LAPORAN PRAKTIKUM GIZI TERAPAN PENGUKURAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN
(Jurusan Psikologi, Biologi, Kimia, Hubungan Internasional, dan Teknik dan Manjemen Industri Pertanian)
Disusun oleh : Kelompok 6B Lukman
240210110088
Kosmas Hieronimus
240210090089 240210090089
Inasah Amalina Pulungan
240210090090 240210090090
Eriska Ratna Adelia
240210100093 240210100093
Aldrick Sharvo
240210100094 240210100094
Nungky Kusuma Kusuma Wardhani
240210100095 240210100095
Yessiana Yulinda Putri
240210110096 240210110096
Sinta Kumala Sari
240210110098 240210110098
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN JATINANGOR 2012
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Anak-anak remaja saat ini seringkali merasa sensitif terhadap kondisi tubuh yang tidak sempurna sehingga mereka berusaha melakukan berbagai cara untuk menjaga dan merawat tubuh mereka salah satunya dengan mengatur pola makan sehat dan memperbanyak rutinitas berolah raga. Namun, ada pula anak remaja yang cenderung memiliki pola pikir yang bebas dan tidak memperhatikan kondisi tubuh mereka sehingga berakibat pada kondisi fisik mereka yang tidak sehat dan tidak proporsional. Kesehatan merupakan faktor utama seluruh proses yang terjadi pada tubuh. Menurut WHO (1970), sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial serta terbebas dari penyakit atau kelemahan. Pemeriksaan medis yang diperlukan untuk mengetahui tubuh yang sehat meliputi pemeriksaan antropometris, fisiologis, biokimia, dan patologi anatomi. Tubuh yang sehat dinilai dari penampilan fisik. Dalam beberapa kasus sering terjadi ketidaksesuaian penilaian fisik dan penilaian medis mengenai Indeks Massa Tubuh (IMT). Ada 3 faktor utama yang dapat menyebabkan keseimbangan energi dalam tubuh untuk menciptakan kondisi fisik yang sehat yaitu diet atau asupan makanan yang seimbang, olahraga atau aktivitas fisik, dan faktor genetik. Menurut Soetiningsih (1998), faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan. Melalui genetik yang berada didalam sel telur yang dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Asupan makanan harus selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan juga tidak boleh berlebihan sehingga dapat menyebabkan overweight atau obesitas karena makanan yang berbeda mengandung proporsi protein, karbohidrat, dan lemak yang berbeda – beda, maka keseimbangan energi yang wajar juga harus dipertahankan diantara semua jenis makanan ini sehingga semua bagian metabolisme tubuh dapat dipenuhi dengan bahan makanan yang dibutuhkan.
Meskipun ukuran tubuh sebenarnya memiliki korelasi yang kuat dengan persepsi berat badan, namun dalam beberapa penelitian menyebutkan tidak sedikit orang yang termasuk dalam kategori overweight tetapi tidak menyadarinya (Blokstra et al 1999, Crawford et al , 1999). Sebaliknya, sejumlah orang yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal merasa dirinya termasuk dalam kategori overweight. Saat ini jarang dilakukan penelitian yang menghubungkan antara aktivitas sehari-hari dan Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang khususnya dikalangan mahasiswa. Mahasiswa umumnya lebih kritis dalam masalah penampilan terutama proporsi tubuh, karena pada masa remaja seperti para mahasiswa mereka aktif dalam pergaulan atau bersosialisasi, dimana penampilan yang baik akan menimbulkan rasa percaya diri yang dapat menunjang dalam bersosialisasi. Berdasarkan hal tersebut kami melakukan survey ke beberapa fakultas untuk menilai nilai IMT dan membandingkan apakah terjadi perbedaan yang sangat signifikan antara fakultas ilmu sosial dan ilmu eksak berdasarkan tingkat aktivitas mereka sehari-hari yang akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan dan hasil pengamatan dibawah ini.
1.2.
Tujuan
Melalui pengamatan studi lapangan ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Mengetahui aktivitas mahasiswa di berbagai Fakultas UNPAD. 2. Mengetahui pengaruh ilmu pendidikan yang didapat terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) mahasiswa berbagai Fakultas di Universitas Padjadjaran. 3. Memberitahukan cara untuk memperbaiki Indeks Massa Tubuh (IMT) yang sesuai untuk mencapai normal. 4. Menganalisis dan membandingkan Indeks Massa Tubuh (IMT) mahasiswa bidang sosial dan eksak.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih. Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung. Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi secara langsung yang sering digunakan. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari beberapa tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TT/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan (BB) juga merupakan parameter antropometri yang sangat labil dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka BB berkembang mengikuti pertambahan umur. IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengukur status gizi individu. Cara menghitung IMT adalah dengan membagi berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Setelah mendapat kan hasil angka tersebut dicocokkan dengan cut off point sehingga kita
dapat mengetahui status gizi kita apakah under weight , normal, overweight , atau obesitas. Untuk orang Indonesia standar IMT menggunakan standar Asia bukan internasional sebab untuk ukuran tubuh orang Indonesia memiliki perbedaan dengan orang Barat seperti pada tinggi badannya. Cara menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:
IMT = Berat Badan (kg) / (Tinggi Badan (cm)/100) 2
Contoh : BB
= 50 kg, TB
IMT
= 50/(160/100)2
= 160 cm = 50/2,56
= 19,53
Klasifikasi nilai IMT : IMT
STATUS GIZI
KATEGORI
< 17.0
Gizi Kurang
Sangat Kurus
17.0 – 18.5
Gizi Kurang
Kurus
18.5 – 25.0
Gizi Baik
Normal
25.0 – 27.0
Gizi Lebih
Gemuk
> 27.0
Gizi Lebih
Sangat Gemuk
Sumber : Departemen Kesehatan RI
III. PROSEDUR
Berbagai Fakultas didatangi untuk dimintai keterangan.
Pencarian 30 mahasiswa untuk dimintai keterangan langsung.
Berat badan dan tinggi badan 30 relawan dihitung dengan menggunakan alat yang telah disediakan.
Perhitungan
Indeks
Massa
Tubuh
30
mahasiswa
dihitung
dengan
menggunakan rumus IMT
Data IMT dibuat dan dibandingkan berdasarkan
keterangan yang telah
didapatkan.
Dari hasil data yang diperoleh dibuatkan kurva status gizi mahasiswa tiap fakultas.
Dilakukan perbandingan status gizi antar fakultas.
DAFTAR PUSTAKA
Auliana, R. 2012. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi. Available online at http://google.co.id diakses pada tanggal 23 Mei 2012 pukul 10.09 WIB. Centre for Obesity Research and Education, 2007. Body Mass Index: BMI Calculator. Available online at http://www.core.monash.org/bmi.html diakses pada 08 Juni 2012. Faperta. 2012. Mata Kuliah Program Studi Agroteknologi. Available online at faperta.unpad.ac.id diakses pada tanggal 07 Juni 2012 pukul 09.27 WIB. Grummer-Strawn LM et al., 2002. American Journal of Clinical Nutrition. Dalam: Centers of Disease Control and Prevention, 2009. Assessing Your Weight: About BMI for Adult. Available online at repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25638/.../Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 06 Juni 2012. Uwaifo, Gabriel I. 2009. Obesity. Medscape Reference, Washington.
World Health Organization. 2004. Obesity and Overweight . Dalam: Ardiadi dan Arsad Rahim Ali, 2005. Hubungan Obesitas Dengan Beberapa Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner Di Laboratorium Prodia Makassar Tahun 2005.