PEMUDA DAN ALAL-QUR’AN KUNCI KEBANGKITAN PERADABAN ISLAM ISLAM Islam pernah melahirkan tokoh-tokoh inspiratif yang berpengaruh terhadap kemajuan Islam sehingga bisa menjadi pemimpin dunia. Sebagian dari para tokoh penting kemajuan Islam adalah para pemuda yang bukan hanya mempunyai semangat juang tinggi, namun mempunyai pemahaman Islam yang kuat sehingga mempunyai aqidah mantap. Beberapa diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al-Fatih, dan Usamah bin Zaid. Ali bin Abi Thalib adalah pemuda pertama yang masuk Islam. Dialah orang yang senantiasa mendampingi dan melindungi Rasulullah. Hingga, pembuktian akan kecintaan kepada Rasulullah terlihat amat nyata ketika ia menggantikan Rasulullah di tempat tidur beliau sesaat sebelum
Hijrah.
Selanjutnya
Ali
mempunyai
pengaruh
amat
besar
bagi
perkembangan Islam. Kisah Muhammad Al-Fatih juga begitu masyhur. Dalam usia 21 tahun, beliau sudah menjadi panglima perang pasukan muslim untuk meruntuhkan salah satu imperium yang telah berdiri kokoh selama 11 abad, Byzantium. Ada juga Usamah bin Zaid. Pemuda yang saat berumur 18 tahun sudah mendapat kepercayaan Rasulullah, yang dilanjutkan Abu Bakar Ash-Shidiq, memimpin pasukan muslim menghadapi salah satu kekuatan terbesar saat itu untuk membebaskan bumi Syam, Romawi. Dan Usamah membuktikan bahwa Ia benar benar orang yang tepat menggenggam amanah itu, bumi Syam dapat dibebaskan dari Romawi.Ali bin Abi Thalib, Muhammad Al-Fatih, dan Usamah bin Zaid adalah pemuda-pemuda yang mampu menginspirasi orang-orang disekitarnya. Ketiga pemuda Islam ini mempunyai beberapa kesamaan. Pertama, mereka mempunyai pemahaman yang baik tentang Islam dan menjadikannya menjadi pedoman hidupnya. Kedua, rasa cinta terhadap Islam dan kemauan untuk menyebarkan dakwah Islam sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan peran ketiganya dalam peperangan-peperangan dalam rangka memerangi musuh Allah dan memperluas wilayah dakwah. Dan D an yang harus diingat, mereka m ereka telah mengikuti perang sejak usia sangat muda. Lahirnya pemuda-pemuda seperti inilah yang menjadi harapan umat
Islam saat ini, disaat maraknya kemerosotan moral umat dan mulai ditinggalkannya syari’at Islam. Pemuda dalam Al-Qur’an Islam menempatkan pada pemuda dalam posisi yang amat penting. Hal ini bisa kita cermati dari kisah pemuda dalam Al-Qur’an, kisah para sahabat Rasulullah, serta pengakuan dari ulama besar Islam. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang pemuda. Dari berbagai kisah dan penjelasan tersebut, dapatlah kita pahami bahwa Al-Qur’an selalu menempatkan pemuda pada makna yang positif. Misalkan apa yang difirmankan Allah dalam surat Ar-Rum berikut, “Dialah Allah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Maha Kuasa.” (Ar-Rum [30]: 54) Kita bisa mengetahui maksud ayat ini. Masa keadaan lemah manusia yang pertama adalah ketika masih kecil, lalu menjadi kuat