21
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan percobaan
Menentukan waktu homogen dengan variasi kecepatan putar pada pengaduk turbin dan pengaduk propeller tanpa menggunakan baffle
Menentukan pola aliran dengan variasi kecepatan putar pada pengaduk turbin dan pengaduk propeller tanpa menggunakan baffle
Menentukan power input pada pengaduk turbin dan pengaduk propeller tanpa menggunakan baffle
Dasar teori
Pengertian Pengadukan dan pencampuran zat cair
Pengadukan adalah suatu operasi kesatuan yang mempunyai sasaran untuk menghasilkan pergerakan tidak beraturan dalam suatu cairan, dengan alat mekanis yang terpasang pada alat di atas. Sedangkan pencampuran (mixing) adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar kedalam bahan yang laindan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumya terpisah dalam dua fase atau lebih.
Tangki pengaduk
Yang dimaksud dengan tangki pengaduk (tangki reaksi) adalah bejana pengaduk tertutup yang berbentuk silinder, bagian alas dan tutupnya cembung. Tangki pengaduk terutama digunakan untuk reaksi-reaksi kimia pada tekanan diatas tekanan atmosfer dan pada tekanan vakum, namun tangki ini juga sering digunakan untuk proses yang lain misalnya untuk pencampuran, pelarutan, penguapan ekstraksi dan kristalisasi.
Hal penting dari tangki pengaduk, antara lain :
Bentuk : pada umumnya digunakan bentuk silinder dan bagain bawahnya cekung.
Ukuran : diameter dan tangki tinggi.
Kelengkapannya, seperti :
Ada tidaknya buffle, yang berpengaruh pada pola aliran didalam tangki.
Jacket atau coil pendingin/pemanas, yang berfungsi sebagai pengendali suhu.
Letak lubang pemasukan dan pengeluaran untuk proses kontinu.
Sumur untuk menempatkan termometer atau peranti untuk pengukuran suhu
Kumparan kalor, tangki dan kelengkapan lainnya pada tangki pengaduk.
Keuntungan pemakaian tangki berpengaduk, yaitu :
1. Pada tangki berpengaduk suhu dan komposisi campuran dalam tangki selalu serba sama. Hal ini memungkinkan mengadakan suatu proses isothermal dalam tangki berpengaduk untuk reaksi yang panas reaksinya sangat besar.
2. Pada tangki berpengaduk dimana volume tangki relative besar, maka waktu tinggal juga besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama beraksi didalam tangki.
Kerugian pemakaian tangki berpengaduk yaitu:
1. Sukar membuat tangki berpengaduk yang dapat bekerja dengan efesiensi untuk reaksi-reaksi dalam fase gas, karena adanya persoalan pengaduk.
2. Untuk reaksi yang memerlukan tekanan tinggi.
3. Kecepatan perpindahan panas per satuan massa pada tangki pengaduk lebih rendah.
4. Kecepatan reaksi pada tangki berpengaduk adalah kecepatan reaksi yang ditunjukkan oleh komposisi waktu aliran keluar dari tangki.
Pengaduk
Zat cair biasanya diaduk didalam suatu tangki atau bejana, biasanya berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Bagian atas bejana itu mungkin terbuka saja ke udara, atau dapat pula tertutup. Ukuran dan proporsi tangki itu bermacam-macam, bergantung pada masalah pengadukan itu sediri.
Propeler
Plropler merupaan impeler aliran aksial berkecepatan tinggi untuk zat cair berviskositas rendah. Propler kecil biasanya berputar pada kecepatan motor penuh, yaitu 1.150 atau 1.750 put/min, sedang propeler besar berputar pada 400 sampai 800 put/min.
Turbin
Pengaduk turbin biasanya efektif untuk menjangkau viscositas yang cukup luas. Pengaduk turbin sangat cocok untuk mencampur larutan dengan viscositas dinamik sampai 50 Ns/m2. Kebanyakan turbin itu menyerupai agiator-dayung berdaun banyak dengan daun-daunnya yang pendek, dan berputar pada kecepatan tinggi pada suatu poros yang dipasang di pusat bejana. Daun-daunya boleh lurus dan boleh pula lengkung., boleh bersudut dan boleh pula vertikal.
