Konsep Dasar Kesehatan Jiwa Dan Keperawatan Kesehatan Jiwa. A. Kesehatan Jiwa Kesehatan jiwa seringkali sulit didefinisikan.Orang dianggap sehat jika mereka mampu melaksanakan peran dimasyarakat dan perilaku mereka pantas serta adaptif.Kebudayaan masyarakat sangat mempengaruhi nilai dan keyakinannya terhadap definisi sehat.Untuk memperjelas definisi tentang kesehatan jiwa itu sendiri,dikutip beberapa pandangan yang menerangkan tentang kesehatan jiwa. Menurut UU Kesehatan jiwa No.3 tahun 1996,kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,intelektual,emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.Videbeck (2008) menjelaskan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional,psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,perilaku dan koping yang efektif,konsep diri yang positif dan kestabilan emosional.Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtra yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang,dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya,mampu menghadapi stres kehidupan dengan wajar,mampu bekerja dengan produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya,dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain(Keliat,dkk,2005) Yahoda menerangkan 6 ciri sehat jiwa adalah 1)Bersikap positif terhadap diri sendiri, 2)mampu tumbuh dan berkembang serta mencapai aktualisasi diri, 3)mampu mengatasi stres atau perubahan pada dirinya, 4)bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil, 5)mempunyai persepsi yang realistik dan menghargai perasaan serta sikap orang lain, 6)Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan(Keliat,dkk,2005). Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen atau ciri dan dipengaruhi berbagai faktor.Menurut Johnson (1997) ada 7 ciri kesehatan jiwa adalah 1) Otonomi dan kemandirian, 2)Memaksimalkan potensi diri, 3)Mentoleransi ketidakpastian hidup, 4)mampu mengelola stres kehidupan, 5)menguasai lingkungan, 6)Orientasi realitas,dan 7) harga diri realitas(Videbeck,2008).
B. Gangguan Jiwa
Dimasa lalu gangguan jiwa dipandang sebagai kerasukan setan atau hukuman karena pelanggran
sosial,agama
atau
norma
sosial.Oleh
sebab
itu
penderita
dianiaya,dihukum,dijauhi atau diejek masyarakat.Saat ini pandangan tentang gangguan jiwa berubah.American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai sindrom atau pola psikologis atau pola prilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (mis,gejala nyeri,menyakitkan) atau disabilitas ( ketidakmampuan pada salah sat bagian atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk mati,sakit,ketidakmampuan,atau kehilangan kebebasan(Notosoedirdjo,Latipun,2007) Videbeck (2008) menjelaskan kriteria umum untuk mendiagnosa gangguan jiwa meliputi
:1)Ketidakpuasan
dengan
karakteristik,kemampuan,dan
prestasi
diri,
2)Hubungan yang tidak efektif atau tidak memuaskan, 3)Tidak puas hidup di dunia, 4)Koping yang tidak efektif terhadap peristiwa kehidupan dan 5)Tidak terjadi pertumbuhan personal. Ada juga beberapa ciri gangguan jiwa yang dapat diidentifikasi pada seseorang menurut Keliat,dkk (2005) adalah :1)Marah tanpa sebab, 2)Mengurung diri, 3)Tidak kenal orang lain, 4)Bicara kacau, 5)Bicara sendiri dan 6)Tidak mampu merawat diri.
C. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa A. Menurut American Nurses Associations (ANA) Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations). B. Menurut WHO Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan. C. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966 Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain. D. Menurut Center for Mental Health Services (CMHS)
Keperawatan kesehatan jiwa adalah salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik, teori kepribadian dan perilaku manusia untuk mendapatkan kerangka berpikir teoretis yang mendasari praktek keperawatan(Suart,2007) E. Menurut Caroline (1999) Keperawatan kesehatan jiwa adalah merawat seseorang dengan penyimpangan mental dimana
perawat
harus
memiliki
pengetahuan
dan
keterampilan
(peka,mau
mendengar,tidak menyalahkan dan memberikan dorongan) untuk menemukan kebutuhan dasar klien yang terganggu seperti kebutuhan fisik,aman dan nyaman,kebutuhan mencintai dan dicintai,harga diri dan aktualisasi diri.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan keperawatan kesehatan jiwa adalah : a.