ketika muda dan dewasa, dan selanjutnya menjadi lemah kembali ketika sudah tua dan beruban. Allah ingin menunjukkan bahwa pemuda mempunyai kekuatan, dan pemuda merupakan kekuatan diantara dua kelemahan. Dan dari kekuatan yang dimiliki itu, ada harapan besar bahwa peradaban Islam bisa bangkit kembali seperti pada masa jayanya. Kisah selanjutnya tentang pemuda dalam A-Qur’an terdapat dalam surat Al-Khafi. Alkisah, terdapat beberapa pemuda yang hidup di suatu masa dimana pemimpinnya adalah orang yang dzalim. Para pemuda tersebut menentang kedzaliman sang pemimpin hingga melarikan diri dari tempat asalnya. Akhirnya mereka masuk ke dalam sebuah gua dan menetap disana. Allah menidurkan para pemuda Ashabul Kahfi dalam gua selama selama 300 ditambah 9 tahun. Mereka bangun tatkala kepemimpinan umat telah jatuh pada orang yang beriman. Allah memuji mereka karena keteguhan aqidahnya. Dalam surat Al-Khafi disebutkan,
“… Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka” (Al-Kahfi [18]: 13) Ada tiga kata kunci yang bisa kita temukan dalam ayat ini, yaitu: pemuda, iman, dan petunjuk. Kata ‘ fityah’ secara bahasa berarti pemuda (jamak) dan kata tunggalnya adalah ‘fatah’. Dalam struktur bahasa arab kata ini meunjukkan usia yang masih belia, lebih muda dari pengertian pemuda ‘Asyabab”. Ini menunjukkan bahwa mereka adalah pemuda belia yang mempunyai kekuatan iman besar karena mendapat petunjuk dari Allah. Allah ingin memuliakan pemuda melalui ayat ini. Pemuda di Masa Kini Pemuda hari ini mulai menjauh dari nilai-nilai ke-Islam-an. Pergeseran tolok ukur, dari al-Qur’an dan Al-Hadits, menjadi berbagai pemahaman yang bersumber dari pemikiran manusiawi, telah meracuni sebagian besar muslim. Pemahaman Barat yang mengedepankan syahwat telah merasuk dalam pikiran mereka dan menggerakkan jasmaninya untuk melakukan kemunkaran. Akhirnya, ada toleransi yang cukup besar untuk menurunkan kualitas ibadah dan pencarian ilmu keagamaan. Hal ini semakin berbahaya karena sasaran utamanya adalah pemuda, individu yang sedang mencari jati diri dan sedang membangun karakter. Gejala ini telah mewabah kesemua kalangan imat Islam yang ada di dunia. Hasilnya, tidak ada kepercayaan diri bagi umat Islam untuk bangkit dan menjadi pemimpin dunia. Umat Islam menjadi bangsa kelas dua. Mereka yang sejak usia dini sudah mempelajari Islam serta berinteraksi dengan AlQur’an mulai mundur teratur dalam mempelajarinya ketika menginjak dewasa. Al Qur’an dianggap sudah tidak relevan lagi, karena tolok ukur yang mereka gunakan adalah paham hedonism. Sesuatu yang halal menjadi haram, begitupun sebaliknya. Paham materialistik yang bersumber dari akal pikiran manusia telah merasuk dalam pikiran mereka, sehingga menistakan wahyu yang datang dari Allah adalah suatu hal yang bisaa. Hingga akhirnya, umat Islam menjadi terpuruk disebabkan kekuatan pe nopangnya, para pemuda, telah kehilangan arah.
