Peran Pemuda dalam Membangun Bangsa Indonesia Posted on November 5, 2012 by M.IndraSyahputra
Di antara anasir penting dari bangsa ini, pemuda adalah unsur yang sangat signifikan, dalam rangka membangun kembali bangsa dengan penanaman nilai nasionalisme yang sejati. Pemuda dirasa sebagai generasi penerus yang akan menahkodai perjalanan panjang bangsa ini. Pemuda dengan nasionalisme sejatinya diharapkan akan mampu membawa bangsa ini kepada pelabuhan yang menjadikan bangsa ini besar dan kaya. Dan sejarah telah membuktikan bahwa pemuda adalah ikon perubahan bangsa. Pemudalah yang selama ini telah mewarnai laju sejarah dan dinamika perjuangan bangsa. Melalui pemuda bangsa ini mampu lahir, bangkit, berdiri dan berjalan menjadi bangsa yang berdaulat, dengan berbagai dinamikanya. Sejarah telah menorehkan tintanya, bahwa dalam setiap momen penting perubahan bangsa ini senantiasa melibatkan kaum muda sebagai lokomotif penggeraknya. Peran pemuda dalam perubahan sosial bangsa bukannya sebuah isapan jempol. Jika perubahan penting bangsa ini dapat dikategorikan menjadi beberapa tahap, maka pada semua tahapan, peran pemuda selalu mengambil andil sebagai katalisator perubahan tersebut. Secara singkat tahapan sejarah perubahan bangsa dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, tahap kebangkitan. Fase ini dimulai dengan perubaan orientasi perjuangan bangsa dalam mencapai kemerdekaan. Yakni perubahan dari perjuangan secara fisik bersenjata, menjadi pejuang melalui organisasi. Budi Oetomo (BO) dalam hal ini dikenal sebagai peletak dasar menjamurnya organisasi pergerakan nasional. Berdirinya BO dalam hal ini merupakan efek domino dari sebuah kebijakan kolonial yang dilontarkan oleh Van Deventer. Deventer menilai bahwa kebijakan Hindia Belanda selama ini sangatlah merugikan dan menyiksa penduduk pribumi. Sehingga, menurut Deventer harus ada sebuah kebijakan “balas budi” kepada penduduk pribumi. Salah satu item yang sangat menguntungkan adalah edukasi/pendidikan. Pada awalnya politik edukasi ini sedianya hanya untuk kepentingan kolonial. Kekurangan tenaga administrasi dalam birokrasi meniscayakan pemerintah Kolonial untuk mencari tenaga administrasi tambahan dari pribumi. Dari sinilah pribumi yang semula tidak dipebolehkan mengenyam pendidikan mendapat angin segar. Meskipun hanya sebatas kaum bangsawan dan priyayi, namun melalui kebijakan ini, peribumi sedikit banyak mulai tercerahkan. Semangat nasionalisme sebagai bangsa terjajah mulai muncul akibat singgungan terhadap dunia luar. Hingga puncaknya semangat ini terejawantahkan melelui sebuah organisasi Budi Oetomo.
Kedua, tahap persatuan. Berdirinya BO memberi inisiatif bagi terbentuknya organisasi yang sejenis. Pasca 1908, organisasi perjuangan mulai menjamur menghiasi dinamika perjuangan bangsa. Organisasiorganisasi ini lebih bercorak primordial dan kedaerahan. Perasaan senasib sebagai bangsa terjajah melahirkan semangat persatuan, di mana perbedaan primordial berupa daerah, suku, agama kemudian tercover menjadi satu benang merah yang sama, yakni satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda (SP) 28 Oktober 1928 menjadi momentum membangunan semangat persatuan bangsa. Melalui SP, semua organisasi kepemudaan dan kedaerahan kemudian melebur ke dalam bangsa yang satu yakni Indonesia. Sejak saat inilah semangat nasionalisme muncul sebagai upaya untuk mewujudkan cita-cita menjadi bangsa yang merdeka. Yang dalam hal ini, peran pemuda merupakan sentral gerakan yang tidak bisa ditawar lagi. Ketiga, tahap kemerdekaan. Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II tidak dilewatkan begitu saja oleh para pejuang bangsa, khususnya para pemuda. Hampir dalam hitungan hari, momentum kemerdekaan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para pemuda. Megapa para pemuda? Karena dalam situasi revolusi tersebut sempat terjadi perselisihan pendapat antara kaum tua dan kaum muda. Kaum tua dalam hal ini lebih cenderung hati-hati dalam menentukan proklamasi kemerdekaan. Di sisi lain, semangat para pemuda yang membara memaksakan diri untuk melaksanakan proklamasi secepatnya. Perseteruan tersebut akhirnya dimenangkan kaum muda, dengan tindakan penculikan terhadap Sukarno ke Rengas Dengklok. Pada waktu yang tepat, yakni 17 agustus 1945 dilaksanakan proklamsi kemerdekaan. Sejak saat itulah bangsa Indonesia secara de yure terbebas dari telikungan kolonialisme dan imperialisme. Keempat, tahap revolusi. Pergantian rezim, dari era yang diidentifikasi sebagai orde lama kepada orde baru merupakan bagian penting dari sejarah kita. Pada tahap ini, terjadi revolusi sistemik yang dilakukan oleh militer. Puncaknya adalah September 1965. Dengan isu Dewan Revolusi dan G 30/S, militer secara apik mampu melakukan pergantrian – untuk tidak menyebut penggulingan – kekuasaan. Konstelasi global yang saat itu terjadi, ikut memberikan andil penting dalam peristiwa ini. Situasi perang dingin, serta resesi ekonomi dunia membawa dampak yang serius bagi pemerintahan nasional. Fenomenea kenaikan harga bahan pokok yang mencapai 400% membawa para pemuda terdidik yang tegabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi mahasiswa Indonesia) untuk melakukan perlawanan jalanan. Sehingga pemuda dalam konteks situasi ini, menjadi garda terdepan atas segala tuntutan rakyat, baik pada level daerah maupun nasional. Kelima, tahap reformasi. Setelah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun, rezim otoritarian orde baru pun akhirnya tumbang juga. Krisis ekonomi yang mengancam negara-negara berkembang membawa Indonesai ke
dalam keterpurukan ekonomi yang dasyat. Hingga krisis ekonomi inipun menjalar pada krisis kepercayaan rakyat kepada pemirintah. Pada saat ini, gerakan pemuda dan mahasiswa menjadi fenomena gelombang besar yang tak terbendung lagi. Setelah dikungkung selama lebih dari tiga dasawarsa, kebebasan bersuara pun bedah juga. Korbannya adalah sang rezim oteriter Suharto. Tanggal 21 Mei 1998 menjadi moment yang tak terlupakan, pengunduran diri sang jenderal menjadi tonggak pergantian era, dari orde baru kepada orde reformasi. Dari narasi historis di atas, dapat disimpulkan bahwasanya hampir dalam setiap moment penting dalam sejarah kebangsaan kita, senantisa melibatkan peran pemuda sebagai penggeraknya. Hal ini berarti bahwa pemuda mempunyai peran sentral dalam konstelasi sejarah perubaan sosial di Indonesia. Terlepas dari wacana apakah peran pemuda tersebut ditunggangi atau tidak, di manfaatkan atau memanfaatkan, yang jelas secara empiris faktual, pemuda senantiasa telah memberikan yang terbaik bagi bangsa ini. Hal ini sekaligus menjadi pembenar bahwa, jika di tarik garis sejarah secara linier, maka ke depan peran pemuda akan selalu dinanti dan menentukan dalam perubahan sosial bangsa ini. Reaktualisasi Semangat Sumpah Pemuda Keterpurukan dan kelemahan kita saat ini, bukan selayaknya menjadikan kita lemah dan tak berdaya. Sebaliknya adalah cambuk yang akan memberikan semangat bagi kita untuk bekerja keras membangun bangsa ini. Ibarat usia manusia, jika pada usia muda kita bekerja keras untuk tujuan hari tua, maka secara posifistik, di hari tua nanti kita akan menuai hasil kerja keras kita. Karena untuk menjadi bangsa besar, kita harus berfikir besar, untuk jangka panjang. Semangat nasionalisme harus kita bangun mulai hari ini, dan detik ini. Pemuda yang matang sikap nasionalismenya akan mampu membawa masa dapan bangsa ini ke gerbang kejayaan. Dengan sikap nasionalisme, pemimpin bagsa ini akan menjadi pemimpin yang bijak, yang senantiasa mengutamakan kepentingan bangsanya di atas kepentingan lainnya. Saat ini, diakui atau tidak, pemimpin kita adalah mereka yang krisis sikap nasionalisme. Kebikjakan yang ditelorkan seringkali bertendensi politis, untuk kepentingan partai dan dirinya sendiri. Sehingga tak jarang kebijakan tersebut melukai kepentingan rakyat, bahkan merugikan bangsanya sendiri. Inilah yang harus digeser pada kecenderiungan pemimpin kita. Pemimpin bangsa ini ke depan, merupakan pengabdi bangsa ini, bukan penguasa. “Sayyid al qaumi khodimuhum” pemimpin suatu kaum adalah pelayan kaum tersebut, begitu bunyi sebuah adagium Arab. Ke depan, bangsa ini sangat merindiukan seorang pemimpin yang bersedia secara tulus mengabdi pada bangsa, melayani rakyat serta semua komponen yang ada dalam kesatuan organisasi yang bernama Negera Kesatuan Republik Indonesia. Jika hal itu terwujud, bukanlah mustahil, suatu saat kita akan menjadi bangsa yang jaya.
http://news.okezone.com/read/2012/11/01/58/711986/pemudadan-perubahan-bangsa OPINI Opini saya dalam peran pemuda dalam perubahan bangsa indonesia adalah mulai sekarang kita harus berkomitmen membangun generasi muda bangsa ini, menjadi calon pemimpin masa depan yang bijak dan ideal, yakni dengan cara menghiasinya dengan sikap dan perlilaku nasionalisme. Kecintaan generasi muda pada bangsa, akan mampu mengantarkan bangsa ini menjadi nusantara yang berperadaban tinggi, yang berpengaruh di dunia internasional.
