ABSORBSI OBAT SECARA IN SITU
I.
Tujuan : Mempelajari pengaruh pH terhadap absorbsi obat yang diabsorbsi melalui difusi pasif dan percobaan dilakukan secara in situ.
II.
Dasar Teori : Percobaan absorbsi obat secara in situ melalui usus halus didasarkan atas penentuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus setelah larutan obat dengan kadar tertentu dilewatkan melalui lumen usus halus secara perfusi dengan kecepatan tertentu. Cara ini dikenal pula dengan nama teknik perfusi, karena usus dilubangi untuk masuknya sampel cairan percobaan dan satu lagi bagian bawah untuk keluarnya cairan tersebut. Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa obat yang dicobakan stabil, tidak mengalami metabolisme dalam lumen usus, sehingga hilangnya obat dari lumen usus akan muncul dalam darah atau plasma darah, atau dengan kata lain hilangnya obat dari lumen usus tersebut adalah karena proses absorbsi. Bagi obat-obat yang berupa asam lemah atau basa lemah, pengaruh pH terhadap kecepatan
absorbsi sangat besar, karena pH akan menentukan besarnya
fraksi obat dalam bentuk tak terionkan. Bentuk ini yang dapat terabsorbsi secara baik melalui mekanisme difusi pasif. Metode ini dapat digunakan untuk mempelajari berbagai faktor yang dapat berpengaruh
paa
permeabilitas
dinding
usus
dari
berbagai
macam
obat.
Pengembangan lebih lanjut dapat digunakan untuk merancang obat dalam upaya mengoptimalkan kecepatan absorbsinya melalui pembentukan prodrug, khususnya untuk obat-obat yang sangat sulit atau praktis tidak dapat terabsorbsi. Melalui metode ini akan diungkapkan pula besarnya permeabilitas membran usus terhadap obat melalui lipoid pathway, pori dan aqueous boundary la yer. Metode Through and Through merupakan salah satu cara percobaan in situ. Cara ini dilakukan dengan menentukan fraksi obat yang terabsorbsi, setelah larutan obat dialirkan melalui lumen intestin yang panjangnya tertentu dan kecepatan alirnya tertentu pula. Persamaan : Papp =
2 . .
ln
(1) (0)
III.
Alat dan Bahan : 1. Alat yang digunakan : a. Gunting
h. Penggaris
b. Pinset
i. Spektrofometer
c. Beakerglass
j. Timbangan hewan percobaan
d. Jarum e. Spuit 1 cc f.
Timer/jam
g. Benang 2. Bahan-bahan percobaan : a. Larutan dapar fosfat berbagai pH b. Larutan obat dalam dapar fosfat pada berbagai pH c. Tikus putih jantan dengan berat 150-170 gram d. Larutan uretan 40% steril e. Larutan natrium klorida 0,9% b/v IV.
Cara Kerja : a. Persiapan hewan uji :
Hewan percobaan berupa tikus jantan dengan berat antara 150-170 gram, dipuasakan sehari (24 jam).
Kemudian tikus dianestesi dengan uretan 40% secara injeksi sub kutan dengan dosis 1 ml/200 g BB tikus.
Setelah teranestesi (perlu waktu 45-50 menit), tikus dibuka rongga peutnya menurut arah linea mediana dengan gunting.
b. Persiapan praktikum :
Membuat larutan dapar asetat pH 4,5 0,05 M sebanyak 1000 ml. Menimbang 2,99 g Na Acetat, menambah 1,66 ml asam acetat glacial (dalam labu takar 1000 ml), dan menambahkan aquadest ad tanda batas.
Membuat kurva baku acetosal I. II.
Menimbang dengan seksama 140 mg acetosal Melarutkan asetosal dengan alkohol 95% beberapa tetes dalam labu t akar 50 ml, menambahkan dapar aetat ad tanda batas (larutan stok)
III.
Dengan pipet volume mengambil 1 ml ; 1,5 ml ; 2 ml ; 2,5 ml ; 3 ml ; 3,5 ml larutan stok diatas. Masing-masing dimasukkan dalam labu takar 50 ml dan ditambahkan larutan dapar ad tanda batas
IV.
Membaca absorbansi masing-masing larutan pada λ = 265 nm dengan blanko dapar acetat
V.
Membuat persamaan kurva baku acetosal antara konsentrasi (x) vs absorbansi (y)
c. Persiapan uji absorbsi in situ
Setelah rongga perut tikus dibuka, dicari bagian lambung dan diukur ke arah kanal kira-kira 15 cm dari lambung dengan pertolongan benang. Pemasangan kanul sedemikian rupa sehingga ujungnya mengarah ke bagian anal.
