BAB II PEMBAAHASAN
2.1
Definisi Ke Kedokteran Nu Nuklir
Ilmu Ilmu Kedokt Kedoktera eran n Nukli Nuklirr adalah adalah cabang cabang ilmu ilmu kedokt kedoktera eran n yang yang meng menggu guna naka kan n sumb sumber er radi radiasi asi terb terbuk ukaa beras berasal al dari dari disin disinte tegr gras asii inti inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian
kedokteran.
Pada
kedokteran Nuklir, radioisotop
dapat
dima dimasu sukk kkan an ke dala dalam m tubu tubuh h pasi pasien en (stu (studi di invi invivo vo)) maup maupun un hany hanyaa direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi invitro (dalam gelas percobaan). Pada studi invivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui mulut atau suntikan atau dihirup le!at hidung dan sebagainya maka informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa" a.
#itra #itra atau atau gambar gambar dari dari organ organ atau atau bagi bagian an tubuh tubuh pasi pasien en yang yang dapa dapatt diperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma
b.
ataupun kamera positron (teknik imaging) i maging) Kurvakurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh terte tertent ntu u
dan dan
angk angkaa aang ngka ka
yang yang
meng mengga gamb mbar arka kan n
akum akumul ulasi asi
radioisotop dalam organ atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar yang diperoleh dengan kamera gamma atau kamera positron. c. $adioa $adioakti ktivit vitas as yang yang terdapat terdapat dalam dalam conto contoh h bahan bahan biologi biologiss (darah, (darah, urin urinee dsb) dsb) yang ang diam diambi bill dari dari tubu tubuh h pasie pasien, n, dicac dicacah ah deng dengan an instrumen instrumen yang dirangkaik dirangkaikan an pada detektor radiasi (teknik (teknik non imaging).
%ata yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non imaging memberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa. Pencitraan (imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda dengan pencitraan dalam radiologi. Pada studi invitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan biologis misalnya & ml darah. #uplikan bahan biologis tersebut kemudian direaksikan dengan suatu 'at yang telah ditandai dengan radioisotop. Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan detektor radiasi gamma yang dirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. tudi semacam ini biasanya dilakukan untuk mengetahui kandungan hormonhormon tertentu dalam darah pasien seperti insulin, tiroksin dll. Pemeriksaan
kedokteran
nuklir
banyak
membantu
dalam
menunjang diagnosis berbagai penyakitseperti penyakit jantung koroner, penyakit kelenjar gondok, gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan penyakit
kanker
mendeteksi
dengan
pendarahan
mendeteksi pada
saluran
penyebarannya pencernaan
pada
tulang,
makanan
dan
menentukan lokasinya, serta masih banyak lagi yang dapat diperoleh dari diagnosis dengan penerapan teknologi nuklir yang pada saat ini berkembang pesat. %isamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga berperanan dalam terapiterapi penyakit tertentu, misalnya kanker kelenjar gondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap pemberian obatobatan
non
radiasi,
keganasan
sel
darah
merah,
inflamasi
(peradangan)sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi obatobatan biasa. ila untuk keperluan diagnosis, radioisotop diberikan dalam dosis yang sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan selsel yang menyusun jaringan kanker itu. %i Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun &*+an, yaitu setelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai
dioperasikan di andung. eberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar negeri merintis pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan Pengembangan -eknik Nuklir di andung. nit ini merupakan cikal bakal nit Kedokteran Nuklir $ /asan adikin, 0akultas Kedokteran niversitas Padjadjaran. 1enyusul kemudian unit unit berikutnya di 2akarta ($#1, $PP, $ 3atot ubroto) dan di urabaya ($ utomo). Pada tahun &*4an didirikan unitunit kedokteran nuklir berikutnya di $ sardjito (5ogyakarta) $ Kariadi (emarang), $ 2antung harapan Kita (2akarta) dan $ 0atma!ati (2akarta). %e!asa ini di Indonesia terdapat &6 rumah sakit yang melakukan pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera gamma, di samping masih terdapat 7 buah rumah sakit lagi yang hanya mengoperasikan alat penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama $enogram. 2.2
Sejarah Kedokteran Nuklir
Kedokteran Nuklir merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang mengalami perkembangan pesat seiring dengan kemajuan penelitian dibidang pemnfaatan tenaga nuklir untuk kepentingan damai. %alam proses perkembangannya, kedokteran nuklir merupakan hasil dari kontribusi dari para ilmu!an dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, mulai dari ilmu fisika, kimia, teknik, dan kedokteran. 1omentum paling penting dalam perkembangan kedokteran nuklir adalah penemuan radionuklida buatan 0r8d8ric 2oliot#urie dan Ir9ne 2oliot#urie pada tahun &*:;. Pada bulan 0ebruari &*:;, 2oliot#urrie mempubllikasikan bahan radioaktiv buatan yang pertama dalam jurnal Nature. Penemuan mereka diilhami hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
uerel tentang garam radioaktif uranium, dan 1arie #urie (ibu Irene #urie) tentang thorium radioaktif, polonium serta pengaruh penggunaan koin dalam radioaktivitas.
