Komplikasi Pasca Ekstraksi Setelah dilakukan tindakan ekstraksi, biasanya sering diikuti adanya komplikasi. Komplikasi-komplikasi
pada
pencabutan
gigi
banyak
dan
bermacam-macam.
Komplikasi pasca esktraksi ini bisa menjadi masalah yang serius dan fatal. Menurut Pederson (1996), komplikasi adalah suatu respon pasien tertentu yang dianggap sebagai kelanjutan normal dari pembedahan, yaitu perdarahan, rasa sakit, dan edema. Tetapi apabila berlebihan maka perlu ditinjau apakah termasuk morbiditas yang biasa terjadi atau termasuk komplikasi. Komplikasi pencabutan gigi menurut Pederson (1996) dibagi menjadi tiga yaitu komplikasi intraoperatif, komplikasi pasca bedah, dan komplikasi beberapa saat setelah operasi. Komplikasi intraoperatif berupa perdarahan, fraktur, pergeseran, cedera jaringan lunak, dan cedera saraf. Sedangkan
komplikasi pasca bedah berupa
perdarahan, rasa sakit, edema, dan reaksi terhadap obat. Dan yang termasuk komplikasi beberapa saat setelah operasi adalah alveolitis (dry socket) dan infeksi. Komplikasi pasca pencabutan gigi menurut Pedlar (1996)
Immediate
Delayed
Late
LOKAL
REGIONAL
Fraktur mahkota, akar, alveolus, tuborositas, mandibula, gigi disebelahnya, mukosa alveolar Dry Socket, infeksi local, delayed or secondary haemorrahage
Injuri pada saraf inferior atau saraf lidah
Atropi Alveolar
Myofasial paint dysfungsion, injection track hematoma.
Osteomyelitis
Komplikasi-komplikasi lain yang mungkin terjadi yaitu: kegagalan dalam anastesi dan mecabut gigi baik dengan tang atau bein, fraktur dari mahkota gigi yang dicabut, fraktur akar-akar gigi yang akan dicabut, fraktur tulang alveolar, fraktur tuberositas maksila, fraktur gigi tetangga atau gigi antagonisnya, fraktur mandibula, dislokasi gigi tetangganya dan dislokasi sendi temporomandibular, perpindahan akar ke dalam jaringan lunak, perpindahan akar ke dalam sinus maksilaris, kerusakan pada
gusi, bibir, nervus dentalis inferior, dan kerusakan pada lidah dan dasar mulut. Komplikasi perioperatif a.
Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi umum di bedah mulut, dan mungkin terjadi selama pencabutan gigi yang sederhana atau selama prosedur bedah lainnya. Dalam semua kasus, perdarahan terjadi karena trauma pada pembuluh darah dan adanya masalah pada system pembekuan darah. Untuk menanggulangi terjadinya pendarahan lebih lanjut, cara yang dapat dilakukan antara lain : dengan kompresi, ligase, suturing, electrocoagulasi, dan menggunakan berbagai macam agen pembekuan darah b. Fraktur Mahkota dan goyangnya gigi tetangga. Fraktur mahkota merupakan komplikasi umum saat melakukan ekstrkasi dimana gigi yang di ekstraksi mempunyai karies atau daerah tambalan yang luas. Dan kegoyangan gigi tetangga biasanya terjadi karena tenaga yang digunakan saat pencabutan sangat besar dan bias juga terjadi karena gigi tersebut digunakan untuk tumpuan saat pencabutan. c.
Cedera pada daerah jaringan lunak. Cedera pada daerah jaringan lunak merupakan komplikasi umum pada saat ekstraksi gigi dan biasanya disebabkan oleh kesalahan yang tidak disengaja oleh operator contohnya elevator yang terpeleset dan mengenai jaringan lunak. Daerah yang paling sering terluka adalah pipi, dasar mulut, palatum, dan daerah retromolar.
d. Fraktur Procesus alveolaris Komplikasi ini dapat terjadi jika gerakan ekstraksi biasanya mendadak dan ceroboh, dapat terjadi juga apabila terdapat gigi yang ankilosis pada tulang alveolar, sehingga menyebabkan bagian lingual, palatal, labial atau bukal ikut tercabut bersama-sama dengan gigi. e.
Fraktur Mandibula Komplikasi ini jarang terjadi. Biasanya terjadi saat pecabutan molar tiga bawah dengan menggunakan elevator dan menggunakan kekuatan yang besar.
f.
Patahnya instrument pada jaringan Patahnya suatu instrument di dalam jaringan bias terjadi karena kesalahan yang tidak disengaja oleh operator. Instrument yang patah bisanya seperti jarum anastesi dan bur tualang serta blade bedah.
g.
Dislokasi Temporomandibular Joint Biasanya terjadi pada proses bedah yang lama dan dengan pasien yang mempunyai fossa yang dangkal pada tulang temporal, articular tuberkulum anterior yang rendah, dan mempunyai kepala kondilus yang bulat.
h. Cedera Saraf
Cedera saraf merupakan komplikasi yang serius yang mungkin terjadi saat prosedur bedah mulut. Saraf yang paling terkena cedera adalah nervus alveolaris inferior, nervus mentalis, dan nervus lingualis.
Postoperative Complications a.
Trismus Trismus biasanya terjadi pada kasus ekstraksi molar ketiga rahang bawah, dan ditandai oleh pembatasan membuka mulut karena tegangnya otot-otot pengunyahan. Tegangnya otot biasanya disebabkan akibat dari cedera pada otot pterygoideus medial disebabkan oleh jarum yang suntikan berulang-ulang selama blok saraf alveolar (blok Mandibula).
b. Hematoma Ini merupakan komplikasi pasca operasi yang cukup sering terjadi karena perdarahan berkepanjangan dikarenakan langkah-langkah yang benar untuk kontrol perdarahan tidak lakukan. Dalam kasus ini darah terakumulasi didalam jaringan dan tidak terdapat jalan keluar karena luka telah tertutup atau jahitan yang sangat kuat.
c. Edema Edema merupakan salah satu komplikasi pasca pencabutan gigi yang terjadi. Edema merupakan kelanjutan normal dari setiap tindakan pencabutan dan pembedahan gigi, dan merupakan reaksi normal dari jaringan terhadap cedera. Besarnya edema yang terjadi bervariasi setiap individu dan tidak selalu sama, yaitu trauma yang besarnya sama, tidak selalu mengakibatkan derajat edema yang sama baik pada tiap-tiap pasien. Pembengkakan yang terjadi biasanya dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien
Edema lebih sering terjadi pada gigi yang dicabut dengan menggunakan open view method daripada dengan yang menggunakan forceps technique. Penyebab umum terjadinya edema adalah laserasi jaringan lunak, retraksi flap yang dilakukan dengan tidak hati- hati, dan adanya iritasi dari fragmen-fragmen tulang. Edema merupakan suatu respon normal terhadap cedera. Edema merupakan salah satu tanda terjadinya inflamasi.
d. Dry Socket