Peran Pemuda dalam menjaga Keutuhan NKRI DIPOSKAN OLEH JUKHRI AS-SUBULUSSALAMY DI 12.100 KOMENTAR BERANDA
Oleh: Jukhri Syahputra Bancin
Negara Indonesia adalah Negara keempat terbanyak jumlah penduduknya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik memproyeksikan penduduk pada tahun 2014 terdapat balita dan anak usia 0-9 tahun jumlahnya mencapai 47,2 juta, remaja 10-24 tahun 65,7 juta serta lansia (usia 60 tahun ke atas) berjumlah 20,8 juta jiwa. Jadi kesimpulannya adalah Jumlah pemuda di Indonesia dari usia 10-24 tahun mencapai 27% dari jumlah penduduk Indonesia . Itu menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai bibit-bibit unggul yang harus diperhatikan dengan baik. Peran pemuda dalam keutuhan NKRI ini sangatlah besar, sehingga segala yang berhubungan dengan kebangsaan harus diperhatikan oleh pemerintah pusat. Kita juga mengetahui bahwa Masa depan Bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi muda Kaum Muda Indonesia adalah masa depan Bangsa ini. oleh Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya merupakan faktor-faktor penting yang sangat diandalkan oleh Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan kedaulatan Bangsa serta keutuhan NKRI. Sejak zaman dahulu sebelum Indonesia menyatakan dirinya merdeka, para generasi muda saat itu sangatlah penting sehingga para pemuda dahulu dapat membebaskan Indonesia ini dari tangan belanda dan jepang. Bahkan setelah kemerdekaan pun para generasi pemuda Indonesia masih berperan aktif dalam memajukan Indonesia tercinta ini. rasa peduli dan nasionalis pemuda zaman dahulu sangatlah tinggi untuk memajukan Negara Indonesia ini. Catatan sejarah bangsa ini menempatkan peran pemuda sebagai pilar dan motor untuk mencapai kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Di mulai dari Budi Utomo tahun 1908, Sumpah pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945.Pada tanggal 28 oktober 1928 para pemuda dahulu mendeklarasikan diri mereka untuk menegakkan cita-cita bangsa Indonesia yakni terbebas dari para penjajah negeri ini. zaman sekrang ini tugas para pemuda bukanlah lagi berperang atau hal semacamnya. Karena perbedaan zaman, tugas terpenting pemuda saat ini adalah dengan menanamkan nilai-nilai pancasila di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Jika kita melihat masyarak pemuda saat ini sudah mulai meninggalkan bahkan melupakan nilai-nilai pancasila, yang merupakan ideology dan jati diri suatu bangsa Indonesia, seolah-olah para pemuda Indonesia saat ini tidak memiliki semangat nasionaliseme terhadap bangsa ini yang berbeda dengan zaman dahulu sebelum kemerdekaan.
Mengapa terjadi demikan..? itu disebabkan oleh kemajuan teknologi yang semakin canggih sehingga para pemuda saat ini terlena dan bahkan lupa dengan tugas-tugas mereka sebagai pelopor dan pemegang tongkat estafet pembangunan untuk kedepannya. Disamping itu sebab yang lain merosotnya peran pemuda adalah tidak adanya kepercayaan dari golongan tua kepada golongan muda untuk mengadakan transfer ilmu, pengalaman dan kewenangan didalam pemerintahan maupun non-pemerintah. Selain itu, para pemuda saat ini terlalu mengikuti gaya trend kebarat-baratan yang merupakan salah satu dampak yang menyerang pada generasi muda bangsa ini. banyak dari para generasi muda kita melakukan aktifitas aktifitas yang tidak postitif, seperti mabuk-mabukan, berjudi, merokok, narkoba, pergaulan bebas dan masih banyak lagi aktifitas negative yang sering kita lihat di lingkungan sekitar kita. Selain itu kebanyakan dari mahasiswa tidak memberdayagunakan forum-forum diskusi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan bahkan mereka enggan memasuknya. Sebaliknya, tempat-tempat hiburan malah disukai mahasiswa hingga mereka berbondong-bondong untuk menghadirinya. Bila seperti ini terjadi dan moral dari para generasi muda kita sudah rusak, maka bias jadi bangsa kita kembali dijajah oleh Negara lain. Saat ini saja kita telah melihat begitu besar kekayaan alam Indonesia tercinta kita ini yang diperogoti dan diperebut oleh Negara-negara lain ditambah hutang Indonesia yang kian menambah kepada bangsa lain atas ulah para generasi muda yang rusak moral. Hal inilah yang perlu dijaga oleh kita semua para generasi muda harus dilindungi, diayomi, dan diberi pendidikan yang baik Oleh karena itu, para generasi muda haruslah memiliki rasa nasionalis yang tertanam didalam dirinya serta harus dapat menyikapi perkembangan yang terjadi didunia ini. ambillah selalu sisi positifnya dan tinggalkan sisi negatifnya. Memiliki semangat jiwa muda yang dapat membangun Negara Indonesia yang mandiri, bersatu dan damai walaupun berbeda agama, suku, dan budaya, dapat berpikir Rasional, Demokratis, dan Kritis dalam menuntaskan segala masalah yang ada di Negara kita. Dengan cara cinta tanah air dan rela berkorban bagi bangsa Indonesia, serta menjunjung tinggi nilai nasionalisme dan persaudaraan antar agama, ras atau suku bagi semua bangsa Indonesia agar tidak terjadi perpecahan ataupun perselisihan antar bangsa Indonesia. Kecintaan bangsa kepada Negara harus semakin erat dan semakin tinggi rasa bangga yang tertanam pada jiwa-jiwa bangsa Indonesia terhadap negara sendiri. Studi kasus membuktikan bahwa banyak dari generasi muda kita tidak memiliki rasa tersebut dan cendrung tidak mencintai negaranya. Generasi muda tidak bisa melepaskan diri dari kewajiban untuk memelihara dan membangun masyarakat dan negara. Pemuda memiliki peran yang lebih berat karena merekalah yang akan hidup dan menikmati masa depan. Sejarah memperlihatkan kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda sering tampil sebagai kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik yang mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan kebersihannya dari noda orde masanya.
Namun sangat disayangkan, perilaku pemuda masa kini tampaknya tidak banyak yang mencerminkan Sumpah Pemuda. Para pemuda kini banyak yang terlena oleh kemerdekaan dan kemajuan teknologi. Akibatnya, para pemuda lebih banyak terlena oleh perilaku hedonisme, acuh terhadap bangsa, bahkan cenderung tak lagi menghargai Indonesia. Dengan demikian, pemuda tidak hanya memiliki tantangan terhadap dirinya sendiri, yaitu melihat dirinya sebagai obyek pembangunan, tetapi tantangan luar yang menghampiri seluruh bangsa. Kesadaran untuk menjadi subyek sangat perlu dihayati bahwa solusi pengangguran dan berbagai problem pemuda lainnya, bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. Kemampuan menyelesaikan problem obyektif yang ada diharapkan mampu mengantarkan pemuda untuk tampil menghadapi tantangan yang lebih luas lagi. Ternyata peran pemuda di era setelah kemerdekaan pun masih sangat diperlukan, pemuda mempunyai fungsi dan peran yang strategis dalam hal pembaharuan dan pembangunan bangsa . sehingga perlu di kembangkan potensi dan peran dari pemuda itu sendiri. Untuk meningkatkan potensi dan peran para pemuda di perlukan kesadaran diri dari individu itu sendiri namun di balik itu negara indonesia mempunyai peranan tersendiri dalam hal penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan para pemuda. Didalam pembukaan undang-undang Republik Indonesia No. 40 tahun 2009 tentang pemuda telah dijelaskan bahwa Negara mempunyai peranan tersendiri membantu generasi pemuda mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Terkait dengan kesadaran yang harus ditanamkan dalam diri setiap pemuda. Pemuda di tuntut untuk memainkan perannya dalam mengisi kemerdekaan,baik itu sebagai agen perubahan, kontrol sosial maupun moral dalam hal pembangunan nasional.Selain itu, pemuda juga diharapkan dapat bertanggung jawab untuk tetap bisa menjaga pancasila, keutuhan NKRI, dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sebagai mahasiswa, pemuda memiliki tugas pokok utama dalam tri dharma perguruan tinggi dalam hal ini mahasiswa harus mampu dalam melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdiannya terhadapa masyrakat luas. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan pendidikan yang ia terima selama sebagai mahasiswa, mengadakan penelitian-penelitian yang strategis baik itu untuk perbaikan maupun penemuan baru untuk kemjuan bangsa Indonesia nantinya. Disamping itu mahasiswa juga mampu mengabdikan dirinya terhadap masyarakat yakni dengan mengamalkan potensi-potensi ilmu yang diraih, pengetahuan serta pengalaman untuk mengatasi permasalahanpermasalahan yang ada di lingkungan masyarakat itu sendiri. Selain itu Pemuda juga memiliki peran yang sangat vital bagi keberlangsungan negara Indonesia di masa yang akan datang. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan semangat juang para pemuda, agar para pemuda tidak terlarut dalam kehidupan yang serba mewah. Bebarapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia agar mata ajar seperti Pancasila dan Sejarah Nasional tidak hanya menjadi
sekedar hapalan, namun juga meresap dalam setiap perbuatan siswa. Selain itu, perlu adanya penyuluhan tentang nilain Pancasila yang menyasar pada kalangan remaja/pemuda, serta perlunya peran orang tua sebagai pengawas sekaligus pembimbing agar para pemuda Indonesia tumbuh sesuai semangat perjuangan para pendahulu bangsa. Jika semangat para pemuda telah tumbuh, maka Indonesia akan semakin maju dan dapat bersaing secara global, dengna tidak melupakan identitas bangsa. Bukan hanya di tingakat sekolah, di kalangan mahasiswa juga harus diterapkan karena mahasiswa adalah “agen of change” agen perubahan untuk bangsa ini. jika mahasiswanya saja tidak diterapkan pembelajaran mendasar mengenai ideology pancasila. Demi penegakan suatu kepemimpinan yang adil dan yang baik tidak hanya cukup dengan seorang pemimpin semata. Namun, peran pemuda dan mahasisawa dalam pembangunan dan kemajuan Indonesia sangatlah berperan penting dalam menyumbangkan ide-ide serta pikiran yang luar biasa. Pemuda dan mahasiswa merupakan tonggak utama dalam keberhasilan suatu Negara dalam membentuk karakter-karakter pemuda bangsa ini. pemuda dan mahasiswa mmpunyai tanggung jawab yang besar dalam menjaga serta mengawasi berjalannya pemerintah Negara. Selain itu pemuda dan mahasiswa juga dijadikan tumpuan masyarakat untuk mengawasi pemerintah dalam menjalankan roda-roda kekuasaannya. Sebagai mahasiswa dan generasi pemuda penerus bangsa sangat banyak komunitas-komunitas atau kumpulan orang-orang yang masih mempunyai jiwa, semangat, dan ide-ide yang masih segar yang dapat menjadikan Negara ini lebih baik lagi. Mahasiswa juga banyak memiliki pemikiran-pemikiran yang visioner. Maka dari itu sudah saatnya para generasi muda bangun dan bergerak dalam melakukan perlawanan terhadap kaum tua yang memimpin negri ini yang tidak berpihak lagi terhadap masyarakat miskin. Sedikit mereview Para pemudalah yang mempelopori bangkitnya pergerakan nasional. Buktinya, organisasi-organisasi yang dapat dikatakan pelopor pergerakan nasional semuanya didirikan oleh pemuda. Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905 ketika ia baru berusia 27 tahun. Ia lahir pada tahun 1878. Sutomo baru berusia 20 tahun (lahir 30 Juli 1888) Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara baru berusia 20 tahun ketika mendirikan Indische Partij pada tahun 1912 bersama-sama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo. Tokoh-tokoh lain pun mulai aktif dalam pergerakan nasional pada usia yang masih muda. Muhammad Hatta mulai memimpin Perhimpunan Indonesia ketika usianya baru mencapai 21 tahun. Ketika menghadiri sidang Liga Anti Kolonialisme di Paris, usianya baru 23 tahun. Agus Salim dan Cokroaminoto mulai aktif memimpin Sarekat Islam pada umur 22 tahun. Soekarno tampil sebagai tokoh pergerakan nasional pada umur 22 tahun dan menjadi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) pada usia 26 tahun. Muhammad Yamin ketika ikut merumuskan Sumpah Pemuda di tahun 1928, umurnya baru 22 tahun. Ia mulai aktif dalam Jong Sumatranen Bond pada usia 19 tahun.
