahan stek sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Batang, cabang atau ranting yang tua umumnya berwarna kecoklatan, keras dan bagian luarnya tertutup jaringan kulit yang sudah mati. Batang cabang dan ranting yang muda akan berwarna keputih-putihan dan lunak. Agar proses penyetekan berhasil, sebaiknya hindari pemakaian bahan stek yang kering akibat penguapan atau bagian tanaman yang rusak akibat terinfeksi mikroba atau jamur bagian tanaman yang dipilih sebaiknya yang bisa cepat menghasilkan akar dan tunas yang baru, sehingga stek dapat segera mencari dan memproduksi makanan yang diperlukan (Rahardja dan Wiryanta, 2003). Mudahnya stek untuk berakar tergantung pada spesiesnya, ada yang mudah sekali untuk berakar, cukup dengan media air saja, akan tetapi banyak juga yang sukar untuk berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Pada pinus, kulitnya, batangnya memiliki banyak saluran resin yang arahnya vertikal. Resin itu menutupi ujung stek dan melintangi absorbsi air (Thomson and Kelly, 1957). Media Tanaman
Ada beberapa macam tanah yang bisa digunakan dalam media tanam untuk tanaman hias, antara lain tanah pasir, tanah lempung, dan tanah geluh. Untuk tanah geluh ini mempunyai sifat diantara, tanah pasir dan tanah lempung. Sehingga sangat baik untuk digunakan dalam media tanaman hias. Pada umumnya campuran yang digunakan adalah bila tanaman yang suka keadaan kering maka ½ bagian pasir, ½ bagian pupuk kandang 1 lapis pecahan batu merah di dasar pot. (Wianta, 1983). Karena akar tanaman yang tumbuh dalam pot ruang geraknya sangat terbatas maka tanah yang ada dalam pot tersebut haruslah dijaga agar bisa memberikan zat makan yang cukup. Selain mengandung zat makan yang cukup, tanah dalam pot juga diusakan mengandung air serta udara dan kegemburannya juga harus sering kita perhatikan. Sebab meskipun zat makanannya tidak kurang, tapi kalau air, udara serta kegemburannya kurang maka pertumbuhan akar juga akan terganggu. Kandungan zat makanan serta kondisi tanah disatu tempat tidak pernah sama dengan tempat lain. Maka sebelumnya tanah-tanah tersebut mestilah diteliti. Apakh bisa langsung digunakan tau perlu campuran lain (Rahardi, 1991). ZPT ( Zat Pengatur Tumbuh )
Zat pengatur tumbuh atau ZPT pada tanaman adalah senyawa organik yang tidak termasuk unsur hara mineral. Ada lima kelompok ZPT yang terdapat dalam tanaman, yaitu auksin, giberelin, cytokinin, ethylene dan inhibitor. Setiap jenis ZPT tersebut. Memiliki cara kerja dan pengaruh yang berlainan. ZPT dibutuhkan
tanamna dalam jumlkah yang sedikit dan keadaannya dapat m,endukung, menghambat, atau mengubah proses fisiologi tanaman. ZPT dibentuk s ecara alami oleh tanamn untuk menunjang proses fisiologinya, tetapi seiring dengan perkembangan teknologi saat ini telah dibuat tiruannya. Pengaruh dan efektivitas kerjanya sama dengan ZPT alami (Endah, 2002). Zat perangsang atau zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi bungan atau macam zat perangsang bunga yang berpengaruh baik terhadap pembungaan. Penanamana dengan stek harus mendapatkan penanganan secara khusus dengan jalan memberikan hormon perangsang pertumbuhan akar. Zat pengatur tumbuh yang diguanakan adalah IBA dan NAA (Indol Butyric Acid danb Naphthalene Acetic Acid) (Sunaryono, 1994). Konsentarasi optimal IAA untuk pertumbuhan tunas hanyalah 1/1000 konsentrasi optimal untuk perpanjangan sel. Oleh karena itu konsentrasi IAA yang tinggi menekan perkembangan tunas. Apikal yang dominan terus terjadi sampai jarak tertentu dari ujung batanga sehingga konsentrasi auxin menjadi kecil dan tidak menghambat perkembangan kuncup tetapi mendorongnya (Endah, 2002).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan. Pada ketinggian 25 meter diatas permukaan laut. Percobaan ini dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2011 sampai dengan 25 November 2011. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang bunga bugenvil sebagai tanaman yang akan ditanam, pasir sebagai media tanam, topsoil sebagai campuran pasir untuk media tanam, Labu nama untuk tempat media tanam dan rootore. F sebagai alat perangsang akar. Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah beaker glass sebagai tempat larutan rootone f, gunting/pisau untuk memotong tanaman, plastik untuk menyungkupi tanaman yang baru ditanam, gembor untuk menyiram tanaman; cangkul untuk mengambil tanah dan mencampurnya. Prosedur percobaan
Dipilih cabang tanaman yang baik, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda sepanjang ± 30 cm.