Pada tahun &*:, -aro -akemi mempelajari penerapan fisika nuklir dalam bidang pengobatan. Pada tanggal ? %esember &*;+, Kedokteran Nuklir mendapat pengakuan lebih luas ketika sebuah artikel yang ditulis oleh am eidin diterbitkan dalam 2ournal of @merican 1edical @ssociation. %alam artikel tersebut diuraikan kesuksesan penggunaan radioiod (I&:&) terhadap pasien dengan metastasis kanker tiroid. /al ini dianggap oleh banyak sejarah!an sebagai artikel yang paling penting yang pernah diterbitkan dalam Kedokteran Nuklir.
adalah
unsur
yang
paling
dimanfaatkan
dalam
Kedokteran Nuklir dan berperan dalam berbagai studi pencitraan Kedokteran Nuklir. Pada
tahun
&*?an
sebagian
besar
organ
tubuh
dapat
divisualisasikan menggunakan metode Kedokteran Nuklir. Pada tahun &*?&, @merican 1edical @ssociation resmi mengakui kedokteran nuklir sebagai spesialisasi medis, dan pada &*4an, radiofarmasi dirancang untuk digunakan dalam diagnosis penyakit jantung. -eknik pencitraan tomografi telah dikembangkan lebih lanjut di
adiofar!aka
$adiofarmaka adalah senya!a aktif yang diberikan ke pasien peroral maupun parental untuk tujuan diagnostik maupun terapi, merupakan sumber terbuka dan ikut metabolisme dalam tubuh. uatu radiofarmaka berupa isotop radioaktif misalnya -l7& atau berupa senya!a yang dilabel dengan pemba!a materi contoh I&:& /ipuran, -c **m %-P@. ifatsifat radiofarmaka diagnostik yang ideal" • • • • •
• • • •
Pemancar gamma murni & keD E energi gamma E 76 keD
ifatsifat radiofarmaka terapi yang ideal " •
Pemancar partikel bermuatan yang murni (b atau a).
•
1emiliki energi cukup tinggi atau sedang (H& meD).
•
tinggi %osis radiasi yang diterima pasien harus minimal dan juga yang
• •
• • •
2."
diterima petugas kedokteran nuklir. Keselamatan pasien diutamakan. $adiofarmaka tersedia dengan mudah dan harganya murah. Preparasi dan # radiofarmaka mudah dan sederhana bila
radiofarmaka disiapkan ditempat. adionuklida $adionuklida yang digunakan di kedokteran nuklir adalah hasil produksi dari reaktor nuklir seperti I&:&, #r6& dan cyclotron seperti -l 7&, In&7: namun harganya jauh lebih mahal dibanding dengan reaktor nuklir atau melalui generator dengan mengilusi isotop induk. #ontoh yang paling dikenal dari radionuklida yang berasal dari generator adalah -c **m yang diilusi dari isotop induk 1o** yang pemakainnya paling banyak di kedokteran nuklir. Penggunaan radionuklida di kedokteran nuklir harus dibedakan antara pemakaian
untuk keperluan
terapi dan
diagnostik.