Dari review diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa para pemuda sekrang sangat jauh bedanya. Pemuda sekrang tidak memiliki ideology pancasila. Bukan hanya itu saja Adat dan budaya asli Indonesia pun akhirnya mulai ditinggalkan, bergeser ke adat Barat yang cenderung liberal tanpa etika. Pun begitu dengan bahasa. Tidak banyak lagi orang yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam pergaulan sehari-hari. Kalaupun ada, orang tersebut mungkin malah dianggap aneh dan dikucilkan dari lingkar pergaulannya. Pemuda sekarang lebih menyukai menggunakan bahasa gaul yang sarat akan campuran dengan bahasa Inggris atau asing lainnya. Hal-hal yang seperti inilah yang pada akhirnya kerap membuat kebudayaan Indonesia dicaplok dan diklaim oleh negara tetangga. Tidak hanya itu, pemuda sekarang juga mulai melupakan sejarah. Contohnya saja peristiwa sumpah pemuda. Meskipun setiap tahun diadakan upacara peringatan Sumpah Pemuda, tampaknya pemuda sekarang tak banyak yang memahami makna dan roh sumpah pemuda tersebut. Peringatan sumpah pemuda pun tak lebih dari sekedar ceremony. Makanya, tidak mengherankan jika pada akhirnya banyak pemuda yang tak lagi mengingat apa isi sumpah pemuda. Pertanyaanya adalah, bagaimana kita mau mengamalkan sumpah pemuda dalam kehidupan seharihari, jika kita tidak mengetahui apa isi sumpah pemuda tersebut? Jika nilai sejarah sudah tak lagi terjaga, bagaimana bisa membangun Indonesia di tengah kerasnya persaingan global? Pemuda memiliki peran yang sangat vital bagi keberlangsungan negara Indonesia di masa yang akan datang. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan semangat juang para pemuda, agar para pemuda tidak terlarut dalam kehidupan yang serba mewah. Bebarapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia agar mata ajar seperti Pancasila dan Sejarah Nasional tidak hanya menjadi sekedar hapalan, namun juga meresap dalam setiap perbuatan siswa. Selain itu, perlu adanya penyuluhan tentang nilain Pancasila yang menyasar pada kalangan remaja/pemuda, serta perlunya peran orang tua sebagai pengawas sekaligus pembimbing agar para pemuda Indonesia tumbuh sesuai semangat perjuangan para pendahulu bangsa. Jika semangat para pemuda telah tumbuh, maka Indonesia akan semakin maju dan dapat bersaing secara global, dengna tidak melupakan identitas bangsa. Kesimpulannya adalah bahwa sebagai pemuda dan mahasiswa harus lah memiliki rasa nasionalis terhadap bangsa ini, harus mempunya ideology pancasila, dan dapat memahami makna-makna dari sumpah pemuda, pancasila, dan jiwa bernegara. Dengan mengetahui hal ini para pemuda dan mahasiswa dapat memiliki rasa nasionalis yang kuat. Disamping itu peran pemerintah juga sangat berperan aktif membantu pemuda dan mahasiswa dalam pembentukan karakter agar rasa dan jiwa nasionalis dan patriot dimiliki disemua dada pemuda dan jiwa. Majalah bangsaku, majulah negaraku..
PERAN PEMUDA DALAM MEWUJUDKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA PERAN PEMUDA DALAM MEWUJUDKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Generasi muda merupakan generasi penerus yang eksistensinya sangat menentukan langkah kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia ke depan. Sebagai generasi penerus, pemuda diharapkan mampu memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Peran generasi muda sangat menentukan dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Hariyono[1] mengemukakan bahwa cakrawala pemikiran yang kritis dan kreatif dengan dilandasi oleh idealisme anak-anak muda pada awal XX mampu menjadi obor pergerakan Indonesia. Merekalah yang kemudian menjadi tonggak awal dalam melihat realitas sebagai suatu kontruksi sosial yang progresif dan revolusioner. Eksistensi generasi muda menjadi pelopor pergerakan kemerdekaan Indonesia kemudian menjadi tonggak yang sangat menentukan dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Selanjutnya dinamika peranan generasi muda yang dipelopori oleh generasi muda yang berpendidikan tinggi berkembang di berbagai bidang kehidupan. Seiring dengan dinamika perkembangan politik, sosial, dan budaya di Indonesia peranan generasi muda mengalami pasang surut. Di zaman globalisasi sekarang peranan generasi muda terutama dalam mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan masyarakat menjadi semakin surut.
Secara khusus persoalan generasi muda dengan eksistensi jiwa mudanya semakin meninggalkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila tidak lagi menjadi landasan utama dalam bertindak dan berperilaku dari berbagai segi kehidupan generasi muda. Seharusnya Pancasila[2] menjadi landasan utama yang dijadikan pedoman dan petunjuk arah bagi semua elemen bangsa Indonesia baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat, dan bernegara. Fenomena kecenderungan perilaku dan kepribadian generasi muda sekarang ini semakin menjauh dari nilai-nilai Pancasila dan kehilangan jati diri sebagai suatu individu yang berakar dari nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kondisi faktual saat ini yang menggerus kepribadian generasi muda seperti: hilangnya identitas budaya bangsa, tawuran pelajar dan mahasiswa, narkoba, seks bebas, fenomena genk motor, kekerasan yang dilakukan generasi muda, dan degradasi moralitas pelajar menuntut pihak-pihak yang berkompeten untuk mengantisipasi dan penanggulangi berbagai persoalan tersebut. Lemahnya ketahanan budaya pada generasi muda juga ditunjukkan oleh terjadinya gejala krisis identitas sebagai akibat semakin melemahnya normanorma lama dan belum terkonsolidasinya norma baru, yang telah mengakibatkan terjadinya sikap ambivalensi dan disorientasi tata nilai. Disorientasi tata nilai, ditambah dengan tumbuh suburnya semangat kebebasan, telah menyuburkan tumbuhnya pandangan yang serba boleh (permisif) yang telah mengakibatkan menguatnya budaya hedonis generasi muda. Untuk itu generasi muda perlu mereposisi perilaku dan perannya dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Saatnya generasi muda mereposisi perilakunya dengan meninggalkan budaya hedonis dan budaya luar yang tidak sesuai dengan nilainilai Pancasila. Selain itu pemuda harus memberikan peranan yang lebih aktif dalam membumikan Pancasila terutama dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Peran inilah yang harus aktif dimainkan secara aktif oleh generasi muda bersama-sama dengan komponen masyarakat lainnya untuk lebih menanamkan nilai-nilai Pancasila di tengah berbagai persoalan masyarakat yang mulai terlepas dari jati diri dan identitas sebagai bangsa Indonesia. Globalisasi dengan segala dimensinya menyebabkan berbagai ketahanan budaya, identitas nasional, dan jati diri sebagai suatu bangsa menghadapi ancaman dan tantangan, bahkan proses degradasi ketahanan budaya, identitas nasional, dan jati diri sebagai suatu bangsa sudah sangat tampak dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Globalisasi telah mengakibatkan goncangan dan krisis budaya, yang kemudian berujung pada lemahnya ketahanan budaya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penulisan makalah ini dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kondisi faktual persoalan generasi muda saat ini yang berhubungan dengan identitas diri Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia? 2. Bagaimanakah peran Pancasila bagi generasi muda dalam membentuk dan membangun identitas diri sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam menghadapai tantangan globalisasi dan modernitas? 3. Bagaimanakah reposisi peran generasi muda dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara?
