BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi lain, pembangunan ini juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan yang berakibat terjadinya perubahan lingkungan biofisika, lingkungan social ekonomi dan lingkungan budaya.
Sampah menjadi persoalan Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia terutama di daerah-daerah yang padat penduduknya, karena belum ada sistem pengolahan sampah yang lebih baik. Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Khususnya kota Depok dalam pengelolaan sampah dengan cara konvensional khususnya pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Harum Mewangi.
Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah juga merupakan salah satu program nasional di daerah, yang berkaitan dengan penyediaan tempat penampungan akhir sampah. Pengelolaan kebersihan di Kota Depok khusunya di Kecamatan Pancoran Mas telah ditangani secara serius dan nyata melalui program-program yang dibiayai oleh APBD Kota Depok. Pengelolaan sampah di Kecamatan Pancoran Mas dimulai dari tingkat yang paling mendasar adalah dengan membersihkan sampah-sampah dari pusat produksi sampah yang diakibatkan oleh kegiatan manusia, seperti tempat permukiman, toko, pasar, tempat perdagangan dan perkantoran, dan tempat kegiatan social (masjid, gereja, rumahsakit, dan terminal). Kegiatan tersebut berupa pengumpulan pertama (primer) yaitu pengumpulan sampah dari proses produksi ke Lokasi Pembuangan Sementara (LPS), yang pelaksanaannya ditangai secara gotong-royong oleh warga masyarakat melalui RT/RW dan kelurahan. Sedangkan pengumpulan tahap kedua (sekunder) dari tempat pembuangan sampah sementara ke tempat pembuangan akhir pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok.
Sampah-sampah yang terproduksi yang dapat diangkut dari LPS pada akhirnya akan membutuhkan fasilitas pemusnahan (disposal) agar tercipta suatu lingkungan yang bersih, tidak tercemar dan tidak membahayakan kehidupan manusia. Penambahan jumlah penduduk dan perluasan pembangunan kabupaten telah mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Sehingga dengan akan beroperasinya TPA Harum Mewangi dapat meminimalisasi permasalahan timbunan sampah di tempat-tempat produksi sampah. Dan permasalahan yang paling mendasar adalah pertanahan atau tersedianya lahan yang memadai guna menunjang pembangunan TPA tersebut serta pendanaan maupun prosedur pembangunannya. Selain itu pembangunan TPA Harum Mewangi dengan luas sekitar 24,18 Ha di kecamatan Pancoran Mas diharapkan tidak hanya memenuhi sarana kehidupan saja, melainkan harus dapat menciptakan keseimbangan dengan kelestarian lingkungan hidup di Kota Depok.
Studi ini akan menelaah seluruh tahapan rencana usaha dan atau kegiatan baik pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan pascaoperasi. Pada tahap pasca operasi hendaknya tetap mengantisipasi rencana peruntukan lahan sesuai dengan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Depok. Pembangunan TPA serta operasionalisasinya diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik positif maupun negative. Menyadari adanya pengaruh kegiatan ini terhadap lingkungan hidup maka pembangunan TPA berpedoman pada Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, dan Peraturan Menteri Negara Liongkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan hidup. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, rencana kegiatan pembangunan tempat pengelolaan sampah termasuk dalam kegiatan yang wajib dilengkapi dengan studi AMDAL.
Penyusunan AMDAL mengikuti standar/pedoman yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan pemerintah dengan mengikuti tahapan-tahapan tertentu. Sebagai tahap awal penyusunan dokumen AMDAL, maka disusun Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) yang berfungsi sebagai dokumen pengarah dalam melakukan studi AMDAL yang terkait dengan dampak yang ditimbulkan oleh rencana kegiatan.
Maksud Dan Tujuan Proyek
Maksud dari Penyusunan Kerangka Acuan Analisis dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Pembangunan TPA Harum Mewangi adalah untuk terciptanya pembangunan yang berwawasan lingkungan serta pembangunan sarana pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus tetap memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungannya.
Tujuan Penyusunan Kerangka Acuan Analisis dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Pembangunan TPA Harum Mewangi adalah:
menunjukkan tingkat kepedulian pihak pemrakarsa dalam upaya menjalankan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Memberikan informasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan dan pihak terkait tentang rencana kegiatan pembangunan TPA yang bersifat spesifik untuk kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, sehingga masyarakat dapat memberikan masukan, saran dan tanggapan atas rencana kegiatan tersebut.
Masyarakat berhak mengetahui setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL.
Pemrakarsa bersama-sama Bapedalda wajib memberitahukan kepada masyarakat setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan diterbitkan rekomendasi UKL-UPL.
Mengetahui kualitas/rona lingkungan di lokasi rencana pembangunan dan sekitarnya.
Sebagai instrumen pengikat bagi pemrakarsa untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Mengkaji dan memperkirakan dampak lingkungan serta mengevaluasi dampak terhadap lingkungan hidup dari rencana kegiatan pada tahap pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi terhadap komponen lingkungan hidup serta mengidentifikasi dampak yang muncul akibat kegiatan pembangunan.
Menyusun rencana pencegahan, penanggulangan dan pengendalian dampak negatif serta mengoptimalkan dan meningkatkan dampak positif akibat rencana usaha/kegiatan pembangunan.
Menyusun Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam bentuk Dokumen UKL dan UPL.
Peraturan Perundangan Yang Berlaku
Sebagai landasan dalam penyusunan studi Kerangka Acuan Analisis dampak Lingkungan (KA-ANDAL) Kegiatan Pembangunan TPA adalah sebagai berikut:
Undang-Undang No. 11 Tahun 1974, tentang Pengairan
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Sistemnya.
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Dearah
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, tentang Sungai
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 718/MENKES/Per/XI/1987, tentang Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat dan pegawasan Kualitas Air Bersih.
Keputusan Meteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/Per/2002, tentang Syarat-Syarat Pengawasan Air Minum
BAB II
RUANG LINGKUP STUDI
2.1 Lingkup Rencana Kegiatan
2.1.1 Gambaran Lokasi Kegiatan
Secara geografis, Kota Depok berada pada posisi 06019' – 06028' Lintang Selatan dan 106043' BT-106055' Bujur Timur, dengan ketinggian 19 m di atas permukaan laut dan luas wilayah 20000 ha. Kota Depok terbagi menjadi 6 wilayah kecamatan yang masing-masing terdiri dari beberapa kelurahan.
Kecamatan Pancoran Mas yang menjadi lokasi rencana proyek meliputi delapan kelurahan yaitu: Kelurahan Depok, Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Pancoran Mas, Kelurahan Mampang, Kelurahan Rangkepan Jaya, dan Kelurahan Rangkapan Jaya Baru. Batas Kecamatan Pancoran Mas dengan daerah sekitarnya adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kecamatan Beji
Sebelah Selatan : Kecamatan Cipayung
Sebelah Barat : Kecamatan Limo
Sebelah Timur : Kecamatan Sukmajaya
Lokasi TPA Harum Mewangi sendiri dibatasi tiga kelurahan yaitu Kelurahan Depok, Kelurahan Pancoran Mas dan Kelurahan Depok Jaya. Luas lahan TPA Harum Mewangi seluruhnya adalah 108 ha yang terdiri dari lima wilayah. Luas efektif TPA yaitu luas yang digunakan untuk menimbun sampah adalah 80% dari seluruh luas lahan, 20% digunkaan untuk prasarana TPA seperti pintu masuk, jalan, kantor dan instalasi pengolahan lindi.
Gambar 1. Peta Kota Depok
Gambar 2. Peta Admistratif Kecamatan Pancoran Mas
2.2 Lingkup wilayah Studi
Untuk batas wilayah studi ditentukan berdasarkan batas proyek/tapak kegiatan rencana pembangunan TPA, batas administrative, batas sosial dan batas ekologi.
Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana atau usaha atau kegiatan akan melakukan aktivitas prakonstruksi, konstruksi dan operasi, dari ruang ini lah bersumber dampak terhadap lingkungan. Batas proyek ditentukan berdasarkan batas tapak proyek rencana tata letak kegiatan pembangunan TPA yang mana saat ini sebagian besar masih ditanami penduduk serta sebagian lagi merupakan lahan milik Desa Bersih Selalu.
Batas administrative
Batas administrative pembangunan TPA ditetapkan berdasarkan status administrasi wilayah dimana kegiatan proyek dilaksanakan yaitu di Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Depok.
Batas sosial
Batas sosial merupakan ruang disekitar rencana kegiatan/usaha yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan, sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat, yang \diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha/kegiatan.
Untuk pembanguanan TPA Talangagung ini penduduk terkena dampak bertempat tinggal di sepanjang jalan akses ke TPA yang berjarak sekitar 0,5 km dari lokasi TPA.
Batas ekologis
Batas ekologis merupakan ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha/kegiatan menurut media transportasi limbah, dimana proses alami berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologi TPA Talangagung , meliputi:
Perubahan bentang lahan alam yang meliputi daerah tapak pembangunan TPA
Batas ekologi yang terkait dengan udara yaitu komponen kebauan yang dapat dirasakan pengaruhnya pada jarak radius 0,5 km.
Batas ekologi dari komponen biotis adalah persebaran vector lalat yang kepadatannya tinggi dalam radius 0,2 km.
Gambar 3. Peta Batas Wilayah Studi
2.3 Lingkup Rona Lingkungan Awal
2.3.1 Komponen Fisika
Iklim
Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi provinsi Jawa barat sebagai stasiun klimatologi terdekat dengan rencana lokasi proyek yang tercatat selama 3 tahun antara 2010 - 2013, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan berkisar antara 29 – 32oC. Angin yang dari arah selatan dan juga barat daya membuat curah hujan disekitar wilayah rencana lokasi proyek TPA menjadi cukup tinggi, hal ini menyebabkan kelembaban rata-rata Kecamatan Pancoran Mas berkisar antara 65-96 % dengan suhu maksimum terjadi pada bulan Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan Desember sampai Januari. (Sumberdata:http://bmkg.go.id/bmkg_pusat/meteorologi/Prakiraan_Cuaca_Propinsi.bmkg?pro).
Kualitas Udara Dan Kebisingan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengendalian lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa barat, konsentrasi partikulat debu (PM10) telah melebihi ambang batas di beberapa titik pemantauan udara kota Depok. Konsentrasi partikulat tertinggi adalah di sekitar jalan Margonda yaitu mencapai 240 sementara batas yang ditentukan adalah 150. Sehubungan dengan kualitas udara ambien, maka dilakukan beberapa pengukuran untuk memantau kualitas udara ambien di beberapa lokasi di kota depok. Berikut data lokasi dan hasil pemantauan kualitas udara ambien:
Keterangan Lokasi:
Jalan Jawa (kec. Limo)
Jalan Sadewa (kec. Beji)
Jalan Margonda Raya
Jalan Juanda
RPH Tapos
RSUD Sawangan
UPS Maruyung
Jalan Nusantara (Kec. Pancoran Mas)
Jalan Palembang (Kec. Cimanggis)
UPS Cilangkap
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4. Hasil Pemantauan Udara Ambien untuk SO2 (a), Partikulat (b), H2S (c), dan Kebisingan (d) di beberapa lokasi di Kota Depok
Fisiografi dan Morfologi
Secara Geomorfologis Kecamatan Pancoran Mas sangat strategis, terletak pada 06019' – 06028' Lintang Selatan dan 106043' BT-106055' Bujur Timur yaitu terletak ditengah jantung perkotaan Kota Depok, yang dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk dan pusat perbelanjaan, pertokoan serta perkantoran dan tempat ibadah. Kecamatan Pancoran Mas mempunyai luas wilayah ± 1.919 ha, dengan ketinggian wilayah dari permukaan air laut sekitar 50 sampai dengan 60 meter dengan permukaan tanah yang relatif datar dan berbukit. Kecamatan Pancoran Mas terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, 106 Rukun Warga (RW) dan 627 Rukun Warga (RT) dengan jumlah penduduk 240.920 jiwa per Maret 2013 (Sumber: Pemerintah kota Depok, 2014)
Kualitas Air
Perusahaan Daerah Air minum (PDAM) Tirta Kahuripan merupakan penyelenggara penyedia air utama ke kota Depok termasuk kecamatan Pancoran Mas. Tingkat pelayanan air untuk kota Depok dari PDAM Tirta Kahuripan mencakup 49,63% dari seluruh pelayanan. Kapasitas air minum kota depok yang dilayani oleh PDAM Tirta Kahuripan adalah 333 liter/detik dari total produksi air minum PDAM Tirta Kahuripan di wilayah Kota Depok. Berdasarkan data SLHD kota Depok tahun 2010 masih terdapat 15,46% penduduk yang memanfaatkan air sumur dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya dan terdapat 0,70% yang menggunakan sumur tidak terlindungi.
Jenis Tanah
Secara umum jenis tanah yang terdapat di Kota Depok menurut RTRW Kota Depok) terdiri dari:
Tanah alluvial, tanah endapan yang masih muda, terbentuk dari endapan lempung, debu dan pasir, umumnya tersingkap di jalur-jalur sungai, tingkat kesuburan sedang – tinggi.
Tanah latosol coklat kemerahan, tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya, terbentuk dari tufa vulkan andesitis – basaltis, tingkat kesuburannya rendah – cukup, mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi, tekstur halus.
Asosiasi latosol merah dan laterit air tanah, tanah latosol yang perkembangannya dipengaruhi air tanah, tingkat kesuburan sedang, kandungan air tanah cukup banyak, sifat fisik tanah sedang – kurang baik.
Penggunaan Lahan
Jenis penggunan lahan di Kota Depok dapat dibedakan menjadi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Jenis kawasan yang perlu dilindungi terdiri dari Cagar Alam Kampung Baru (Kelurahan Depok) area pinggir sungai dan situ. Berdasarkan jenis kawasan lindung yang ada menggambarkan bahwa kondisi morfologis Kota Depok relatif datar. Badan air yang terdiri dari sungai dan situ-situ lokasinya tersebar menvcakup luasan 551,61 Ha (2,08%) dari total luas Kota Depok.
Tabel 4. Daftar Situ Di Kota Depok per Kecamatan
(Sumber: Bunga Rampai 2002 dalam Depok dalam Angka)
2.3.2 Komponen Biologi
Luas penggunaan lahan sawah di Kota Depok tahun 2008 adalah 972 Ha,sedangkan Luas penggunaan lahan bukan sawah adalah 19.057 Ha. Luas panen tanaman padi sawah 848 ha dan produksinya 5.333,30 ton. Tanaman palawija yang diusahakan diKota Depok antara lain, ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan kacang tanah. Jenis tanaman hortikultura yang paling banyak diusahakan di Kota Depok tahun 2008 adalah kacang panjang luas panennya 602 ha, kemudian kangkung yang luas panennya 363 ha, dan mentimun yang luas panennya 304 ha. Produksi buah belimbing mencapai 42.732 kwintal dari 26.805 pohon belimbing produktif. Produksi jambu biji mencapai 33.213 kwintal, dari 17.320 tanaman jambu biji produktif. Produksi rambutan mencapai 20.252 kwintal dari 13.832 tanaman produktif. Selain itu masih banyak buah-buahan yang diusahakan antara lain durian, dukuh/langsat, pepaya dan lain-lain. Selain buah-buahan tanaman hias juga merupakan produk pertanian unggulan Kota Depok. Luas panen tanaman hias anggrek 135.593 m2 dengan produksi 427.670 tangkai.Tanaman hias Aglaonema luas panennya mencapai 59.547 pohon, dengan produksi 15.052tangkai (pot). Jenis tanaman hias lainnya yang diusahakan masyarakat Depok antara lain: heliconia, mawar, melati, dan palem.