Paddles
Pengaduk jenis ini sering memegang peranan penting pada proses pencampuran dalam industri. Bentuk pengaduk ini memiliki minimum 2 sudu, horizontal atau vertikal, dengan nilai D/T yang tinggi. Paddle digunakan pada aliran fluida lamines, transisi atau turbulen tanpa baffle.Pengaduk ini memberikan aliran arah radial dan tangensial dan hampir tanpa gerak vertikal sama sekali. Arus yang begerak ke arah gorizontal setelah mencapai dinding akan dibelokan ke arah atas atau bawah. Bila digunakan pada kecepatan tinggi akan terjadi pusaran saja tanpa terjadi agitasi.
Pola aliran dalam bejana aduk
Jenis aliran di dalam bejana yang sedang diaduk bergantung pada jenis impeler, karakteristik fluida, dan ukuran serta perbanding (proporsi) tangki, sekat, dan agiator. Kecepatan fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga kompenen, dan pola aliran keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada variasi dari ketiga komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain.
Pola aliran radial
Aliran radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap dinding tabung.
Pola aliran tangensial
Aliran tangensial atau disebut juga rotasional yaitu yang bekerja pada arah singgung terhadap lintasan lingkar di sekeliling poros.
Pola aliran aksial, yang bekerja pada arah paralel (sejajar) dengan poros.
Waktu homogen
waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
diperoleh keadaan yang serba sama untuk menghasilkan campuran atau produk dengan kualitas yang telah ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju di mana proses pencampuran berlangsung hingga mencapai kondisi akhir. Pada operasi pencampuran dengan tangki pengaduk, waktu pencampuran ini dipengaruhi oleh beberapa hal:
Yang berkaitan dengan alat, seperti:
ada tidaknya baffle atau cruciform baffle
bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propeler, padel)
ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
laju putaran pengaduk
kedudukan pengaduk pada tangki, seperti
jarak terhadap dasar tangki
pola pemasangannya:
center, vertikal
off center, vertikal
miring (inciclined) dari atas
horisontal
Vortex
Vortex adalah putaran air yang membentuk aliran yang bergerak secara tangensial. Vortex pada permukaan zat cair ini yang terjadi karena adanya sirkulasi aliran laminer cenderung membentuk stratifikasi pada berbagai lapisan tanpa adanya aliran longitudinal antara lapisan-lapisan itu.
VorteksVorteksVortex merupakan hal yang dihindari dalam proses pencampuran (mixing), karena dapat menyebabkan penggumpulan fluida. Maka, dapat menyebabkan waktu untuk mencapai homogenitas lebih lama. Untuk menghindari vortex saat pencampuran, dapat menggunakan baffle.
Vorteks
Vorteks
Gambar 1. Terbentuknya vortex
Kebutuhan daya dalam tangki berpengaduk
Dalam merancang sebuah tangki berpengaduk, kebutuhan daya untuk memutar pengaduk, merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan. Untuk memperkirakan daya yang diperlukan ketika pengaduk berputar pada kecepatan tertentu maka diperlukan suatu korelasi empirik mengenai angka daya.
Angka daya tersebut diperoleh dari grafik hubungan Np vs Nre, Bilangan Reynold atau Reynold Number (Nre) menjelaskan pengaruh dari viskositas laruta, Rumus dari Reynold Number yaitu :
Nre = ρf . N . Daμf (Persamaan 1-1)
Keterangan :
D = Diameter pengaduk (m)
N = Kecepatan putaran pengaduk (rps)
ρf = Densitas fluida (kg/m3)
μf = Viskositas fluida (Kg/ms)
Sedangkan Power Number (Np) atau angka daya dirumuskan sebagai berikut :
P= Np . N3. D5. ρfgc (persamaan 1-2)
Keterangan :
Np = Power Number (kg m2 / s2)
P = Power (watt)
gc = Konstanta grafitasi ( 1 kg m / N s2)
N = Kecepatan pengadukan (rps)
ρf = Densitas fluida (kg / m3)
D = Diameter pengaduk (m)
Sehingga dari rumus angka daya tersebut dapat diperoleh nilai power yang dibutuhkan untuk mendorong pengaduk. Persamaan – persamaan diatas berlaku bagi tangki bersekat maupun tidak bersekat. Namununtuk tangki tidak bersekat, nilai angka daya yang diperoleh harus dikoreksi lagi dengan angka Frounde atau Frounde Number (Nfr).