C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskrisikan kondisi faktual persoalan generasi muda saat ini yang berhubungan dengan identitas diri Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia. 2. Menganalisis peran Pancasila bagi generasi muda dalam membentuk dan membangun identitas diri sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dalam menghadapai tantangan globalisasi dan modernitas? 3. Menganalisis reposisi peran generasi muda dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
BAB II PEMBAHASAN
A. Generasi Muda dan Identitas Jatidiri Sebagai Bangsa Indonesia Generasi muda merupakan masa peralihan dari remaja ke dewasa muda. Masa muda adalah masa transisi antara kanak-kanak dan dewasa, dan mereka relatif belum mencapai tahap kematangan mental serta sosial sehingga harus
menghadapi tekanan emosi, psikologi, dan sosial yang saling bertentangan. Dengan segala potensi, kepribadian dan konflik yang ada dalam dirinya, menjadikan generasi muda sebagai suatu jiwa yang khas dalam proses transisi menuju manusia dewasa. Kecenderungan generasi muda sekarang dalam pola pikir, perilaku, dan gaya hidup yang serba instan, hedonis, dan cenderung kehilangan identitas yang berakar dari budayanya. Degradasi kualitas generasi muda Indonesia saat ini, memasuki taraf yang mengkhawatirkan, yang ditandai dengan melemahnya identitas dan ketahanan budaya. Lemahnya ketahanan budaya tersebut tercermin antara lain dari lemahnya kemampuan dalam menyikapi dinamika perubahan sebagai akibat dari tuntutan zaman yang secara kental diwarnai oleh derasnya serbuan budaya global. Kebudayaan nasional yang diharapkan mampu sebagai katalisator dalam mengadopsi nilai-nilai universal yang luhur dan sekaligus sebagai filter terhadap masuknya budaya global yang bersifat negatif ternyata belum mampu berfungsi sebagaimana mestinya. Tanpa adanya sikap adaptif-kritis, maka adopsi budaya negatif, antara lain: sikap konsumtif, individualis-hedonis, akan lebih cepat prosesnya dibandingkan dengan adopsi budaya positif-produktif. Krisis multidimensi yang berkepanjangan telah memberikan kontribusi terhadap semakin melemahnya rasa kepercayaan diri dan kebanggaan generasi muda, dan menguatnya sikap ketergantungan, bahkan lebih jauh telah menyuburkan sikap apatis generasi muda terhadap berbagai persoalan bangsanya. Generasi muda menjadi generasi yang cuek terhadap realitas yang terjadi dalam masyarakat karena berpandangan bahwa bukan tugas dan kewajibannya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut. Selain itu persoalan generasi muda adalah menipisnya semangat nasionalisme tersebut juga sebagai akibat dari lemahnya kemampuan bangsa dalam mengelola keragaman (pluralitas) yang menjadi ciri khas obyektif bangsa Indonesia. Selain itu nasionalisme Indonesia dalam kalangan generasi muda tergerus oleh arus globalisasi yang deras memenuhi segala dimensi kehidupan generasi muda. Perilaku menyimpang seperti penggunaan narkoba, seks bebas, tawuran pelajar, kriminalitas, dan lain-lain sangat akrab dengan generasi muda, bahkan mereka melakukannya dalam usia yang relatif muda. Budaya urban mereka adaptasi dalam berbagai hal seperti gaya hidup dan perilaku dalam berbusana, bergaul, nongkrong, musik, konsumsi, dan sebagai merasuk begitu deras dalam kehidupan anak muda sehari-hari. Hal ini juga menjalar tidak hanya dalam kehidupan anak muda di kota-kota besar, tetapi juga pelosok-pelosok desa. Perilaku dan gaya hidup mereka mengimitasi dan menjalar dari berbagai kehidupan di dunia, tanpa mereka tahu esensi dan makna dari apa yang mereka lakukan. Hal ini semua menunjukkan bahwa Pancasila belum diinternalisasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Untuk itu perlu dibangun karakter generasi muda yang sesuai dengan nilainilai Pancasila. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang
dimiliki. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter adalah keinginan kita semua. Soekarno selalu menggelorakan gerakan kesadaran untuk membentuk “nation and character building”. Soekarno menyatakan bahwa tugas berat bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa. Apabila pembangunan karakter bangsa ini tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.[3]
Generasi muda terseret oleh berbagai kehidupan modern yang hedonis, melupakan nilai-nilai budaya bangsa yang berakar dari Pancasila: 1. Pengaruh globalisasi dunia terutama komunikasi dan informasi) Globalisasi dunia membawa perubahan yang luar biasa bagi kehidupan masyarakat, baik dari sisi positif ataupun negatifnya. Pengaruh komunikasi dan informasi saat ini berperan utama dalam membentuk sebagian besar tingkah laku dan kepribadian anak muda di Indonesia. Gaya hidup dan perilaku anak muda yang hedonis terinspirasi dari televisi, film, internet serta media komunikasi lainnya. Kejadian, kecenderungan gaya hidup di belahan bumi lain, dengan pengaruh globalisasi membawa efek terinspirasinya anak muda di belahan dunia lain untuk melakukan tindakan serupa. 2. Degradasi kualitas moral Salah satu hal yang sangat memprihatinkan di kalangan generasi muda adalah adanya kualitas moral, baik itu moral agama ataupun susila. Semakin melunturnya norma dan nilai-nilai agama dan susila dalam masyarakat, berubahnya persepsi dan kebiasaan tatanan kehidupan membawa kontribusi yang luar biasa bagi penurunan kualitas moral. Bahkan dalam sebagian generasi muda cenderung untuk melawan nilai dan arus dalam masyarakat. Idiom anti kemapanan menjadi “trade mark” bagi sebagian anak muda untuk terlepas dari “kungkungan nilai” dikarenakan degradasi kualitas moral dan terpengaruh dengan gaya hidup yang hedonis. 3. Lingkungan pergaulan Pergaulan, baik itu di lingkungan sekolah, kampus dan masyarakat merupakan asosiasi yang efektif bagi generasi muda untuk menumbuhkan gaya hidup yang hedonis. Dalam banyak kasus, kekerasan dilakukan oleh generasi muda secara berkelompok dan karena itu kekerasan menjadi kekerasan kolektif yang secara psikologis, seseorang menjadi lebih berani dan terbuka dalam melakukan kekerasan. 4. Sikap emosional dan egoistic Generasi muda identik dengan tingginya sikap emosional dan egoistik. Mereka melakukan berbagai tindakan berdasarkan emosi dan ego, tidak berdasarkan
rasio, tanpa memikirkan dampak dan akibatnya. Hanya untuk menunjukkan eksistensi dan ekspresi diri mereka kadang melakukan kekerasan. Karakteristik generasi muda yang kurang memiliki akar budaya yang kuat dalam kecenderungan perilaku dan gaya hidup anak muda dengan alasan sebagai berikut: a. Memahami modernitas hanya dari kulit luarnya saja, tanpa memahami esensi dan makna yang menjelma dalam otak, pola pikir, dan perilaku. Sehingga mereka melakukan imitasi dan berlangsung dahsyat dengan deras arus informasi dan komunikasi. Anggapan modern apabila mereka memiliki dan berperilaku sesuai dengan tuntutan dalam proses imitasi tersebut. Dan perilaku inilah yang menjadi gaya hidup mereka. b. Bangga akan identitas fisik. Generasi muda bangga dengan identitas fisik yang mereka miliki, dalam hal berpakaian (fashion), konsumsi (food), wajah (face), fisik dan kesenangan (fun). Hal ini menjalar dalam berbagai hal dalam kehidupan anak muda dan menjadi paradigma dan gaya hidup mereka. Mereka bersaing untuk hidup secara konsumtif, tanpa memahami hakekat dan esensi dari apa yang mereka lakukan. Mereka merasa bangga dengan apa yang mereka miliki secara fisik, tanpa mengenal makna dan manfaat dari apa yang mereka miliki. c. Menjadi generasi yang instan. Pada umumnya generasi muda sekarang merupakan generasi yang instan dalam banyak. Mereka menyukai berbagai hal yang instan tanpa harus ikut dalam proses di dalamnya. Mereka kurang mengenal konsep perjuangan sehingga makna dari tujuan dan eksistensi tersebut tidak mereka rasakan. Dari itulah mereka kurang memahami esensi banyak hal yang mereka lakukan. d. Mudah terpengaruh kebudayaan lain yang belum tentu sesuai dengan karakteristiknya. Generasi muda sekarang ini cenderung tidak mempunyai karakter dan kepribadian yang kuat. Mereka mudah terpengaruh dengan kebudayaan lain yang berasal dari Barat, sebagai pemuas berbagai kebutuhan hedonisnya, tanpa menyeleksi lebih lanjut apakah kebudayaan tersebut sesuai dengan kepribadiaannya, bermakna atau bermanfaat untuk dirinya, tanpa banyak berpikir sisi positif dan negatifnya.