Merupakan salah satu bidang spesialisasi ilmu keperawatan jiwa dalam praktek keperawatan
b.
Memiliki dasar keilmuan yang khas sebagai batang tubuh ilmunya yaitu ilmu perilaku,psikososial,biofisik,teori kepribadian,komunikasi,pendidikan dll
c.
Memiliki kiat khusus merawat klien yaitu menggunakan diri perawat yaitu gerak tubuh,bahasa,ekspresi,sentuhan,tatapan mata dan nada suara.
d.
Perawat harus menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan(peka,mau mendengar,empati,tidak menyalahkan,memotivasi dll.
e.
Klien yang dirawat berupa individu,keluarga,kelompok,organisasi dan masyarakat dengan penyimpangan mental mulai masa konsepsi sampai lanjut usia dimanapun berada.
f.
Tugas atau peran perawat adalah menemukan kebutuhan klien yang terganggu berupa kebutuhan biopsikososiospiritual.
g.
Bertujuan untuk meningkatkan,mempertahankan dan memulihkan kesehatan mental klien
D. Falsafah Keperawatan Kesehatan jiwa.
Menurut Dep.Kes (2000) Beberapa keyakinan yang mendasari praktek keperawatan kesehatan jiwa,meliputi : a. b. c. d.
Individu memiliki harkat dan martabat yang perlu dihargai. Tujuan individu adalah bertumbuh,berkembang,sehat,otonomi dan aktualisasi diri. Individu berpotensi berubah. Individu adalah makhluk holistik yang berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan
sebagai manusia utuh. e. Setiap orang memiliki kebutuhan dasar yang sama. f. Semua perilaku individu bermakna. g. Perilaku individu meliputi persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan. h. Individu memiliki kapasitas koping yang bervariasi,dipengaruhi i. j. k. l. m.
genetik,lingkungan,kondisi stres dan sumber yang tersedia. Sakit dapat menumbuhkembangkan psikologis seseorang. Setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan yang sama. Kesehatan mental adalah komponen kritikal dan penting dalam pelayanan kesehatan. Individu berhak berpartisipasi dalam pembuatan keputusan untuk kesehatannya. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan kesejahtraan,memaksimalkan fungsi dan
meningkatkan aktualisasi diri. n. Hubungan interpersonal dapat menghasilkan perubahan dan pertumbuhan individu.
E. Maksud dan tujuan Keperawatan Kesehatan jiwa. Adapun maksud dan tujuan keperawatan kesehatan jiwa adalah untuk menolong klien agar kembali kemasyarakat sebagai individu yang mandiri dan berguna.Tujuan ini dapat dicapai dengan proses komunikasi,diharapkan klien dapat menerima dirinya,dapat berhubungan dengan orang lain atau lingkungannya serta mandiri.
F. Peran dan Fungsi Perawat dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa. Menurut Stuart dan Sundeen (1995) dalam memberikan asuhan dan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa,perawat dapat melakukan aktivitas pada tiga area utama yaitu 1)Memberikan asuhan keperawatan secara langsung,2) Aktivitas komunikasi dan 3)Aktivitas dalam pengelolaan atau manajemen keperawatan. Dalam hubungan perawat dengan klien,ada beberapa peran perawat dalam keperawatan kesehatan jiwa,meliputi : 1.
Kompetensi klinik.
2.
Advokasi klien dan keluarga
3.
Tanggung jawab keuangan
4.
Kerja sama antar disiplin ilmu di bidang keperawatan
5.
Tanggung gugat sosial
6.
