KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN STATUS GIZI I A. PENDAHULUAN Dalam merumuskan kebijakan atau memilih intervensi yang tepat untuk program perbaikan gizi,memerlukan informasi yang yang tepat tentang keadaan/status gizi masyarakat berikut faktor faktor penyebabnya.Informasi ini harus didasari pada laporan laporan ,pengamatan langsung,dan jika perlu berdasarkan pada hasil hasil survey khusus.Sebagai contoh seringkali keputusan harus dilakukan.pada waktu. 1.Penentuan daerah prioritas program pembangunan desa,kecamatan maupun kabupaten yang mengharapkan pertimbangan situasi gizi 2.Perencanaan nasional yang perlu mencantumkan arah pembangunan bidang gizi untuk rencana pembangunan berikutnya 3.Departemen kesehatan dalam menentukan sasaran pengembangan kegiatan gizi. Analisa situasi gizi yang lebih mendalam dan terus menerus sangat diperlukan dan diharapkan selalu tersedia setiap saat. Melakukan pengukuran status gizi pada salah satu kelompok umur merupakan salah satu metode penilaian status gizi pada penduduk. Indonesia secara berkala telah melakukan pengukuran berat badan pada kelompok balita untuk memperoleh informasi status gizi dari waktu ke waktu sampai dengan tingkat kecamatan. Informasi status gizi ini sangat bermanfaat untuk memproleh gambaran besaran masalah gizi penduduk yang selanjutnya di gunakan daerah untuk mendukung perencanaan program. B. Latar Belakang Kasus gizi buruk saat ini menjadi masalah yang menjadi perhatian di Indonesia.Gizi kurang dan gizi buruk merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian,karena dapat menimbulkan the lost generation.Kualitas bangsa dimasa depan akan sangat dipengaruhi keadaan atau status gizi pada saat ini,terutama balita.Akibat gizi buruk dan gizi kurang bagi seseorang akan mempengaruhi kualitas kehidupannya kelak. C. Tujuan 1. Umum : Mengetahui status gizi bayi dan balita 2. Khusus a. Mengumpulkan data berat badan dan umur balita dan menganalisa menjadi informasi besaran status gizi di masing masing wilayah/kecamatan. b. Mengaktifkan peleksana teknis kabupaten kota untuk menggunkan dan menyebarluaskan informasi status gizi balita kepada pengguna dan instansi terkait. D. Kegiatan a. Kegiatan Pokok 1. Pemantauan Status Gizi.pada bayi dan balita b. Rincian Kegiatan 1.Pemantauan pertumbuhan anak
E.
2.Penilaian status gizi masyarakat Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Kunjungan posyandu Sesuai jadwal Kegiatan. 2. Melakukan Penimbangan dan pengukuran tinggi badan 3. Dilakukan penentuan status Gizi dengan tabel rujukan Antro 2005 F. Sasaran 1. Terlaksananya kegiatan Pemantauan status gizi balita sesuai jadwal yang telah ditentukan. 2. Didapat hasil status gizi balita guna evaluasi perkembangan Status gizi penduduk, untuk penetapan kebijakan dan pemecahan jangka pendek. G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 1. Pemantauan Status Gizi Balita dilaksanakan setiap tahun sekali pada bulan September. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 2. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. I. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan 1. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.