B. Fungsi dan Peran Pancasila dalam Membangun Jati Diri Generasi Muda Menyiapkan generasi muda untuk mampu menyelesaikan berbagai persoalan bangsa serta menjauhkan mereka dari kontaminasi berbagai virus yang menggerogoti mentalitas bangsa dan hal-hal negatif dari generasi muda. Untuk memfilter berbagai pengaruh negatif globalisasi, dalam pendidikan perlu dikembangkan konsep dan implementasikan yang didasarkan oleh nilainilai Pancasila dan agama. Pancasila harus mewarnai segala instrument
pendidikan dalam rangka menyiapkan generasi muda menjadi warga negara seperti yang diharapkan masyarakat, bangsa, dan negara. Pancasila yang digali dari nilai-nilai budaya bangsa menjadi nilai-nilai yang diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian generasi muda memiliki ketahanan budaya yang dikembangkan dari Pancasila untuk menghadapi berbagai tantangan global. Pancasila dapat menjadi filter segala sesuatu dari pengaruh negatif globalisasi. Selain itu, dapat membangkitkan kesadaran kaum muda untuk memiliki moralitas dan mentalitas yang positif, dengan berbagai hal yang harus dilakukan dalam lingkungan keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Mengarahkan dan menyadarkan generasi muda pada hal-hal dan kegiatan yang positif. Pendidikan dengan Pancasila sebagai dasarnya menekankan pada nilainilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik. Untuk itu Pancasila harus menjadi pandangan hidup generasi muda. Pandangan hidup mengandung konsep dasar kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa, termurat pikiran-pikiran terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik, yang akan membawa hidup dan kehidupan bangsa pada tujuan bersama. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia telah mampu memapu mempersatukan bangsa Indonesia yang pluralis dan multikultural serta memberikan petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dalam masyarakat. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur tersebut merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sendiri dan diyakini sebenarnya. [4] Memberikan bekal pendidikan yang berlandaskan pada konsep iman dan taqwa dan pembentukan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan susila. Dalam dunia pendidikan sudah saatnya direnungkan kembali sistem pendidikan nasional kita yang hanya menekankan pada pembentukan aspek kognitif, yang hanya mendidik manusia menjadi pintar. Untuk itu dibutuhkan pendidikan dengan tekhnis dan kurikulum yang lebih berpihak pada pembentukan moral dan akhlaq yang positif, yang salah satunya dikembangkan dengan Pendidikan yang berlandaskan agama. Sebagaimana yang dinyatakan Tilaar, yang menjelaskan bahwa pendidikan merupakan wahana yang paling wajar dalam menanamkan nilai-nilai keindonesian, dan sekolah adalah tempat untuk mengembangkannya, terutama bagi remaja usia sekolah. Pendidikan nasional mempunyai impactyang sangat besar dalam pembentukan jati diri bangsa Indonesia. [5] Karena itulah, Pancasila sebagai penguat dan identitas nasional Indonesia perlu segera direkonstruksi kembali oleh pemuda untuk diinternalisasikan dalam sikap dan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila saat ini belum dihayati secara benar oleh generasi muda, hanya dipahami sebagai suatu instrument, simbol-simbol negara tanpa memahami hakikat dan makna dari esensi Pancasila itu sendiri. Sehingga, Pancasila menjadi unsur-unsur akal dan jiwa generasi muda yang konsisten dan konsekuen dalam tingkah lakunya
sehingga tampak bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu lainnya.[6] Pancasila harus menjadi hal yang menggambarkan identitas generasi muda kita dengan sebuah jati diri bangsa suatu bangsa yang tercermin dalam bentuk aktivitas dan pola tingkah lakunya yang dapat dikenali orang atau bangsa lain. Bagi bangsa Indonesia, jati diri bangsa dalam bentuk kepribadian nasional ini, telah disepakati sejak bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kesepakatan kesepakatan itu, telah muncul lewat pernyataan pendiri Negara dengan wujud pancasila, yang di dalamnya mengandung lima nilai-nilai dasar sebagai gambaran kelakuan berpola bangsa Indonesia, yang erat dengan jiwa, moral dan kepribadian bangsa. [7] Pancasila tidak hanya diangkat sebagai dasar Negara namun juga menjadi pandangan hidup bangsa. Rasa dan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh cinta tanah air merupakan bagian dari “ethico-mytical nucleus” dari suatu bangsa. Untuk itu pembudayaan dan internalisasi nilai-nilai dasar tersebut perlu dilakukan secara terus-menerus dan konsekstual sesuai dengan jiwa dan tantangan zamannya. [8]
C. Peran Pemuda dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa ini di masa mendatang harus bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan memiliki modal dasar sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas sosial) dalam masyarakat. Karena pemuda merupakan suatu potensi yang besar sebagai armada dalam kemajuan bangsa. Peran pemuda sangat penting dalam membangun peradaban dan kemajuan suatu bangsa. Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah sebagai berikut. a. Mewariskan nilai-nilai ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya Menyiapkan warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, bangsa, dan negara. Peran ini dapat dimainkan oleh generasi muda dengan membina generasi dibawahnya. Tugas besar pemuda adalah mewariskan nilainilai ideal dalam hal ini Pancasila kepada generasi berikutnya. Nilai-nilai ideal tersebut beberapa diantaranya adalah: gotong royong, musyawarah, nasionalisme, demokrasi Pancasila, persatuan dan kesatuan, kerjasama, identitas jati diri, budaya, dan sebagainya. Nilai-nilai yang diidealkan inilah kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk itu generasi muda perlu belajar dari masyarakat secara langsung proses pewarisan nilai-nilai tersebut. Dari itu terbentuk komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, yang membentuk
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan Pancasila yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan seharihari serta mewariskan ke generasi dibawahnya. Generasi muda perlu secara khusus menyiapkan diri sebagai warga negara yang diharapkan sebagai jembatan untuk mewariskan nilai-nilai dari generasi ke generasi berikutnya, membentuk warga negara seperti yang diharapkan harus mampu memberikan kontribusi yang besar dalam menyiapkan generasi selanjutnya dalam menghadapi tantangan global. Dalam menghadapi tantangan global, peran pemuda dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila menjadi faktor yang menentukan dalam proses pewarisan nilai budaya bangsa. Melalui proses pendidikan yang diperoleh mahasiswa dalam pendidikan, dapat ditransfer secara nyata dalam masyarakat baik untuk generasi berikutnya ataupun masyarakat secara keseluruhan.
b. Membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila Pendidikan dengan Pancasila sebagai dasarnya menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik.Berdasarkan hal tersebut perlunya generasi muda terlibat secara lebih aktif melalui penguatan identitas Indonesia dan ketahanan budaya dalam konteks interaksi dalam komunitas masyarakat dengan membentuk ikatan kolektivitas, rasa kebersamaan yang melahirkan dan menumbuhkan identitas ke-Indonesia-an dan mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi selanjutnya. Dengan konsep seperti inilah menumbuhkan identitas ke-Indonesia-an yang kuat dan membentuk ketahanan budaya sebagai benteng yang mendasari pengaruh apapun dari dampak negatif globalisasi dalam bentuk apapun dan menguatkan nasionalisme Indonesia secara keseluruhan. Untuk itu dalam konteks pendidikan yang berlandaskan Pancasila perlu dilakukan kajian-kajian dengan kompetensi generasi muda sebagai berikut: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. [9] Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, sebagaimana yang terkristal dalam Pancasila, hendaknya dijadikan komitmen bangsa yang mencerminkan identitas nasional. [10] Dengan konsep seperti generasi muda tidak akan tercerabut dari akar budayanya, yaitu nilai-nilai luhur Pancasila yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan merupakan modal utama dan sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai Indonesia dan nasionalisme Indonesia secara keseluruhan terutama dalam menyiapkan generasi muda. Pendidikan terutama materi PKn, sejarah,dan sebagainya akan memperkenalkan generasi kepada pengalaman kolektif dan masa lalu bangsanya. Pendidikan juga membangkitkan kesadaran dalam kaitannya dengan kehidupan bersama dalam komunitas yang lebih besar, sehingga tumbuh kesadaran kolektif dalam memiliki kebersamaan dalam sejarah. Proses pengenalan diri inilah yang merupakan titik awal dari timbulnya rasa harga diri, kebersamaan, dan keterikatan (sense of solidarity), rasa keterpautan, dan rasa memiliki (sense of belonging), kemudian rasa bangga (sense of pride) terhadap bangsa dan tanah air sendiri. [11] Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penguatan konten lokal dalam pendidikan adalah sebagai berikut: a. Memasukkan dan mengkomparasikan kajian-kajian lokal baik dari perspektif ekonomi, sejarah, sosial, budaya, geografi, dan sebagainya dalam materi pendidikan global. b. Melakukan analisis permasalahan dalam konten global dengan berangkat dari isu-isu lokal, nasional, dan global. c. Melakukan filter dengan budaya dan kearifan lokal dalam konten global, sehingga dapat memperkuat ketahanan budaya dan identitas bangsa.
c. Memperkuat jati diri sebagai sebuah bangsa Selain itu Pancasila sangat besar peranannya dalam memperkuat jati diri bangsa. Jati diri bangsa merupakan sesuatu yang telah disepakati bersama seperti cita-cita masa depan yang sama berdasrkan pengalaman sejarah, baik pengalaman yang menggembirakan maupun yang pahit. Semuanya telah membentuk solidaritas yang tinggi sebagai suatu bangsa dan oleh sebab itu bertekad untuk memperbaiki masa depan yang lebih baik. Di dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia harus terus menerus di dalam proses pembinaannya. Pembinaan jati diri generasi muda dapat dilaksanakan melalui jalur formal maupun informal. Kelekatan dan tanah air saling menguatkan di dalam upaya untuk kembali ke akar sendiri. Perlu mengakarkan diri kembali, agar melekatkan diri mereka sendiri pada keaslian mereka yang murni, diri mereka yang otentik. Masyarakat pascamodern juga merupakan masyarakat pasca-nasional, yang diiringi dengan melemahnya sentiment nasional dan bertambahnya kekecewaan terhadap ideologi nasional, yang akan semakin menelan dan mengikis budaya dan identitas nasional.[12] Karena itulah, penguatan identitas perlu dilakukan terutama generasi muda, baik itu melalui penguatan budaya dan sosial dengan jalur formal, informal, dan nonformal.
Pendidikan mempunyai peran yang fundamental dalam memperkuat nasionalisme dan jati diri bangsa di tengah berbagai persoalan internal dan eksternal bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita perlu penguatan budaya kepada dalam pendidikan untuk penguatan identitas nasional. Di dalam jaringan inilah seperti yang ditekankan oleh Tilaar terbentuk perilaku dari para anggotanya yang telah diikat oleh rasa persatuan dan rasa saling membutuhkan satu dengan yang lain. Dalam konteks inilah solidaritas dan kolektivitas dibangun menjadi sebuah pondasi yang kuat. Komunitas merupakan suatu ikatan yang sentimental yang mengikat para anggotanya dalam kesatuan solidaritas, kebersamaan dan diikat oleh kohesi sosial sehingga melahirkan the sense of belonging.[13] Semangat idealisme dari kelompok pemuda yang visioner tersebut menyebabkan bangsa Indonesia dapat mengatasi masalah dan tantangan zamannya. Berkat kerja keras mereka sebagai anak muda di zamannya nasionalisme Indonesia yang bersifat inklusif emansipatoris dapat dibentuk. Walaupun pada mulanya mereka sangat dipengaruhi oleh pemikiran etno nasionalisme, pada akhirnya mereka berhasil melebur dan memperjuangkan nasionalisme Indonesia yang lebih inklusif, religius dan kerakyatan. Mereka tidak membanggakan lagi elit tradisional yang berbasis pada keturunan.[14]
d. Penguatan nilai etnik dan nasionalisme generasi muda Nilai-nilai etnik di Indonesia yang sangat majemuk bisa survive menghadapi modernitas globalisasi. Generasi muda dapat mengakomodasi nilai-nilai tradisional tersebut agar menjadi kuat perannya dan sebagai dasar dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang. Untuk itulah generasi muda perlu mengembangkan nilai-nilai luhur dalam etnik yang majemuk menjadi hal utama yang harus dikembangkan menjadi identitas dan jati diri bangsa menjadi lebih kuat terhadap tantang modernitas dan globalisasi. Generasi muda memegang peran penting bagaimana menjadi bangga dengan nilai etnik dan nasionalismenya. Identitas akan memperkuat jati diri, dan jati diri akan menimbulkan kebanggaan, dan dari kebanggaan inilah muncul percaya diri dan mampu menghadapi berbagai hal dalam kaitannya dengan modernitas dan globalisasi dengan nilai-nilai bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai etnik dengan segala kemajemukannya dapat menjadi sumber kekuatan bangsa Indonesia, bukan sebaliknya menjadi kelemahan yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Di persatuan dan kesatuan inilah seperti yang ditekankan oleh Tilaar terbentuk perilaku dari para anggotanya yang telah diikat oleh rasa persatuan dan rasa saling membutuhkan satu dengan yang lain. Dalam konteks inilah solidaritas dan kolektivitas dibangun menjadi sebuah pondasi yang kuat. Komunitas merupakan suatu ikatan yang sentimental yang mengikat para anggotanya dalam kesatuan solidaritas, kebersamaan dan diikat oleh kohesi sosial sehingga melahirkan the sense of
belonging. Pada akhirnya menjadi kekuatan yang survive menghadapai modernitas dan globalisasi itu sendiri. Kelekatan dan tanah air saling menguatkan di dalam upaya untuk kembali ke akar sendiri. Perlu mengakarkan diri kembali, agar melekatkan diri mereka sendiri pada keaslian mereka yang murni, diri mereka yang otentik. Pancasila sebagai dasarnya menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan nasionalisme pada setiap siswa agar mempunyai ketahanan global. Rasa kebersamaan ini semestinya harus dapat dirasakan pada setiap saat dan dimana saja. Sehingga rasa nasionalisme atau cinta tanah air dapat kita wujudkan dan dapat masyarakat nikmati secara merata. Rasa kebersamaan ini tidak hanya muncul saat terjadi bencana-bencana alam, keamanan negara diganggu oleh negara lain, warga negara kita disiksa oleh warga negara negara lain, tetapi mestinya muncul pada setiap saat dan tempat. Sehingga masyarakat menjadi aman dan tentram karena pejabat politik memiliki rasa solidaritas yang tinggi untuk membela rakyat agar menjadi maju. Pemerintah juga memiliki rasa kebersamaan dalam menanggulangi kemiskinan, pengangguran dan kebodohan yang masih banyak dirasakan oleh rakyat Indonesia.