Ustadz Budi Ashari dalam beberapa ceramahnya menyatakan,“Peradaban Islam akan bangkit kembali jika masjid-masjid dan majelis ilmu dipenuhi oleh Pemuda” Beliau sangat menyadari betapa pentingnya peran pemuda bagi kemajuan Islam, yang sangat sulit kita temukan pada jaman yang mendekati akhir ini. Kesadaran ini bukan hanya menjadi milik pemuda yang bersangkutan, namun juga orang tua sang pemuda dan masyarakat secara umum. Orangtua adalah guru pertama bagi mereka. Apa yang menjadi pemahaman dan sikap pemuda sebagian besar ditentukan oleh bagaimana dan apa yang diajarkan oleh orang tua. Oleh karena itu, tak layak jika terlalu mengandalkan kemampuan pemuda untuk mencari jati diri. Selain itu, toleransi yang amat tinggi dari masyarakat kepada anak-anak untuk mempelajari Islam juga berdampak buruk bagi kemauan untuk mempelajari Islam ketika dewasa. Masyarakat harus menempatkan pemuda pada posisi yang tepat. Pemuda harus mendapat akses yang luas untuk ikut seta dalam membangun lingkungannya. Inilah yang sulit didapatkan pemuda hari ini. Paradigma yang berkembang dimasyarakat kita adalah bahwa pemuda merupakan kaum yang harus banyak belajar dan harus banyak menurut kepada orang yang lebih tua. Dengan berkembangnya paradigma semacam ini, maka sangat sulit dan sempit bagi pemuda untuk mengutarakan gagasan dan kinerjanya. Pemuda tersebut tidak terbisaa memikirkan permasalahan umat dan mencari solusinya, hingga akhirnya yang muncul adalah sikap apatis dan kritik tajam tanpa solusi. Bukan sekedar menghafal Ada sebagian dari orang tua, dan pemuda itu sendiri, sudah paham betul bahwa berpegang pada Islam lah yang akan menyelamatkan mereka kelak. Sehingga, para pemuda ini, dengan mandiri atau melalui dorongan dari orang tua serta orang lainnya, berkenan untuk mempelajari Islam. Sayangnya, beberapa diantara mereka sudah puas dengan sebatas menghafal Al-Qur’an. “Menghafal Al-Qur’an secara lengkap 30 juz adalah sebuah tujuan, dan ketika itu sudah tercapai maka kewajiban untuk mempelajarinya telah gugur” begitulah yang terlintas di benak sebagian kalangan, meskipun mereka tidak menyetujuinya secara langsung. Jadilah pemuda penghafal Al-Qur’an itu sebagai seorang yang punya ingatan tajam lalu terus
mengasah, lalu memilih memanfaatkan kemampuan hafalannya itu untuk mengikuti berbagai ajang perlombaan, bukan memahaminya sebagai sarana dakwah untuk umat. Sebagian lagi mempunyai kesadaran yang cukup besar, sehingga hafalan adalah sarana untuk memahami dan menerapkan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Generasi terdahulu tidak menjadikan hafalan Al-Qur’an sebagai tujuan. Justru hafalan adalah modal besar yang digunakan untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Muhammad Al-Fatih tumbuh dalam didikan Al-Qur’an sejak kecil. Sang ayah, Sultan Murad II, paham bahwa Al-Qur’an adalah pedoman dasar dalam Islam untuk menjalankan segala aktivitas. Untuk itula beliau yang saat itu menjadi Khalifah daulah Utsmani meminta beberapa ulama besar untuk memberi bimbingan Islam kepada Muhammad kecil. Dalam bimbingan Syaikh Ahmad bin Ismail Al-Kurani, Muhammad II mulai mempelajari dan menghafal Al-Qur’an. Setelah menghafal AlQur’an dalam usia delapan tahun, Muhammad II mendapat bimbingan keilmuan yang lebih mendalam dari Syaikh Aaq Syamsuddin. Muhammad II naik tahta sebagai khalifah saat menginjak usia yang masih sangat belia, 19 tahun, lalu beliau melancarkan misi besar untuk menakhlukan Konstantinopel. Misinya dapat tercapai di usia 21 tahun, pada usia yang cukup muda bagi seorang panglima besar dan khalifah daulah Utsmani. Atas penakhlukan Konstantinopel, dunia memberi penghormatan yang besar bagi Muhammad sang penakhluk. Dalam masa kejayaan Islam, banyak ilmuwan muslim lahir dalam berbagai disiplin Ilmu. Karya-karya para ilmuwan muslim ini mendapat pengakuan luas dan menjadi rujukan para ilmuan dunia, termasuk ilmuan Barat. Salah satu ilmuan muslim paling mashyur di dunia adalah Ibnu Sina (Avicena). Ada juga Ibnu Rusyd dan Jabir Ibnu Hayyan. Ibnu Sina telah menghafal Al-Qur’an saat berusia delapan tahun. Inilah yang dijadikan bagi beliau untuk menekuni berbagai bidang keahlian: Kedokteran, Fisika, dan Filsafat. Beliau juga mampu menghasilkan karya buku sebanyak kurang lebih 450 buah dan menjadi rujukan ilmuwan lain. Jabir Ibnu Hayyan juga telah menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Pada masa keemasannya beliau banyak menghasilkan karya hingga disebut sebagai bapak kimia dunia. Beliau juga menguasai banyak bidang keilmuan, termasuk didalamnya fisika dan filsafat.