Luas areal perikanan di Kota Depok Tahun 2008 untuk kolam air tenang adalah 216,82 ha, luas kolam pembenihan 15,97 ha, kolam ikan hias 8,39 ha, dan ada 634 unit japung. Produksi ikan pada budidaya kolam air tenang mencapai 1.460,65 ton. Produksi ikan hias mencapai 67.697,89 ribu ekor. Produksi ikan pada kolam pembenihan 13.239,86 ribu ekor
Jenis peternakan yang diusahakan di Kota Depok antara lain : sapi perah, sapi potong, kambing, domba, kelinci, kerbau, kuda, anjing. Untuk jenis unggasnya adalah ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik.
2.3.3 Komponen Sosial
Penduduk
Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2008 mencapai 1.503.677 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 780.092 jiwa dan perempuan 723.585 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Depok tahun 2008 3,43 persen, sedangkan rasio jenis kelamin di Kota Depok adalah 102. Kecamatan Cimanggis paling banyak penduduknya dibanding kecamatan lain di Kota Depok, yaitu 412.388 jiwa, Sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Beji yaitu 143.190 jiwa. Di Tahun 2008, kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 7.507,50 jiwa/km2. Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkatkepadatan 10.264,61 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Beji dengan tingkat kepadatan10.013,29 jiwa/km2. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalahKecamatan Sawangan yaitu sebesar 3.714,75 jiwa/km2.
Tabel 1. Data Penduduk Kota Depok Tiap kecamatan
.(Sumber: Proyeksi Penduduk BPS Kota Depok dalam Kota Depok Dalam Angka)
Tenaga Kerja
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2007, dapat diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2006, penduduk Kota Depok yang bekerja 44,63 % sedangkan yang menganggur sekitar 7,85 %. Jadi penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan kerja 61,33 %, sisanyamerupakan penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk yang bekerja masih didominasi laki-laki dari pada perempuan (laki-laki 69,98 % dan perempuan 37.00 %.
Tabel 2. Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan
(Sumber: Sakernas Kota depok, 2007 dalam Kota Depok Dalam Angka)
Ekonomi
Dari sisi penerimaan APBD kota Depok pada tahun 2003, penerimaan daerah yang terbesar berasal dari dana perimbangan yaitu sekitar 85% atau Rp 315.103.996.476,00 dari total nilai APBD sebesar Rp 369.678.000.000,00 sedangkan penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah menyumbang Rp 41.165.629.524,00 atau sekitar 11%. Sedangkan penerimaan lain sebesar 13 milyar rupiah.
Tabel 3. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kota Depok 2009
(Sumber: Pemerintah kota Depok, 2009)
Kesehatan Masyarakat
Sanitasi Lingkungan
Ada banyak indikator sanitasi lingkungan yang dapat dijadikan ukuran, namun dalam hal ini yang dijadikan pedoman pengukuran adalah saluran pembuangan air limbah yaitu saluran yang dipakai sebagai tempat pembuangan cairan limbah rumah tangga yang terletak di luar rumah dan langsung menuju ke lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota Depok Pada Tahun 2010, dari sampling yang diperikasa sejumlah 328.183 KK dapat digambarkan bahwa sebagian besar keluarga di Depok telah menggunakan jamban (79,57%) meskipun baru 89,55% yang memenuhi kriteria sehat.
Tabel 5. Persentase keluarga Dan Prasarana Air Limbah Tiap Kecamatan di kota Depok
(Sumber: Profil Kesehatan 2010 dalam Buku Putih kota Depok)
Pengelolaan Sampah
Daerah pelayanan sampah saat ini hanya pada wilayah rumah tangga, pasar, komersial/jalan dan industri/rumah sakit dimana timbulan sampah yang dihasilkan adalah 4.265 m3/hari. Untuk wilayah komersial dan pemukiman masih dikelola secara konvensional.
Berikut data timbulan sampah Kota Depok Per kecamatan pada tabel 6:
Tabel 6. Data timbulan Sampah kota Depok per Kecamatan
(Sunber: Buku Putih kota Depok, 2010)
Tabel 7. Data Fasilitas TPS dan UPS di tiap kecamatan Kota Depok
(Sumber: DKP Kota Depok 2010 dalam Buku Putih Kota Depok)
Isu-Isu Pokok
Rencana Tahapan kegiatan dan Komponen Kegiatan yang Akan Ditelaah Berkaitan Dengan Dampak yang Akan Ditimbulkan
Rencana tahapan pembangunan TPA Harum Mewangi dan sarana penunjangnya terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pra konstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi. Ketiga tahap ini digunakan untuk memudahkan pembahasan rencana kegiatan yang akan ditelaah karena diperkirakan dan dapat diduga akan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan.
Tahap Pra konstruksi
Penetapan lahan dan perizinan peruntukkan
Pengukuran lahan penyelidikan tanah
Sosialisasi kepada masyarakat
Tahap Konstruksi
Mobilisasi tenaga kerja
Mobilisasi materi dan alat berat
Penyiapan lahan penampung urugan
Transportasi tanah urug
Pembuatan saluran drainase
Pembukaan dan pematangan lahan
Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
Pembuatan jalan kerja
Tahap Operasi
Mobilisasi tenaga kerja
Transportasi sampah
Pengoperasian utilitas
Tahap Pasca Operasi
Bioremediasi lahan
Identifikasi Dampak Potensial
Identifikasi dampak potensial dilakukan dengan metode matrik sederhan. Identifikasi dampak ini dilakukan dengan mencatat semua dampak yang mungkin timbul tanpa melihat besaran dan pentingnya dampak yang akan ditimbulkan. Identifikasi dampak potensial dilakukan berdasarkan masukan masing-masing tenaga ahli dan pengamatan lapangan. Hasil identifikasi dampak potensial adalah sebagai berikut:
Kualitas Udara (debu dan bau)
Kegiatan konstruksi yang didalamnya tercakup kegiatan pematangan lahan, mobilisasi peralatan dan material konstruksi bangunan akan menghasilkan gas emisi dan debu yang berpengaruh terhadap kualitas udara ambiendi sekitarnya. Pada tahap operasi, kegiatan pengangkutan, bongkar muatan sampah dan proses pengolahan sampah dalam TPA Harum Mewangi akan menyebabkan menurunnya kualitas udara vakibat emisi kendaraan, debu dan bau yang ditimbulkan
Kebisingan dan Getaran
Kebisingan mobilisasi material konstruksi serta pelaksanaan konstruksi bangunan dengan menggunakan peralatan berat seperti pada kegiatan pemancangan pondasi juga akan mempengaruhi intensitas kebisingan dan getaran terutama dlam tapak proyek. Sementara pada tahap operasi, kebisingan yang terjadi lebih diakibatkan oleh aktifitas kendaraan pengangkut sampah
Kuantitas Limpasan Air Permukaan
Awal kegiatan proyek merupakan areal TPA Harum Mewangi yang berpotensi meresapkan air. Dengan adanya kegiatan konstruksi, terjadi perubahan fungsi lahan yang ditandai dengan meningkatnya koefisien run off lahan dan berdampak terhadap meningkatnya volume air larian atau limpasan hujan. Jika kapasitas tampungan badan air yang ada di sekitar lokasi proyek tidak memadai dalam menerima air larian ini, maka air larian dapat mengakibatkan banjir ke wilayah sekitarnya
Kualitas Air Permukaan
Pada tahap operasi kualitas air permukaan akan dipengaruhi oleh buangan limbah cair dari kegiatan domestik karyawan TPA Harum Mewangi, limbah sisa kegiatan produksi serta leacheat yang ditimbulkan oleh sampah di dalam lokasi kegiatan.
