KOREKSI FISKAL
Disusun oleh: Kelompok 2&3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
X X X X X X X X X X
SAx SAx SAx SAx SAx SAx SAx SAx SAx SAx
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA STIESIA SURABAYA 2010
07.1.01. 07.1.01. 07.1.01. 07.1.01. 07.1.01. 07.1.01. 07.1.01. 07.1.01. 07.1.01. 07.1.01.
PENDAHULUAN Sehubungan dengan adanya perbedaan antara laba (rugi) menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal, maka sebelum menghitung Pajak Penghasilan yang terutang, terlebih dahulu laba/rugi komersial tersebut harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Dengan demikian, untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan koreksi-koreksi fiskal. Koreksi fiskal tersebut dilakukan baik terhadap penghasilan maupun terhadap biaya-biaya (pengurang penghasilan bruto).
JENIS-JENIS KOREKSI FISKAL Terdapat perbedaan dalam perlakuan penetapan pendapatan dan biaya menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai akibat dari adanya beda tetap dan beda sementara, perlakuan akuntansi terhadap perbedaan tersebut perlu dilakukan rekonsiliasi antara laporan keuangan komersil dengan laporan keuangan fiskal dan pengaruh perbedaan tersebut terhadap laporan keuangan yaitu pada besarnya jumlah pajak terutang dan jumlah laba usaha. Jenis koreksi fiskal di sini merupakan jenis-jenis perbedaan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal, yaitu terdiri dari : 1. Beda Tetap Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh bukan penghasilan. Misalnya dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal sebesar 25% atau lebih pada badan usaha yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia. Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final. Penghasilan ini dikenakan pajak tersendiri (final) sehingga dipisahkan (tidak perlu digabung) dengan penghasilan lainnya dalam menghitung PPh yang terutang. Misalnya: penghasilan atas bunga deposito atau tabungan lainnya yang telah dipotong PPh Final oleh Bank sebesar 20%. Menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya) sedangkan menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan (Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ), misalnya: •
Biaya-biaya yang digunakan untuk memperoleh penghasilan yang bukan obyek pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final.
•
Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan.
•
Sanksi perpajakan berupa bunga, denda, dan kenaikan.
•
Biaya-biaya yang menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan karena tidak memenuhi syarat-syarat tertentu (misalnya daftar nominatif biaya entertainment, daftar nominatif atas peghapusan piutang).
Bagi perusahaan, semua pemasukan adalah pendapatan yang akan menambah laba kena pajak dan semua pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak. Bagi Dirjend Pajak, tidak semua pemasukan adalah faktor penambah laba kena pajak, ada beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan faktor penambah laba kena pajak karena pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final, dan tidak semua pengeluaran adalah faktor pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan (sumbangan, entertain tanpa daftar normatif). Di dalam Akuntansi Perpajakan perbedaan ini disebut dengan Beda Tetap (Permanent Difference). Koreksi atas beda tetap penghasilan akan menyebabkan koreksi negatif artinya penghasilan yang diakuai oleh akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi baik itu karena bukan merupakan objek pajak maupun karena telah dikenakan PPh final, akan menyebabkan laba kena pajak akan berkurang yang akhirnya akan menyebabkan PPh terutang akan lebih kecil. Koreksi atas beda tetap biaya akan menyebabkan koreksi positif artinya biaya yang diakuai oleh akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi, akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah yang akhirnya akan menyebabkan PPh terutang akan lebih besar. 2. Beda Waktu Perbedaan lainnya adalah perbedaan yang diakibatkan karena bedanya saat pengakuan (waktu pengakuan) baik itu terhadap pendapatan maupun beban (pendapatan/beban tangguhan), juga akibat perbedaan beban penyusutan dimana pihak Dirjend Pajak menggunakan metode penyusutan Garis Lurus, sementara perusahaan mungkin menggunakan metode penyusutan yang lain, yang oleh karenanya mengakibatkan adanya perbedaan alokasi beban penyusutan. Prakiraan umur ekonomis atas aktiva tetap juga turut memberi kontribusi atas perbedaan tersebut. Dengan kata lain perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal. Dalam Akuntansi Perpajakan ini disebut dengan Beda Waktu (Time Difference). Beda waktu merupakan perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial dengan ketentuan fiskal, misalnya: •
Metode penyusutan
•
Metode penilaian persediaan
•
Penyisihan piutang tak tertagih
•
Rugi-laba selisih kurs
Koreksi atas beda waktu penghasilan akan menyebabkan koreksi positif pada saat penghasilan diterima dan akan menyebabkan koreksi negatif pada tahun-tahun berikutnya. Koreksi positif ini akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah, sedangkan koreksi negatif tahun-tahun berikutnya akan menyebabkan laba kena pajak akan berkurang. Koreksi atas beda waktu biaya dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi negatif tergantung dari metode yang digunakan.