Para ilmuan ini tidak sekedar mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai bidang yang digeluti. Al-Qur’an menjadi pedoman dalam hidup mereka. Mereka telah menghafal Al-Qur’an sejak usia dini. Dari hafalan dan pemahaman ini, mereka mengembangkan ilmu pengetahuan. Dan hasilnya, mereka menjadi ilmuwan produktif serta menguasai berbagai ilmu pengetahuan . Banyak karya yang telah dihasilkan dan inilah yang semakin membuat mereka bertambah keimanannya. Hasan Al-Banna dijuluki sebagai tokoh muslim paling berpengaruh dalam sejarah Islam modern. Beliau menggagas berdirinya Ikhwanul Muslimin saat berusia 22 tahun. Dari Ikhwanul Muslimin inilah banyak lahir tokoh-tokoh besar penggerak kebangkitan Islam modern sampai saat ini. Berkat beliau, masyarakat Islam mulai mengenali jati dirinya dan melakukan perlawanan terhadap kekejaman Barat. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa beliau telah menghafal dan mulai mengkaji Al-Qur’an saat berusia 12 tahun. Para tokoh ini menjadikan hafalan Al-Qur’an sebagai modal untuk menapaki tingkat selanjutnya. Dan memang seperti itu lah langah yang harus ditempuh. Pemuda Islam harus mengetahui bahwa ada beberapa tingkat yang harus ditempuh untuk bisa menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Menghafal adalah dasar atau modal yang sangat penting. Setelah itu dia harus memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an secara rinci melalui pemahaman tafsir. Selanjutnya, ia harus mengkaji kandungan Al-Qur’an dengan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Setelah itu, ia akan bisa mencapai tingkatan tertinggi. Menghasilkan karya dengan menjadikan merujuk kepada Al-Qur’an. Hal seperti inilah yang membuat seorang ilmuwan muslim semakin tebal imannya setelah menghasilkan penemuanpenemuan baru. Kebangkitan Islam ditangan Pemuda Hasan Al-Banna mengungkapkan betapa pentingnya peran pemuda bagi perjuangan kebangkitan Islam. Beliau mengungkapkan bahwa pemuda adalah pilar kebangkitan yang mempunyai tanggung jawab, kewajiban, dan amanah untuk membina umat. Untuk mengemban tugas itu, beliau juga menyatakan apa saja yang harus dimiliki seorang pemuda, beberapa diantaranya adalah: pemikiran panjang, banyak beramal,
bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat, dan mampu menunaikan hak-hak umat. Modal dasar yang harus dimiliki pemuda, menurut beliau, adalah: iman, ikhlas, semangat, dan amal kebajikan. Dengan pemenuhan semua modal ini, serta dukungan penuh segala lapisan masyarakat, beliau yakin bahwa kebangkitan Islam akan terjadi dengan pemuda sebagai pelaku utamanya. Berdasarkan fakta yang ada saat ini, dan dengan memahami kisah pemuda Islam dimasa lampau, maka kita akan mengetahui betapa besar potensi yang dimiliki pemuda untuk membuka kembali jalan bagi jayanya agama Islam. Kemenangan Islam harus kita jemput dengan menempatkan pemuda pada posisi yang tepat sehingga ia bisa menunjukkan kekuatannya. Tentu saja pemuda tersebut mempunyai aqidah kuat yang melandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai pedoman hidup. Pemuda dan Al-Qur’an harus menjadi satu kesatuan. Maka, “Kembalikanlah pemuda kepada Al-Qur’an, maka ia akan mengembalikan Islam kepada kejayaannya.”