Kualitas Air Tanah
Limbah sisa cair kegiatan produksi maupun leacheat dari timbulan sampah yang meresap ke dalam tanah dapat mempengaruhi kualitas air tanah setempat.
Sampah Padat
Sampah pada kegiatan konstruksi proyek sebagian besar akan berupa sisa/puing-puing bahan dan material proyek. Sementara pada tahap operasi limbah padat akan berupa ceceran sampah di badan jalan maupun residu sampah yang di hasilkan oleh kegiatan produksi.
Ketersediaan Air Bersih
Meningkatnya kebutuhan air bersih, sementara ketersediaannya di lokasi kegiatan terbatas akibat terbatasnya kemampuan distribusi PAM dan buruknya kualitas air tanah dangkal akan mengakibatkan dampak kelangkaan air bersih.
Flora dan Fauna
Perubahan fungsi lahan dari lahan berumput menjadi bangunan TPA Harum Mewangi dapat mempengaruhi keberadaan flora dan fauna darat setempat.
Biota Perairan
Limbah yang dibuang ke sungai dapat mempengaruhi kualitas biota perairan setempat.
Kesempatan Kerja
Dampak terhadap pendapatan masyarakat merupakan dampak turunan akibat terbukanya kesempatan kerja dan peluang berusaha pada tahap konstruksi dan operasional TPA Harum Mewangi.
Estetika Lingkungan
Dampak terhadap estetika lingkungan merupakan dampak turunan akibat ceceran sampah padat, pengotoran badan jalan, kerusakan badan jalan serta penghijauan yang berlangsung sejak masa konstruksi dan operasional proyek.
Sanitasi Lingkungan
Dampak terhadap sanitasi lingkungan merupakan dampak turunan akibat limbah padat dan air limbah yang dihasilkan selama tahap konstruksi dan operasional proyek
Kamtibmas
Dampak terhadap kamtibmas merupakan dampak turunan akibat limbah/polutan dan gangguan lingkungan yang terjadi selama tahap konstruksi dan operasional proyek.
Persepsi Masyarakat
Penetapan lokasi proyek serta dampak primer dan sekunder yang terjadi salam tahap konstruksi dan operasi proyek, akan berpengaruh terhadap persepsi masyarakat yang menetap di sekitar lokasi proyek.
Kesehatan Masyarakat
Dampak terhadap kesehatan masyarakat juga merupakan dampak turunan yang muncul selama tahap konstruksi dan operasi proyek yang diakibatkan oleh gas pollutan, debu, bau, kebisingan, dan timbulnya vektor penyakit.
Lalu Lintas
Kegiatan mobilisasi kegiatan peralatan dan material pada tahao konstruksi akan berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas dan kondisi badan jalan. Pada tahap operasi proyek, aktivitas dari kendaraan pengangkut sampah, residu sampah maupun hasil produksi TPA Harum Mewangi juga akan berdampak terhadap volume lalu lintas di sekitar lokasi kegiatan.
Identifikasi Dampak Penting
Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk mengelompokkan dampak penting hipotetik agar diperoleh prioritas dampak penting hipotetik lingkungan hidup. Prioritas dampak penting hipotetik yang akan timbul pada seriap tahapan kegiatan yaitu pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan operasi proyek TPA Harum Mewangi berdasarkan hasil proses pelingkupan adalah sebagai berikut:
Kualitas Udara
Kualitas Air Tanah
Kualitas Air Permukaan
Lalu lintas
Persepsi Masyarakat
Konflik Sosial
Kesehatan Masyarkat
Sanitasi Lingkungan
BAB III
METODE STUDI
3.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Tujuan pengumpulan dan analisis data :
Menelaah, mengamati, mengukur parameter lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek
Menentukan kualitas lingkungan dari berbagai parameter yang dipekirakan akan terkena dampak besar dan penting dari kegiatan proyek
Menelaah, mengamati, dan mengukur komponen rencana kegiatan yang diperkirakan akan terkena dampak besar dan penting dari lingkungan hidup sekitarnya
Memperkirakan perubahan kualitas lingkungan hidup awal akibat kegiatan proyek
Secara umum lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan pada lokasi tapak proyek, serta beberapa lokasi di sekitar tapak proyek yang diperkirakan akan terkena sebaran dampak. Dengan cara ini kondisi atau rona lingkungan hidup awal pada lokasi-lokasi calon penerima dampak dapat terukur atau teramati, sehingga nantinya besaran dampak di wilayah studi dapat diperkirakan.
Komponen lingkungan dan parameter yang harus diamati, diukur, dan dicatat beserta metode pengumpulan dan analisis datanya diuraikan sebagai berikut :
3.1.1. Komponen Geo-Fisika-Kimia
Komponen lingkungan geo-fisik-kimia yang ditelaah dalam studi ini meliputi :
Iklim (suhu udara, kelembaban, arah dan kecepatan angin, curah hujan dan intensitas penyinaran matahar), kualitas udara ambien, kebisingan, kebauan dan getaran
Fisiografi dan geologi
Hidrologi, kualitas dan kuantitas air
Ruang, lahan dan tanah
3.1.1.1. Iklim, Kualitas Udara Ambien, Kebisingan dan Getaran
3.1.1.1.1.Iklim
Komponen lingkungan hidup yang akan ditelaah antara lain : suhu, kelembaban, curah hujan, arah dan kecepatan angin.
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data iklim dilakukan pada Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor yang ada di daerah penelitian dengan periode pencatatan selama 10 tahun terakhir. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa selama 10 tahun pencatatan data iklim tersebut hasil analisisnya dapat digunakan untuk mengetahui kondisi iklim daerah penelitian. Parameter-parameter iklim yang dikumpulkan meliputi :
Suhu udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat, selain itu suhu udara diukur langsung di beberapa lokasi (tercantum pada peta lokasi pengambilan/pengukuran sampel). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan thermometer bola kering dan thermometer untuk suhu maksimum dan minimum.
Kelembaban
Data kelembaban akan dikumpulkan dari data sekunder hasil pencatatan stasiun meteorologi terdekat. Selain itu pengukuran akan dilakukan langsung dengan alat Termohygrometer.
Angin
Data arah dan kecepatan angin dalam serangkaian waktu (time series) akan dikumpulkan dari stasiun meteorologi terdekat. Data yang diperoleh kemudian akan diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan tingkat pencemaran udara.
Curah hujan
Data curah hujan dikumpulkan dengan mencatat data hujan dari stasiun-stasiun penakar hujan yang ada di wilayah studi untuk periode 10 tahun terakhir untuk mengetahui hujan rata-rata tahunan dan tipe curah hujannya.
Metode Analsis Data
Suhu dan kelembaban udara
Analisis data suhu udara dan kelembaban akan dilakukan dengan menetapkan suhu ratarata, suhu maksimum dan minimum, kelembaban rata-rata dan kelembaban maksimum dan minimum. Sedangkan untuk menghitung suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata udara dilakukan dengan menghitung suhu dan kelembanan rata-rata secara aritmatik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa wilayah yang akan dilalui jalur pipa adalah daerah dengan topografi relatif datar pada dataran rendah (low land).