Parameter etik-legal.
Pada setiap tingkatan pelayanan kesehatan jiwa,perawat mempunyai peran tertentu : a. Peran perawat dalam prevensi primer. 1). Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa. 2).Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan,tingkat kemiskinan dan pendidikan. 3).Memberikan pendidikan dalam kondisi normal,pertumbuhan dan perkembangan dan Pendidikan seks. 4).Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa. 5).Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah psikiatri . 6).Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk meningkatkan Fungsi kelompok. 7).Aktif dalam kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa. b. Peran perawat dalam prevensi sekunder. 1).Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa. 2).Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah. 3).Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum. 4).Menciptakan lingkungan terapeutik. 5).Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan. 6).Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri. 7).Memberi konsultasi. 8).Melaksanakan intervensi krisis. 9).Memberikan psikoterapi pada individu,keluarga dan kelompok pada semua usia. 10).Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yan teridentifikasi masalah. c. Peran perawat dalam prevensi tertier. 1).Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi. 2).Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari rumah sakit jiwa untuk Memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas. 3).Memberikan pilihan perawatan rawat siang pada klien. Peran Perawat Kesehatan Jiwa :
Pengkajian yg mempertimbangkan budaya Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan Berperan serta dlm pengelolaan kasus Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit
mental - penyuluhan dan konseling Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan Memberikan pedoman pelayana kesehatan
G.PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).
Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa).
Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa).
Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa).
Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa).
Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa).
Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa).
Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi
peran
keperawatan
jiwa:
melalui
penampilan
standar-standar
professional). Keperawatan kesehatan jiwa merupakan spesialisasi praktek keperawatan mempunyai beberapa prinsip,adalah sebagai berikut : a.
Peran dan fungsi perawat jiwa adalah unik yaitu perawatan yang kompeten.
b.
Hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien adalah pengalaman belajar bersama untuk memperbaiki emosi klien.
c.
Memiliki
konseptual
model
keperawatan
kesehatan
jiwa
antara
lain
:
Psikoanalisis(Freud,Erickson),Interpersonal(Sullivan,Peplau),Sosial(Caplan)Eksiste nsial (Ellia,Rogers,Suportif terapi(Wermon)dan medikal(Meyer dan Kraeplin). d.
Model stres dan adaptasi
memberikan asumsi bahwa lingkungan secara alami
memberikan berbagai strata sosial dimana dalam Keperawatan kesehatan jiwa melalui proses keperawatan memberikan konsep yang jelas. e.
Perawat jiwa harus belajar struktur dan fungsi otak untuk memahami penyebab agar lebih efektif dalam menentukan strategi intervensi pada gangguan jiwa.
f.
Keadaan status mental klien dalam keperawatan kesehatan jiwa menggambarkan rentang kehidupan psikologis melalui waktu.
g.
Perawat harus peka terhadap sosial budaya klien yang bervariasi sebagai salah satu pengatahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam intervensi keperawatan jiwa.
h.
Keadaan lingkungan memberi pengaruh langsung pelayanan keperawatan jiwa.
i.
Aspek legal,etika dan profesional dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa.
j.
Penatalaksanaan proses keperawatan sesuai strandar perawatan.
k.
Aktualisasi peran keperawatan kesehatan jiwa melalui penampilan standar profesional.
H. KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
a. Psycoanalytical (Freud, Erickson) Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral). Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkatakata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus. Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien. Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya). b. Interpersonal ( Sullivan, peplau) Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain. c. Social ( Caplan, Szasz) Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom). Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial) Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
d. Existensial ( Ellis, Rogers) Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodiimage-nya Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment. e. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland) Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya. Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif. f. Medica ( Meyer, Kraeplin) Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan. I. ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF CARING ) Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya. Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem sosial yang paling tepat. Meningkatkan dan memelihara kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit
mental melalui penyuluhan dan konseling. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan
penyakit jiwa dengan masalah fisik. Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
DAFTAR PUSTAKA Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC. Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC