njection melalui A prose sebagai berikut+ ,)
Proses pertama adalah persiapan (pretreatment) uuntuk mendapatkan ater for >njection dimulai dari sumber air (sumur atau mata air) yang ditampung dan diendapkan! kemudian diberi penyaring pasir dan diberi klorin!sehingga air dapat diminum (drinking water). $ir minum disaring dengan karbomaktif! lalu disaring kembali dengan filter 1-,2 Im.
/)
Proses kedua adalah proses final treatment biasanya dilakukan e"erse osmosis dengan menggunakan chemical softening (kation dan anion)! atau menggunakan 8win Bed Column lalu disaring lagi menggunakan filter 1-,2 Im kemudian disaring lagi menggunakan filter yang lebih kecil dengan ukuran filter / Im bila perlu menggunakan o?onisator atau ultra"iolet atau pemanasan dengan temperatur diatas ;2JC kemudian dimasukan dalam tangki penampung dengan temperatur ;2JC kemudian di @> (@lectro deioni?ation) atau didestilasi dimasukkan kedalam tangki penampung lalu disaring dengan filter bakteri 2!/ Im.
A)
Proses ketiga adalah proses sterilisasi > dengan menggunakan auutoklaf!sehingga mendapatkan > steril. C. Bacteriostatic Water for Injection adalah air steril untuk obat suntik yang mengandung satu atau lebih ?at antimikroba yang sesuai. $ir dikemas dalam "ial tidak lebih dari A2 ml!lalu etiket harus mencantumkan nama dan perbandingan ?at antimikroba yang dikandung. $ir digunakan sebagai pembawa steril dalam sedian-sediaan obat suntik dengan "olume kecil(kurang dari 1 ml). . Sodium Chloride Injection adalah larutan steril dan isotonik natrium klorida dalam air untuk obat suntik . #arutan tidak mengandung ?at antimikroba. andungan ion 4a dan Cl dalam obat suntik kurang lebih ,16 m@G per liter. #arutan dapat digunakan sebagai pembawa steril dalam pembuatan larutan atau suspensi obat untuk pemberian secara parenteral. @. Bacteriostatic Sodium Chloride Injection adalah larutan steril dan isotonik natrium klorida dalam air untuk obat suntik. #arutan mengandung satu atau lebih ?at antimikroba yang sesuai dan harus
tertera dalam etiket. adar sodium Chloride sebesar 2!50 untuk membuat larutan isotonis. #arutan harus dikemas dalam wadah tidak lebih besar dari A2 ml. Bila larutan digunakan sebagai pembawa ketelitin!maka kita harus melakukan pengemasan untuuk menjamin ketercampuran obat dengan pengawet yang ada dan dengan natrium klorida. Pelarut dan Pemba&a 'ukan (ir #in)ak* lea neutralisata ad inje+tionem
*etiap farmakope mencantumkan jenis minyak tumbuhan (nabati) yang berbeda-beda.
#in)ak
,olon"an atau Ke"unaan
>njeksi esoksikortikosteron
ijen
*teroidadrenokortikal
$cetate
acang
$ntidot keracunan arsen!
>njeksi imerkaprol
8anah
emas!merkuri @strogen
>njeksi @stradiol *ipionat
Biji apuk
@strogen
>njeksi @stradiol "alerat
ijen atau
@strogen
>njeksi @stron
%arak
Progestin
>njeksi Progesteron
ijen
$ndrogen
>njeksi 8estosteron sipionat
ijen
$ndrogen
>njeksi 8estosteron enantat
Biji kapuk
$naleptika
>njeksi kamfer
ijen
*ifilis
>njeksi Bismuthsubsalisilat
Kaitun
-
>njeksi Prokaina Penisilina
Kaitun
$ntibiotik
'ukan #in)ak-)aitu*
$lkohol! Propyleneglycol! Eycerine!Paraffin liG!dan @thyl oleat $lkohol! prophylenglycol! Elycerine! dan lain-lain dicampur air dapat dipakai sebagai obat suntik! disamping melarutkan! ternyata mempertinggi stabilitas obat dan larutannya pula.
2.4.2 ara Pemberian
Pemberian secara i.". menimbulkan efek yang lebih cepat daripada i.m. dan lebih cepat dari pada s.c. 2.4.3 Partikel /at (ktif dan 'entuk Polimorfisme
*emakin halus ukuran paritkel ?at aktif!semakin cepat efek yang ditimbulkan. emudian! bentuuk amorf memberikan efek yang lebih cepat daripada yang bentuk kristal. 2.4.4 /at Pen"a&et
Penambahan bahan pengawet tergantung pada bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan formula obat suntik. 2.4.5 'entuk Sediaan
#arutan sejati memberikan efek yang lebih cepat daripada larutan suspensi (sustained release action) atau emulsi. 2.4. onisitas arutan bat Suntik
,. >sotonis %ika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darh merah! sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya! maka larutan dikatakan isotoni (ekui"alen dengan larutan 2!50 4aCl) L
/. >soosmotik %ika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan osmose serum darah! maka larutan dikatan isoosmotik (2!50 4aCl! ,16 mmol 4a M dan ,16 mmol Cl H per liter F A27 mmol per liter! tek osmose :!7:). Pengukuran menggunakan alat osmometer dengan kadar mol ?at per liter larutan. A. 9ipotonis 8urunnya titik beku kecil! yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah! sehingga menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel memperbesar "olume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. 8ekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah . Peristiwa demikian disebut hemolisa. 6. 9ipertonis 8urunnya titik beku besar! yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah! sehingga menyebakan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan mengakibatkan terjadinya penciutan selNsel darah merah. Peristiwa demikian disebut plasmolisa. Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah+ 4aCl! Elukosa!*ukrosa!4OA! dan 4a4OA. 2.4. $ bat Suntik
,. >sohidris+ ondisi suatu larutan ?at yang p9-nya sesuai dengan p9 fisiologis tubuh s ekitar ;!6. /. @uhidris+ saha pendekatan p9 larutan suatu ?at secara teknis kearah p9 fisiologis tubuh dilakukan pada ?at yang tidak stabil pada p9 fisiologis seperti garam alkaloid! "itamin C.
alam pembuatan obat suntik! kita perlu menetapkan p9 obat suntik.
/.
Beberapa obat suntik harus dibuat dalam jjarak p9 tertentu.
A.
ntuk memperoleh p9 tertentu! kita menggunakan bantuan dapar. ungsi larutan dapar dalam obat suntik adalah+
,.
/.
A.
apat pula menghambat pertumbuhan bakteri (bukan tujuan sebenarnya)
6.
*P menginjinkan penambahan ?at-?at yang sesuai kedalam sediaan yang resmi digunakan sebagai obat suntik. 8ujjuannya adalah meningkatkan kestabilan asal sesuai dengan monografi masing-masing! tidak berbahaya dalam jumlah yang diberikan! dan tidak mengganggu efek terapi sediaan.*enyawa-senyawa penambah kebanyakan adalah pengawet antimikroba! dapar! penambah kelarutan! antioksidan! dan ?at-?at pembantu farmasi lainnya. Kat pewarna dilarang keras diberikan dalam produk parenteral. Persyaratan *P ialah satu atau lebih senyawa yang ditambahkan keproduk parenteral dalam wadah dosis ganda untuk mencegah pertumbuhan mikroba! tanpa mengindahkan cara sterilisasi yang digunakan kecuali jika dinyatakan dalam masing-masing monografi. arena banyaknya pengawet yang umum bersifat toksis bila diberikan dalam jumlah berlebih atau mengiritasi bila diberikan secara parenteral! kita perlu melakukan penelitian khusus pada pemilihan ?at pengawet yang sesuai. Pada ?at pengawet berikut! batas maksimum yang dinyatakan berlaku untuk penggunaan dalam produk parenteral! yaitu+ ?at-?at yang mengandung merkuri atau kation F 2!2,0! untuk ?at-?at seperti khlorobutanol! kresol! fenol F 2!10! untuk ?at-?at sulfur dioksida! sebagai antioksidan atau senyawa sulfit (ekui"alen)! bisulfit! atau metabisulfit dari kalium atau natrium F 2!/0. *elain ?at penambah untuk menstabilkan! udara di dalam produk obat suntik sering dengan gas inert! seperti nitrogen. 8ujuannya untuk meningkatkan kestabilan produk dengan mencegah reaksi kimia antara oksigen dalam udara dengan obat. #arutan injeksi dengan bahan obat peka oksidasi membutuhkan upaya khusus untuk menstabilkannya. hususnya jika bahan obat harus dilindungi sedemikian rupa sehingga sterilisasi panas dapat dilakukan. ecepatan reaksi serta penguaraian akan naik dengan meningkatnya suhu. $gar sediaan obat injeksi tetap stabil! maka kita perlu memperhatikan hal-hal berikut+ ,.