Angin
Data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pengukuran arah dan kecepatan angin kemudian diolah untuk memperoleh pola wind rose di wilayah studi. Pola wind rose yang diperoleh akan digunakan untuk memprakirakan arah dan kecepatan angin dominan.
Curah hujan
Dengan memperhatikan topografi yang relatif datar, maka perhitungan tebal hujan rata-rata daerah penelitian menggunakan metode Poligon Thiessen. Metode Poligon Thiessen dipergunakan untuk menghitung hujan rata-rata dengan cara membuat poligon yang mewakili luas persebaran hujan masing-masing stasiun pencatat hujan. Dari masing-masing stasiun hujan dihubungkan satu sama lain dengan garis. Pada garis penghubung tersebut ditarik garis tegaklurus pada titik tengahnya sehingga garis-garis yang tegak lurus tersebut akan berpotongan pada suatu titik. Dari banyak perpotong garis pada titik-titik di antara tiga stasiun pencatat hujan tersebut akan membentuk suatu poligon yang banyak seperti Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Poligon Thiessen
Catatan: P1 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 1
P2 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 2
P3 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 3
P4 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 4
P5 : Tebal hujan pada stasiun penakar hujan 5
A1 : Luas daerah poligon 1
A2 : Luas daerah poligon 2
A3 : Luas daerah poligon 3
A4 : Luas daerah poligon 4
A5 : Luas daerah poligon 5
An : Luas daerah poligon ke n
P : Curah hujan rata-rata daerah penelitian
P= A1.P1+A2.P2+A3.P3+A4.P4+A5.P5+…+An.PnA1+A2+A3+A4+A5+An
Penetapan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson (1951) menggunakan rasio atau nisbah nilai Q, yaitu perbandingan antara jumlah rerata bulan kering dengan jumlah rerata bulan basah. Persamaannya adalah sebagai berikut:
Q= Jumlah rata-rata bulan keringJumlah rata-rata bulan basah x 100%
Penetapan bulan kering dan bulan basah, dicari dengan menghitung adanya bulan kering
dan bulan basah setiap tahunnya, kemudian dijumlah untuk jumlah tahun pencatatan
dan kemudian dirata-ratakan. Bulan kering terjadi apabila curah hujan < 60 mm/bulan,
dan bulan basah terjadi apabila curah hujan >100 mm/bulan, sedangkan curah hujan
antara 60 - 100 mm/bulan dikatakan bulan lembab. Tabel 3.1 dan Gambar 3.2
berikut menyajikan penggolongan tipe iklim menurut Schmidt dan Ferguson
mendasarkan nilai Q.
Tabel 3.1 Penggolongan Tipe Iklim
Gambar 3.2 Grafik Penentuan Tipe Hujan Menurut Schmidt dan Fergusson (1951)
3.1.1.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan
Metode Pengumpulan Data
Penetuan titik atau lokasi sampling didasarkan atas pertimbangan arah dan kecepatan angin yang dihubungkan dengan tapak rencana kegiatan. Data kualitas udara, kebisingan, dan kebauan merupakan data primer yang akan dikumpulkan langsung di lapangan.
Parameter yang dikumpulkan untuk kualitas udara dan kebisingan meliputi :
Kualitas udara ambien
Parameter kualitas udara ambien yang akan diteliti sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Kebisingan
Kebisingan akan diukur secara langsung dengan menggunakan alat Sound Level Meter di lokasi yang sama dengan lokasi pengukuran/pengambilan sampel udara ambien. Baku mutu tingkat kebisingan diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/ 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Metode Analisis Data
Analisis kualitas udara akan dilakukan dengan cara menghitung sesuai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Tabel 3.2 menyajikan parameter-parameter, metode pengumpulan dan analisis data untuk kualitas udara dan kebisingan.
Tabel 3.2 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data untuk Kualitas Udara dan Kebisingan
3.1.1.2. Fisiografi dan Gelogi
Fisiografi
Metode Pengumpulan Data
Data kondisi fisiografi mencakup konfigurasi permukaan bumi yang lebih menekankan data bentuklahan dan proses geomorfologi yang terjadi. Pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menggunakan metode observasi yakni langsung melakukan pengamatan, pengukuran dan pencatatan parameter-parameter bentuk lahan mencakup topografi, lereng, material dan proses geomorfologi yang bekerja. Selain itu data sekunder konfigurasi permukaan bumi disadap dari peta topografi sebagai sumber data untuk digunakan dalam mengkaji fisiografi daerah penelitian.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional. Informasi kemiringan lereng diperoleh dari data sekunder berupa Peta Kemiringan Lereng yang telah ada. Ceking lapangan dilakukan untuk memperbaiki dan/atau merevisi peta lereng yang telah ada dengan melakukan pengukuran kemiringan lereng di lapangan menggunakan abney level dan kompas geologi. Apabila belum ada peta lereng, maka akan dibuat peta lereng dengan data pokok dari Peta Rupa Bumi. Dengan menggunakan Peta Rupa Bumi skala 1:25.000, Peta Lereng Daerah Penelitian Peta Kemiringan Lereng dapat dibuat dengan metode Thornwhite (grid system).
Berikut metode analisis kemiringan lereng menggunakan Peta Rupa Bumi:
Peta dibagi ke dalam beberapa grid
Masing-masing grid ditarik garis diagonal yang paling banyak terpotong oleh garis tinggi (kontur)
Hitung panjang diagonal (L) dan jumlah kontur yang terpotong oleh diagonal (N)
Hitung dengan menggunakan rumus
= N-1 x CiL x 100%
Catatan : = besar lereng (%)
N = jumlah kontur yang terpotong diagonal
Ci = kontur interval ( 12,5 m untuk Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 dan 25 m untuk skala 1:50.000)
L = panjang diagonal (m)
Dengan diperolehnya data kemiringan lereng masing-masing grid maka peta lereng dapat
disusun berdasarkan nilai kemiringan lereng tersebut. Hasil pemetaan kemudian dicek di
lapangan dengan melakukan pengukuran di beberapa lokasi sampel, hasilnya kemudian dianalisis untuk mengetahui klas kemiringan lereng dan topografi daerah penelitian.
Tabel 3.3 Aspek-Aspek Relief yang Merupakan Gabungan yang Erat antara Topografi, Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi Relatif
Geologi
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data geologi meliputi jenis batuan, struktur geologi dan stratigrafi dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan metode observasi lapangan yakni mengamati, melihat, mengukur dan mencatat fenomena geologi, batuan di lapangan. Data sekunder berupa data dari laporan hasil penelitian terdahulu dan dari peta-peta geologi daerah setempat.
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan menggunakan teknik analisis deskriptif secara langsung di lapangan dan bantuan data sekunder untuk mendeskripsikan kondisi geologi setempat.
Tabel 3.4 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Fisiografi, Tanah dan Geologi
3.1.1.3.Hidrologi dan Kualitas Air
Hidrologi
Metode Pengumpulan Data
Lingkup studi komponen lingkungan hidrologi meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
Hidrologi atau air permukaan
Karakteristik fisik sungai, danau dan rawa
Rata-rata debit dekade, bulanan dan tahunan
Kadar sedimentasi (lumpur), tingkat erosi
Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah
Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air
Tingkat penyediaan dan Kebutuhan atau pemanfaatan air
Tabel 3.5 Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data Hidrologi
Masing-masing komponen dan paramerter lingkungan yang diprakirakan terkena dampak tersebut akan dikumpulkan baik dari lapangan maupun instansi terkait, dengan rencana lokasi pengambilan sampel disajikan pada Peta Rencana Lokasi Pengambilan Sampel, yang selanjutnya akan dianalisis untuk menentukan skala Kualitas Lingkungannya.