Direndam cabang bagian bawah dalam root one f selama beberapa menit.
Diisi media kedalam polibag yaitu campuran topsoil dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 lalu disiram dengan air.
Ditanam tanaman, disiram sedikit air, lalu tanaman disungkup dengan
plastik transparan lalu diikat dengan
tali plastik.
Diamati pertumbuhan tanaman setiap minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Komediti Parameter
: Bougainvillea spectabilis : Jumlah Tunas
Tanggal
JUMLAH TUNAS
Pengamatan Direndam Air Destilata
Direndam IAA 1mg/L
Direndam IAA 0,1mg/L
Dgn daun
Dgn daun
Tanpa daun
Dgn daun
Tanpa daun
21-10-2011
2
-
2
-
1
-
28-10-2011
3
-
2
-
3
-
04-11-2011
5
2
4
1
5
1
11-11-2011
5
2
4
2
7
3
18-11-2011
7
3
5
2
9
3
25-11-2011
7
3
8
3
Komediti
: Bougainvillea spectabilis
Parameter
: Jumlah Akar
Tanggal
Tanpa daun
9
5
JUMLAH AKAR
Pengamatan Direndam Air Destilata Dgn daun
Tanpa
Direndam IAA 1mg/L
Direndam IAA 0,1mg/L
Dgn daun
Dgn daun
Tanpa
Tanpa
daun 25-11-2011
2
1
percobaaan
inisiasa
daun 3
daun 2
1
1
Pembahasan
Dalam
akar
ini,
zat
pengatur
tumbuh
(ZPT)
yang
digunakan
adalah IAA Pengguunaan ZPT ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan bunga bougenvik. Jika dilihat dari tingkat keberhasilan dalam pertumbuhan akar, yaitudengan melihat jumlah turas dan tinggi turas yang tumbuh maka konsentrasi ZPT haruslah sesuai dengan dosis yang dibutuhkan konsentrasi yang terlalu tinggi juga dapat merusak jaringan akar dan memperlambat pertumbuhan dan konsentrasi ZPT yang rendahpun memperlambat pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan literatur dari Endah (2002) yang menyatakan bahwa ZPT dibutuhkan dalam jumlah sedikit dan keadaannya dapat mendukung, menghambat atau mengubah proses fisiologi tanaman. Media tanam yang digunakan dalam dalam percobaan ini berupa campuran topsoit dengan pasir dengan perbandingan 2 : 1 pasir digunakan bertujuan agar tanah yang digunakan untuk media lebih gembur. Sebab akar stek yang akan tumbuh dapat lebih mudah bergerak, karena pori-pori tanah menjadi besar. Media tanam inipun tidak mudah padat dan dapat membantu pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur dari Wianta (1983) yang menyatakan bahwa ada beberapa macam tanah yang bisa dipergunakan dalam media tanam untuk tanaman hias antara lain tanah pasir, tanah lempung dan tanah geluh. Untuk konsentrasi zpt yang digunakan adalah 1000 ppm dan 2000 ppm, 3000 ppm dan 4000 ppm, dari parameter tinngi tunas, yang paling tinggi terdapat pada konsentrasi 2000 ppm dengan tinggi tunas mencapai 7,7 cm, dan yang terendam pada konsentrasi 4000 ppm yaitu hanya 4,8 cm. Dan untuk parameter jumlah tunas, pertumbuhan jumlah tunas terbanyak pada konsentrasi 3000 ppm sebesar 4,5 dan terendah pada konsentrasi 1000 ppm dan 4000 ppm sebesar 3 ppm. Dari data diatas disimpulkan bahwa konsentrasi yang terlalu tinggi malah dapat menghambat pertumbuhan stekan batang bougenville Endah (2002) menyatakan bahwa ZPT dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit dan keadaannya dapat mendukung atau hanya dapat menghambat proses fisiologi tanaman. Jika dibandingkan antara tingkat keberhasilan pertumbuhan stekan bougenville antara kontrol dengan menggunakan ZPT maka diketahui bahwa kontrol lebih rendah pertumbuhannya dengan ZPT. Namun selisih pertumbuhannya hanya sedikit saja. Contoh pada parameter tinggi tunas (cm) pertumbuhan stekan kontrol