KERANGKA ACUAN PALPASI KELENJAR THYROID PADA BUMIL PUSKESMAS KEDAWUNG II A. PENDAHULUAN Gondok adalah pembesaran kelenjar gondok tyroid yaitu kelenjar berbentuk kupu kupu yang terletak dibawah pangkal tenggorokan (depan leher). Penyakit gondok dibedakan menjadi dua yaitu gondok biasa dan gondok beracun (hipertyroid). Gondok biasa tidak menimbulkan gejala yang serius, tetapi jika diobati lama kelamaan akan menjadi gondok beracun. B. Latar Belakang Berdasarkan hasil pemeriksaan palpasi pembesaran kelenjar tyroid pada ibu hamil di 5 desa yaitu Desa Karangpelem, Celep, Pengkok, Jenggrik dan desa Mojodoyong sewilayah Puskesmas Kedawung II, D ari jumlah sasaran 326 ibu hamil pada tahun 2015 yang terindikasi pembesaran kelenjar tyroid adalah 0%. Karena pembesaran kelenjar tyroid ini sangat berpengaruh sekali pada kesehatan selain ibu sendiri juga berpengaruh tingkat kesehatan pada bayinya, Sehingga petugas kesehatan khususnya Puskesmas Kedawung II selalu berupaya untuk mengantisipasi terjadinya gondok dengan pemeriksaan pembesaran kelenjar tyroid pada setiap ibu hamil. C. Tujuan Umum :
1. Semua ibu hamil yang menderita gondok dapat terdeteksi. Khusus : 1. Ibu hamil yang menderita gondok dapat melakukan pengobatan. 2. Masyarakat agar selalu menggunakan garam beryodium untuk mencegah pembesaran kelenjar tyroid. D.
Kegiatan a. Kegiatan Pokok 1. Palpasi Pembesaran Kelenjar Thyroid. b. Rincian Kegiatan 1. Pemeriksaan Palpasi Pembesaran Kelenjar Thyroid pada Bumil. E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1. Setiap kunjungan Ibu hamil di pelayanan Kesehatan dilakukan pemeriksaan palpasi pembesaran kelenjar thyroid oleh bidan. F. Sasaran 1. Terlaksananya kegiatan pemeriksaan palpasi pembesaran kelenjar thyroid pada Bumil. . G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 1. Terlaksananya Kegiatan pemeriksaan palpasi pembesaran kelenjar thyroid. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 2. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. I. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan 1. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.
KERANGKA ACUAN PEMBERIAN PMT PEMULIHAN A. PENDAHULUAN Usia balita merupakan periode pertumbuhan danperkembangan yang sangat pesat dan rawan terhadap kekurangan gizi . Selain balita ibu hamil juga merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Gizi kurang pada ibu hamil akan mempengarui proses tumbuh kembang janin yang beresiko kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Hasil Reskesdas 2010 menunjukkan prevalensi BBLR sebesar 11,1%. Balita gizi kurang sebesar 17,9% dan balita pendek sebesar 35,6%. Angka prevalensi risiko KEK pada Wanita Usia Subur ( WUS) di Indonesia sebesar 13,6% (Riskesdas 2007) B. Latar Belakang Berdasarkan data kegiatan penimbangan dan pemantauan Status gizi pada bayi dan balita di 5 desa wilayah Puskesmas Kedawung II, Yaitu Desa Karangpelem, Celep, Pengkok, Jenggrik dan Desa Mojodoyong dari sasaran 2674 balita yang Status gizi buruk ada 0 dan yang status gizi kurang 10 balita atau 0,37%, Serta bumil dari sasaran 326 yang kasus KEK ada 11 orang atau 3,37%. Sehingga untuk menghambat terjadinya gizi buruk dan bumil KEK perlu dilaksanakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan. C. Tujuan Umum : Memberikan Makanan Tambahan Pemulihan kepada Ibu hamil KEK, balita gizi kurang Usia 6-59 dari keluarga miskin sebagai mempertahankan atau meningkatkan Status gizi. Khusus : 1. Tersedia data sasaran penerima makanan tambahan pemulihan. 2. Tersedianya rencana kebutuhan pemberian makanan tambahan 3. Tersedianya jenis dan resep pemberian makanan tambahan. 4. Terlaksananya penyelenggaraan pemberian makanan tambahan.
5. Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan pemberian makanan tambahan. 6. TerlaksananyaPemantauan pemberian makanan tambahan. D. Kegiatan a. Kegiatan pokok 1. Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan untuk ibu hamil KEK dan Balita Gizi Kurang b. Rincian Kegiatan 1. Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan pada balita gizi kurang dan gizi buruk. 2. Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan pada Bumil KEK. E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1. Pemberian makanan tambahan pemulihan pada ibu hamil KEK a. Pelacakan laporan bidan desa b. Pengusulan PMT Pemulihan c. Pemberian PMT 2. Pemberian makanan tambahan pemulihan pada Balita Gizi Kurang a. Penjaringan lewat kegiatan Posyandu. b. Pengusulan PMT Pemulihan. c. Pemberian PMT. F. Sasaran 1. Terlaksananya pemberian makanan tambahan pemulihan pada ibu hamil KEK sehingga dapat menurunkan kasus Ibu Hamil KEK 2. Terlaksananya pemberian makanan tambahan pemulihan pada Balita Gizi Kurang sehingga dapat menurunkan angka kejadian Balita Gizi Kurang G. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 1. Pemberian PMT pemulihan balita gizi kurang dilaksanakan setiap hari selama 30 hari 2. Pemberian PMT pemulihan balita gizi buruk dilaksanakan setiap hari selama 90 hari 3. Pemberian PMT pemulihan bumil KEK dilaksanakan setiap hari selama 90 hari 4. Pemberian PMT pemulihan di mulai pada bulan April 2016. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan. 1. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 2. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. I. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
KERANGKA ACUAN KEGIATAN KLINIK GIZI UPTD PUSKESMAS KEDAWUNG II
A. PENDAHULUAN Penyuluhan atau Konsultasi ( dan rujukan gizi) sebagai salah satu kegiatan penyuluhan atau konsultasi gizi dalam pelayanan gizi institusi ( sebagai salah satu bentuk institusi ), sehingga pengembangan nya seiring dengan pengembangan Institusi, dalam pengertian Institusi sebagai suatu sistem yang terdiri atas 4 komponen yaitu 1.Komponen sumberdaya manusia, 2. Komponen Teknologi. 3.Komponen Informasi dan 4. Komponen Organisasi. B. Latar Balakang. Perilaku hidup dengan mengedepankan perilaku menu gizi seimbang adalah menjadi idaman bagi setiap orang untuk hidup sehat. Namun beberapa belekangan ini dari hasil pemantauan Konsumsi gizi di tingkat rumah tangga dari sasaran 50 rumah tangga yang bisa memenuhi standart Nasional kebutuhan kalori adalah 2150 kkalori dan protein 46 gr adalah 24 rumah tangga atau 48%, dan yang tidak bisa memenuhi 26 rumah tangga atau 52% pada tahun 2014. C. Tujuan Umum Masyarakat memahami tentang perilaku hidup sehat dengan pola makan gizi yang baik. Khusus : 1. Masyarakat melaksanakan pola hidup dengan gizi seimbang
2. Masyarakat selalu menjaga kesehatannya dengan olah raga secara teratur. D. Kegiatan a. Kegiatan Pokok konsultasi gizi b. Rincian Kegiatan - konsultasi didalam gedung - konsultasi diluar gedung E.
Cara Melaksanakan Kegiatan 1. Konsultasi didalam gedung a. Petugas mendapat form rujukan internal dari lintas upaya b. Petugas memberikan konsultasi diruang klinik gizi c. Khusus untuk rawat inap petugas gizi melakukan konsultasi diruang rawat inap pasien 2. Konsultasi diluar gedung Di luar gedung yaitu di posyandu dan pada waktu kunjungan rumah atau kunjungan lapangan.
F. Sasaran 1. Terlaksananya kegiatan Konsultasi gizi sesuai jadwal yang telah ditentukan 2. Pasien mendapatkan leaflet tentang anjuran pola makan yang dijelaskan petugas sehingga mendapatkan kepuasan. 3. Pasien menjalankan pola makan yang dianjurkan petugas. G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 1. Konsultasi gizi setiap bulan sekali dalam 5 desa. 2. Konsultasi gizi setiap hari jam kerja. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 2. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. J. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti.