Kualitas Air
Kualitas Air Tanah
Untuk mengetahui kualitas air tanah pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air sumur penduduk. Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air tanah berpedoman pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990. Parameter-parameter kualitas air tanah yang akan diukur disajikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Parameter Air Tanah atau Sumur yang akan Diukur (sesuai PERMENKES 907/MENKES/SK/VII/2002)
Kualitas Air Permukaan
Untuk mengetahui kualitas air permukaan (air sungai) pada lokasi penelitian, maka dilakukan pengukuran terhadap kualitas air permukaan. Cara pengukuran, perhitungan dan evaluasi kualitas air sungai berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air dan Kep.Men LH No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan. Parameter-parameter kualitas air permukaan yang akan diukur disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Parameter Kualitas Air Permukaan yang akan Diukur (sesuai PP RI No.82 Tahun 2001)
Lokasi pengambilan sampel ditetapkan pada lokasi tapak proyek dan sekitarnya yang diprakirakan akan terkena dampak kegiatan proyek. Penetapan lokasi ini juga mempertimbangkan:
Kemiringan topografi daerah aliran sungai dan daerah resapan
Arah aliran sungai
Arah aliran air tanah
Metode Analisis Data
Parameter yang telah diukur/diamati dan dicatat kemudian dianalisis dengan metode seperti yang diuraikan dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Parameter, Teknik Pengujian, Spesifikasi Metode Pengujian Kualitas Air
3.1.1.4. Ruang, Lahan dan Tanah
Tata Ruang
Metode Pengumpulan Data
Dua pendekatan akan digunakan dalam studi tata ruang ini, yaitu :
Kajian data sekunder
Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini adalah pengumpulan berbagai peta yang memuat data tata ruang wilayah studi yaitu wilayah Kecamatan Beji, Cipayung, Limo, dan Sukmajaya. Dalam metode ini akan dikaji keberadaan rencana tata ruang yang ada. Lebih lanjut akan dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan ruang di wilayah studi.
Observasi lapangan
Dalam observasi ini akan dikaji pola tata ruang yang ada sebagaimana telah dikumpulkan melalui data sekunder. Dalam observasi lapangan ini akan dikaji secara khusus kemungkinan pemindahan pemukiman penduduk di sepanjang jalur pipa (bila ada) serta alternatif-alternatif tata ruang yang dapat mengakomodasi antara kepentingan pemukiman penduduk dan kepentingan proyek. Secara khusus akan dilakukan pula dokumentasi lansekap kawasan agar pembangunan di kawasan ini tidak mengurangi kualitas lansekap wilayah studi. Hasil-hasil kajian lapangan dan data sekunder ini akan digunakan untuk memberikan masukan bagi kajian tata ruang serta mengusulkan ide-ide penataan ruang wilayah studi. Secara khusus akan diusulkan tata ruang yang meminimalkan kemungkinan onflik antar kegiatan.
Metode Analisis Data
Inventarisasi tata guna lahan dan sumberdaya lainnya serta kemungkinan pengembangan serta peruntukkannya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten.
Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang, dan rencana tata guna lahan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persebaran, kepadatan dan pola penggunaan lahan di masing-masing fungsi ruang.
Tanah
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data tanah dilakukan dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Dasar penentuan lokasi pengambilan sampel tanah, adalah jenis tanah di daerah penelitian. Jenis tanah di daerah penelitian secara garis besar terdapat dua jenis tanah, yaitu tanah aluvial dan grumusol, dengan masing-masing tanah diambil 5 sampel tanah dengan maksud untuk dapat mewakili seluruh karakteristik tanah (sifat fisik, kimia dan kesuburan).
Metode Analisis Data
Unsur-unsur yang dikaji dalam analisis laboratorium tersebut meliputi unsur-unsur fisika dan kimia tanah. Unsur-unsur fisik tanah meliputi unsur ketebalan solum tanah, horison tanah, tekstrur, struktur, warna dan konsistensi tanah. Unsur-unsur kimia tanah meliputi unsur-unsur bahan organik, pH tanah, KTK, kandungan N, P, K dan lain-lain, dimaksudkan
untuk menganalisis tingkat kesuburan tanah. Pengumpulan data sekunder tanah dilakukan dengan pengumpulan data dari hasil laporan penelitian terdahulu serta dari peta tanah dan kesesuaian tanah daerah penelitian.
3.2. Metode Prakiraan Dampak Besar dan Penting
3.2.1. Prakiraan Besaran Dampak
Metode prakiraan dampak pada prinsipnya adalah untuk memprakirakan besaran dampak (magnitude) dan tingkat kepentingan (important) dampak.
Tabel 3.9 Ringkasan Hasil Prakiraan Besaran Dampak Rencana Kegiatan Proyek Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Harum Mewangi di Kota Depok
No.
Komponen Lingkungan
Komponen Rencana Kegiatan
Pra Konstruksi
Konstruksi
Operasi
Pasca Operasi
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Geo-Fisika-Kimia
Kualitas udara ambien
Kebisingan
Erosi tanah
Sistem drainase dan irigasi
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Transportasi darat
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1.
2.
3.
4.
Biologi
Vegetasi
Satwa liar
Biota air tawar
Biota air laut
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sosial-Ekonomi-Budaya
Kependudukan
Pola kepemilikan lahan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
1.
2.
Kesehatan Masyarakat
Sanitasi lingkungan
Tingkat kesehatan masyarakat
x
x
x
x
x
x
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukan
2.Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi saran dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
C. Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian Utilitas
D. Tahap Pasca Operasi
1. Bioremediasi lahan
3.2.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak
Sifat penting dampak akan ditetapkan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Dampak besar dan penting merupakan satu kesatuan makna "dampak penting". Hal ini berarti bahwa tidak selalu yang hanya mempunyai dampak besar saja yang bersifat penting, tetapi dampak yang kecil pun dapat bersifat penting. Untuk mengetahui apakah dampak-dampak tersebut mempunyai sifat penting tertentu, maka dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor penentu dampak penting untuk selanjutnya dievaluasi bersama-sama dengan besaran dampak-dampak tersebut, untuk mengambil keputusan apakah dampak tersebut merupakan dampak besar dan penting agar dapat disimpulkan menjadi dampak lingkungan besar dan penting. Penentuan Tingkat kepentingan dampak dilakukan pada semua dampak-dampak hipotesis dengan mengacu pada kriteria penentu dampak penting sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yaitu:
Jumlah manusia yang terkena dampak
Luas wilayah persebaran dampak
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Akan tetapi dalam penetapan tingkat kepentingan dampak secara umum, dalam kajian AMDAL ini akan relatif lebih konservatif dibanding penetapan berdasarkan SK Kep Bapedal No. 56 tahun 1994. Penetapan tingkat kepentingan dampak ini dikelompokkan kedalam dampak penting (P) dan tidak penting (TP). Pedoman penetapan tingkat kepentingan dampak apakah dampak tersebut penting (P) atau tidak penting (TP) didasarkan pada kriteria sebagai berikut.
Untuk jumlah manusia yang terkena dampak
Kriteria P apabila terdapat > 25% manusia tidak mendapatkan memanfaatkan hasil atau manfaat dari proyek.
Kriteria TP apabila tidak jumlah manusia terkena dampak < 25% dari manusia yang terkena dampak.
Luas wilayah persebaran dampak
Kriteria P apabila luas dampak > 0,25 kali luas wilayah studi, karena setidak-tidaknya di daerah tersebut dalam luasan 0,25 dari luas wilayah studi pemanfaatan ruang cukup beragam sehingga tingkat kepentingannya tinggi, sehingga dampaknya sudah dianggap penting.
Kriteria TP apabila luas dampak < 0,25 kali luas wilayah studi.
Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
Kriteria P apabila intensitasnya sama atau lebih besar daripada ambang batas baku mutu, dan atau dampak berlangsung tidak hanya sesaat.
Kriteria TP apabila intensitasnya rendah (dibawah ambang batas baku mutu dan dampaknya berlangsung hanya sesaat).
Banyaknya komponen lain yang akan terkena dampak
Kriteria P apabila ada komponen lain yang terkena dampak.
Kriteria TP apabila tidak ada komponen lain yang terkena dampak.
Sifat kumulatif dampak
Kriteria P apabila dampak akan terakumulasi.
Kriteria TP apabila dampak tidak akan terakumulasi.
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
Kriteria P apabila dampak tidak berbalik.
Kriteria TP apabila dampak berbalik.
Mengingat bahwa tujuan akhir pembangunan adalah untuk kepentingan manusia, maka dalam penetapan sifat penting dampak, parameter jumlah manusia terkena dampak diberi bobot 3. Mendasarkan pada batasan tersebut di atas maka pembobotan untuk setiap parameter penentu tingkat kepentingan dampak ditetapkan seperti disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Pembobotan Parameter Penentu Tingkat Kepentingan Dampak
Penentuan tingkat kepentingan dampak tersebut didasarkan pada jumlah faktor penentu dampak penting yang bersifat penting yaitu:
Apabila P 3 maka termasuk dalam katagori penting (P)
Apabila P 2 termasuk dalam katagori tidak penting (TP)
Ringkasan hasil proses penentuan tingkat kepentingan dampak untuk masing-masing jenis dampak disajikan dalam Tabel 3.11.
Tabel 3.11 Ringkasan Hasil Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak Kegiatan Proyek Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Harum Mewangi di Kota Depok
No.
Komponen Lingkungan
Komponen Rencana Kegiatan
Pra Konstruksi
Konstruksi
Operasi
Pasca Operasi
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Geo-Fisika-Kimia
Kualitas udara ambien
Kebisingan
Erosi tanah
Sistem drainase dan irigasi
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Transportasi darat
TP
P
TP
TP
P
P
P
P
P
TP
P
TP
TP
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
P
P
P
P
TP
P
P
P
TP
1.
2.
3.
4.
Biologi
Vegetasi
Satwa liar
Biota air tawar
Biota air laut
P
P
P
TP
P
TP
P
P
P
P
TP
P
P
P
P
TP
P
P
P
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sosial-Ekonomi-Budaya
Kependudukan
Pola kepemilikan lahan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
TP
P
P
P
P
TP
P
P
P
TP
P
P
P
P
P
P
P
1.
2.
Kesehatan Masyarakat
Sanitasi lingkungan
Tingkat kesehatan masyarakat
P
P
P
P
P
P
Keterangan:
A. Tahap Prakonstruksi P = Dampak Penting
1. Penetapan lahan dan perizinan peruntukan TP = Dampak Tidak Penting
2.Pengukuran lahan penyelidikan tanah
3. Sosialisasi kepada masyarakat
B. Tahap Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Mobilisasi materi dan alat berat
3. Penyiapan lahan penampung urugan
4. Transportasi tanah urug
5. Pembuatan saluran drainase
6. Pembukaan dan pematangan lahan
7. Pembangunan instalasi sarana dan prasarana TPA
8. Pembuatan jalan kerja
C. Tahap Operasi
1. Mobilisasi tenaga kerja
2. Transportasi sampah
3. Pengoperasian Utilitas
D. Tahap Pasca Operasi
1. Bioremediasi lahan
3.3. Metode Evaluasi Dampak Besar dan Penting
Tujuan dilakukan evaluasi dampak besar dan penting lingkungan akibat dari komponen kegiatan yang direncanakan adalah memutuskan/menentukan jenis dampak hipotetik yang akan dikelola, jenis dampak tersebut ditelaah secara holistik, dan memberikan arahan atau alternatif pengelolaannya. Metode evaluasi dampak penting yang digunakan adalah non matrik yaitu dengan pendekatan deskriptif-kualitas berdasarkan informasi besaran dan tingkat kepentingan masing-masing jenis dampak penting hipotetik dengan bagan alir. Adapun keputusan tentang jenis dampak hipotetik yang akan dikelola adalah jenis dampak yang termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK) yang ditetapkan berdasarkan dua kriteria sederhana berikut:
Pada prameter linkungan yang memiliki Baku Mutu Lingkungan tertentu: apabila tingkat kepentingannya (ΣP) > 3 dan dampak negatif yang diprakirakan akan terjadi menyebabkan perubahan nilai pada parameter tertentu sehingga nilai itu akan melebih baku mutu yang berlaku, maka kesimpulan dampaknya termasuk kategori dampak penting yang dikelola (PK).
Pada prameter linkungan yang tidak memiliki Baku Mutu Lingkungan: Apabila (ΣP) 3 dan besaran angka prakiraan dampak (+/-) 2, maka kesimpulan dampaknya masuk kategori dampak penting yang dikelola (PK).
Diluar kedua kriteria tersebut di atas masuk dalam kategori dampak tidak penting dan tidak dikelola (TPK).
Diluar kedua kriteria di atas, kesimpulan hasil evaluasi adalah dampak tidak penting dan tidak dikelola (TPK). Bila dampak yang disimpulkan merupakan dampak penting yang dikelola (PK), maka dampak-dampak itulah yang akan dijadikan dasar untuk penyusunan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan. Hasil evaluasi dampak besar dan penting disajikan dalam Tabel 3.12.
Tabel 3.12 Ringkasan Hasil Evaluasi Dampak Penting
No.
Komponen Lingkungan
Komponen Rencana Kegiatan
Total
Leopold
Pra Konstruksi
Konstruksi
Operasi
Pasca Operasi
1
2
3
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Geo-Fisika-Kimia
Kualitas udara ambien
Kebisingan
Erosi tanah
Sistem drainase dan irigasi
Kualitas air permukaan
Kualitas air laut
Transportasi darat
1/1
1/2
1/1
1/1
1/2
3/3
1/1
9/11
1/1
1/1
1/1
2/2
2/1
1/1
2/2
1/1
1/2
12/12
2/2
2/2
2/2
2/2
8/8
1/2
3/3
1/2
2/2
7/9
1/2
2/2
2/3
3/3
8/10
2/2
2/2
1/1
2/2
3/3
10/10
2/2
2/2
2/2
2/1
2/2
2/2
2/2
2/2
16/15
1.
2.
3.
4.
Biologi
Vegetasi
Satwa liar
Biota air tawar
Biota air laut
1/2
2/2
2/2
2/1
2/2
9/9
1/1
2/3
2/3
2/2
2/2
9/11
1/1
2/2
2/2
1/1
2/2
8/8
1/1
2/2
1/1
2/2
6/6
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Sosial-Ekonomi-Budaya
Kependudukan
Pola kepemilikan lahan
Pendapatan masyarakat
Kesempatan berusaha
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
2/2
2/2
2/2
1/1
1/2
1/1
2/2
10/12
2/2
2/2
2/2
6/6
2/2
2/2
2/2
2/2
8/8
2/2
2/2
2/2
1/1
7/7
2/2
2/2
2/2
2/2
2/2
2/2
2/2
2/2
1/1
17/17
2/2
2/2
2/2
2/2
2/2
2/2
2/2
14/14
1.
2.
Kesehatan Masyarakat
Sanitasi lingkungan
Tingkat kesehatan masyarakat
2/2
2/2
2/2
2/2
8/8
2/2
2/2
4/4
BAB IV
PELAKSANA STUDI
4.1 Pemrakarsa
a. Identitas Proyek
Nama Proyek : Studi AMDAL Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Harum Mewangi
Alamat Proyek : Kecamata Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat
Luas Total Lahan : 24,18 Ha
b. Nama Perusahaan
Nama Perusahaan : PT. Sukses Trisakti jaya
Alamat Kantor : Gedung Trisakti, Lantai 9 Jl. Kyai Tapa No. 1B. Jakarta, 10110, Indonesia P.O. Box 1012 Jkt.