ntuk
penggunaan terapi diperlukan radionuklida yang massa paruhnya panjang dan memancarkan radiasi sinar beta yang mempunyai efek biologis tinggi. $adionuklida yang mempunyai beban radiasi kecil terhadap pasien dan memiliki energi yang ideal untuk pemeriksaan dengan gamma kamera. Kriteria yang ideal dimiliki oleh suatu radionuklida untuk keperluan diagnostik adalah "
gamma, energi &;+ keD, sifat kimia tidak toGis dan tidak merubah sifat biologis farmaka yang dilabel dan ekonomis. 2.#
$at Pe!%a&a
ntuk memba!a aktifitas ke organ yang akan diperiksa diperlukan senya!a yang mempunyai spesitas terhadap organ tersebut yang biasanya disebut 'at pemba!a. at pemba!a adalah unsur L 'at yang dapat mengikat radionuklida dan memba!a ke organ yang akan diperiksa dan dimetabolisir oleh organ tersebut. Kemajuan dalam bidang bioteknologi sangat membantu dalam perkembangan kedokteran nuklir baik dalam jumlah dan produksi dan jenis 'at pemba!a tetapi juga teknikteknik labeling senya!a tersebut berkembang pesat. ebagaimana radionuklida 'at pemba!a ini juga harus mempunyai kriteria sebagai unsur dari radiofarmaka, yaitu " 1udah dilabel dengan radionuklida serta mudah preparasinya • tanpa merubah sifat biologisnya terutama biodistribusi dalam •
tubuh. /arus terakumulasi atau teralokasi sebagian besar di organ yang
•
akan diperiksa. /arus bisa dieliminasi dari tubuh dengan !aktu paruh yang sesuai dengan lamanya pemeriksaan.
at pemba!a yang umum digunakan pada pemeriksaan Kedokteran Nuklir adalah sebagai berikut "
NA
@- PC1@<@
A$3@N 5@N3
$@%IANKMI%@
%IPC$IK@
&.
1%P
-c**m
-ulang
7.
%-P@
-c**m
3injal (glomurolus)
:.
%1@
-c**m
3injal (parenkin)
;.
1@@
-c**m
Paru
6.
1II
-c**m
2antung
+.
/1P@A
-c**m
Atak
?.
/ipuran
I&:&
3injal (tubular)
I&:&
-iroid
4. N
@da berbagai cara dalam menempatkan radiofarmaka ke dalam organ tubuh. eberapa penempatan yang sudah diketahui mekanismenya adalah" a. Proses 0agositosis ila pemba!a materi adalah mikro koloid yang dapat ditandai dengan -c**m, In&&:m, atau @u&*4, maka radiofarmaka akan difagositosit oleh system $etikuloendotelia ($C) tubuh setelah disuntikkan
intravena. $adiofarmaka
ini dimanfaatkan
untuk
membuat skaninghati, limpa, sumsum tulang dan juga membuat skening kelenjar getah bening regional bila diberikan secara subkutan.
b. -ransportasi aktif secara aktif selsel organ tubuh memindahkan radiofarmaka ini dari plasma darah ke dalam organ untuk selanjutnya ikut metabolisme tubuhLdikeluarkan dari tubuh. #ontoh I&:& /ippuran diekskresi oL sel tubulus sehingga dapat dipakai untuk memeriksa fungsi ginal pada $enogram, -c**m I%@ dan I&:& $ose engal oleh sel
poligonal hati ditransfer dari darah untuk diekskresi ke usus halus le!at saluran empedu. c. Penghalang kapiler @pabila pemba!a materi adalah makrokoloid yg disuntikkan ID akan menjadi penghalang kapiler di Paru, misal -c**m makrokoloid dimanfaatkan membuat scanning perfusi paru untuk mendeteksi emboli paru. d. Pertukaran %ifus Pemba!a materi yang telah ditandai radioaktif akan saling bertukar tempat dgn senya!a yang sama dari organ tubuh. #ontoh Polifosfat bertanda -c**m akan bertukar tempat dengan senya!a polifosfat tulang. e. Kompartemental ila radiofarmaka berada pada organ tubuh yang diperiksa dalam !aktu lama. 1isal pada canning jantung dgn -c**m n eritrosit. f. Pengasingan el el darah merah yg ditandai oleh #r6& dan dipanaskan 6 derajad #elcius selama & menit bila dimasukkan kembali ke tubuh pasien scr ID akan segera diasingkan ke limpa dan merupakan radiofarmaka untuk scanning limpa.
2.'
Konfi(urasi Peralatan
Pada prinsipnya alat L pesa!at kedokteran nuklir hanya sebagai detector, yaitu menangkap
radiasi
yang
dipancarkan oleh bahan
radioaktif dalam tubuh dan merubahnya menjadi data yang dapat dilihat sebagai angkaangka, !arna ataupun grafik. Pemeriksaan imaging kedokteran nuklir memerlukan gamma kamera yang mempunyai detector dalam jumlah banyak. atu gamma kamera biasanya terdiri dari kolimator, detector, Photo 1ultiplier -ube (P1-), #atode $ay -ube (#$-), Pulse /eight @nali'er (P/@).