Angka Frounde merupakan ukuran rasio tegangan inersia terhadap gaya gravitasi per satuan luas yang bekerja pada fluida dalam tangki. Hal ini terdapat dalam situasi dimana terdapat gerakan gelombang yang tidak dapat diabaikan pada permukaan zat cair. Persamaan angka ini yaitu :
Nfr= N2 . Dg (persamaan 1-3)
Keterangan :
D = diameter pengaduk (m)
N = kecepatan putar pengaduk (rps)
G = gravitasi bumi (m/s2)
Sehingga nilai Np koreksi dapat diperoleh dari persamaan berikut :
Np (koreksi) = Np x Nfrm (persamaan 1-4)
Eksponensial m diperoleh dari persamaan :
m= a-logNreb (persamaan 1-5)
Dimana a dan b merupakan tetapan. Nilai a dan b dapat diperoleh dari tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1.1 konstanta a dan b
Gambar
Kurva
A
B
9 – 13
D
1,0
40,0
9 – 14
B
1,7
18,0
9 – 14
C
0
18,0
9 – 14
D
2,3
18,0
Sehingga jika nilai eksponensial diperoleh dari Number Froude (Nfr) juga diperoleh maka Power Number (Np) yang diperoleh dari grafik dapat dikoreksi dan hasil yang diperoleh digunakan untuk menghitung daya yang dibutuhkan dengan menggunakan persamaan daya.
Gambar 2. NRe vs Np untuk pengaduk jenis turbin
Gambar 3. NRe vs Np untuk pengaduk jenis propeller
Keterangan :
S1= DaDt
S2= EDa
S3= LDa
S4= WDa
S5= JDt
S6= HDt
Dimana: DT= diameter tangki
E = tinggi pengaduk dari dasar tangki
Da = diameter pengaduk
H = tinggi cairan dalam tangki
J = lebar baffle
N = jumlah putaran pengaduk permenit
P = daya (power)
S = pitch dari pengaduk
W = lebar blade pengaduk
BAB II
METODOLOGI
Alat dan bahan
Alat yang digunakan :
Tangki pengaduk yang berbentuk silinder
Batang pengaduk
Pengaduk turbin berdaun 4
Pengaduk propeller berdaun 3
Motor pengaduk
Termometer
Stopwatch
Pipet tetes
Bahan yang digunakan :
Air keran
Kacang hijau
Indikator EBT
Prosedur kerja
Merangkai alat
Memasang pengaduk jenis turbin pada batang pengaduk.
Memasang batang pengaduk yang telah terpasang pengaduk dengan motor pengaduk.
Memasang rangkaian tadi dengan statif yang akan memasukkan batang pengaduk kedalam tangki pengaduk yang berbentuk silinder.
Melakukan percobaan dengan pengaduk turbin dan tanpa baffle :
Memasang pengaduk turbin dan mengisi tangki pengaduk dengan menggunakan air keran sebanyak 2/3 dari tangki pengaduk.
Memasukkan segenggam kacang hijau ke dalam tangki pengaduk.
Mengatur kecepatan putar pengaduk yaitu 50 rpm
Menambahkan 5 tetes EBT ke dalam tabung, pada tetesan EBT pertama memulai menyalakan stopwatch.
Menghentikan stopwatch pada saat air keran telah berwarna homogen.
Mencatat waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran.
Mencatat pola aliran yang terjadi pada percobaan ini dengan melihat arah gerak kacang hijau.
Mencatat suhu air keran pada saat warna dari air keran homogen.
Memvariasikan kecepatan putar batang pengaduk yaitu 75 rpm, 100 rpm, 125 rpm dan 150 rpm.