KERANGKA ACUAN PEMBERIAN Fe 90 PADA IBU HAMIL PUSKESMAS KEDAWUNG II A. PENDAHULUAN Tingkat kehamilan dan persalinan yang terjadi diberbagai Negara menjadi penyebab utama kematian wanita pada usia produktif.Komplikasi pada kehamilan yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu pendarahan, keguguran, kehamilan aktopik preklamsia dan Anemia ( Astuti 2009 ) B. LATAR BELAKANG Masalah anemia besi saat ini tefokus pada pemberian tablet tambah darah ( Fe ) pada bumil. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama kenamilannya ( Kemenkes RI 2001 ). Anemia dapat menyebabkan pendarahan pada ibu hamil dan bersalin sehingga menyebabkan pendarahan ibu hamil dan bersalin sehingga menyebabkan angka kematian ibu meningkat. Bedasarkan data SDKI 2012 angka kematian ibu di Indonesia meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009 ( Kemenkes RI 2012 ). C. Tujuan Umum : 1. Meningkatkan Hemoglobin darah mencapai batas normal. Khusus : 1. Ibu hamil mendapatkan tablet Fe 90
2. Menurunkan angka Anemia pada Wanita Wus dan ibu hamil. D.
Kegiatan a. Kegiatan Pokok 1. Pemberian tablet tambah darah (Fe) b. Rincian Kegiatan 1. Pemberian tablet tambah darah pada wanita Wus dan ibu hamil. E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1. setiap ibu hamil yang periksa kehamilan mendapat tablet tambah darah. 2. Setiap Wus yang periksa indikasi anemia di berikan tablet tambah darah. F. Sasaran 1. Terlaksananya kegiatan pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil. 2. Terlaksananya kegiatan pemberian tablet tambah darah pada Wus yang terindikasi anemia. . G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 1. Terlaksananya Kegiatan pemberian tablet tambah darah Sesuai jadwal yang telah ditentukan. 2. Bumil faham dan mengerti aturan minum tablet tambah darah. 3. Wanita usia subur yang terindikasi anemia mengerti aturan minum tablet tambah darah. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 2. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. K. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
KERANGKA ACUAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A DOSIS TINGGI PUSKESMAS KEDAWUNG II A. PENDAHULUAN
Penggulangan masalah kurang vitamin A bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga berkaitan dengan upaya memacu pertumbuhan dan kesehatan anak. Menurut WHO kebutaan anak didunia kini telah mencapai 1,5 miliar temuan setengah juta kasus baru dalam satu tahun. Gangguan penglihatan ini terutama terjadi pada awal kehidupan kurang vitamin A pada anak selama piriode ini berisiko dan berdampak kurang pada kelangsungan hidup anak dan juga dapat mempengaruhi perkembangan anak ketika anak mencapai usia sekolah. Sejak tahun 2003 pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas yang diberikan 2x ditetapkan dalam program kesehatan ibu dan anak B. Latar Balakang Berdasarkan cakupan pemberian kapsul vitamin A untuk bayi dan balita Dinas Kesehatan bupaten Sragen yaitu 100%, serta pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas 100%. Dari cakupan yang di tentukan maka hasil pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi Puskesmas kedawung II dari sasran bayi 6-11 bulan 29 dan balita adalah 2491balita yang mendapat vitamin A 2486 balita atau 99,79 pada bulan Agustus tahun 2015.
D. Tujuan Umum : 1. Menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A pada anak dan ibu nifas. Khusus : 1. Meningkatkan pertumbuhan dan menjaga kesehatan mata pada balita. 2. Meningkatkan cakupan distribusi kapsul vitamin A menjadi paling sedikit 90% dari seluruh sasaran (10,4% jumlah penduduk). D.
Kegiatan a. Kegiatan Pokok 1. Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi 200.000 iu. 2. Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi 100.000 iu b. Rincian Kegiatan 1. Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi 200.000 iu pada balita 2. Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi 100.000 iu pada balita 3. Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi 200.000 iu pada pada ibu Nifas. E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1. Setiap Bayi usia 6 – 11 bulan 29 hari mendapatkan kapsul vitamin A 100.000 iu. 2. Setiap Balita usia 1 – 5 tahun mendapatkan kapsul vitamin A 200.000 iu. 3. Setiap ibu Nifas mendapatkan kapsul vitamin A 200.000 iu 2 kali. F. Sasaran 1. Terlaksananya Pemberian kapsul vitamin A pada Bayi 6 – 11 bulan 29 hari. 2. Terlaksananya Pemberian kapsul vitamin A pada Balita. 3. Terlaksananya Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas. . G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 1. Pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita diberikan setiap bulan Pebruari dan Agustus 2. Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas diberikan setiap hari jam kerja. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 3. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. L. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS GIZI BURUK/KURANG DAN BUMIL KEK PUSKESMAS KEDAWUNG II A.