3amma Kamera 3amma kamera pada hakekatnya merupakan kamera skintilasi (scintillation cameras). Pencitraan menggunakan kamera gamma merupakan teknologi imeging emisi. Kamera gamma akan merubah photon gamma yang berhasil diterima oleh detektor menjadi pulsa cahaya dan selanjutnya dirubah menjadi pulsa elektronik (voltage signal). ignal tersebut yang akhirnya akan membentuk citra (image) sesuai dengan ditribusi radionuklida yang dimasukkan kedalam tubuh. etiap unit kamera gamma memiliki komponen dasar yang terdiri dari " a. Kolimator b. %etektorL Kristal skintilasi c. Photo 1ultiplier -ube (P1-) d. #athode $ay -ube (#$-) e. Pulse /eight @naly'er (P/@) f. KonsoleLPanel Kontrol Kamera gamma jenis digital memiliki beberapa kelebihan dibanding jenis analog, antara lain dapat melakukan pemrosesan data lebih cepat, karena selalu dilengkapi dengan unit komputasi yang lebih canggih, dan secara umum relatif lebih mudah pera!atanya. a. Kolimator ebagaimana pada sistem optic yang memerlukan lensa untuk memfokuskan cahaya, dalam kedokteran nuklir juga diperlukan sarana untuk memfokuskan sinar gamma detector. ntuk itu diperlukan kolimator yang terbuat dari timbal yang berisikan pipa pipa kecil, dimana arah dari pipapipa ini tergantung dari jenis kolimator. %engan kolimator, hanya sinar gamma yang searah dengan pipapipa dapat melalui kolimator dan menumbuk detector. edangkan sinar gamma yang arahnya miring akan menumbuk pipapipa dan akan diabsorbsi sehingga tidak sampai detektor (kristal skintilasi), hanya menerima signal dari radionuklida terbatas pada sebagian tertentu didalam tubuh pasien). Karenanya
kolimator
dalam
menjalankan
fungsinya
adalah
dengan
mengabsorbsi dan menghalangi radiasi photon yang datang diluar bidang tertentu yang berhadapan dengan permukaan detektor. ehingga radiasi yang diterima oleh kolimator dengan posisi obli>ue tidak dapat mempengaruhi pembentukan citra. Cfektivitas kolimator dalam memproduksi gambar pada detektor tergantung dari faktorfaktor, antara lain " •
%imensi dari kolimator " besar pipaLukuran hole, jumlah hole,
•
panjang hole dan tebal septa. 2arak dari obyek " makin dekat obyek dengan kamera makin baik
•
resolusinya,
karena
itu
sangat
penting
untuk
menempatkan pasien sedekat mungkin dengan kamera. $esolusi dan sensitivitas juga sangat dipengaruhi oleh energi sinar gamma yang diterima, makin tinggi energi yang
diterima makin buruk cahaya yang dihasilkan detektor. b. %etektor %etector terdiri dari scintilasi kristal yang diletakkan di belakang kolimator, terbuat dari Natrium Iodida (NaI) kristal plus -halium. NaI
(-l)
ini
akan
mengeluarkan
tertumbuk sinar gamma. Interaksi photon gamma
dengan
cahayaLscintilisai kristal
detektor
apabila akan
menyebabkan terjadinya efek penyerapan photoelektrik, sehingga menghasilkan cahaya fluorosensi yang intensitasnya proposional dengan kandungan energi dari photon gamma yang bersangkutan. Pada umumnya diameter kristal detektor bervariasi sekitar & sLd 7& inch, dan ketebalan s.d O inch. emakin luas ukuran bidang kristal semakin luas pula bidang pencitraan yang dimiliki kamera gamma, sehingga harganya semakin mahal. emakin tebal ukuran suatu kristal detektor, derajat resolusi spatial akan semakin rendah tetapi semakin efektif dalam menangkap radiasi photon gamma. %ibagian kedokteran nuklir $#1 detektor mempunyai luas 76,; cm7.