Melakukan percobaan dengan pengaduk propeller dan tanpa baffle :
Memasang pengaduk propeller dan mengisi tangki pengaduk dengan menggunakan air keran sebanyak 2/3 dari tangki pengaduk.
Memasukkan segenggam kacang hijau ke dalam tangki pengaduk
Mengatur kecepatan putar pengaduk yaitu 50 rpm.
Menambahkan 5 tetes EBT ke dalam tabung, pada tetesan EBT pertama memulai menyalakan stopwatch.
Menghentikan stopwatch pada saat air keran telah berwarna homogen
Mencatat waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran
Mencatat pola aliran yang terjadi pada percobaan ini dengan melihat arah gerak kacang hijau.
Mencatat suhu air keran pada saat warna dari air keran homogen.
Memvariasikan kecepatan putar batang pengaduk yaitu 75 rpm, 100 rpm, 125 rpm dan 150 rpm.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
Data pengamatan
Tabel 3.1.1 Tangki Berpengaduk Menggunakan Turbin Berdaun 4
Variasi putaran
Suhu
(oC)
Waktu homogen (s)
Pola aliran
Viskositas (kg/ms)
Densitas (kg/m3)
(rpm)
(rps)
5050
50
50
0,8334
30
55
Kacang bergerak horizontal merupakan pola aliran radial
7,9768 x 10-4
995,647995,647
995,647
995,647
75 75
75
75
1,251,25
1,25
1,25
30
35
Kacang bergerak menyentuh dinding dan ada terbentuk vortex yang kecil merupakan pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4
995,647
1001001,66671,6667
100
100
1,6667
1,6667
30
13
Kacang bergerak menyentuh dinding dan ada terbentuk vortex yang kecil merupakan pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4
995,647
125
2,0834
30
10
Terbentuk vortex yang mulai besar merupakan pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4
995,647
150150
150
150
2,52,5
2,5
2,5
30
8
Terbentuk vortex yang agak ebih besar dari sebelumnya merupakan pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4
995,647
Tabel 3.1.2 Tangki Berpengaduk Menggunakan Propeller Berdaun 3
Variasi putaran
Suhu
(oC)
Waktu homogen (s)
Pola aliran
Viskositas (Ns/m2)
Densitas (kg/m3)
(rpm)
(rps)
5050
50
50
0,83340,8334
0,8334
0,8334
30
56
Kacang bergerak horizontal merupakan pola aliran radial
7,9768 x 10-47,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
995,647995,647
995,647
995,647
75 75
75
75
1,251,25
1,25
1,25
30
40
Kacang bergerak horizontal merupakan pola aliran radial
7,9768 x 10-47,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
995,647995,647
995,647
995,647
100100
100
100
1,66671,6667
1,6667
1,6667
30
16
Kacang bergerak menyentuh dinding dan ada terbentuk vortex yang kecil merupakan pola aliran tangensial
7,9768 x 10-47,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
995,647995,647
995,647
995,647
125
2,04832,0483
2,0483
2,0483
30
13
Terbentuk vortex yang mulai besar merupakan pola aliran tangensial
7,9768 x 10-47,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
995,647995,647
995,647
995,647
150150
150
150
2,52,5
2,5
2,5
30
9
7,9768 x 10-47,9768 x 10-4Terbentuk vortex yang agak ebih besar dari sebelumnya merupakan pola aliran tangensial
7,9768 x 10-4
7,9768 x 10-4
995,647995,647
995,647
995,647
Keterangan :
Diketahui :
Pengaduk PropellerPengaduk PropellerDt = 25 cm = 0,25 m W = 4 cm= 0,04 m
Pengaduk Propeller
Pengaduk Propeller
Da = 15,5 cm = 0,155 m L = 6,5 cm = 0,065
Pengaduk TurbinPengaduk TurbinT = 30 oC W = 6,9 cm= 0,069 m
Pengaduk Turbin
Pengaduk Turbin
H = 33 cm = 0,33 m L = 5,9 cm = 0,059 m
ρ = 996.233 kg/m3
μ = 7,9768 x 10-4 kg/m s
E = 4,5 cm = 0,045 m
3.2 Hasil Perhitungan
Tabel 3.2.1 Hasil Perhitungan dengan menggunakan Turbin berdaun 4
N (rpm)
N (rps)
NRe
Np
P (watt)
50
0,8334
24991,57
1,2
0,1016
75
1,25
37484,36
1,1
0,292
100
1,6667
49980,15
1
0,5943
125