KOREKSI FISKAL POSITIF DAN NEGATIF Untuk keperluan perpajakan wajib pajak tidak perlu membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan pada waktu mengisi SPT Tahunan PPh terlebih dahulu harus dilakukan koreksikoreksi fiskal. Koreksi fiskal meliputi pengakuan pendapatan dan biaya yang dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif. 1. Koreksi Fiskal Positif Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan Terhutangnya juga akan meningkat. Koreksi fiskal positif diantaranya adalah: a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan b. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP c. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan menurut WP lebih tinggi d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final 2. Koreksi Fiskal Negatif Koreksi Fiskal Negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan menurrun. Koreksi fiskal negatif diantaranya : a. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih rendah, selisih amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan pengakuannya b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak c. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final Koreksi fiskal positif pada penghasilan merupakan adanya transaksi yang terutang pajak, namun tidak atau belum tercatat sebagai penghasilan yang berkaitan dengan PPN (Dilakukan Koreksi Fiskal Positif). 1. Pemakaian sendiri dan pemberian Cuma-Cuma barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak 2. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang kecuali Pengusaha Kena Pajak tersebut telah memperoleh izin melakukan pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak 3. Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi 4. Penyerahan Kena Pajak antar devisi atau unit dalam suatu perusahaan terpadu sepanjang divisi atau unit tersebut diwilayah KPP yang berbeda Contoh Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal PT Cantik Manis adalah perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan. Perusahaan beralamat di Jl. Mawar No 10 Surabaya Tlp (031)3717047, NPWP 1.432.765.4.514. berikut ini adalah Laporan Keuangan untuk periode Januari-Desember 2010
PT CANTIK MANIS LAPORAN LABA RUGI Untuk tahun yang berakhir pada 1 Januari s/d 31 Desember 2010 Penjualan Retur penjualan Potongan penjualan
Rp. 1.800.000.000,00 ( Rp. 60.000.000,00) ( Rp. 50.000.000,00)
Penjualan bersih Harga pokok penjualan
Rp. 1.690.000.000,00 ( Rp. 1.080.000.000,00)
Laba kotor Biaya umum dan administrasi Biaya penjualan
Rp. ( Rp. ( Rp.
610.000.000,00 168.600.000,00) 86.000.000,00)
Laba operasional Penghasilan bunga deposito
Rp. Rp.
355.400.000,00 50.000.000,00
Laba bersih
Rp.
405.400.000,00
Penjelasan laporan laba rugi PT CANTIK MANIS adalah sebagai berikut: 1. Hasil penjualan a. Jumlah penjualan tahun 2009 adalah Rp. 1.800.000.000,00 terdiri dari penjualan yang telah dilunasi sebesar Rp. 1.500.000.000,00 dan sisahnya belum dilunasi b. Retur penjualan yang diterima tahun 2009 adalah sebesar Rp. 50.000.000,00 c. Potongan penjualan diberikan karena pelanggan membayar dalam masa potongan 2. Persediaan awal tahun 2009 Pembelian selama tahun 2009
Harga pokok penjualan Rp. 162.000.000,00 Rp. 1.100.000.000,00
Jumlah persediaan untuk dijual Persediaan akhir 2009
Rp. 1.262.000.000,00 Rp. 182.000.000,00
Harga pokok penjualan
Rp. 1.080.000.000,00
Data yang berhubungan dengan harga pokok penjualan adalah: a. Perusahaan menggunakan metode mana yang lebih rendah antara harga perolehan dengan harga pasar untuk menilai persediaan. Harga Perolehan Harga Pasar Persediaan awal tahun 2010 Rp. 162.000.000,00 Rp. 170.000.000,00 Persediaan akhir tahun 2010 Rp. 190.000.000,00 Rp. 182.000.000,00
b. Dalam pembelian selama tahun 2009 terdapat Komisi pembelian (tidak didukung bukti) Biaya lain-lain (tidak didukung bukti) Biaya angkut (ada bukti) 3. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s.