ntuk mencegah reaksi oksidasi! kita hendaknya mengupayakan agar obat tidak kontak dengan oksigen. eaksi dapat terjadi melalui pengaliran gas netral! dalam hal ini sebaiknya dilakukan pada seluruh prosedur kerja. %adi! pada saat menimbang! melarutkan! dan penyaringan! gas yang cocok adalah karbondioksida dan nitrogen. Pengaliran gas nitrogen seringkali tidak cukup memadai sebagai pelindung oksidasi! sehingga secara bersamaan masih ditambahkan stabilisator larutan antioksigen! misalnya larutan natirum bisulfit! natrium asamsulfoksilat! sistein! asam askorbat! dan lain-lain.
/.
Bila oksidasi dikatalisis oleh logam berat! maka penawarnya dilakukan reaksi komplekson dengan penambahan garam dinatrium @8$.
A. Bila ada rangsangan akibat cahaya terhadap proses oksidasi! maka pembuatan dan penyimpanan larutan injeksi sebaiknya terlindung dari caha ya. 6.
Bila bahan obat tidak dapat disterilisasi dengan panas! maka tersedia penyaring bebas kuman.
1.
Bila bahan obat rusak karena hidrolisis! maka kita lebih baik meraciknya dalam ampul kering.
:.
ntuk mneghindari kontaminasi bakteri kedalam preparat injeksi! kita memerlukan penambahan bahan pengawet (antimicrobial preservative".mumnya! kita melakukan penambahan bagi preparat injeksi takaran ganda. 2.4.6 7olume bat Suntik
3olume yang disiapkan utnuk obat suntik tergantung pada kelarutan ?at aktif! tetapi juga dipengaruhi oleh cara pemberian. Contohnya pemberian secara intrakutan harus dibuat dalam "olume kecil! hanya pemberian secara intra"ena yang dapat diberikan dengan "olume besar. 2.4.10 'iofarmasetika
Obat suntik diberikan kedalam tubuh dengan berbagai cara pemberian. alam pembuatan formula steril! berbagai macam cara pemberian dengan biofarmasetika saling mempengaruhi. Contohnya obat suntik dengan cara pemberian intramuskular. %arum suntik masuk kedalam jaringan dan membran otot dengan "olume umumnyadibuat tidak lebih dari / ml. engan demikian! formula obat suntik dapat dibuat dalam bentuk larutan air! suspensi air! atau minyak. emudian! emulsi memiliki absorpsi dan distribusi obat berbeda. 2.4.11 ,ra8itasi
aktor gra"itasi sangat penting dalam pembuatan obat suntik pada golongan obat anestesi. Pada pemberian obat anestesi secara intraspinal dan inhalasi! gra"itasi mempengaruhi pergerakan obat dalam mencapai sasaran. Pasien kadang membutuhkan operasi pada bagian bawah tubuh dengan sebaiknya memiringkan kepala kebawah. ita harus melakuka pemilihan larutan yang digunakan secara benar agar pergerakan obat mencapai sasaran. Contohnya! Cinchocaine 9C# , ml yang dilarutkan dalam ,122 ml 2!10 4aCl mendapatkan tekanan hipobarik dengan berat ,!22A: per ml pada temperatur A;JC. *ebaliknya! Cinchocaine 9C# , ml yang dilaruutkan dalam /22 ml :0 ektrose mendapatka tekanan hiperbarik dengan berat ,!2/. 9al ini memengaruhi pergerakan obat mencapai sasaran.
2.4.12 9adah dan Penutu$
adah dari botol kaca dengan dari plastik mempengaruhi proses sterilisasi sediaan obat yang akan dibuat. adah infus terbuat dari plastik dengan bahan polipropilen menghasilkan bentuk soft bag yang dapat disterilkan dengan cara o"erkill. $pabila wadah menggunakan bahan polietilen! maka menghasilkan bentuk plabottle yang tidak dapat disterilkan dengan cara o"erkill! tetapi dengan cara bioburden.