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia yang telah dilaksanakan selama ini memberikan dampak terhadap tingkat kesehatan dan gizi masyarakat yang menggembirakan. Hal ini tercermin dengan rendahnya angka balita yang menderita gizi buruk. Untuk mengantisipasi akibat dari masalah gizi buruk lebih lanjut serta upaya secara komprehensip tentunya dibutuhkan adanya informasi yang akurat tentang faktor faktor determinan yang menyebabkan timbulnya kasus gizi buruk.
B. Latar Belakang
Berdasarkan data kegiatan penimbangan dan pemantauan Status gizi pada bayi dan balita di 5 desa wilayah Puskesmas Kedawung II, Yaitu Desa Karangpelem, Celep, Pengkok, Jenggrik dan Desa Mojodoyong dari sasaran 2674 balita yang Status gizi buruk ada 0 dan yang status gizi kurang 10 balita atau 0,37%, Serta bumil dari sasaran 326 yang kasus KEK ada 11 orang atau 3,37%. Sehingga untuk menghambat terjadinya gizi buruk dan bumil KEK perlu dilaksanakan Pemberian Makanan C. Tujuan
Umum : 1. Melakukan analisis / validasi laporan. Khusus : 1. Melakukan ivestigasi untuk menentukan penyebab dan besarnya masalah. 2. Menyusun usulan tindak lanjut berdasarkan hasil ivestigasi D.
Kegiatan a. Kegiatan Pokok 1. pelacakan Kasus gizi buruk/kurang. 2. pelacakan bumil KEK. b. Rincian Kegiatan 1. Kegiatan Pelacakan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. 2. Kegiatan pelacakan dilaksanakan bilamana terjadi Kasus balita gizi buruk/ kurang dan bumil KEK. E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1. Pelacakan Balita gizi buruk / kurang. a) Temuan bidan desa atau Kader Kesehatan yang dilaporkan, ditindak lanjuti petugas Puskesmas untuk investigasi dan validasi data. F. Sasaran 1. Terlaksananya kegiatan pelacakan, sehingga cepat diambil kebijakan untuk menurunkan Kejadian kasus. . G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 1. Kegiatan pelacakan dilaksanakan bila terdapat kasus langsung secepatnya dilakukan kunjungan rumah. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan . Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 4. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. M. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
KERANGKA ACUAN PENGUKURAN TINGGI BADAN DAN PADA ANAK BARU MASUK SEKOLAH PUSKESMAS KEDAWUNG II A. PENDAHULUAN Salah satu indicator gizi untuk menilai peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM ) adalah pertumbuhan fisik penduduk yang dapat dilakukan melalui pengukuran Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah ( TBABS ). Departemen Kesehatan telah menetapkan untuk melakukan pemantauan Pengukuran Tinggi Badan Anak Baru masuk Sekolah. B. LATAR BELAKANG Dengan penilaian tinggi badan secara periodik khususnya pada anak baru masuk sekolah, akan memberikan informasi yang sangat penting bagi para penentu kebijakan setempat, dalam rangka perencanaan dan intervensi upaya peningkatan status gizi anak sekolah. C. Tujuan Umum :
1. Diperolehnya gambaran kecenderungan pertumbuhan dan gangguan pertumbuhan fisik pada anak baru masuk sekolah tingkat dasar di seluruh indonesia. Khusus : 1. Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan pada anak baru masuk sekolah. 2. Melakukan pengolahan dan analisis untuk mendapatkan gambaran rata-rata tinggi badan dan berat badan serta prevalensi gangguan pertumbuhan. D. Kegiatan
.
a. Kegiatan Pokok 1. Melakukan Kegiatan Pengukuran tinggi badan. b. Rincian Kegiatan 1. Melakukan Pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah. 2. Melakukan Penimbangan berat badan anak baru masuk sekolah E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1. setiap anak baru masuk sekolah dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. F. Sasaran 1. Terlaksananya kegiatan pengukuran Tinggi badan pada anak baru masuk sekolah. 2. Terlaksananya kegiatan penimbangan pada anak baru masuk sekolah. G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 1. Kegiatan pengukuran tinggi badan dan berat badan dilaksanakan setiap bulan September. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 3. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 4. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. D. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.