Peran Pemuda untuk Kemajuan Islam FEBRUARY 17, 2015 / DESIYUNITAS_MATHEDU
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara kemajuan tentu sangat bergantung dengan pelopor yang menjadi tonggak utama terhadap suatu perubahan tersebut. Kemajuan juga tak lepas dari tangan yang memegang peran penting sehingga suatu kemajuan itu dapat tercipta. Dalam sejarah peradaban bangsa, pemuda adalah aset yang mahal dan tak ternilai harganya. Kemajuan maupun keburukan juga sangat bergantung oleh pemuda yang menjadi tokoh utama dalam peranannya dalam melakukan suatu perubahan. Mengapa pemuda sering di sebut-sebut dalam suatu perubahan? Sebab kaum muda memiliki potensi yang bisa di harapkan. Pemuda memiliki semangat yang sulit dipadamkan. Terlebih jika semangat bercampur dengan pengetahuan dan diimplementasikan melalui tindakan. Maka akan terciptalah suatu perubahan. Demikian keadaan dan peran golongan pemuda dalam masyarakat. Kiprah mereka telah terukir indah dalam tinta emas sejarah. Mereka merupakan tonggak dan potensi besar suatu kehidupan. Terlebih kelompok pemuda, karena, selain diharapkan oleh umat, peranan mereka pun sangat didambakan oleh kelompok masyarakat lainnya sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik. Posisi mereka sebagai “pemuda” memang menjadi peluang bagi mereka untuk mengembangkan potensi sebesar-besarnya. Tidak heran jika perubahan sosial politik diberbagai belahan dunia dipelopori oleh gerakan pemuda. Sebagian sahabat yang menyertai Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam – yang akhirnya berhasil menguasai lebih dari dua pertiga belahan bumi – adalah para pemuda yang menjadi murid (mahasiswa) Rasulullah SAW. Pemuda memiliki potensi yang sangat besar dalam melakukan proses perubahan. Pemuda adalah sosok yang suka berkreasi, idealis dan memiliki keberanian serta menjadi inspirator dengan gagasan dan tuntutannya. Umat Islam saat ini sedang menantikan siapa yang akan mengembalikan bangunannya kembali, mengeluarkan Umat Islam dari kejahiliahan, dan menyelesaikan problem-problem keumatan. Bukan hanya ulama, umara, politisi atau pengusaha yang mampu mengatasi problematika umat, tapi pemuda memiliki peran yang lebih besar. Eksistensi pemuda Islam dalam kehidupan sangat penting, karena pemuda Islamlah yang memiliki potensi untuk mewarnai perjalanan sejarah kemajuan Islam. Selain itu jika kita menelaah ideologi yang berorientasi pada strategi revolusi, yang menganggap pemuda sebagai tenaga paling revolusioner karena secara psikologis manusia mencapai puncak hamasah (gelora semangat) dan quwwatul jasad (kekuatan fisik) pada usia muda. Hal tersebut menumbuhkan semangat pergerakan, perubahan, bukan stagnasi ataupun status quo dan hal ini merupakan salah satu alasan yang menjadi dasar dan tolak ukur penting dalam menyikapi peran pemuda Islam.