Rp. Rp. Rp.
Biaya umum dan administrasi Gaji pimpinan dan karyawan Rp. Uang lembur karyawan Rp. Tunjangan cuti Rp. Penggantian pengobatan Rp. PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan Rp. Bonus prestasi kerja Rp. Pakaian seragam satpam Rp. Biaya antar jemput karyawan Rp. Biaya penyusutan ruang dinas (sesuai fiscal) Rp. Biaya perjalanan dinas ke luar negeri Rp. Biaya perjalanan dinas ke dalam negeri Rp. Biaya rapat dan penataran Rp. Sewa mesin foto copy Rp. Kerugian piutang Rp. Penyusutan gedung (sesuai fiscal) Rp. Penyusutan inventaris (sesuai fiscal) Rp. Koran dan majalah Rp. Listrik, air dan telepon Rp. Biaya lain-lain Rp.
5.000.000,00 5.000.000,00 45.000.000,00
75.000.000,00 5.000.000,00 4.000.000,00 6.000.000,00 2.700.000,00 1.000.000,00 5.000.000,00 3.000.000,00 2.500.000,00 6.000.000,00 7.500.000,00 2.000.000,00 6.000.000,00 15.000.000,00 3.000.000,00 6.000.000,00 700.000,00 9.000.000,00 9.200.000,00
Data yang berhubungan dengan biaya umum dan administrasi adalah sebagai berikut: a. Di dalam biaya perjalanan dinas ke luar negeri terdapat fiskal luar negeri untuk direktur dan istri Rp. 2.000.000,00 semuanya atas nama pribadi. b. Di dalam biaya perjalanan dinas ke dalam negeri terdapat pengeluaran yang tidak didukukng bukti sah Rp. 1.000.000,00 c. Di dalam biaya telepon termasuk pembayaran telepon rumah direktur sebesar Rp. 1.000.000,00 d. Penyisihan kerugian ditetapkan sebesar 5% dari saldo piutang akhir. Piutang yang tidak dapat ditagih dan telah dibuatkan daftar normatifnya untuk tahun 2009 Rp. 2.000.000,00 e. Majalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perusahaan Rp. 300.000,00 f. Biaya lain-lain tidak didukung bukti 4. a. b. c. d.
Biaya penjualan Gaji dan upah Sewa rumah untuk mes karyawan Bonus prestasi Biaya perjalanan dinas
Rp. Rp. Rp. Rp.
30.000.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 20.000.000,00
e. f. g. h. i.
Biaya iklan dan reklame Biaya pengiriman Penyusutan gedung (sesuai fiscal) Penyusutan inventaris (sesuai fiscal) Biaya lain-lain
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
5.000.000,00 12.000.000,00 3.000.000,00 4.000.000,00 5.000.000,00
Data yang berhubungan dengan penjualan adalah sebagai berikut: a. Didalam gaji dan upah termasuk: •
Penggantian pengobatan Rp. 1.500.000,00
Pemberian makan siang Rp. 300.000,00 b. Karyawan yang menempati mes tidak diberi tunjangan perumahan c. Biaya perjalanan dinas termasuk •
•
Tiket pesawat dan hotel (didukung bukti) Rp. 12.000.000,00
•
Honor perjalanan dinas Rp. 6.000.000,00
Pengeluaran yang tidak didukung bukti Rp. 2.000.000,00 d. Didalam biaya iklan termasuk sumbangan Rp. 1.000.000,00 e. Biaya lain-lain yang ada buktinya Rp. 2.500.000,00 •
5.