2,0483
62475,93
1
1,1106
150
2,5
74968,72
1
1,8451
Tabel 3.2.2 Hasil Perhitungan dengan menggunakan Propeller berdaun 3
N (rpm)
N (rps)
NRe
Np
P (watt)
50
0,8334
24991,57
0,21
0,136
75
1,25
37484,36
0,20
0,3009
100
1,6667
49980,15
0,20
0,5388
125
2,0483
62475,93
0,20
1,0331
150
2,5
74968,72
0,20
1,177
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini memiliki tujuan yaitu menentukan waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan warna dari air keran yang ditetesi 5 tetes EBT. Dalam percobaan ini hal yang divariasikan adalah kecepatan putaran pengaduk dan jenis pengaduk. Dari percobaan dengan menggunakan pengaduk turbin diperoleh data bahwa semakin cepat putaran pengaduk maka waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan air keran yaang sudah ditetesi EBT semakin cepat pula. Hal ini dikarenakan semakin cepat perputaran pengaduk akan semakin cepat juga arus yang ditimbulkan. Semakin cepat arus yang ditimbulkan maka semakin cepat juga tumbukan antar partikel terjadi. Semakin cepatnya tumbukan ini akan semakin cepat pula waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan warna dari air keran. Dalam percobaan selanjutnya kita juga ingin mengetahui waktu yang diperlukan untuk menghomogenkan warna air keran dengan menggunakan pengaduk Propeller. Dari percobaan didapatkan waktu untuk menghomogenkan warna air keran yang ditetesi indikator EBT hampir sama dengan menggunakan pengaduk propeler. Namun, sedikit lebih cepat saat menggunakan pengaduk turbin . Hal ini disebabkan karena ukuran pengaduk turbin lebih besar dibanding propeler karena bentuk turbin menyerupai agitator berdaun banyak dengan daun-daun yang agak pendek dan dpat berputar pada kecepatan tinggi.
Dalam percobaan ini juga ingin dilihat pola aliran yang terjadi dengan mengamati gerak dari kacang hijau yang telah dimasukkan kedalam tangki pengaduk. Pada percobaan dengan menggunakan pengaduk turbin, pola aliran yang terbentuk pada variasi putaran pertama dan kedua adalah radial. karena arah gerak kacang yang horizontal tegak lurus terhadap batang pengaduk. Namun setalah bertambahnya kecepatan perputaran pengaduk, pada variasi putaran ketiga sampai variasi kelima aliran air berubah menjadi tangensial ditandai dengan terbentuknya vortex dan melihat dari pergerakan kacang hijau yang mendekati dinding tangki pengaduk. Hal ini disebabkan oleh kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama. Kedua, udara dapat masuk dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida di pusat tangki jatuh hingga mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vortex akan mengakibatkan naiknya permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan sehingga fluida tumpah. Dalam percobaan selanjutnya dilihat pola aliran jika di dalam tangki digunakan pengaduk propeler. Dan ternyata pola alirannya sama dengan pengaduk Turbin, yaitu variasi putaran pertama dan kedua pola alirannya radial dan variasi ketiga sampai kelima pola alirannya tangensial.
Dalam percobaan ini ingin menentukan power input dari setiap kecepatan putar pengaduk. Diperoleh power input yang semakin besar sebanding dengan semakin cepatnya putaran pengaduk dan dipengaruhi oleh semakin besar ukuran pengaduk. Hal ini disebabkan kecepatan putaran dipengaruhi oleh power inputnya. Semakin besar ukuran pengaduk maka daya yang dibutuhkan untuk memutar pengaduk semakin besar.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Kecepatan perputaran mempengaruhi waktu homegen. Dari percobaan di atas didapat :
Semakin tinggi kecepatan putar maka semakin cepat waktu homogen yang terjadi.