1.2 Rumusan Masalah 1. Jelaskan pengertian pemuda dalam Islam! 2. Jelaskan peranan pemuda untuk kemajuan Islam! 3. Jelaskan keistimewaan pemuda di mata Allah! 4. Jelaskan karakteristik pemuda yang baik! BAB II PEMBAHASAN 4.1 Pengertian Pemuda dalam Islam Pemuda adalah seseorang yang umurnya di bawah 25 tahun, namun dia memiliki kehebatan sendiri. Menurut Dr. Yusuf Qardhawi ibarat matahari maka usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas. Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak kecil atau orang-orang jompo. Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa, bisa dikatakan seperti dinamit. Sejarah pun juga membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam kemerdekaan. Dimana saja, di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan menuju lebih baik. Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata, “Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji panjinya.” Begitu juga dalam sejarah Islam, banyak pemuda yang mendampingi Rasulullah dalam berjuangan sperti Mushaib bin Umair, Ali bin Abi tholib, Aisyah dan lain-lain. Waktu itu banyak yang masih berusia 10 atau 12 tahun. Dan usia-usia itu tidak dapat diremehkan. Mereka punya peran penting dalam perjuangan. Maka dari itu jika ingin Indonesia menjadi lebih baik maka perbaikan itu yang utama ada di tangan pemuda. Perbaikan itu akan tegak dari tangan pemuda dan dari pemuda. Pemuda mempunyai banyak potensi. Akan tetapi jika tidak dilakukan pembinaan yang terjadi adalah sebaliknya. Potensinya tak tergali, semangatnya melemah atau yang lebih buruk lagi ia menggunakan potensinya untuk hal-hal yang tidak baik misalnya tawuran dan lain-lain. Secara fitra, masa muda merupakan jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika pemuda memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki pemuda. Pemikiran kritis mereka sangat didambakan umat. Di mata umat dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change) jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda sekarang ini. Sebagai pemuda, mereka memiliki karakter yang positif, antara lain idealis dan energik. Idealis berari mereka para pemuda masih belum terkontaminasi oleh kepentingan pribadi, juga tak terbebani oleh berat sejarah atau beban posisi.
Bahkan salah seorang founding father bangsa menaruh apresiasi pada sosok pemuda; “Berikan aku 10 pemuda maka akan aku ubah dunia”, demikian yang ia katakan. 4.2 Peranan Pemuda untuk Islam a. Peranan Utama Pemuda Ada ulama yang menyatakan bahwa seorang pemuda mempunyai tiga peran, yakni: 1. Sebagai generasi penerus Menggantikan orang-orang yang sudah rusak karakternya dan berpegang teguh pada Islam untuk mewujudkan suatu peru bahan. “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.” (QS. Ath-Thur : 21) 2. Sebagai generasi pengganti Melajutkan nilai-nilai ajaran murni Islam terhadap perkembangan masa dalam kemajuan Islam. “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merek a pun mencintainya.” (QS. Al-Maidah : 54) 3. Sebagai agen pembaharu(reformer) Memperbaiki kerusakan yang ada yang menghambat kemajuan Islam di masa yang akan datang. “Ingatlah ketika ia (Ibrahim) berkata kepada bapaknya : “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong sedikitpun.” (QS. Maryam : 42). Selain tiga faktor peran penting pemuda di atas ialah Islam. Islam merupakan ideologi yang memberikan nilai besar bagi kehidupan ummat di jagad raya. Hal ini dimungkinkan karena karakter Islam mewarnai seluruh aspek kehidupan dan mengatur seluruh rakyat. Islam bukan hanya merupakan pola tetapi juga merupakan sesuatu hal yang mempengaruhi emosi, pemikiran, perasaan dan