c. Photo 1ultiplier -ube (P1-) P1- berfungsi untuk merubah signal cahaya menjadi signal elektrik secara terukur. P1- ditempatkan dibagian belakang kristal NaI(-l) dan berjumlah banyak serta tersusun dalam suatu konfigurasi. P1- dihubungkan dengan kristal secara optis dengan bahan siliconlike materials. ignal skintilasi yang dihasilkan dari kristal akan diterimaLdicatat oleh satu atau lebih P1-. ignal keluaran P1- memiliki : komponen,yaitu " emua datadata ini akan terkumpul dalam kolektor dan disimpan dalam memori ini akan diproses menjadi data visual berupa gambar, grafik maupun angka. d. #athode $ay -ube (#$-) ignalsignal yang dapat dari P1- akan diproses menjadi : (tiga) signal =, 5, . spatial coordinates = dan 5 sebagai sumbu , dan komponen sebagai parameter besarnya energi yang masuk dalam kristal detektor dan diproses oleh P/@. Koordinat = dan 5 dapat langsung diamati pada layar display (#$-) atau didalam komputer. edang signal (intensitas) akan diproses lebih lanjut oleh komponen berikutnya, yaitu P/@. e. Pulse /eight @naly'er (P/@) P/@ pada prinsipnya memiliki fungsi membuang (to discard) signalsignal radiasi yang beraasal dari cacah latar (background) dan sinar hamburan atau radiasi lain dari hasil interferensi isotop, sehingga
hanya
dikehendaki
foton
yang
berasal
dari
photopeak yang
yang dicatat. P/@ akan melakukan
pemilahan
terhadap signalsignal tersebut, selanjutnya meneruskan signal yang sesuai untuk diteruskan ke sistem komputer, sedang yang tidak sesuai ditolak. P/@ mampu melakukan fungsi tersebut karena energi yang diterima oleh detektor akan diubah menjadi signal skintilasi yang memiliki korelasi linier dengan voltage signal yang dikeluarkan oleh P1-. f. Kontrol Panel
Image eGposure time ditentukan melalui panel kontrol, dengan pilihan " Preset count • Preset time atau • Preset I% (information density) untuk citra kompresi. •
3enerator Pada prinsipnya generator radioisotop terdiri dari radionuklida yang mempunyai !aktu paroh panjang (disebut radionuklida induk) yang spontan meluruh dan menghasilkan radionuklida yang !aktu parohnya jauh lebih pendek (disebut radionuklida anak). Keduanya membentuk pasangan keseimbangan transien dan pada suatu saat radioaktivitas generator akan berkurang menurut !aktu paro nuklida induk. istem generator radioisotop harus memenuhi persyaratan sebagai berikut" $adionuklida induk harus mempunyai sifatsifat fisika dan • •
kimia yang cocok agar mudah diolah dalam bentuk generator. $adionuklida induk dapat menghasilkan nuklida anak dengan
•
kemurnian kimia, radiokimia yang tinggi. istem generator harus aman dan
• • •
sederhana
dalam
penggunaanya $adioaktivitas anak harus cukup tinggi. Nuklida anak harus mudah dipisahkan dari induknya. truktur generator harus tetap baik setelah berkalikali dielusi (dalam pemisahan nuklida anak dari induknya).
/ingga saat ini dari sistem generator telah dapat dihasilkan beberapa radioisotop, misalnya " 3enerator
-&L7 Induk
-&L7 @nak luruh C @nak Muruh (Q)
**1o
**m-c
7,?4 hari
+ jam
&; keD (*)
+43e
+43a
7?6 hari
+4 menit
6&& keD (&?+)
4&$b
4&mKr
;,? jam
&7 detik
&* keD (+6)
47r
47$b
76 hari
&,: menit
6&& keD (&*7)
4?5
4?mr
:,: hari
7,4 jam
:44 keD (4)
&&:n
&&:mIn
&&6 hari
&,? jam
:*: keD (+;)
&:7-e
&:7I
:,7 hari
7,: jam
(banyak)
&:?#s
&:?ma
: tahun
7,+ menit
+77 keD (4*)
&*&As
&*&mIr
&6 hari
;,? detik
&7* keD (76)
2.)