KERANGKA ACUAN PEMANTAUAN KONSUMSI GIZI PUSKESMAS KEDAWUNG II A. PENDAHULUAN Indonesia sehat 2010 merupakan salah satu agenda dalam pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang sehat, cerdas , produktif dan mandiri. Meningkatkan status gizi penduduk merupakan basis pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Melaksanakan pemantauan konsumsi dan status gizi penduduk secara berkala di berbagai tingkat Administrasi menjadi sangat penting untuk mengetahui besaran masalah yang perlu segera ditanggulangi. B. Latar Belakang Direktorat Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan, melaksanakan PKG sejak tahun 1995 dan berkala dilakukan setiap tahun. Hasil analisis PKG merujuk rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi
kalori per orang per hari adalah 2150 Kkal dan 46,2 gram untuk protein. Rumah tangga yang individunya mengkonsumsi kalori dan protein kurang dari rata-rata tersebut dinilai rumah tangga yang bermasalah dalam hal kecukupan pangan sehari hari. C. Tujuan Umum : 1. Mendapatkan gambaran ketahanan pangan rumah tangga .. Khusus :
D.
1.
Memperoleh gambaran tingkat kopnsumsi energi dan protein .
2.
Memperoleh gambaran besaran defisit energi dan protein pada rumah tangga.
3.
Untuk menilai gambaran keaneragaman pangan .
Kegiatan a. Kegiatan Pokok 1. Pemantauan Konsumsi Gizi b. Rincian Kegiatan 1. Pemantauan Konsumsi gizi tingkat rumah tangga. E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1. Mengambil sampel setiap desa di ambil 10 rumah tangga. F. Sasaran 1. Terlaksananya kegiatan pemantauan konsumsi gizi di tingkat rumah tangga. . G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 2. Kegiatan pemantauan konsumsi gizi dilaksanakan setiap bulan September. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 2. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala puskesmas. I. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan 1. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.
KERANGKA ACUAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM PUSKESMAS KEDAWUNG II A. PENDAHULUAN Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh membuat hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI ) antara lain mengandung yodium sebesar 30-80 ppm. B. Latar Belakang
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium yang disingkat GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. C. Tujuan Umum : 1. Mendapatkan gambaran tingkat rumah tangga mengkonsumsi garam beryodium. Khusus : 1. Memperoleh gambaran tingkat kopnsumsi garam beryodium 2. Memperoleh gambaran besaran penderita gondok. D.
Kegiatan a. Kegiatan Pokok 1. Pemantauan Konsumsi Garam beryodium b. Rincian Kegiatan 1. Pemantauan Konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga. E. Cara Melaksanakan Kegiatan 1. Mengambil sampel setiap desa di ambil 21 rumah tangga. 2. Uji garam di sekolahan SD kelas 4 dan 5 yang diwajibkan membawa sampel garam yang biasa untuk memasak orang tua dirumah. F. Sasaran 1. Terlaksananya kegiatan pemantauan konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga. . G. Jadual Pelaksanaan Kegiatan 1. Kegiatan pemantauan garam beryodium dilaksanakan setiap bulan September. H. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan 1. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi agar hambatan permasalahan dapat ditentukan kemudian di analisa untuk ditindak lanjuti. 2. Pelaksanaan hasil kegiatan yang dicapai dicatat di evaluasi dan dilaporkan kepala Puskesmas. I. Pencatatan Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan 1. Hasil kegiatan dicatat dalam buku laporan bulanan dan dilaporkan kepada kepala Puskesmas untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.