fisik. Berislamnya seseorang akan melahirkan suatu totalitas dalam menjalani fitrah manusia untuk mewujudkan suatu perubahan. b. Peranan Pemuda di Masa Depan Pertanyaannya, mengapa selalu pemuda yang menjadi tonggak kehidupan Islam? Mengapa selalu pemuda yang disorot untuk sebuah perubahan? Mengapa selalu pemuda yang menjadi pasukan terdepan dalam suatu kemajuan? Jawaban yang sederhana ialah karena kita adalah orang-orang yang terpilih. Dari sekitar 5 milyar penduduk bumi, kurang lebih hanya satu milyar yang memeluk Islam. Dan dari satu milyar itu hanya sebagian saja yang berkecimpung sebagai generasi pembaharu kemajuan Islam. Diantaranya mahasiswa dan pelajar yang sadar akan pentingnya kepedulian untuk kemajuan Islam. Tidak lebih dari sepuluh persen. Hanya lima persen dari total jumlah mahasiswa dan pelajar muslim. Suatu ironi
yang sangat bertentang dengan keadaan sebenarnya. Orang-orang yang sedikit ini seharusnya tidak lepas tangan terhadap peran pentingnya kepada masyarakat. Terutama untuk kemajuan Islam yang lebih baik. Baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya Islam yang mampu mendongkrak Islam di mata dunia. Dalam Islam, pekerjaan yang paling mulia adalah berdagang. Karena perdagangan merupakan suatu transaksi jual beli ataupun serah terima barang dagangan tanpa adanya keterkaitan setelah terjadinya proses transaksi berlangsung. Hal ini berarti peluang besar pemuda Islam adalah sebagai pedagang. Ataupun sering disebut sebagai pengusaha muslim. Seorang pengusaha muslim tentunya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan Islam menuju kemajuan yang lebih baik. Sebagai fasilitator atau penyedia prasarana terhadap kebutuhan-kebutuhan yang mendongkrak kemajuan Islam. Menata sumber daya pemuda yang efektif dan efisien. Mengembangakan kultur keorganisasian kepemudaan Islam yang sehat dan demokratis. Sehingga dalam hal ini akan tercipta suatu koordinasi yang baik antar pemuda pembaharu yang satu dengan yang lainnya. Membangkitkan partisipasi masyarakat Islami dalam membangun pemuda yang mempunyai Character Building. Sebuah karakter yang terstruktur yang memiliki ciri khas dengan yang lainnya. Menyediakan infrastruktur pemberdayaan pemuda Islam yang memadai. Guna sebagai tempat pelatihan dan training dalam mendidik pemuda Islam menjadi pengusaha-pengusaha muda muslim yang memiliki wawasan dan turut berpartisipasi dalam perkembangan Islam yang di masa yang akan datang. Dan yang paling utama bagi mereka, pemuda penerus bangsa adalah sebagai motivator. Motivator yang memberikan motivasi, sharing ilmu dan pengalaman yang berharga untuk mengajak mereka berbondong-bondong maju untuk merubah dunia. Untuk merubah Islam lebih maju. 4.3 Keistimewaan Pemuda Dalam perbedaan jarak dan waktu bukan alasan bagi kita untuk menjadi generasi yang lemah, penakut dan tidak peduli terhadap kemajuan Islam. Pemuda yang berjuang dan menegakan kebenaran di jalan Allah untuk kepentingan Agama Islam dan Umat akan menjadi sebuah jihad serta mendapatkan pahala di mata Allah SWT. Adapun sifat-sifat yang menyebabkan para pemuda tersebut istimewa dan dicintai Allah SWT serta mendapatkan derajat yang tinggi sehingga kisahnya diabadikan dalam al-Qur’an dan dibaca oleh jutaan manusia dari masa ke masa, adalah sebagai berikut: 1. Karena pemuda selalu menyeru pada al- haq (QS al A’raf :181). 2. Pemuda mencintai Allah SWT, maka Allah SWT mencintai mereka (QS Al Ma idah:54). 3. Pemuda saling melindungi, menegakkan shalat (QS At Taubah :71) tidak sebagaimana para pemuda yang menjadi musuh Allah SWT (QS At Taubah :67). 4. Pemuda adalah para pemuda yang memenuhi janjinya kepada Allah SWT (QS Ar Ra’d :20).