e. Pengambil peran dalam pengentasan kemiskinan dan pendidikan Semangat idealisme dari kelompok pemuda yang visioner tersebut menyebabkan bangsa Indonesia dapat mengatasi masalah dan tantangan zamannya. Berkat kerja keras mereka sebagai anak muda di zamannya nasionalisme Indonesia yang bersifat inklusif emansipatoris dapat dibentuk. Walaupun pada mulanya mereka sangat dipengaruhi oleh pemukiran etno nasionalisme, pada akhirnya mereka berhasil elebur dan memperjuangkan nasionalisme Indonesia yang lebih inklusif,religious dan kerakyatan. Mereka tidak membanggakan lagi elit tradisional yang berbasis pada keturunan. [15] Masalah yang lebih serius itu adalah masalah kemiskinan, keterpencilan, dan perasaan penduduk kawasan perbatasan yang merasa tidak disantuni oleh negara. Kemiskinan, keterisolasian, dan merasa ditelantarkan merupakan sumber ancaman yang paling nyata dan yang sesungguhnya dihadapi. [16] Untuk itu generasi muda harus mengambil peranan dalam mengatasai masalah kemiskinan dan keterbelakangan ekonomo dan pendidikan. Nasionalisme Indonesia saat ini hendaknya dikembangkan untukmengentaskan Indonesia dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, ketertinggalan, dan berbagai hal lainnya dalam rangka memperkuat eksistensi dan harga diri sebagai sebuah bangsa yang dapat mewujudkan cita-cita bersama sekaligus mampu bersaing dengan bangsabangsa dalam era global. Untuk itu energi bangsa sebagai wujud nasionalisme dicurahkan dan digerakkan dalam rangka mewujudkan hal tersebut. Aktualisasi diri sekaligus membangun prestasi dapat direalisasikan dengan membangun etos kerja mengandalkan kedisiplinan, kerja keras dan kreativitas.
Beberapa perubahan struktural memang penting dan strategis dalam pembangunan Indonesia. Namun perubahan struktural tanpa diikuti dengan perubahan perubahan mindset tidak banyak membantu perubahan watak secara signifikan. [17] Untuk itu generasi muda terutama mahasiswa harus mengambil peranan dengan terjun secara langsung kepada masyarakat untuk mengentaskan Indonesia dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, ketertinggalan, dan berbagai hal lainnya. Karena dari inilah Pancasila menjadi kuat dan Indonesia menjadi negara yang berakar dari nilai-nilai luhur bangsanya.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan Peran pemuda sangat penting dalam membangun peradaban dan kemajuan suatu bangsa. Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa ini di masa mendatang harus bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan memiliki modal dasar sebagai agent of change(agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas sosial) dalam masyarakat.
Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara adalah mewariskan nilai-nilai ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya, membekali diri dengan pendidikan yang berlandaskan Pancasila yang menekankan pada nilai-nilai untuk menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik, memperkuat jati diri, dan berperan untuk mengentaskan Indonesia dari kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan, ketertinggalan, dan berbagai hal lainnya.
B. Saran-saran
Berikut saran-saran yang disampaikan sehubungan dengan makalah ini. 1. Pancasila dapat menjadi filter segala sesuatu dari pengaruh negatif globalisasi. Untuk itu nilai-nilai Pancasila selalu menjadi dasar bagi kita untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. 2. Pancasila harus menjadi pandangan hidup generasi muda. Pandangan hidup mengandung konsep dasar kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa, termurat pikiran-pikiran terdalam dan gagasan sesuatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik, yang akan membawa hidup dan kehidupan bangsa pada tujuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hakim, Suparlan. 2014. Pendidikan Indonesia. Malang: Madani.
Kewarganegaraan
dalam
Konteks
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Dipoyudo, Kirdi. 1985. Keadilan Sosial: Seri Penghayatan dan Pengamalan Pancasila I. Jakarta: Rajawali
Giddens, Anthony. Wacana
2005. Konsekuensi-konsekuensi
Modernitas.Yogyakarta:
Kreasi
Hariyono. 2014. Ideologi Pancasila. Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang: Intrans Publishing.
Hurlock E. B. 2003. Psikologi perkembangan. Ed-V. Jakarta: Erlangga
Margono. 2012. Pendidikan Pancasila Topik Kebangsaan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Aktual
Kenegaraan
dan
Smith, Anthony D. 2003. Nasionalisme: Teori, Ideologi, dan Sejarah. Terjemahan Frans Kowa. Jakarta: Erlangga.
Sapriya. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suhartono, Agus Laksamana TNI. 2011. Peran Kuliah Kerja Nyata (K2n) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Pulau Terdepan Dan Daerah Perbatasan. Disampaikan Pada Acara Pengenalan Sistem Akademik Universitas (Psau) dan Orientasi Kehidupan Kampus (OKK) Untuk Mahasiswa Baru Universitas Indonesia Tahun Akademik 2011/2012. Jakarta, 12 Agustus 2011
Tilaar, H.A.R. 2007. Mengindonesia, Etnistas dan Identitas Bangsa Indonesia. Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tirtosudarmo, Riwanto.2002. Tentang Perbatasan dan Studi Perbatasan: Sebuah Pengantar. Antropologi Indonesia, XXVI, NO. 67, Januari-April 2002.
Tirtosudarmo, Riwanto.2011. Nasionalisme dan Ketahanan Budaya: Beberapa Catatan dari Perspektif Demografis dalam KumpulanNasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia: Sebuah Tantangan.Jakarta: LIPI Press.
Soedarsono, Soemarno. 2009. Karakter Mengantarkan Bangsa dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: Kompas Gramedia.
Wiraatmadja, 2002. Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Press.
[1] Hariyono. Ideologi Pancasila. Publishing. 2014). hal 161
Roh
Progresif
[2] Margono. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Universitas Negeri Malang. 2012). hal 19
Nasionalisme Kenegaraan
Indonesia. (Malang: dan
Intrans
Kebangsaan.(Malang:
[3] Soedarsono, S. Karakter Mengantarkan Bangsa dari Gelap Menuju Terang. (Jakarta: Kompas Gramedia. 2009) hal.i [4] Margono. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Universitas Negeri Malang. 2012). hal 19
Kenegaraan
dan
Kebangsaan.(Malang:
[5] Tilaar, H.A.R. Mengindonesia, Etnistas dan Identitas Bangsa Indonesia. Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta.2007). hal 32 [6] Margono. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Universitas Negeri Malang. 2012). hal 21
Kenegaraan
dan
Kebangsaan.(Malang:
[7] Margono. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Universitas Negeri Malang. 2012). hal 21
Kenegaraan
dan
Kebangsaan.(Malang:
[8] Hariyono. Ideologi Pancasila. Publishing. 2014). hal 163 [9]
Roh
Progresif
Nasionalisme
Indonesia. (Malang:
Intrans
Depdiknas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Jakarta: Depdiknas. 2006). hal 417
[10] Suparlan Al-Hakim, Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. (Malang: Madani. 2014). hal 13 [11] Wiraatmadja, Rochiati. Pendidikan Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Nasional, dan Global. (Bandung: Historia Utama Press. 2002) hal 157 [12] Smith, Anthony D. Nasionalisme: Teori, Ideologi, dan Sejarah. Terjemahan Frans Kowa. (Jakarta: Erlangga.2003) hal 163-164 [13] Tilaar, H.A.R. Mengindonesia, Etnistas dan Identitas Bangsa Indonesia. Tinjauan dari Perspektif Ilmu Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta.2007). hal 194 [14] Hariyono. Ideologi Pancasila. Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. (Malang: Intrans Publishing. 2014). hal 160 [15] Hariyono. Ideologi Pancasila. Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. (Malang: Intrans Publishing. 2014). hal 160 [16] Tirtosudarmo, Riwanto. Nasionalisme dan Ketahanan Budaya: Beberapa Catatan dari Perspektif Demografis dalam Kumpulan Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia: Sebuah Tantangan. Jakarta: LIPI Press. 2011. hal 23. [17] Hariyono. Ideologi Pancasila. Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. (Malang: Intrans Publishing. 2014). hal 179
Nasionalisme Pemuda Memudar? Hari ke 1,558, 09:07•Diterbitkan di Indonesia
•oleh EmMank05