*eknik Pe!eriksaan Kedokteran Nuklir +Bone S,inti(ra-h /Sidik *ulan(0
-ujuan 1eriksaan"1enilai adanya kelainan L@ktivitas patologi Indikasi " R 1etastasis pada tulang -umor tulang primer Asteomielitis Nekrosis @septik -rauma Kelainan sendi Penyakit metabolik pada tulang Kontraindikasi "
•
•
•
•
•
kolimator MC/$ 7. Puncak energi" &; KeD :.
7. eritahu dokter atau petugas, jika " a. edang hamil atau menyusui b. eberapa hari sebelumnya telah melakukan pemeriksaan yang mengandung barium (misalnya barium enema) atau sedang mengkonsumsi obat yang mengandung bismuth (misalnya peptobismuth) karena kedua 'at tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan. :. Kurangi konsumsi cairan ; jam sebelum pemeriksaan dilakukan, karena pasien akan diminta mengkonsumsi banyak cairan setelah perunut radioaktif disuntikkan. ;. etelah perunut disuntikkan, pasien harus menunggu & J : jam sebelum
bone
scan
dilakukan.
Aleh
karena
itu
pasien
diperbolehkan memba!a buku, majalah atau barang lainnya untuk memanfaatkan !aktu pada saat menunggu pengambilan gambar. 6. ebelum pemeriksaan dilakukan, lepaskan perhiasan atau benda logam lainnya yang dikenakan pasien dan yang kita kenakan,
karena dapat menggangu pencitraan. Prosedur -indakan " Pencitraan %engan 1etoda -iga 0ase 1. Fase pertama (vaskuler) Penderita tidur terlentang dengan detektor ditempatkan sedemikian rupa sehingga tubuh yang akan diperiksa berada di atas lapang pandang detektor. Pemeriksaan vase pertama merupakan pemeriksaan dinamik dalam frame berukuran matriG &74 G &74 dengan !aktu pencacahan 7 detikLframe selama 7 menit. Posisi pencitraan" anterior dan atau posterior. Pencitraan dimulai bersamaan dengan
saat
penyuntikan
radiofarmaka secara bolus. 2. Fase kedua (blood pool) Pemeriksaan fase kedua dilaksanakan segera setelah fase pertama selesai berupa pencitraan statik dalam frame berukuran matriG 76+ G 76+ sebanyak : Kcounts. Posisi pencitraan" anterior dan atau posterior. 3. Fase ketiga (delayed/bone) 0ase ketiga merupakan pemeriksaan statik yang dilakukan : jam pasca penyuntikan radiofarmaka.
ebelum memasuki ruang pemeriksaan penderita dianjurkan untuk buang air kecil dengan hatihati untuk menghindari kontaminasi. Pada fase ketiga ini dilakukan pemeriksaan seluruh tubuh ( whole body scan) dari posisi anterior dan posterior dilanjutkan dengan pemeriksaan PC#-#- pada bagianbagian yang mencurigakan. Pemeriksaan dalam frame berukuran matriG 76+ G 76+ sebanyak ? Kcounts. Posisi pencitraan" anterior dan posterior. @pabila diperlukan pemeriksaan dapat dari posisi miring (oblique) untuk memperjelas
lokasi kelainan. Mama -indakan " : 2am Cvaluasi /asil " &. %aerah tulang yang menyerap sedikit perunut atau bahkan tidak menyerap sama sekali disebut S#old potT, yang menggambarkan bah!a suplai darah ke tulang tersebut kurang (infarksi tulang) 7.
atau memperlihatkan adanya kanker. %aerah yang menyerap perunut banyak atau terlihat terang disebut S/ot potT, yang menggambarkan terjadinya tumor, fraktur,
atau
infeksi.
BAB III PEN*P
3.1
Kesi!-ulan
Keodokteran Nuklir merupakan cabang ilmu kedokteran yang masih diperlukan untuk pemeriksaan baik diagnosa maupun terapi dan untuk tujuan penelitian, menggunakan sumber radiasi terbuka dari proses desintegrasiLpeluruhan inti radionuklida. Pada teknik pemeriksaan Kedokteran Nuklir radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien (studi invivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis antara lain darah, cairan lambung, urine dan sebagainya, yang diambil dari tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi invitro (dalam gelas percobaan).
3.2
Saran
1akalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna mengingat kami yang masih dalam proses belajar, tentulah masih sangat memerlukan bimbingan serta ilmu yang lebih, untuk mendekati kata sempurna tersebut. Alehnya itu sumbang saran serta masukkan akan sangat membantu untuk kedepannyaU