Dari ujung kanul ini usus diukur lagi dengan pertolongan benang kearah anal sepanjang 20 cm, dan di situ dibuat lubang kedua, selanjutnya dipasang pula kanul kedua dengan ujung kanul mengarah ke bagian oral dari usus dengan benang.
Kanul pertama dihubungkan dengan reservoar larutan dapar fosfat dengan pH yang dikehendaki melalui slang dan kanul kedua dihubungkan dengan penampung melalui slang pula. Antara reservoar dan kanul dipasang pompa peristaltik untuk mengalirkan larutan.
Kemudian pompa peristaltik dijalankan, hingga kotoran yang terdapat dalam usus bersih dengan cara menampung larutan dapar yang keluar dari kanul kedua selama waktu tertentu, kemudian mengukur volumenya, maka kecepatan alir melalui intestin dapat ditentukan. Lama pengaliran larutan bahan obat ini 30 menit, lalu kadar obat dalam larutan ditentukan secara spektrofotometris, sehingga diperoleh data kadar sebelum dan sesudah dialirkan melalui intestin.
d. Data lain yang perlu dicatat adalah panjang usus dan diameter usus. Hal ini dapat dilakukan dengan memotong usus antara kedua ujung kanul, satu sisi usus ujungnya ditali dengan benang, setelah diisi cairan baru kemudian panjang dan diameter usus dapat ditentukan.
V.
Data Percobaan a. Nama bahan obat : acetosal b. Medium
: dapar asetat
c. Data kurva baku : No
absorbansi
Konsentrasi
1
0,172
5,6 mg%
2
0,210
8,4 mg%
3
0,318
11,2 mg%
4
0,423
1,4 mg%
5
0,509
16,8 mg%
6
0,518
19,6 mg%
Persamaan kurva baku : a = 7,0762 x 10 -3 b = 0,0279 r = 0,9813
Larutan uji : Absorbsi = 1. 3,241 2. 3,245
rata-rata = 3,245
3. 3,249
Kadar mula-mula : y = a + bx 3,245 = 0,0070762 + 0,0279x 3,245 – 0,0070762 = 0,0279x 3,2379 = 0,0279x X = 116,054 mg%
Kadar perfusi Absorbansi =
1. 3,391 2. 3,386
rata-rata = 3,383
3. 3,371
Kadar perfusi y = a + bx 3,383 = 0,0070762 + 0,0279x 3,383 – 0,0070762 = 0,0279x
3,37559 = 0,0279x X = 120,9889 mg%
Q=
()
=
20 4,78
= 4,184 ml/menit
Analisa data : P app tikus 1 : 2..
ln
4,184 2.0,75.20
VI.
(1) (0)
ln
116,054 120,9889
= - 0,1395 ml/menit.cm2
Pembahasan Absorbsi obat secara in situ didasarkan penetuan kecepatan hilangnya obat dari lumen usus halus setelah larutan obat dengan kadar tertentu dilewatkan melalui usus halus secara perfusi dengan kecepatan tertentu. Metode in situ digunakan pada organ target seperti usus yang masih menyatu dengan organ lain tetapi tidak dipengaruhi oleh organ lainnya. Dalam metode ini untuk melihat/mempelajari berbagai faktor yang berpengaruh terhadap permeabilitas dinding usus. Pengembangan lebih lanjut dapat digunakan untuk merancang obat dalam upaya mengoptimalkan kecepatan absorbsinya untuk obat yang sangat sulit/praktis tidak dapat terabsorbsi. Kecepatan alir suatu obat di metode in situ ini berdasarkan dari lama suatu alir dalam larutan obat dibagi dengan panjang usus hewan uji.
VII.
VIII.
Kesimpulan
Kecepatan alir yaitu 4,184 ml/menit
Hasil perhitungan Papp didapatkan -5,819 x 10 -3 ml/menit.cm2
Daftar Pustaka
Abdul karin, 2008 absorbsi melalui lumen usus in situ vol 19. Nol
Martin dkk. 1993. Biofarmasetika, absorbsi in situ. Jakarta. UI press
LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA ABSORBSI OBAT SECARA IN SITU
Disusun Oleh : AYU PRACHILIA SISCA
18123462 A
RIKAD KATON MANDIRI
18123443 A
CATUR TEGUH ARIS I
18123634 A
SULISTIANA
19133737 A
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2016