Oleh: Zainul Mun'im, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Dengan editing seperlunya oleh: EmMank "Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akanku guncangkan dunia." Kata-kata Soekarno ini membuktikan bahwa pemuda dengan nasionalismenya merupakan kekuatan maha dahsyat yang mampu melawan tirani dan dapat meruntuhkan suatu rezim tertentu. Memang tidak dapat dipungkiri lagi, nasionalisme para pemuda telah mampu menorehkan tinta emas dalam sejarahnya, khususnya dalam menggiring reformasi bangsa ini. Sumpah Pemuda yang dideklarasikan 28 Oktober 1928, merupakan sejarah yang menjadi bukti akan tingginya nasionalisme pemuda. Rasa nasionalisme yang dilahirkan dalam sumpah tersebut merupakan sejarah yang menunjukkan begitu dominannya peran pemuda, terutama dalam usaha menghapus kolonialisme. Mulai era Kebangkitan Nasional tahun 1908, Sumpah Pemuda 1928, hingga Kemerdekaan Republik Indonesia 1945, pemuda selalu menduduki peranan penting. Bahkan, pasca kemerdekaan, pemuda Indonesia masih menjadi elemen penting sebagai pendorong reformasi di negeri ini. Reformasi Bangsa Indonesia pada tahun 1998 tidak dapat dilepaskan dari peran nasionalisme para pemuda, baik dari kalangan mahasiswa, aktivis, maupun simpatisan-simpatisannya. Nasionalisme inilah yang meruntuhkan rezim Orde Baru yang telah lama berkuasa di Indonesia. Jika tidak ada pemuda bangsa, bukan tidak mungkin, niscaya bangsa ini masih dalam kejumudan pemerintahan rezim Soeharto. Inilah sedikit bukti akan peran nasionalisme pemuda dalam sejarah bangsa Indonesia. Akan tetapi dewasa ini, peran nasionalisme pemuda sebagai agent of change seolah mulai pudar dan luntur. Jangankan menjadi pendorong reformasi di negara ini, mencari para pemuda yang mengerti akan butir-butir sila dari Pancasila begitu sulit, sebuah survei yang dilakukan oleh salah satu media terhadap pemuda yang mengerti butir-butir Pancasila, hanya menemukan 3 dari sepuluh pemuda. Ini sungguh sebuah kenyataan yang mengiris hati kita. Malah terkadang eksistensi pemuda selalu memperburuk keadaan Indonesia. Survei itu juga menyebutkan, tawuran maupun kekisruhan yang terjadi di Indonesia saat ini, 75% didalangi oleh pemuda-pemuda bangsa. Ironisnya lagi, saat ini tingkat perhatian para pemuda terhadap bangsa sangatlah rendah, mereka sangat oportunis terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut bangsa Indonesia, dengan lebih mementingkan suku, ras maupun kelompok tertentu. Inilah beberapa bukti bahwa nasionalisme yang dahulu begitu tinggi, sekarang ini kian memudar dari benak para generasi bangsa. Bila demikian, apalagi yang kita harapkan dari generasi yang digadang-gadang dapat memajukan bangsa
ini? Salah satu faktor kian pudarnya nasionalisme pemuda Indonesia diduga akibat pengaruh globalisasi terhadap masyarakat Indonesia. Contoh simpelnya, ketika masyarakat lebih memilih menggunakan produk luar negeri ketimbang produk negeri sendiri meskipun harga belinya jauh lebih mahal. Hal ini pula yang membuat pemuda kehilangan jati dirinya. Mereka seakan lupa akan identitas dirinya sebagai warga negara Indonesia, karena gaya hidup yang cenderung mengikuti gaya hidup ala Barat yang dianggap sedang menjadi trend. Bukan hanya itu, dengan adanya paham globalisasi ekonomi, hal ini menciptakan adanya kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Akibat adanya persaingan bebas dalam sistem ekonomi, hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu stabilitas kemakmuran bangsa Indonesia. Hal tersebut memang tidak secara langsung menghilangkan nasionalisme pemuda, akan tetapi globalisasi ini, disadari atau tidak, dapat mengikis sedikit demi sedikit rasa nasionalisme pemuda Indonesia. Di lain sisi, kebanyakan masyarakat berpendapat tetap eksisnya nasionalisme pemuda, dengan dibuktikannya Gelora Bung Karno yang sanggup menghadirkan puluhan ribu suporter, bahkan puncaknya ketika digelar perhelatan pertandingan sepak bola Piala AFF, baru-baru ini. Akan tetapi, rasa-rasanya hal ini tidak dapat dijadikan acuan akan eksisnya nasionalisme dalam jiwa pemuda bangsa, mengingat sepak bola bukan merupakan satu-satunya tolak ukur bangsa ini. Masalahnya, di luar sepak bola, mereka toh sangat oportunis terhadap permasalahan bangsa. Apalagi, di antara mereka justru bangga menggunakan produk-produk buatan luar negeri. Oleh karena itu, salah satu solusi untuk meningkatkan nasionalisme para pemuda adalah dengan membangunkan kembali 'ide-ide' nasionalisme baru secara manifestasi melalui berbagai teori dan praktik sehingga mampu menghasilkan sebuah paradigma yang lambat laun menjadi kenyataan yang universal. Dalam membangun ide nasionalisme secara utuh sangat diperlukan adanya pemahaman dan organisasi berbasis gerakan untuk berinteraksi secara sosial dengan masyarakat. Dengan demikian, pada akhirnya akan terjadi interaksi kuat antara organisasi dan massa dalam satu ide, yaitu nasionalisme. Tentu, segala upaya ini tidak akan ada artinya bila tidak didukung oleh peran pemerintah. Oleh karena itu, interaksi secara kontinyu antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan. Misalnya, interaksi berupa komunikasi dan diskusidiskusi intensif dalam memandang pengaruh globalisasi di bidang politik, ekonomi, ideologi, maupun sosial budaya bangsa ini. Barangkali melalui solusi di atas, diharapkan mampu mengembalikan jiwa
nasionalisme pemuda Indonesia yang mulai pudar. Yang kiya harapkan tentunya, para pemuda tetap mengenal identitas dirinya sebagai warga negara Indonesia sejati
1.
2.
Era Dahulu & Era Sekarang
Masa depan Bangsa Indonesia sangatlah ditentukan oleh para generasi muda Bangsa ini. Kaum Muda Indonesia adalah masa depan Bangsa ini. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus pelajar, mahasiswa ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya merupakan factor-faktor penting yang sangat diandalkan oleh Bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan kedaulatan Bangsa. Dalam upaya mewujudkan cita-cita dan mempertahankan kedaultan bangsa ini tentu akan menghadapi banyak permasalahan, hambatan, rintangan dan bahkan ancaman yang harus dihadapi. Masalah-masalah yang harus dihadapi itu beraneka ragam. Banyak masalah yang timbul sebagai warisan masa lalu, masalah yang timbul sekarang maupun masalah yang timbul di masa depan negara kita. Dengan masalah-masalah yang sudah ada maupun yang akan datang, penting bagi rakyat Indonesia, terutama kaum pemuda dan mahasiswa untuk membiasakan diri dalam meningkatkan dan memperbaiki produktifitas kita sebagai Bangsa Indonesia I.PERANAN PEMUDA DAN MAHASISWA DALAM KEMAJUAN BANGSA (ERA DAHULU) Di era Reformasi, para pemuda khususnya mahasiswa selalu berperan dalam perubahan negeri ini. Berbagai peristiwa besar identik dengan peran pemuda dan mahasiwa didalamnya. Dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, gerakan pemuda dan mahasiswa sering menjadi tombak perjuangan nasional. Beberapa Gerakan pemuda dan Mahasiswa yang dicatat di dalam sejarah adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.
Budi Utomo Sumpah Pemuda Perhimpunan Indonesia Peristiwa Rengasdengklok Gerakan perjuangan pemuda dan mahasiswa sebagai control pemerintahan dan control social terus berkembang pesat, hingga terjadi Tragedi Trisakti yang merupakan gerakan perjuangan pemuda dan mahasiswa. Gerakan ini menuntut reformasi perubahan pemerintahan yang KKN ( korupsi, kolusi dan Nepotisme ) dan memaksa Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Sejarah panjang gerakan pemuda dan mahasiswa merupakan salah satu bukti eksistensi dan tanggung jawab sebagai rakyat Indonesia dalam memberikan perubahan dan memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia. II. PERANAN PEMUDA DAN MAHASISWA DALAM KEMAJUAN BANGSA (ERA SEKARANG) Generasi muda adalah generasi harapan bangsa. Pernyataan ini akan sangat membanggakan bagi masyarakat Indonesia apabila dapat menjadi kenyataan. Akan tetapi, faktanya membuktikan bahwa generasi muda di Indonesia saat ini cenderung mengkhawatirkan
perilakunya
bagi
kelanjutan
masa
depan
bangsa
ini.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi pada generasi muda antara lain kasus narkoba, kejahatan, pergaulan bebas dan lain sebagainya. Peranan pemuda dan mahasiswa tentunya masih sangat diperlukan untuk regenerasi dalam mewujudkan dan melanjutkan cita-cita bangsa ini yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan terdahulu. Peranan pemuda dan mahasiwa terlihat sudah mulai terarah ke gerakan pemuda dan mahasiswa pada zaman reformasi. Bisa kita lihat pada peristiwa Kenaikan BBM kemarin. Unjuk rasa pemuda dan mahasiswa terlihat anarkis. Jika Kenaikan Harga BBM benar-benar terjadi, bisa saja unjuk rasa pemuda dan mahasiswa menjadi unjuk rasa besar-besaran, seperti Tragedi Trisakti pada zaman reformasi. Dilihat dari segi positifnya, peranan pemuda terhadap kemajuan bangsa sudah membaik, misalnya dengan memenangkan kompetisi antar negara. Dengan pemuda menjadi pemenang atau hanya berpartisipasi, itu sudah menjadi peranan dalam kemauan bangsa.