mencapai 7,1 cm jika dibanding dengan ZPT dengan konsentrasi 2000 ppm yang pertumbuhannya mencapai 7,7 cm berarti selisihnya hanya 6 cm. Endah (2002) menyatakan bahwa ZPT itu pada tanaman adalah senyawa organik yang tidak termasuk unsur hara mineral. ZPT dibentuk secara alami oleh tanaman untuk menunjang proses fisiologinya. Ada 5 kelompok zpt yang sudah ada dalam tanaman yaitu auksin, giberellin, cytoklin, ethylene dan inhibitor. Untuk stek yang digunakan adalah stek batang/cabang dari tanaman bougenville batang atau cabang yang digunakn untuk bahan stekan sebaiknya tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Untuk mempermudah pertumbuhan kita perlu mengikutkan sebagian kayu dari batang induk, sehingga bentuk stek cabang ini tidak hanya lurus saja tetapi bertumit.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1.
Pertumbuhan tunas 6 minggu setelah tanam, paling tinggi pada konsentrasi 0,1 mg/Lsebesar 14 tunas, dan terendah pada kontrol yaitu 10 tunas.
2.
Stek yang digunakan sebaiknya memiliki mata tunas dan batang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
3.
Jumlah akar yang paling banyak terdapat pada konsentrasi 1 mg/L yaitu 5 akar dan terendah 0,1 mg/L 2 akar.
4. 5.
Salah satu perbanyakan yang digunakan untuk tanaman Bugenvill ini adalah dengan stek. ZPT yang digunakan dalam percobaan ini adalah IAA.
Saran
Sebaiknya ZPT yang digunakan tidak hanya 1 jenis saja melainkan dengan beberapa jenis ZPT lainnya dengan konsentrasi yang sama bukan satu jenis ZPT dengan konsentrasi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, H.S, 2005. Tanaman Hias Tampil Prima Penebar Swadaya; Jakarta. Endah, H.J, 2002. Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka, Jakarta. Goldsworthy, P.R, dan N. M. Fisher, 1984, Fisiologi Tanaman Budi Daya Tropik, Penterjemah Tohari, UGM-Press, Jakarta. Hopskin, W. D., 1995, Introduction to Plant Physiology, Thompson Inc, Canada. Lakitan, B., 2002, Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Rahardi, F., 1991, Bercocok Tanam Dalam Pot, Penebar Swadaya, Jakarta. Rahardja, P. C. dan Wahyu, W., 2003, Aneka Cara Memperbanyak Tanaman,
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rukmana, R., 1995, Bougenville, Kanisius, Jakarta. Sastrapradja, S, Rusdy.E.N, Saleh, I., Maria I., Wismaniah,R., Soetomo S. dan Lili S., 1997, Tanaman hias, Balai Pustaka, Jakarta. Sunaryono, 1994, Hormon Tanaman, Rajawali-press, Jakarta. Suryowinoto, S.M., 1997, Flora Eksotika Tananam Hias Berbunga. Kanisius,
Jakarta.
Thompson,H.L. and W.C. Relly, 1957. Vegetable Crops Mc, Craw Hill. Book
company Inc, New York.
Wianta, F.K, 1983. Tanaman Hias Ruangan, Kanisius, Jakarta. Widianto, R., 2002, Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi, Penebar Swadaya
Jakarta.