Telp / fax : (021) 3816570/ (021) 3521992
c. Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan
Nama : Ir. Evin Eginer
Jabatan : General Manager Proyek Pembangunan TPA
Alamat Kantor : Gedung Trisakti, Lantai 9 Jl. Kyai Tapa No. 1B. Jakarta, 10110, Indonesia P.O. Box 1012 Jkt.
Telp / fax : (021) 3816570/ (021) 3521992
4.2 Penyusunan Studi AMDAL
A. Nama dan Alamat Instansi
Nama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Trisakti
Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Jakarta 55281
E-mail :
[email protected]
Telp. : (021) 565722, 902410
Fax. : (021) 565722
B. Penanggung Jawab Studi
Nama : Dr. Anissa Rizky Faradilla, ST, MT
Jabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Trisakti
Alamat : Jl. Lingkungan Budaya, Depok 55281
E-mail :
[email protected]
Telp. : (062-274) 565-722, 902-410
Fax. : (062-274) 565-722
C. Tim Pelaksana studi AMDAL
Tim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim, koordinator bidang fisik kimia beserta beberapa orang anggota, koordinator bidang biologi dengan beberapa orang anggota, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya dengan beberapaorang anggota, koordinator bidang kesehatan masyarakat dengan seorang anggota dan beberapa narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Daftar Nama Penyusun Studi ANDAL Pembangunan TPA Harum Mewwangi
Jabatan
Nama
Keahlian
Sertifikat AMDAL
Narasumber
Ir. Irvan Zulmi, MA, PhD
Ahli Kepala,Lingkungan dan GIS
(S3, 15 tahun)
Ketua Tim
Drs. David Jonathan, M.Sc
Ahli Kepala, Lingkungan
(S2, 10 tahun)
A,B
Koordinator Bidang Geofisik-Kimia
Drs. Adityo Jati, M.Sc
Ahli Kepala, Geomorfologi
(S2, 10 tahun)
A,B
Anggota
Dr. rer. nat. Widyanigrum, M.Si
Ir. Diky Saputra, M.T
Ahli Kimia
(S3, 5 tahun)
Ahli Transportasi
A
A,B
Koordinator Bidang Biologi
Drs. David Jonathan, M.Sc
Ahli Kepala, Lingkungan
(S2, 10 tahun)
A,B
Asisten
Danti Fadhila, S.Si
Asisten Biologi
A,B
Koordinator Bidang Sos-Ek-Bud
Drs. Fikri, M.Si
Ahli Kepala, Sos.Ek.Bud
(S2, 10 tahun)
A,B
Anggota
Dicky, SH., M.Hum
Ahli Sos.Ek.Bud (S2)
A,B
Asisten
Ir. Anissa Rizky
Asisten Sos.Ek.Bud.
A,B
Koordinator Bidang Kes Mas
Prof. Dr. Febrian
Ahli Kepala, Kes. Mas.
(Guru Besar)
Asisten
Rifky, S.Sos
Asisten Kes. Mas.
A,B
Nara Sumber
Ir. Ni Made, MA, Ph.D
Ahli Kepala Lingkungan dan GIS
(S3, 15 tahun)
Pemetaan / GIS
Kartika, S.Si
Pemetaan/GIS
A,B
4.3. Biaya Studi
Perkiraan biaya studi AMDAL PT. SUKSES TRISAKTI JAYA- Proyek Pembangunan TPA Harum Mewangi termasuk kegiatan konsultasi masyarakat sebagai kewajiban yang tercantum pada Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :
1. Konsultasi Masyarakat
a. Jasa tenaga ahli : 11%
b. Survei lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 19%
c. Dokumentasi/pelaporan : 4%
2. Penyusunan KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL
a. Tenaga ahli : 21%
b. Survei lapangan dan analisis laboratorium : 29%
c. Proses persetujuan dokumen : 10%
d. Dokumentasi/administrasi : 6% +
TOTAL 100%
4.3. Waktu Studi
Studi AMDAL PT. SUKSES TRISAKTI JAYA - Proyek Pembangunan TPA ini diprakirakan akan berlangsung selama 8 bulan, tidak termasuk waktu tunggu presentasi di depan Komisi Penilai AMDAL Pusat dan persetujuan dari Komisi AMDAL Pusat, Kementrian Lingkungan Hidup Jakarta.
Pembagian secara detail tahapan-tahapan penelitian penyusunan laporan Studi AMDAL disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Estimasi Lama Waktu Studi ANDAL
No
KEGIATAN
BULAN KE
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
a. Perijinan ke instansi terkait
b. koordinasi dengan pemerintah setempat
2
PENGUMUMAN PUBLIK
a. Memasang papan pengumuman di desa dan kecamatan
b. Pengumuman di Media Elektronik
c. Pengumuman di media cetak
d. pengumpulan data tanggapan masyarakat
3
KONSULTASI MASYARAKAT
a. koordinasi dengan pemerintah setempat
b. Konsultasi Masyarakat di desa/kecamatan
c. Pengolahan Data hasil konsultasi masyarakat
d. pengolahan data hasil diskusi-konsultasi
e. penyusunan data sekunder
4
PENYUSUNAN KA ANDAL
a. penulisan draft KA ANDAL
c. penyempurnaan KA ANDAL
d. Penyerahan KA ANDAL ke pemrakarsa
e. Penyerahan KA ANDAL ke komisi penilai AMDAL
f. Presentasi KA ANDAL di Komisi Penilai AMDAL
g. Penyempuraan dan Persetujuan KA ANDAL
5
PENYUSUNAN ANDAL-RKL-RPL
a. pengumpulan data lapangan
b. analisis laboratorium
c. Pengolahan Data hasil konsultasi masyarakat
d.penyusunan ANDAL
e/ Peyusunan RKL
f. Penyusunan RPL
g. Konsultasi ANDAL-RKL-RPL kepada pemrakarsa
h. penyempurnaan ANDAL-RKL-RPL
i. penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke pemrakarsa
j. Penyerahan ANDAL-RKL-RPL ke komisi penilai AMDAL
k. presentasi ANDAL-RKL-RPL di komisi penilai AMDAL
l. penyempurnaan dan persetujuan ANDAL-RKL-RPL
DAFTAR PUSTAKA
Godang Jaya Tua, PT. Naviogat Organik Energy Indonesia, PT. KA-ANDAL Pembangunan TPST Bantar Gebang-Bekasi. 2009
(Sumber: http://panmas.depok.go.id/profil/geografis) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20WIB
(Sumber: http://www.academia.edu/4456943/Kota_Depok_Dalam_Angka_2008) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB
(Sumber:http://www.jbic.go.jp/wp-content/uploads/projects/2012/11/3934/1-4- 6_KA_ANDAL_BAB_2B.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB
(Sumber: http://samowob.files.wordpress.com/2008/04/ukl-upl-talangagung.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB
(Sumber: http://www.academia.edu/7267999/ANALISIS_RONA_LINGKUNGAN_Tanti
m_Fhilia_Resti_1111015093_Dosen_Pembimbing) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB
(Sumber: http://www.academia.edu/4304667/1_4_7_KA_ANDAL_BAB_3) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB
(Sumber: http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/depok.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB
(Sumber: http://www.damandiri.or.id/file/ronilaipbbab4.pdf) Diunduh tanggal 2 Januari 2015 /10.20 WIB