Waktu homogen pengaduk jenis turbin lebih cepat dibandingkan dengan jenis pengaduk propeler.
Pola aliran tangensial sama-sama terbentuk pada kecepatan diatas 100 rpm.
Semakin cepat putaran maka semakin besar power input yang dibutuhkan.
Saran
Lebih cermat pada saat melihat kondisi waktu homogen.
DAFTAR PUSTAKA
McCabe,Warren L.Dkk.1985.Operasi Teknik Kimia Jilid 1.Jakarta:Erlangga
Robert H. Perry, 1997, "Perry's Chemical Engineers Handbook", 7th edition, Mc Graw Hill International Edition, New York
Septiani, Mimin. 2013 "Tangki Berpengaduk".
http://mhimns.blogspot.com/2013/04/tangki-berpengaduk.html.diakses pada 01 oktober 2014
Tim penyusun.2013.Penuntun Praktikum Laboratorium Satuan Operasi.Samarinda: POLNES.
Toker, Riza. 2011. "Mixing". http://rizatoker.blogspot.com/2011/06/mixing.html. Diakses pada 03 Oktober 2014
LAMPIRAN
Perhitungan
Turbin tanpa baffel
Diketahui :
Dt = 25 cm = 0.25 m H =33 cm = 0,33 m
Da = 15,5 cm = 0,155 m T = 30 oC = 86 oF
E = 4,5 cm = 0,045 m ρ = 995,647 kg/m3
W = 4 cm= 0,04 m μ = 7,9768 x 10-4 kg/m s
L = 5,9 cm = 0,059 m
Untuk kecepatan putaran 0,8333 rps
NRe =ρ . N .D2μ= 995,647kgm3 . 0,8333 rps . (0,155m)27,9768 x 10-4 kg/m s= 24988,5735
Np = 1,2 ( dari grafik hubungan NRe Vs Np kurva D gambar 2
Diketahui, : a = 1,0 b = 40
m = a-logNReb
=1,0-log 24988,5735 40 = -0,1099
NFr = n2. Dag
= (0,8333 rps)2. 0,155 m9,8 m/s2= 0,0109
Np koreksi = Np x Nfrm
= 1.2 x 0.0109-0,1099
= 1,9718
P =Np .n3 . Da5 .ρgc
=1.9718 .(0,8333 rps)3 . (0,155m)5 .995,647 kg/m31 kg mN s2
= 0.1016 kg. m2/s3
Propeler tanpa baffle
Diketahui :
Dt = 25 cm = 0.25 m H =33 cm = 0,33 m
Da = 15,5 cm = 0,155 m T = 30 oC = 86 oF
E = 4,5 cm = 0,045 m ρ = 995,647 kg/m3
W = 6,9 cm= 0,069 m μ = 7,9768 x 10-4 kg/m s
L = 5,9 cm = 0,059 m
Mencari S1, S2, S6
S1 = DaDt = 0.1550.25= 0.62
S2 = EDa= 0.0450.155=0.29
S6 = HDt= 0.330.25=1.32
Untuk kecepatan putaran 0,8333 rps
NRe =ρ . N .D2μ= 995,647 kgm3 . 0,8333 rps . (0,155m)27,9768 x 10-4 kg/m s= 24988,5735
Np = 0,21 ( dari grafik hubungan NRe Vs Np kurva D gambar 3)
Diketahui, : a = 2,3 b = 18,0
m = a-logNReb
=2,3-log 24988,5735 18 = -0,5619
NFr = n2. Dag
= (0,8333 rps)2. 0,155 m9,8 m/s2= 0,0109
Np koreksi = Np x Nfrm
= 0,21 x 0.0109-0,5619
= 2,6607
P = Np .n3 . Da5 .ρgc
=2,6607 .(0,8333 rps)3 . (0,155m)5 .995,647 kg/m31 kg mN s2
= 0.1371 kg. m2/s3
Grafik
Grafik NRe vs Np untuk pengaduk jenis turbin
Grafik NRe vs Np untuk pengaduk jenis propeller