Diposkan 23rd May 2012 oleh kelompok8rear
1
Lihat komentar 3. MAY
23
Peran Pemuda dan Mahasiswa Untuk Kemajuan Bangsa Di Era dulu dan Sekarang
Pada zaman dahulu sebelum kemerdekaan ditegakkan di negara kita, peranan para mahasiswa dan para pemuda Indonesia sangat penting untuk kemajuan bangsa. Khusunya untuk terselenggaranya kemerdekaan bangsa ini. Bahkan sampai setelah kemerdekaan negara kita dikumandangkan, para pemuda dan para mahasiswa tetap ikut serta dalam memajukan negara. Kepedulian mereka terhadap kondisi negara yang saat itu dalam masa penjajahan sangatlah tinggi demi kemajuan negara. Seperti yang kita lihat pada zaman penjajahan. Karena pada zaman penjajahan para pemuda rela mengorbankan seluruh jiwa dan raga demi mempertahankan bangsa indonesia dari tangan penjajah. Dengan berdirinya organisasi-organisasi pemuda seperti Boedi utomo. Trikora dharma, Jong java dsb, merupakan salah satu bukti kepedulian para pemuda demi kemajuan bangsa. Pada dasarnya organisasi pemuda bersifat lokal kemudian berdiri PPPI yang merupakal awal lahirnya sumpah pemuda dengan adanya sumpah pemuda maka seluruh pemuda yang ada di indonesia menjadi bersatu dan sulit untuk di serang oleh musuh. Dan dengan kegigihan para pemuda maka pada tanggal 17 agustus 1945 , di kumandangkannya proklamasi kemerdekaan indonesia yang di bacakan oleh soekarno dan M. Hatta. Di jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 yaitu di rumah soekarno Walupun banyak tantangan yang harus ditempuh oleh para pemuda tetapi mereka tetap berusaha keras supaya bangsa indonesia bebas dari penjajahan dan rakyat indonesia tidak lagi menderita seperti waktu adanya penjajahan oleh bangsa lain. Setelah di proklamasikan kemerdekaan indonesia , para pemuda mulai melakukan pemberontakan di berbagai wilayah dan mengusir para penjajah dan merebut wilayah-wilayah dari tangan para penjajah, akhirnya bangsa indonesia bersih dari jajahan bangsa lain Namun karena zaman sudah berbeda peranan seorang pemuda dan mahasiswa saat ini yaitu adalah dengan memperteguh penanaman nilai-nilai pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Karena saat ini masyarakat Indonesia sudah mulai meninggalkan dan bahkan melupakan nilainilai pancasila, yang notabene menjadi ideologi dan jati diri bangsa Indonesia, seolah –olah sudah tidak lagi mewarisi semangat nasionalisme yang dimiliki pemuda pada zaman dulu. Hal ini disebabkan arus teknologi yang semakin canggih, sehingga membuat para pemuda saat ini terlena lupa akan tugas sebagai pemegang estafet pembangunan masa depan. Dan ada banyak yang menjadi pemicu lunturnya semangat kebangsaan yang merupakan warisan para pendahulu
salah satunya adalah kejenuhan para pemuda dalam memandang wacana kebangsaan yang di kumandangkan elite politik di indonesia. Sebab lainnya adalah tidak adanya kepercayaan dari golongan tua kepada golongan muda untuk mengadakan transfer ilmu, pengalaman dan kewenangan. Sealin itu peniruan gaya hidup kebarat-baratan merupaka salah satu dampak yang kini menyerang banyak dari saudara-saudara kita yang mabuk-mabukan, terlibat di dunia malam bahkan kasus narkoba. Gaya hidup seperti inilah yang dapat merusak generasi muda. Selain itu kebanyakan dari mahasiswa lebih banyak menghabiskan waku dengan kegiatan yang kurang jelas manfaatnya, forum-forum diskusi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan tidak pernah dijejali oleh mahasiswa sebaliknya tempat-tempat hiburan malah disukai oleh mahasiswa. Bila generasi muda menjadi rusak, bisa-bisa negara kita di jajah lagi oleh bangsa lain. Sekarang saja sudah terlihat dengan banyaknya kekeyaan bangsa indonesia yang digerogotin oleh bangsa lain di tambah hutang indonesia kepada bangsa lain semakin banyak saja. Oleh karena itu, para generasi muda sekarang harus dapat menyikapi perkembangan yang terjadi di dunia, selalu mengambil sisi positif, dan meninggalkan sisi negatifnya. Memiliki semangat jiwa muda yang dapat membangun Negara Indonesia yang mandiri, bersatu dan damai walaupun berbeda agama, suku, dan budaya, dapat berpikir Rasional, Demokratis, dan Kritis dalam menuntaskan segala masalah yang ada di Negara kita. Dengan cara cinta tanah air dan rela berkorban bagi bangsa Indonesia, serta menjunjung tinggi nilai nasionalisme dan persaudaraan antar agama, ras atau suku bagi semua bangsa Indonesia agar tidak terjadi perpecahan ataupun perselisihan antar bangsa Indonesia. Kecintaan bangsa kepada Negara harus semakin erat dan semakin tinggi rasa bangga yang tertanam pada jiwa-jiwa bangsa Indonesia terhadap negara sendiri. Walaupun masih ada beberapa pemuda yang tidak memiliki rasa tersebut dan cenderung tidak lebih mencintai Negaranya sendiri tapi sekarang saatnya pemuda dan mahasiswa harus memiliki jiwa bangga dan cinta menjadi warga Indonesia, yang dapat di eksplore ke Negara-negara lain. Bukan hanya dalam bentuk demo yang berujung anarkis dan perusakan infastruktur atau hal-hal yang merusak citra bangsa Indonesia. Namun dibuktikan dengan hal-hal yang positif dan nyata bahwa negara Indonesia adalah negara cinta damai, terpelajar, dan Negara maju. Karena mahasiswa selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa, baik sebagai pelopor, penggerak bahkan sebagai pengambil keputusan. Mahasiswa itu mempunyai pemikiran yang kritis terhadap masalah yang ada disekitar, mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat, dan bisa juga memperjuangkan aspirasi masyarakat. Karena jika bukan kita generasi muda yang berusaha, maka siapa lagi? Diposkan 23rd May 2012 oleh kelompok8rear
1
Lihat komentar 4. MAY
9
Peran generasi muda dalam kemajuan bangsa
“Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia”, itulah perkataan founding father Presiden Pertama Indonesia yang menegaskan betapa pentingnya peran pemuda dalam kemajuan bangsa dan Negara. Baik buruknya suatu Negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah penerus dan pewaris bangsa dan Negara. Generasi muda harus mempunyai karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global. Pemuda juga perlu memperhatikan bahwa mereka mempunyai fungsi sebagai Agent of change, moral force and social control sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat. Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu mempunyai peran yang sangat strategis di setiap peristiwa penting yang terjadi. Ketika memperebutkan kemerdekaan dari penjajah belanda dan jepang kala itu, ketika menjatuhkan rezim Soekarno (orde lama), hingga kembali menjatuhkan rezim Soeharto (orde baru), pemuda menjadi tulang punggung bagi setiap pergerakan perubahan ketika masa tersebut tidak sesuai dengan keinginan rakyat. Pemuda akan selalu menjadi People make history (orang yang membuat sejarah) di setiap waktunya. Pemuda memang mempunyai posisi strategis dan istimewa. Secara kualitatif, pemuda lebih kreatif, inovatif, memiliki idealisme yang murni dan energi besar dalam perubahan sosial dan secara kuantitatif, sekitar 30-40 % pemuda dari total jumlah penduduk Indonesia dalam kisaran umur 15-35 tahun dan akan lebih besar lagi jika kisaran menjadi 15-45 tahun. Saya melihat bahwa pemuda akan lebih bersifat kreatif untuk melakukan pergerakan ketika kondisi atau suasana di sekitarnya mengalami kerumitan, terdapat banyak masalah yang di hadapi yang tidak kunjung terselesaikan. Di satu sisi, ketika suasana di sekitarnya terlihat aman dan tentram tidak ada masalah serius yang dihadapi, pemuda akan cenderung diam/pasif, tidak banyak berbuat, lebih apatis dan mempertahankan kenyamanan yang dirasakan. Padahal baik dalam kondisi banyak permasalahan ataupun kondisi tanpa masalah serius, pemuda dituntut lebih banyak bergerak dalam membuat perubahan yang lebih baik, lebih produktif dan lebih kreatif dalam memikirkan ide-ide perubahan untuk bangsa yang lebih baik. Saya melihat kondisi pemuda Indonesia saat ini, mengalami degradasi moral, terlena dengan kesenangan dan lupa akan tanggung jawab sebagai seorang pemuda. Tataran moral, sosial dan akademik, pemuda tidak lagi memberi contoh dan keteladanan baik kepada masyarakat sebagai kaum terpelajar, lebih banyak yang berorientasi pada hedonisme (berhura-hura), tidak banyak pemuda yang peka terhadap kondisi sosial masyarakat saat ini, dalam urusan akademik pun banyak mahasiswa tidak menyadari bahwa mereka adalah insan akademis yang dapat memberikan pengaruh besar dalam perubahan menuju kemajuan bangsa. Sebagai seorang pemuda menjadi kebanggan tersendiri bagi saya lahir di hari “Sumpah pemuda” 28 Oktober 1990 silam. Terlahir di hari “Sumpah pemuda” memberi saya motifasi luar biasa untuk memberi kontribusi besar dalam pembinaan pemuda dan ini saatnya bekerja untuk
Indonesia menuju kemajuan bangsa yang lebih baik. Dengan melihat degradasi moral dikalangan pemuda Indonesia saat ini membuat saya berperan aktif dalam pembinaan moral dikalangan pemuda/pelajar Makassar. Melalui proses mentoring dengan pendekatan nilai-nilai rohani dalam penggabungan tiga aspek kecerdasan manusia (IQ, SQ, EQ). Semoga ini menjadi tahap awal dalam membentuk generasi mudah yang berguna bagi nusa dan bangsa. MAJU PEMUDA INDONESIA UNTUK PERADABAN LEBIH BAIK !
Sikap Pemuda dalam Menumbuhkan kembali Rasa Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa "kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas budaya", debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan inipun tampak pula dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Namun, bila suasanya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini. Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional sosialisme, pengasingan dan sebagainya. Pemuda Indonesia adalah masa depan bangsa. Entah mereka masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah bekerja. Mereka merupakan aktor penting yang diandalkan untuk mewujudkan cita-cita dan pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945. Para pemuda terdahulu berjuang untuk kemerdekaan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Namun permasalahan bangsa yang semakin kompleks tentunya menbutuhkan energy yang cukup besar untuk menyelesaikannya. Dan pemuda tentunya merupakan sosok tepat yang mempunyai banyak energi untuk melaksanakan tugas tersebut. Maka mereka perlu diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin. Masalah kepemimpinan bukan masalah umur tua atau muda, tetapi masalah kapabilitas yang dimilik oleh pemimpin tersebut.
Apabila berkaca pada sejarah, proklamasi bangsa ini terjadi juga karena pemuda dengan segala idealismenya. Mereka bersihkukuh untuk segera lepas dari belenggu penjajah. Runtuhnya tirani orde baru juga tidak lepas dari peran pemuda sebagai mesin penggerak, ketika melihat berbagai ketidakadilan di masyarakat. Pemuda memang merupakan sebuah simbol idealisme dalam sejarah bangsa dari waktu ke waktu. Melihat hal tersebut tentunya pemuda memiliki nilai-nilai yang lebih untuk memimpin bangsa ini. Bangsa ini sudah cukup lelah mendengar dan malu melihat moral pemimpin bangsa yang ada di ambang batas kritis. Jadi, sudah saatnya pemuda membuktikan idealismenya dengan menjadi pemimpin bangsa ini. Pemimpin muda tentunya akan membawa harapan baru bagi rakyat, dan membawa angin segar di kancah kepemimpinan masa depan. Sudah seharusnya semua kalangan memberikan kesempatan dan apresiasi terhadap para pemuda untuk menjadi pemimpin yang produktif.