5. Pemuda tidak ragu-ragu dalam berkorban diri dan harta mereka untuk kepentingan Islam (QS Al Hujarat :15). 4.4 Karakteristik Pemuda yang Baik Peranan pemuda dan Umat Islam Allah SWT mencintai dan memberikan derajat yang tinggi kepada pemuda. Pemuda yang baik oleh karenanya adalah pemuda Islam yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Mereka beramal/bekerja dengan didasari dengan keimanan/aqidah yang benar. “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri” (QS Haa Miim : 33). 2. Mereka selalu bekerja membangun masyarakat. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS Al Kahfi : 7). 3. Dan mereka memahami bahwa orang yang baik adalah orang yang paling bermanfaat untuk umat dan masyarakatnya. “Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang- orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”(QS At Taubah : 105). Perkembangan zaman pada saat ini para pemuda hendaknya menyadari bahwa mereka haruslah menjadi kelompok yang mampu menjadi teladan dan mempresentasikan nilai-nilai Islam secara utuh bagi masyarakat dalam mempertahankan perkembangan kebudayaan dan peradaban, yaitu: 1. Pemuda menjadi generasi yang hidup qalbunya karena senantiasa dekat dengan al-Qur’an, dan tenang dengan dzikrullah (QS Ar Ra’d :28) [1], bukan generasi yang berhati batu (QS Al Hadid :16) [2] akibat jauh dari nilai-nilai Islam, ataupun generasi mayat (QS Al An’am :1 22) [3] yang tidak bermanfaat tetapi menebar bau busuk kemana-mana. 2. Dalam menghadapi kesulitan dan tantangan, maka para pemuda harus sabar dan terus berjuang menegakkan Islam, hendaklah mereka berprinsip bahwa jika cintanya kepada Allah SWT benar, semua masalah akan terasa gampang. 3. Dalam perjuangan, jika yang menjadi ukurannya adalah keridhoan manusia maka akan terasa berat, tetapi jika ukurannya keridhoan Allah SWT maka apalah artinya dunia ini (QS Al Nahl :96) [4]. Dalam pergerakan dan dakwahnya, peran pemuda sebagai agen yang menyiarkan, mempertahankan dan menegakan syariat Islam, pemuda memberikan contoh dengan tindakan dan sikap dalam kehidupan keseharian bagi seluruh Umat Islam untuk dapat melaksanakan misi agama Islam demi kemajuan Islam ke depannya sebagai wujud untuk membangkitkan kejayaan Islam. Pemuda Islam yang akan menjadi motor atau pengerak dari perkembangan Islam. Pemuda Islam seharus menjalankan dan mengamalkan semua perintah dan segala larangan Allh, pemuda Islam akan menjadi genarasi yang akan menjadi teladan
dari segal tindakan dan perbuatannya, yang menyeruhkan dan saling menigngatkan demi keselamatan Umat di dunia dan di akhirat. Amain. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pemuda adalah motor penggerak utama perubahan. Pemuda diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kejenuhan dalam masyarakat sehingga kita menyadari bahwa masa depan Islam terletak diatas pundak para pemudanya. Pemuda Islamlah yang akan memegang kendali bahtera Islam selanjutnya dan pemuda Islamlah yang akan melanjutkan peran generasi sebelumnya dalam menegakan, mempertahankan dan memajukan Islam yang semakin luntur. Dari pernyataan ini dapat diambil kesimpulan bahwa kebangkitan Islam di masa mendatang dimenifestasikan oleh pemuda Islam, dengan syarat pemuda Islam mempunyai kesadaran dan kecintaan penuh pada dirinya dan agamanya. Jika prasyarat ini gagal ditanamkan pada jiwa pemuda, niscaya tragedi kebangkitan Islam tidak akan pernah berkumandang di dunia ini, akibatnya sekularisme, pluralisme dan leberalisme yang merupakan paham dan pemikiran kaum musyrik (kaum Barat) akan terus berkembang lagi di negeri-negeri Islam. Pemuda Islam sangat diharapkan dalam menegakan dan mempertahankan syariat Islam sehingga dapat membangkitakan kejayaan dan kemajuan Islam di muka. Amin.