PPh yang dibayar dimuka PPh Pasal 25 sejumlah
6. PPh Final
Rp.
50.000.000,00
Rp.
10.000.000,00
Koreksi Fiskal 1. Hasil penjualan Retur penjualan yang diterima tahun 2009 Rp. 50.000.000,00 sedangkan dalam laporan laba rugi akuntansi Rp. 64.200.000,00 maka perlu diadakan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 14.200.000,00 2.
Harga pokok penjualan Persediaan awal tahun 2009 Pembelian selama tahun 2009
Rp. 162.000.000,00 Rp. 1.090.000.000,00
Jumlah persediaan untuk dijual Persediaan akhir 2009
Rp. 1.252.000.000,00 ( Rp. 190.000.000,00)
Harga pokok penjualan
Rp. 1.062.000.000,00
HPP berdasarkan laporan laba rugi akuntansi Rp. 1.080.000,00 maka perlu dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 18.000.000,00
3. Biaya umum dan administrasi Biaya yang tidak dapat dikurangkan: a. Pengganti pengobatan Rp. b. PPh pasal 21 yang ditanggung perusahaan Rp. c. Biaya antar jemput karyawan Rp. d. Koreksi biaya perjalanan dinas ke luar negeri Rp. e. Koreksi biaya perjalanan dinas ke dalam negeri Rp. f. Koreksi kerugian piutang Rp. g. Koreksi Koran dan majalah Rp. h. Koreksi biaya telepon Rp. i. Biaya lain-lain Rp.
4.000.000,00 2.700.000,00 3.000.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00 13.000.000,00 400.000,00 1.000.000,00 9.200.000,00
Jumlah
36.300.000,00
Rp.
Biaya umum dan administrasi harus dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 36.300.000,00 4. Biaya penjualan Biaya penjualan yang tidak dapat dikurangkan a. Pengobatan dan uang makan b. Sewa rumah untuk mes c. Biaya perjalanan dinas tanpa bukti pendukung d. Sumbangan e. Biaya lain-lain tanpa bukti pendukung
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1.800.000,00 3.000.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00 2.500.000,00
Jumlah Rp. 10.300.000,00 Biaya penjualan harus dilakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 10.300.000,00 5. Karena dikenakan dilakukan korekse negatif sebesar Rp. 50.000.000,00
PPh
final,
maka
harus
PT CANTIK MANIS LAPORAN LABA RUGI Untuk tahun yang berakhir pada 1 Januari s/d Desember 2010 (dalam rupiah)
Penjualan Retur penjualan Potongan penjualan Penjualan bersih
Rp. 1.800.000.000,00 Rp. 1.800.000.000,00 ( Rp. 60.000.000,00) Rp. 10.000.000,00 ( Rp. 50.000.000,00) ( Rp. 50.000.000,00) (Rp. 50.000.000,00) Rp. 1.690.000.000,00 Rp. 1.700.000.000,00
Harga pokok penj Laba kotor
( Rp. 1.080.000.000,00) Rp. 610.000.000,00
Rp. 18.000.000,00 (Rp. 1.062.000.000,00) Rp. 638.000.000,00
Biaya umum &admin ( Rp. Biaya penjualan ( Rp. Laba operasional Rp.
168.000.000,00) 86.000.000,00) 355.400.000,00
Rp. 36.300.000,00 (Rp. 131.700.000,00) Rp. 10.300.000,00 ( Rp. 75.000.000,00) Rp. 430.600.000,00
Pengh bunga deposito Laba sebelum pajak
Rp. Rp.
50.000.000,00 405.000.000,00
Rp. 50.000.000,00 Rp. Rp.
PPh Laba bersih
Rp. Rp.
60.284.000,00 345.116.000,00
PPh Badan yang terutang adalah: 50% x 25% x Rp. 430.600,00 = Rp. 53.825.000,00 Kredit pajak PPh Pasal 25 = Rp. 50.000.000,00 PPh yang masih harus dibayar = Rp. 3.825.000,00
0,00 430.600.000,00